TintaTeras.com
Biografi Hotman Paris Hutapea, Hampir Bunuh Diri Hingga Disebut Pengacara 30 Milliar
TintaTeras.com
Biografi Jakob Oetama, Mantan Guru Pendiri Surat Kabar Kompas
Pada mulanya Harian Kompas didirikan oleh dua orang wartawan bernama Jakob Oetama bersama dengan Petrus Kanisius Ojong atau PK Ojong. Surat kabar harian Kompas ialah salah satu media cetak dan elektronika yang populer di Indonesia. Media ini bernaung dibawah PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bab dari Kompas Gramedia.
Biografi Jakob Oetama
Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Jakob ialah anak dari pasangan Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo dan Margaretha Kartonah. Ayahnya dikenali ialah seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengan Atas Seminari di Yogyakarta, Jakob lalu menentukan menjadi guru. Ia lalu mengajar di SMP Mardiyuwana di daerah Cipanas, Jawa Barat. Ia juga sempat mengajar di Sekolah Menengah Pertama Van Lith di kawasan Jakarta. Jakob kemudian melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Sosial Politik UGM Yogyakarta.
Berkarir Sebagai Wartawan
Karir jurnalistik Jakob dimulai ketika Ia ditunjuk menjadi redaktur Majalah Mingguan Penabur tahun 1956. Pada April 1961, PK Ojong salah satu pendiri Kompas lalu mengajak Jakob membuat majalah gres berjulukan Intisari, cikal bakar surat kabar Kompas. Majalah ini berisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Majalah bulanan Intisari terbit pertama kali Agustus 1963.
Untuk menjalani hidup selaku wartawan, Jakob bergaul erat dengan kalangan wartawan mirip Adinegoro, Parada Harahap, Kamis Pari, Mochtar Lubis, dan Rosihan Anwar. “Dalam soal-soal jurnalistik, Ojong itu guru aku, selain Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar,” katanya.
Di mata Jakob, Ojong merupakan sosok yang besar lengan berkuasa di bidang humaniora dan berpengaruh dalam prinsip nilai-nilai pertumbuhan. Mochtar Lubis sosok yang berani dan memegang teguh prinsip, sedang Rosihan Anwar besar lengan berkuasa dalam duduk perkara humaniora. Majalah Intisari lalu diperkuat oleh teman-sobat Jakob-Ojong dari Yogyakarta mirip Swantoro dan J Adisubrata. Menyusul lalu Indra Gunawan dan Kurnia Munaba.
Mendirikan Surat Kabar Kompas
Majalah Intisari yang diresmikan oleh Ojong dan Jakob Oetama ini berkiblat pada majalah Reader’s Digest yang berasal dari amerika. Selanjutnya kisah sukses majalah intisari dilanjutkan oleh keduanya dengan mendirikan suatu Koran harian yang di beri nama KOMPAS. Namun pada tahun berdirinya Kompas ialah 1965 merupakan kurun dimana Indonesia sedang di sibukan oleh ancaman pemberontakan PKI.
Jakob Oetama dan PK Ojong
Mengenai kedua pendiri Kompas ini, Sejak permulaan tahun 1960 Ojong dan Jakob sama-sama menjadi pengurus Ikatan Sarjana Katolik Indonesia. Mereka berdua juga pernah sama-sama jadi guru dan punya minat besar pada sejarah.
Dalam perjalanannya mendirikan majalah Intisari, Sama mirip Star Weekly, Intisari melibatkan banyak ahli. Di antaranya ahli ekonomi Prof. Widjojo Nitisastro yang menjadi penulis duduk perkara-problem ekonomi terkenal.
Kemudian juga ada Drs. Sanjoto Sastromihardjo, atau sejarawan muda Nugroho Notosusanto. Saat itu, pergaulan PK Ojong dikenal sangat luas. Dia berteman baik dengan Goenawan Mohamad, Arief Budiman, Soe Hok Gie, dan Machfudi Mangkudilaga.
Majalah Intisari terbit 17 Agustus 1963. Mengikuti Star Weekly, Majalah ini menjadi hanya hitam putih dan Tanpa Cover. Ukurannya 14 X 17,5 cm, dengan tebal 128 halaman. Logo “Intisari”-nya sama dengan logo rubrik senama yang diasuh Ojong di Star Weekly. Edisi perdana yang dicetak 10.000 eksemplar ternyata laku manis.
Sejarah Surat Kabar Kompas
Jakob Oetama dan PK Ojong saling menolong, berkantor sama, bahkan wartawannya pun merangkap. Setelah beberapa pengurus Yayasan Bentara Rakyat bertemu Bung Karno, beliau merekomendasikan nama “Kompas”.
Pengurus yayasan – I.J. Kasimo (Ketua), Frans Seda (Wakil Ketua), F.C. Palaunsuka (Penulis I), Jakob Oetama (Penulis II), dan PK Ojong (bendahara) – oke. Mereka juga menyepakati sifat harian Kompas yang independen, menggali sumber info sendiri, serta mengimbangi secara aktif efek komunis, dengan tetap berpegang pada kebenaran, ketelitian sesuai profesi, dan moral pemberitaan.
Berdirinya Kompas Gramedia
Sesuai sifat Ojong yang senantiasa mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat, kelahiran Kompas disiapkan sematang mungkin. Dari kemajuan kompas inilah, kemudian berdirilah kalangan perjuangan KOMPAS GRAMEDIA.
Gramedia ialah nama yang di pakai untuk member label pada usaha toko buku. hingga kini kalangan kompas gramedia dibawah kendali Jacob Oetama sudah melebarkan sayapnya di aneka macam bidang usaha. Termasuk diantaranya mengurus bisnis hotel serta sempat berkiprah didunia jurnalistik pertelevisian seperti Kompas TV.
Dibawah kepemimpinan Jacob Oetama sudah terjadi metamorfosis pers dari pers yang sektarian menjadi media massa yang mencerminkan inclusive democracy. Pengalaman kerja Jakob Oetama di bidang jurnalisme dimulai dari editor majalah Penabur, Ketua Editor majalah bulanan Intisari, Ketua Editor harian Kompas, Pemimpin Umum/Redaksi Kompas, dan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia.
Sejumlah karya tulis Jacob Oetama, antara lain, Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin, yang ialah skripsi di Fisipol UGM tahun 1962, Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001), serta Berpikir Ulang ihwal Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Jacob juga berkiprah dalam berbagai organisasi dalam maupun mancanegara. Beberapa diantaranya pernah menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasihat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ), Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai.
