TintaTeras

Biografi Susilo Bambang Yudhoyono, Profil Presiden Keenam Indonesia

Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Pemimpin

TintaTeras.com – Biografi Susilo Bambang Yudhoyono. Ia umumdisapa SBY. Ia merupakan mantan presiden Indonesia keenam dengan abad pemerintahan selama dua abad atau selama 10 tahun. SBY ialah presiden pertama Indonesia yang diseleksi melalui jalur pemilu semenjak masa reformasi bergulir.

Biografi Susilo Bambang YudhoyonoIa juga merupakan pendiri partai Demokrat ialah salah satu partai yang pernah berkuasa di Indonesia. Sebelum menggeluti ke dunia politik dan menjadi presiden, beliau merupakan mantan jenderal TNI AD. Berikut profil dan biografi dari Susilo Bambang Yudhoyono.

Biodata Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Nama : Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Lahir : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949

Agama : Islam

Orang Tua : R. Soekotjo (ayah), Sitti Habibah (ibu)

Istri : Kristiani Herrawati.

Anak : Agus Harimurti Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono.

Biografi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Singkat

Susilo Bambang Yudhoyono atau yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama Kristiani Herawati atau diketahui dengan nama Ani Yudhoyono. Ia merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.

Biografi Susilo Bambang Yudhoyono

Pensiunan jenderal berbintang empat ini yaitu anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas.

Dari pernikahannya dengan Ani Yudhoyono, SBY dikaruniai dua orang putra adalah Agus Harimurti Yudhoyono, lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara Magelang yang mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY di dalam militer.

Agus Harimurti juga lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa lalu putra kedua adalah Edhie Baskoro Yudhoyono yang merupakan lulusan Nanyang Technological University di bidang Ekonomi dan bekecimpung di dunia politik.

Masa Kecil SBY

Pendidikan SR yaitu pijakan era depan paling memilih dalam diri SBY. Ketika duduk di dingklik kelas lima, beliau untuk pertamakali kenal dan dekat dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah.

Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. SBY masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun. Ini ialah sekolah idola bagi bawah umur Kota Pacitan.

Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk merealisasikan harapan masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) sehabis lulus Sekolah Menengan Atas final tahun 1968.

Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).

Masuk Militer

Namun lalu, SBY justru menentukan masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu mencar ilmu di PGSLP Malang itu, dia menyiapkan diri untuk masuk Akabri.

Tahun 1970, risikonya ia masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah setelah lulus cobaan penerimaan akhir di Bandung. Di Magelang saat sedang menjalani pendidikan Akabri, ia bertemu dengan jodohnya Ani Yuhoyono yang masa itu merupakan anak dari Gubernur AKABRI, Sarwo Edhie Wibowo seperti yang disebutkan dalam Buku Biografi Ani YudhoyonoKepak Sayap Putri Prajurit‘ yang tulis oleh Alberthiene Endah.

Lulusan Terbaik AKABRI

Dalam biografi Susilo Bambang Yudhoyono dikenali bahwa SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol sebab tubuhnya yang tegap dan tinggi.

Selama pendidikan AKABRI, Susilo Bambang yudhoyono menjangkau predikat lulusan terbaik AKABRI pada tahun 1973 dengan mendapatkan penghargaan lencana Adhi Makasaya. Setelah lulus AKABRI, SBY lalu melamar Ani Yudhoyono.

Setelah menikah, SBY melanjutkan pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih gaji graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983).

Kemudian Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991).

Gelar MA diperoleh dari Webster University AS. Perjalanan karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan selaku Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi eksklusif sekitar 30 serdadu.

Pengalaman Militer

Batalyon Linud 330 merupakan salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang mempunyai nama harum dalam aneka macam operasi militer.

Ketiga batalyon itu adalah Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak.

Kefasihan berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975.

Kemudian sekembali ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur.

Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau diposisikan selaku Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982). Ketika bertugas di Mabes Tentara Nasional Indonesia-AD, itu SBY kembali mendapat potensi sekolah ke Amerika Serikat.

Dari tahun 1982 hingga 1983, beliau mengikuti Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983 sekaligus praktek kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983.

Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando Batalyon, 1985. Pada saat bersama-sama SBY menjabat Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)

Lalu beliau dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar selaku lulusan terbaik Seskoad 1989.

SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan peran antara lain menciptakan naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat.

Lalu ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, beliau ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993).

Lalu, beliau kembali bertugas di satuan tempur, diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bareng dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian menjabat Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Tak lama lalu, SBY diandalkan bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995).