Penghargaan Jakob Oetama
Jakob Oetama adalah peserta doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM sehabis sebelumnya gelar yang serupa dianugerahkan UGM terhadap Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah.
Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan.
Jakob juga telah menawarkan dampak tertentu kepada kehidupan pers di Indonesia. Dalam pertimbangannya, UGM menganggap Jacob Oetama sejak tahun 1965 berhasil mengembangkan wawasan dan karya jurnalisme bertemasejuk, yakni “kultur jurnalisme yang khas”, pengetahuan jurnalistik yang berlandaskan filsafat politik tertentu. Kultur jurnalisme itu sudah menjadi acuan bagi kehidupan jurnalisme di Indonesia.
Jakob Oetama Meninggal Dunia
Pendiri harian Kompas ini meninggal pada tanggal 9 September 2020. Ia wafat di rumah sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. Jenazah Jakob Oetama kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, pada tanggal 10 September 2020.
Biografi Jakob Oetama, Mantan Guru Pendiri Surat Kabar Kompas
Pada mulanya Harian Kompas didirikan oleh dua orang wartawan bernama Jakob Oetama bersama dengan Petrus Kanisius Ojong atau PK Ojong. Surat kabar harian Kompas ialah salah satu media cetak dan elektronika yang populer di Indonesia. Media ini bernaung dibawah PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bab dari Kompas Gramedia.
Biografi Jakob Oetama
Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Jakob ialah anak dari pasangan Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo dan Margaretha Kartonah. Ayahnya dikenali ialah seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengan Atas Seminari di Yogyakarta, Jakob lalu menentukan menjadi guru. Ia lalu mengajar di SMP Mardiyuwana di daerah Cipanas, Jawa Barat. Ia juga sempat mengajar di Sekolah Menengah Pertama Van Lith di kawasan Jakarta. Jakob kemudian melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Sosial Politik UGM Yogyakarta.
Berkarir Sebagai Wartawan
Karir jurnalistik Jakob dimulai ketika Ia ditunjuk menjadi redaktur Majalah Mingguan Penabur tahun 1956. Pada April 1961, PK Ojong salah satu pendiri Kompas lalu mengajak Jakob membuat majalah gres berjulukan Intisari, cikal bakar surat kabar Kompas. Majalah ini berisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Majalah bulanan Intisari terbit pertama kali Agustus 1963.
Untuk menjalani hidup selaku wartawan, Jakob bergaul erat dengan kalangan wartawan mirip Adinegoro, Parada Harahap, Kamis Pari, Mochtar Lubis, dan Rosihan Anwar. “Dalam soal-soal jurnalistik, Ojong itu guru aku, selain Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar,” katanya.
Di mata Jakob, Ojong merupakan sosok yang besar lengan berkuasa di bidang humaniora dan berpengaruh dalam prinsip nilai-nilai pertumbuhan. Mochtar Lubis sosok yang berani dan memegang teguh prinsip, sedang Rosihan Anwar besar lengan berkuasa dalam duduk perkara humaniora. Majalah Intisari lalu diperkuat oleh teman-sobat Jakob-Ojong dari Yogyakarta mirip Swantoro dan J Adisubrata. Menyusul lalu Indra Gunawan dan Kurnia Munaba.
Mendirikan Surat Kabar Kompas
Majalah Intisari yang diresmikan oleh Ojong dan Jakob Oetama ini berkiblat pada majalah Reader’s Digest yang berasal dari amerika. Selanjutnya kisah sukses majalah intisari dilanjutkan oleh keduanya dengan mendirikan suatu Koran harian yang di beri nama KOMPAS. Namun pada tahun berdirinya Kompas ialah 1965 merupakan kurun dimana Indonesia sedang di sibukan oleh ancaman pemberontakan PKI.
Jakob Oetama dan PK Ojong
Mengenai kedua pendiri Kompas ini, Sejak permulaan tahun 1960 Ojong dan Jakob sama-sama menjadi pengurus Ikatan Sarjana Katolik Indonesia. Mereka berdua juga pernah sama-sama jadi guru dan punya minat besar pada sejarah.
Dalam perjalanannya mendirikan majalah Intisari, Sama mirip Star Weekly, Intisari melibatkan banyak ahli. Di antaranya ahli ekonomi Prof. Widjojo Nitisastro yang menjadi penulis duduk perkara-problem ekonomi terkenal.
Kemudian juga ada Drs. Sanjoto Sastromihardjo, atau sejarawan muda Nugroho Notosusanto. Saat itu, pergaulan PK Ojong dikenal sangat luas. Dia berteman baik dengan Goenawan Mohamad, Arief Budiman, Soe Hok Gie, dan Machfudi Mangkudilaga.
Majalah Intisari terbit 17 Agustus 1963. Mengikuti Star Weekly, Majalah ini menjadi hanya hitam putih dan Tanpa Cover. Ukurannya 14 X 17,5 cm, dengan tebal 128 halaman. Logo “Intisari”-nya sama dengan logo rubrik senama yang diasuh Ojong di Star Weekly. Edisi perdana yang dicetak 10.000 eksemplar ternyata laku manis.
Sejarah Surat Kabar Kompas
Jakob Oetama dan PK Ojong saling menolong, berkantor sama, bahkan wartawannya pun merangkap. Setelah beberapa pengurus Yayasan Bentara Rakyat bertemu Bung Karno, beliau merekomendasikan nama “Kompas”.
Pengurus yayasan – I.J. Kasimo (Ketua), Frans Seda (Wakil Ketua), F.C. Palaunsuka (Penulis I), Jakob Oetama (Penulis II), dan PK Ojong (bendahara) – oke. Mereka juga menyepakati sifat harian Kompas yang independen, menggali sumber info sendiri, serta mengimbangi secara aktif efek komunis, dengan tetap berpegang pada kebenaran, ketelitian sesuai profesi, dan moral pemberitaan.
Berdirinya Kompas Gramedia
Sesuai sifat Ojong yang senantiasa mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat, kelahiran Kompas disiapkan sematang mungkin. Dari kemajuan kompas inilah, kemudian berdirilah kalangan perjuangan KOMPAS GRAMEDIA.
Gramedia ialah nama yang di pakai untuk member label pada usaha toko buku. hingga kini kalangan kompas gramedia dibawah kendali Jacob Oetama sudah melebarkan sayapnya di aneka macam bidang usaha. Termasuk diantaranya mengurus bisnis hotel serta sempat berkiprah didunia jurnalistik pertelevisian seperti Kompas TV.
Dibawah kepemimpinan Jacob Oetama sudah terjadi metamorfosis pers dari pers yang sektarian menjadi media massa yang mencerminkan inclusive democracy. Pengalaman kerja Jakob Oetama di bidang jurnalisme dimulai dari editor majalah Penabur, Ketua Editor majalah bulanan Intisari, Ketua Editor harian Kompas, Pemimpin Umum/Redaksi Kompas, dan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia.
Sejumlah karya tulis Jacob Oetama, antara lain, Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin, yang ialah skripsi di Fisipol UGM tahun 1962, Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001), serta Berpikir Ulang ihwal Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Jacob juga berkiprah dalam berbagai organisasi dalam maupun mancanegara. Beberapa diantaranya pernah menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasihat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ), Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai.
Penghargaan Jakob Oetama
Jakob Oetama adalah peserta doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM sehabis sebelumnya gelar yang serupa dianugerahkan UGM terhadap Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah.
Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan.
Jakob juga telah menawarkan dampak tertentu kepada kehidupan pers di Indonesia. Dalam pertimbangannya, UGM menganggap Jacob Oetama sejak tahun 1965 berhasil mengembangkan wawasan dan karya jurnalisme bertemasejuk, yakni “kultur jurnalisme yang khas”, pengetahuan jurnalistik yang berlandaskan filsafat politik tertentu. Kultur jurnalisme itu sudah menjadi acuan bagi kehidupan jurnalisme di Indonesia.
Jakob Oetama Meninggal Dunia
Pendiri harian Kompas ini meninggal pada tanggal 9 September 2020. Ia wafat di rumah sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. Jenazah Jakob Oetama kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, pada tanggal 10 September 2020.
Biografi Soeharto, Dongeng Presiden Kedua Berjuluk ‘The Smiling General’
Soeharto diketahui sebagai presiden kedua Indonesia. Ia ialah presiden Indonesia yang mempunyai era jabatan terlama yakni sekitar 32 Tahun. Ia juga dijuluki ‘The Smiling General’ dan Dikenal dengan sebutan “Bapak Pembangunan” dalam sejarah pemerintahannya.
Dalam sejarah kepemimpinannya selaku presiden, Soeharto pernah berhasil mengantarkan Indonesia menjadi negara Swasembada. Dimana sektor dibidang pertanian amat meningkat dengan pesatnya lewat Program Rapelitanya. Berikut profil dan biografi dari Soeharto.
Biodata Soeharto
Nama | Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia (Purn.) H. M. Soeharto |
Lahir | Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921 |
Wafat | Jakarta, 27 Januari 2008 |
Orangtua | Kertosudiro (ayah), Sukirah (ibu) |
Istri | Tien Soeharto |
Anak | Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, Siti Hutami Endang Adiningsih |
Dikenal | Presiden Indonesia Kedua |
Biografi Soeharto
Soeharto dilahirkan di Kemusuk, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Ibunya bernama Sukirah dan ayah ia yang merupakan seorang pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama Kertosudiro.
Masa Kecil Soeharto
Ketika berumur delapan tahun Soeharto mulai bersekolah tetapi dia sering berpindah-pindah sekolah. Awalnya ia sekolah di Sekolah Desa (Sekolah Dasar) Puluhan, Godean lalu beliau pindah ke SD Pedes dikarenakan keluarganya pindah ke Kemusuk, Kidul.
Setelah itu kemudian ayahnya Kertosudiro memindahkannya ke Wuryantoro. Beliau kemudian dititipkan dan tinggal bersama Prawirohardjo seorang mantri Tani.
Ditahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Presiden kedua indonesia ini terpilih sebagai Prajurit Telatan, sejak kecil dia memang bercita-cita menjadi seorang prajurit atau militer. lalu pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka, Ia kemudian resmi menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia.
Soeharto Menikah Dengan Ibu Tien
Setelah itu lalu Soeharto menikahi Siti Hartinah atau Ibu Tien yang merupakan anak seorang Mangkunegaran pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usianya ketika itu 26 tahun dan Siti Hartinah atau Ibu Tien berusia 24 tahun.
Dari pernikahannya lalu ia dikarunia enam orang anak adalah Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Masuk Militer
Jalan panjang dan berliku dilaluinya ketika merintis karier militer dan juga karier politiknya. Dalam bidang militer Soeharto memulainya dengan pangkat sersan tentara KNIL.
Dari KNIL situ beliau lalu menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, sehabis itu dia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949, itu ialah insiden yang menjadi catatan penting dalam sejarah bangsa saat resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda selama tiga setengah kurun.
Banyak model mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika merebut Yogyakarta yang waktu itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret tidak bisa dipisahkan.
Tujuan dari serangan lazim 1 Maret ialah menerangkan pada dunia internasional tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) saat itu dalam membela Bangsa Indonesia. Dalam kepemimpinannya, Ia berhasil merebut kota Yogyakarta dari cengkraman penjajah Belanda pada waktu itu.
Pada waktu itu beliau juga menjadi pengawal dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda dikala itu dia yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di Makassar.
Peristiwa G-30-S/PKI
Ketika insiden G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Kekosongan pimpinan membuat Soeharto yang abad itu menjabat selaku pangkostrad kemudian bergerak cepat menggantikan kontrol pimpinan Angkatan Darat.
Kemudian mengeluarkan perintah yang cepat untuk menertibkan dan menertibkan kondisi negara yang semrawut balasan dari kudeta oelh PKI.
Dalam biografi Soeharto diketahui bahwa setelah kejadian G-30-S/PKI, Ia lalu menjabat selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI.
Selain sebagai Panglima Angkatan Darat, dia juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno pada waktu itu.
Puncak karier Soeharto saat dia mendapatkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang diketahui selaku “Supersemar” oleh Presiden Soekarno pada bulan maret 1966.
Dalam isi supersemar ini disebutkan bahwa ia diperintahkan untuk mengendalikan keselamatan dan juga ketertiban negara yang berantakan setelah perebutan kekuasaan yang dikerjakan oleh PKI dan mengamalkan pedoman Besar Revolusi Bung Karno.
Soeharto Sebagai Presiden Kedua Indonesia
Setelah insiden G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia semakin memburuk. Kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang mengambil alih Presiden Soekarno. Dimana akreditasi selaku presiden dilaksanakan pada Maret 1968.
Orde Baru Soeharto
Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan abad Orde Baru dimana kebijakan politik baik dalam dan mancanegara diubahnya.
Salah satunya yakni kembalinya Indonesia selaku anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Peristiwa itu terjadi pada tanggal 28 September 1966. Sebelumnya pada abad Soekarno, Indonesia keluar sebagai anggota PBB.
Pada tahap awal, dia mempesona garis yang sungguh tegas. Pengucilan politik dikerjakan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia yang abad itu dipimpin oleh DN Aidit.
Sanksi kriminal dilaksanakan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili anggota atau simpatisan PKI selaku pemberontak.
Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru. Bahkan sebagian yang terkait atau masih penunjang dari Partai PKI dihabisi dengan cara dieksekusi massal di hutan oleh militer.
Program pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya evakuasi ekonomi nasional. ini utamanya pada stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.
Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi memiliki arti mengendalikan inflasi biar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi yakni perbaikan secara fisik fasilitas dan prasarana ekonomi.
Hakikat dari kebijakan ini adalah training sistem ekonomi berniat yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya penduduk adil dan sejahtera menurut Pancasila.
Program stabilsasi ini dijalankan dengan cara membendung laju inflasi. Dimasa pemerintahan presiden kedua Indonesia ini berhasil membendung laju inflasi pada tamat tahun 1967-1968. Namun harga materi kebutuhan primer naik melonjak.
Rapelita Soeharto
Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang terutama sandang, pangan, dan kurs valuta abnormal. Sejak dikala itu ekonomi nasional relatif stabil
Setelah sukses memulihkan keadaan politik bangsa Indonesia, maka langkah berikutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru yakni melakukan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.
Pembangunan Jangka Pendek dirancang lewat Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka meraih tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang meliputi kurun 25-30 tahun.
Pembangunan nasional ialah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh faktor kehidupan penduduk , bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.
Pada abad orde gres, pemerintah melaksanakan kebijakan yang tidak mengalami pergantian terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada periode itu pemerintah berhasil mendatangkan sebuah stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas ekonomi.
Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melaksanakan perubahan-pergeseran kebijakan terutama dalam hal budget negara. Pada era pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada kemajuan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut disokong oleh kestabilan politik yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia
Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, kemajuan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan. Dari keberhasilannya inilah sehingga Presiden Soeharto lalu disebut sebagai “Bapak Pembangunan”.
Soeharto Mundur
Titik kejatuhan Soeharto, dikala pada tahun 1998 dimana era tersebut merupakan periode kelam bagi Presiden Soeharto dan masuknya kurun reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan kepemimpinan presiden kedua Indonesia ini.
Selain itu makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia maka pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato “pernyataan berhenti sebagai presiden RI” sehabis runtuhnya pinjaman untuk dirinya.
Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 hingga 12 bulan sebelumnya. Setelah beliau mundur lalu dimulailah kala Reformasi.
BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa era kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1999. Kejatuhan Suharto juga menandai tamat kurun Orde Baru, sebuah rezim yang berkuasa semenjak tahun 1968 atau selama 32 Tahun.
Wafatnya Presiden Soeharto
Presiden RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan selaku Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun sesudah dirawat selama 24 hari (semenjak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.
Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan memberikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto sempurna pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta balasan kegagalan multi organ.
Kemudian sekira pukul 14.40, mayat mantan presiden indonesia kedua ini diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung mayit Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal.
Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, menyebabkan seorang wartawati televisi tertabrak.
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan penduduk menyambut kehadiran iringan kendaraan yang menenteng mayit Pak Harto.
Sementara itu, Presiden RI masa itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas perihal ketahanan pangan, meluangkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden memberikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua itu.
Jasa Soeharto Sebagai Presiden dan Kontroversinya
Jika direnungkah banyak jasa-jasa besar yang dilaksanakan Soeharto untuk pembangunan dan pertumbuhan Indonesia dimata dunia Internasional. Sebagan rakyat yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap zamannya ialah zaman keemasan ndonesia.
Karena harga-harga kebutuhan pokok yang murah dimasa itu yang berbanding terbalik dengan zaman kini ini, Pertumbuhan ekonomi yang stabil. Soeharto sukses merubah muka Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor beras menjadi negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor pembangunan dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.
Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran nasionalisme yang tinggi pada masanya. Di bidang kesehatan, upaya memajukan kualitas bayi dan masa depan generasi ini dikerjakan lewat program kesehatan di posyandu dan KB, sebuah upaya yang mengintegrasikan antara acara pemerintah dengan kemandirian masyarakat.
Di jamannya, acara ini memang sungguh populer dan berhasil. Banyak ibu sukses dan peduli atas kebutuhan balita mereka di ketika terpenting dalam era pertumbuhannya.
Itulah sekelumit jasa-jasa atau prestasi dari presiden Soeharto walaupun disamping jasa-jasanya tersebut banyak juga kegagalan di pemerintahannya mirip Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di masanya. Pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah sehingga memunculkan kecemburuan dari daerah mirip Papua.
Dari banyaknya jasa presiden Soeharto tersebut sehingga banyak yang menganjurkan Soeharto selaku pendekar nasional Indonesia. Terlepas dari sejumlah pihak yang masih mempermasalahkan sejumlah kasus hukum atas Soeharto. Fakta di dalam sejarah Indonesia menunjukkan bahwa dia juga mempunyai jasa besar kepada Indonesia.
Perjuangan Soeharto untuk Indonesia yang tercatat dalam buku sejarah bangsa ini, antara lain, pada kurun revolusi fisik antara 1945 sampai 1949, pascarevolusi fisik antara 1962 sampai 1967 dan abad kepemimpinannya selaku presiden
Sosok Soeharto masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Rakyat kecil mengingatnya selaku pendekar yang menawarkan bensin murah dan beras yang bisa dijangkau.
Polemik soal gelar jagoan bagi Soeharto pun masih penuh perdebatan. Sebagian oke, sebagian menolak mentah-mentah. Sebagian menganggap Soeharto hero pembangunan dan penyelamat Pancasila. Sebagian lagi menganggap Soeharto berlumuran darah atas berbagai aksi pembantaian selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan seterusnya.
Biografi Soeharto, Dongeng Presiden Kedua Berjuluk ‘The Smiling General’
Soeharto diketahui sebagai presiden kedua Indonesia. Ia ialah presiden Indonesia yang mempunyai era jabatan terlama yakni sekitar 32 Tahun. Ia juga dijuluki ‘The Smiling General’ dan Dikenal dengan sebutan “Bapak Pembangunan” dalam sejarah pemerintahannya.
Dalam sejarah kepemimpinannya selaku presiden, Soeharto pernah berhasil mengantarkan Indonesia menjadi negara Swasembada. Dimana sektor dibidang pertanian amat meningkat dengan pesatnya lewat Program Rapelitanya. Berikut profil dan biografi dari Soeharto.
Biodata Soeharto
Nama | Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia (Purn.) H. M. Soeharto |
Lahir | Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921 |
Wafat | Jakarta, 27 Januari 2008 |
Orangtua | Kertosudiro (ayah), Sukirah (ibu) |
Istri | Tien Soeharto |
Anak | Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, Siti Hutami Endang Adiningsih |
Dikenal | Presiden Indonesia Kedua |
Biografi Soeharto
Soeharto dilahirkan di Kemusuk, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Ibunya bernama Sukirah dan ayah ia yang merupakan seorang pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama Kertosudiro.
Masa Kecil Soeharto
Ketika berumur delapan tahun Soeharto mulai bersekolah tetapi dia sering berpindah-pindah sekolah. Awalnya ia sekolah di Sekolah Desa (Sekolah Dasar) Puluhan, Godean lalu beliau pindah ke SD Pedes dikarenakan keluarganya pindah ke Kemusuk, Kidul.
Setelah itu kemudian ayahnya Kertosudiro memindahkannya ke Wuryantoro. Beliau kemudian dititipkan dan tinggal bersama Prawirohardjo seorang mantri Tani.
Ditahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Presiden kedua indonesia ini terpilih sebagai Prajurit Telatan, sejak kecil dia memang bercita-cita menjadi seorang prajurit atau militer. lalu pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka, Ia kemudian resmi menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia.
Soeharto Menikah Dengan Ibu Tien
Setelah itu lalu Soeharto menikahi Siti Hartinah atau Ibu Tien yang merupakan anak seorang Mangkunegaran pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usianya ketika itu 26 tahun dan Siti Hartinah atau Ibu Tien berusia 24 tahun.
Dari pernikahannya lalu ia dikarunia enam orang anak adalah Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Masuk Militer
Jalan panjang dan berliku dilaluinya ketika merintis karier militer dan juga karier politiknya. Dalam bidang militer Soeharto memulainya dengan pangkat sersan tentara KNIL.
Dari KNIL situ beliau lalu menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, sehabis itu dia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949, itu ialah insiden yang menjadi catatan penting dalam sejarah bangsa saat resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda selama tiga setengah kurun.
Banyak model mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika merebut Yogyakarta yang waktu itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret tidak bisa dipisahkan.
Tujuan dari serangan lazim 1 Maret ialah menerangkan pada dunia internasional tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) saat itu dalam membela Bangsa Indonesia. Dalam kepemimpinannya, Ia berhasil merebut kota Yogyakarta dari cengkraman penjajah Belanda pada waktu itu.
Pada waktu itu beliau juga menjadi pengawal dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda dikala itu dia yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di Makassar.
Peristiwa G-30-S/PKI
Ketika insiden G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Kekosongan pimpinan membuat Soeharto yang abad itu menjabat selaku pangkostrad kemudian bergerak cepat menggantikan kontrol pimpinan Angkatan Darat.
Kemudian mengeluarkan perintah yang cepat untuk menertibkan dan menertibkan kondisi negara yang semrawut balasan dari kudeta oelh PKI.
Dalam biografi Soeharto diketahui bahwa setelah kejadian G-30-S/PKI, Ia lalu menjabat selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI.
Selain sebagai Panglima Angkatan Darat, dia juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno pada waktu itu.
Puncak karier Soeharto saat dia mendapatkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang diketahui selaku “Supersemar” oleh Presiden Soekarno pada bulan maret 1966.
Dalam isi supersemar ini disebutkan bahwa ia diperintahkan untuk mengendalikan keselamatan dan juga ketertiban negara yang berantakan setelah perebutan kekuasaan yang dikerjakan oleh PKI dan mengamalkan pedoman Besar Revolusi Bung Karno.
Soeharto Sebagai Presiden Kedua Indonesia
Setelah insiden G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia semakin memburuk. Kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang mengambil alih Presiden Soekarno. Dimana akreditasi selaku presiden dilaksanakan pada Maret 1968.
Orde Baru Soeharto
Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan abad Orde Baru dimana kebijakan politik baik dalam dan mancanegara diubahnya.
Salah satunya yakni kembalinya Indonesia selaku anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Peristiwa itu terjadi pada tanggal 28 September 1966. Sebelumnya pada abad Soekarno, Indonesia keluar sebagai anggota PBB.
Pada tahap awal, dia mempesona garis yang sungguh tegas. Pengucilan politik dikerjakan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia yang abad itu dipimpin oleh DN Aidit.
Sanksi kriminal dilaksanakan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili anggota atau simpatisan PKI selaku pemberontak.
Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru. Bahkan sebagian yang terkait atau masih penunjang dari Partai PKI dihabisi dengan cara dieksekusi massal di hutan oleh militer.
Program pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya evakuasi ekonomi nasional. ini utamanya pada stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.
Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi memiliki arti mengendalikan inflasi biar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi yakni perbaikan secara fisik fasilitas dan prasarana ekonomi.
Hakikat dari kebijakan ini adalah training sistem ekonomi berniat yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya penduduk adil dan sejahtera menurut Pancasila.
Program stabilsasi ini dijalankan dengan cara membendung laju inflasi. Dimasa pemerintahan presiden kedua Indonesia ini berhasil membendung laju inflasi pada tamat tahun 1967-1968. Namun harga materi kebutuhan primer naik melonjak.
Rapelita Soeharto
Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang terutama sandang, pangan, dan kurs valuta abnormal. Sejak dikala itu ekonomi nasional relatif stabil
Setelah sukses memulihkan keadaan politik bangsa Indonesia, maka langkah berikutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru yakni melakukan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.
Pembangunan Jangka Pendek dirancang lewat Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka meraih tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang meliputi kurun 25-30 tahun.
Pembangunan nasional ialah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh faktor kehidupan penduduk , bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.
Pada abad orde gres, pemerintah melaksanakan kebijakan yang tidak mengalami pergantian terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada periode itu pemerintah berhasil mendatangkan sebuah stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas ekonomi.
Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melaksanakan perubahan-pergeseran kebijakan terutama dalam hal budget negara. Pada era pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada kemajuan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut disokong oleh kestabilan politik yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia
Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, kemajuan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan. Dari keberhasilannya inilah sehingga Presiden Soeharto lalu disebut sebagai “Bapak Pembangunan”.
Soeharto Mundur
Titik kejatuhan Soeharto, dikala pada tahun 1998 dimana era tersebut merupakan periode kelam bagi Presiden Soeharto dan masuknya kurun reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan kepemimpinan presiden kedua Indonesia ini.
Selain itu makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia maka pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato “pernyataan berhenti sebagai presiden RI” sehabis runtuhnya pinjaman untuk dirinya.
Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 hingga 12 bulan sebelumnya. Setelah beliau mundur lalu dimulailah kala Reformasi.
BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa era kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1999. Kejatuhan Suharto juga menandai tamat kurun Orde Baru, sebuah rezim yang berkuasa semenjak tahun 1968 atau selama 32 Tahun.
Wafatnya Presiden Soeharto
Presiden RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan selaku Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun sesudah dirawat selama 24 hari (semenjak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.
Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan memberikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto sempurna pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta balasan kegagalan multi organ.
Kemudian sekira pukul 14.40, mayat mantan presiden indonesia kedua ini diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung mayit Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal.
Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, menyebabkan seorang wartawati televisi tertabrak.
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan penduduk menyambut kehadiran iringan kendaraan yang menenteng mayit Pak Harto.
Sementara itu, Presiden RI masa itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas perihal ketahanan pangan, meluangkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden memberikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua itu.
Jasa Soeharto Sebagai Presiden dan Kontroversinya
Jika direnungkah banyak jasa-jasa besar yang dilaksanakan Soeharto untuk pembangunan dan pertumbuhan Indonesia dimata dunia Internasional. Sebagan rakyat yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap zamannya ialah zaman keemasan ndonesia.
Karena harga-harga kebutuhan pokok yang murah dimasa itu yang berbanding terbalik dengan zaman kini ini, Pertumbuhan ekonomi yang stabil. Soeharto sukses merubah muka Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor beras menjadi negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor pembangunan dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.
Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran nasionalisme yang tinggi pada masanya. Di bidang kesehatan, upaya memajukan kualitas bayi dan masa depan generasi ini dikerjakan lewat program kesehatan di posyandu dan KB, sebuah upaya yang mengintegrasikan antara acara pemerintah dengan kemandirian masyarakat.
Di jamannya, acara ini memang sungguh populer dan berhasil. Banyak ibu sukses dan peduli atas kebutuhan balita mereka di ketika terpenting dalam era pertumbuhannya.
Itulah sekelumit jasa-jasa atau prestasi dari presiden Soeharto walaupun disamping jasa-jasanya tersebut banyak juga kegagalan di pemerintahannya mirip Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di masanya. Pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah sehingga memunculkan kecemburuan dari daerah mirip Papua.
Dari banyaknya jasa presiden Soeharto tersebut sehingga banyak yang menganjurkan Soeharto selaku pendekar nasional Indonesia. Terlepas dari sejumlah pihak yang masih mempermasalahkan sejumlah kasus hukum atas Soeharto. Fakta di dalam sejarah Indonesia menunjukkan bahwa dia juga mempunyai jasa besar kepada Indonesia.
Perjuangan Soeharto untuk Indonesia yang tercatat dalam buku sejarah bangsa ini, antara lain, pada kurun revolusi fisik antara 1945 sampai 1949, pascarevolusi fisik antara 1962 sampai 1967 dan abad kepemimpinannya selaku presiden
Sosok Soeharto masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Rakyat kecil mengingatnya selaku pendekar yang menawarkan bensin murah dan beras yang bisa dijangkau.
Polemik soal gelar jagoan bagi Soeharto pun masih penuh perdebatan. Sebagian oke, sebagian menolak mentah-mentah. Sebagian menganggap Soeharto hero pembangunan dan penyelamat Pancasila. Sebagian lagi menganggap Soeharto berlumuran darah atas berbagai aksi pembantaian selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan seterusnya.
Biografi Raden Patah, Pendiri Kerajaan Demak Islam Pertama Di Jawa
Raden Patah diketahui sebagai pendiri kerajaan Demak yang ialah kerajaan islam pertama di Jawa. Raden Patah atau yang diketahui memiliki nama Tionghoa yakni Jin Bun atau yang lalu diketahui dengan Senapati Jimbun atau Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Ia merupakan Sultan Demak dan penguasa kerajaan Islam yang mempunyai garis keturunan Tionghoa.
Raden Patah selaku pendiri kerajaan Demak sudah memerintah kerajaan Demak semenjak tahun 1500 sampai tahun 1518. Untuk itu, bagi anda yang ingin untuk mengenali biografi Raden Patah secara singkat, maka anda pun bisa menyimak ulasannya berikut ini.
Biodata Raden Patah
Nama | Raden Fatah |
Nama Lain | Jin Bun, Senapati Jimbun, Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah |
Lahir | Palembang, Majapahit, 1455 |
Wafat | Demak, Demak Bintoro, 1518 |
Agama | Islam |
Dikenal | Pendiri Kerajaan Demak |
Biografi Raden Patah
Menurut Babad Tanah Jawi yang dilansir oleh wikipedia.com, Raden Patah diketahui lahir pada tahun 1455 di Palembang yang periode itu masih merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Ia merupakan seorang putra dari Brawijaya V yang ialah raja terakhir Majapahit.
Raden Patah juga merupakan anak dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini merupakan putri dari Kyai Batong atau yang dikenal juga dengan Tan Go Hwat. Hal tersebut terjadi dikarenakan Ratu Dwarawati yang ialah merasa cemburu, risikonya Raja Brawijaya pun terpaksa menunjukkan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yakni Arya Damar.
Ia pun menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Sehingga Ia alhasil kabur ke pulau Jawa dan ditemani oleh Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya pun langsung mencar ilmu pada Sunan Ampel di Surabaya. Kemudian Raden Kusen mengabdi ke Majapahit, sedangkan Ia pindah ke Jawa Tengah dan membuka hutan Glagahwangi menjadi suatu pesantren.
Perjalanan Hidup
Setelah mendirikan pesantren ternyata pesantren yang diresmikan olehnya pun semakin mengalami pertumbuhan. Hal ini pun mengakibatkan kekawatiran bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi kalau ketika waktu Raden Patah berencana untuk melaksanakan upaya pemberontakan. Sehingga Raden Kusen yang waktu itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.
Raden Kusen pun risikonya menghadapkannya ke Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi ialah Brawijaya V merasa terkesan oleh hal yang dilaksanakan oleh pendiri kesultanan Demak ini. Sehingga ia pun akhirnya mau mengakuinya selaku putranya.
Mendirikan Kesultanan Demak
Di dalam biografi Raden Patah, dia pun lalu diangkat selaku bupati. Selanjutnya pesantren Glagahwangi yang diresmikan olehnya diubah namanya menjadi Demak dengan ibu kota yang berjulukan Bintara.
Menurut kronik Tiongkok, pendiri kerajaan Demak ini sudah pindah dari Surabaya ke Demak di tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang pada tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu membuat Kung-ta-bu-mi atau Bhre Kertabhumi yang ada di Majapahit menjadi bingung dan juga khawatir.
Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo yang merupakan Sunan Ampel, akibatnya Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun selaku anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo yang merupakan ejaan Tionghoa untuk Bintoro. Untuk model perang dari Demak dan Majapahit terdapat beberapa versi. Untuk yang diberitakan di dalam naskah Babad dan serat, utamanya yaitu Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Perang Antara Kerajaan Demak dan Majapahit
Dikatakan bahwa Sunan Ampel melarang pendiri kesultanan Demak ini untuk memberontak pada Majapahit. Hal ini dikarenakan walaupun mempunyai agama yang berbeda, tetapi Raja Brawijaya tetaplah ayah dari Raden Patah.
Ketika sunan Ampel sudah tiada, Ia kesudahannya pun tetap melakukan penyerangan ke Majapahit. Sehingga untuk menetralisasi imbas agama lama, Sunan Giri lalu menduduki takhta Majapahit selama 40 hari.
Dikatakan pula dalam biografi Raden Patah tentang perang yang terjadi antara Demak melawan Majapahit yakni model Kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong. Dimana ia juga memberitakan bahwa adanya perang yang terjadi antara Jin Bun melawan Kung-ta-bu-mi (Kertabumi) di tahun 1478.
Perang tersebut terjadi sehabis ajal dari Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel. Dimana disini, Jin Bun menggempur ibu kota Majapahit. Menurut versi Tiongkok dikatakan bahwa Perang berakhir antara Demak dan Majapahit selsai dengan tertangkapnya Kung-ta-bu-mi alias Bhre Kertabhumi.
Ia dipindahkan ke Demak secara hormat. Sejak itu, Majapahit menjadi bawahan Demak dengan dipimpin seorang Tionghoa muslim berjulukan Nyoo Lay Wa sebagai bupatinya. Di tahun 1485, Nyoo Lay Wa tewas karena pemberontakan yang dilancarkan oleh kaum pribumi yang tidak baiklah dengan kepemimpinan Nyoo Lay Wa.
Ia lalu mengangkat Prabhu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Pa-bu-ta-la yang juga merupakan menantu kertabumi selaku penguasa Majapahit.
Menurut catatan bangsa Portugis dan naskkah Tiongkok, Perang antara Demak dan Majapahit terjadi kembali takkala Pa-bu-ta-la melakukan pekerjaan sama dengan Portugis di Malaka yang menciptakan Raden Patah tidak senang.
Pemerintahan Raden Patah
Majapahit mengalami kekalahan melawan Demak, tetapi Pa-bu-ta-la diampuni alasannya adalah dia ialah menantunya. Kerajaan Demak dibawah pemerintahan Raden Patah mengalami perkembangan pesat. Pemerintahannya dikenal sungguh menjunjung tinggi toleransi beragama dikala beliau berkuasa.
Ini dibuktikan dengan tidak menyerang umat hindu dan budha. Walaupun sempat menyerang majapahit ini bukan dilatarbelakangi alasannya adalah agama melainkan sebab politik.
Raden Patah juga dimengerti mendirikan Masjid Agung Demak yang menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Ia juga menjadikan masjid Agung Demak jadikan selaku pusat pemerintahan dari kerajaan Demak.
Raden Patah Wafat
Pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Raden Patah dikenali wafat pada tanggal 1518 di Demak, Jawa Tengah dalam usia 63 tahun. Posisinya sebagai sultan demak lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus atau yang diketahui dengan Pangeran Sabrang Lor atau dalam naskah Tiongkok diketahui sebagai Yat Sun.
Raden Patah diketahui memiliki istri bernama Putri Solekha, Randu Singa dan Putri Dipati Jipang. Dari pernikahannya tersebut Raden Patah mempunyai anak berjulukan Raden Surya atau Pati Unus, Raden Trenggono, Raden Kanduruwan, Raden Kikin dan Ratu Nyawa.
Biografi Raden Patah, Pendiri Kerajaan Demak Islam Pertama Di Jawa
Raden Patah diketahui sebagai pendiri kerajaan Demak yang ialah kerajaan islam pertama di Jawa. Raden Patah atau yang diketahui memiliki nama Tionghoa yakni Jin Bun atau yang lalu diketahui dengan Senapati Jimbun atau Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Ia merupakan Sultan Demak dan penguasa kerajaan Islam yang mempunyai garis keturunan Tionghoa.
Raden Patah selaku pendiri kerajaan Demak sudah memerintah kerajaan Demak semenjak tahun 1500 sampai tahun 1518. Untuk itu, bagi anda yang ingin untuk mengenali biografi Raden Patah secara singkat, maka anda pun bisa menyimak ulasannya berikut ini.
Biodata Raden Patah
Nama | Raden Fatah |
Nama Lain | Jin Bun, Senapati Jimbun, Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah |
Lahir | Palembang, Majapahit, 1455 |
Wafat | Demak, Demak Bintoro, 1518 |
Agama | Islam |
Dikenal | Pendiri Kerajaan Demak |
Biografi Raden Patah
Menurut Babad Tanah Jawi yang dilansir oleh wikipedia.com, Raden Patah diketahui lahir pada tahun 1455 di Palembang yang periode itu masih merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Ia merupakan seorang putra dari Brawijaya V yang ialah raja terakhir Majapahit.
Raden Patah juga merupakan anak dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini merupakan putri dari Kyai Batong atau yang dikenal juga dengan Tan Go Hwat. Hal tersebut terjadi dikarenakan Ratu Dwarawati yang ialah merasa cemburu, risikonya Raja Brawijaya pun terpaksa menunjukkan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yakni Arya Damar.
Ia pun menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Sehingga Ia alhasil kabur ke pulau Jawa dan ditemani oleh Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya pun langsung mencar ilmu pada Sunan Ampel di Surabaya. Kemudian Raden Kusen mengabdi ke Majapahit, sedangkan Ia pindah ke Jawa Tengah dan membuka hutan Glagahwangi menjadi suatu pesantren.
Perjalanan Hidup
Setelah mendirikan pesantren ternyata pesantren yang diresmikan olehnya pun semakin mengalami pertumbuhan. Hal ini pun mengakibatkan kekawatiran bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi kalau ketika waktu Raden Patah berencana untuk melaksanakan upaya pemberontakan. Sehingga Raden Kusen yang waktu itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.
Raden Kusen pun risikonya menghadapkannya ke Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi ialah Brawijaya V merasa terkesan oleh hal yang dilaksanakan oleh pendiri kesultanan Demak ini. Sehingga ia pun akhirnya mau mengakuinya selaku putranya.
Mendirikan Kesultanan Demak
Di dalam biografi Raden Patah, dia pun lalu diangkat selaku bupati. Selanjutnya pesantren Glagahwangi yang diresmikan olehnya diubah namanya menjadi Demak dengan ibu kota yang berjulukan Bintara.
Menurut kronik Tiongkok, pendiri kerajaan Demak ini sudah pindah dari Surabaya ke Demak di tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang pada tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu membuat Kung-ta-bu-mi atau Bhre Kertabhumi yang ada di Majapahit menjadi bingung dan juga khawatir.
Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo yang merupakan Sunan Ampel, akibatnya Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun selaku anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo yang merupakan ejaan Tionghoa untuk Bintoro. Untuk model perang dari Demak dan Majapahit terdapat beberapa versi. Untuk yang diberitakan di dalam naskah Babad dan serat, utamanya yaitu Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Perang Antara Kerajaan Demak dan Majapahit
Dikatakan bahwa Sunan Ampel melarang pendiri kesultanan Demak ini untuk memberontak pada Majapahit. Hal ini dikarenakan walaupun mempunyai agama yang berbeda, tetapi Raja Brawijaya tetaplah ayah dari Raden Patah.
Ketika sunan Ampel sudah tiada, Ia kesudahannya pun tetap melakukan penyerangan ke Majapahit. Sehingga untuk menetralisasi imbas agama lama, Sunan Giri lalu menduduki takhta Majapahit selama 40 hari.
Dikatakan pula dalam biografi Raden Patah tentang perang yang terjadi antara Demak melawan Majapahit yakni model Kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong. Dimana ia juga memberitakan bahwa adanya perang yang terjadi antara Jin Bun melawan Kung-ta-bu-mi (Kertabumi) di tahun 1478.
Perang tersebut terjadi sehabis ajal dari Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel. Dimana disini, Jin Bun menggempur ibu kota Majapahit. Menurut versi Tiongkok dikatakan bahwa Perang berakhir antara Demak dan Majapahit selsai dengan tertangkapnya Kung-ta-bu-mi alias Bhre Kertabhumi.
Ia dipindahkan ke Demak secara hormat. Sejak itu, Majapahit menjadi bawahan Demak dengan dipimpin seorang Tionghoa muslim berjulukan Nyoo Lay Wa sebagai bupatinya. Di tahun 1485, Nyoo Lay Wa tewas karena pemberontakan yang dilancarkan oleh kaum pribumi yang tidak baiklah dengan kepemimpinan Nyoo Lay Wa.
Ia lalu mengangkat Prabhu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Pa-bu-ta-la yang juga merupakan menantu kertabumi selaku penguasa Majapahit.
Menurut catatan bangsa Portugis dan naskkah Tiongkok, Perang antara Demak dan Majapahit terjadi kembali takkala Pa-bu-ta-la melakukan pekerjaan sama dengan Portugis di Malaka yang menciptakan Raden Patah tidak senang.
Pemerintahan Raden Patah
Majapahit mengalami kekalahan melawan Demak, tetapi Pa-bu-ta-la diampuni alasannya adalah dia ialah menantunya. Kerajaan Demak dibawah pemerintahan Raden Patah mengalami perkembangan pesat. Pemerintahannya dikenal sungguh menjunjung tinggi toleransi beragama dikala beliau berkuasa.
Ini dibuktikan dengan tidak menyerang umat hindu dan budha. Walaupun sempat menyerang majapahit ini bukan dilatarbelakangi alasannya adalah agama melainkan sebab politik.
Raden Patah juga dimengerti mendirikan Masjid Agung Demak yang menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Ia juga menjadikan masjid Agung Demak jadikan selaku pusat pemerintahan dari kerajaan Demak.
Raden Patah Wafat
Pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Raden Patah dikenali wafat pada tanggal 1518 di Demak, Jawa Tengah dalam usia 63 tahun. Posisinya sebagai sultan demak lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus atau yang diketahui dengan Pangeran Sabrang Lor atau dalam naskah Tiongkok diketahui sebagai Yat Sun.
Raden Patah diketahui memiliki istri bernama Putri Solekha, Randu Singa dan Putri Dipati Jipang. Dari pernikahannya tersebut Raden Patah mempunyai anak berjulukan Raden Surya atau Pati Unus, Raden Trenggono, Raden Kanduruwan, Raden Kikin dan Ratu Nyawa.
Biografi Nurhayati Subakat, Dongeng Sukses Perjalanan Pemilik Wardah Kosmetik
TintaTeras.com
Biografi Nurhayati Subakat, Dongeng Sukses Perjalanan Pemilik Wardah Kosmetik
TintaTeras.com