Beliau menjabat selaku Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996).

Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang spesial MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).

Terjun Ke Dunia Politik

Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, ketika memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika diandalkan menjabat selaku Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid.

Tak usang lalu, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben alasannya adalah Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam.

Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, dia memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam.

Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik. Yang kemudian mengantarkannya ke bangku puncak kepemimpinan nasional sesudah mendirikan partai Demokrat pada tahun 2001.

Menjadi Presiden Indonesia Keenam

Dan jadinya, pada pemilu Presiden eksklusif putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih iktikad lebih banyak didominasi rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 ia dilantik menjadi Presiden RI ke-6.

Kemudian setelah akhir jabatannya pada tahun 2009, ia lalu menginformasikan akan maju lagi sebagai kandidat presiden dengan yang didampingi oleh Boediono selaku Cawapres yang diusung oleh partai Demokrat.

Setelah penyeleksian biasa pada tahun 2009, SBY lalu terpilih untuk kedua kalinya sebagai presiden dengan kurun jabatan 2009 sampai 2014 bareng Boediono selaku wakil presiden.

Pendidikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

  • Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
  • American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
  • Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
  • Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
  • On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
  • Jungle Warfare School, Panama, 1983
  • Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
  • Kursus Komando Batalyon, 1985
  • Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
  • Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
  • Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS

Karier Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

  • Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
  • Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
  • Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
  • Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
  • Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
  • Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
  • Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
  • Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
  • Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
  • Dosen Seskoad (1989-1992)
  • Korspri Pangab (1993)
  • Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
  • Asops Kodam Jaya (1994-1995)
  • Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
  • Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
  • Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
  • Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
  • Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
  • Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
  • Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
  • Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid)
  • Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
  • Penugasan : Operasi Timor Timur 1979-1980 dan 1986-1988
  • Presiden Republik Indonesia Dua periode  2004-2014

Penghargaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

  • Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
  • Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
  • Satya Lencana Seroja, 1976
  • Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
  • Satya Lencana Dwija Sista, 1985
  • Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
  • Dosen Terbaik Seskoad, 1989
  • Satya Lencana Santi Dharma, 1996
  • Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
  • Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
  • Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
  • Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
  • Wing Penerbang TNI-AU, 1998
  • Wing Kapal Selam Tentara Nasional Indonesia-AL, 1998
  • Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
  • Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
  • Bintang Dharma, 1999
  • Bintang Maha Putera Utama, 1999
  • Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
  • Bintang Asia (Star of Asia) dari BusinessWeek, 2005
  • Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei
  • Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio, 2006.

Berikut Daftar Biografi atau Profil Presiden yang pernah memimpin Indonesia :

  1. Biografi Ir. Soekarno Presiden Pertama Indonesia
  2. Biografi Soeharto Presiden Kedua Indonesia 
  3. Biografi B.J Habibie Presiden Ketiga Indonesia 
  4. Biografi KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) Presiden Keempat Indonesia 
  5. Biografi Megawati Soekarno Putri Presiden kelima Indonesia
  6. Biografi Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Keenam Indonesia
  7. Biografi Joko Widodo (Jokowi) Presiden Ketujuh Indonesia (Sekarang)

Biografi Lafran Pane, Sejarah Dari Pendiri Hmi (Himpunan Mahasiswa Islam)

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Sejarah

Organisiasi HMI atau Himpunan Mahasiswa Islam ialah organisasi mahasiswa paling besar di Indonesia. Pendiri HMI berjulukan Lafran Pane. HMI menjadi salah satu organisasi yang kadernya banyak berkiprah dan terkenal dalam roda pemerintahan Indonesia.

Biografi Lafran Pane

Biografi Lafran Pane

Lafran Pane lahir di kampung Pagurabaan, Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan. Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padang sidempuan tanggal 5 Februari 1922.

Untuk menyingkir dari aneka macam macam tafsiran, sebab bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923.

Sebelum tamat dari STI Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada bulan April 1948. Setelah Universitas Gajah Mada (UGM) dinegerikan tanggal 19 desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam fakultas Hukum, ekonomi, sosial politik (HESP).

Dalam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran termasuk dalam mahasiswa-mahasiswa yang pertama meraih gelar sarjana, yakni tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran pane menjadi Sarjana Ilmu Politik yang pertama di Indonesia.

Mengenai Lafran Pane Sujoko Prasodjo dalam suatu artikelnya di majalah Media nomor : 7 Thn. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, menuliskan :

….Sesungguhnya, tahun-tahun awal riwayat HMI ialah hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula kelahiran HMI, bila dilarang kita katakan sebagai tokoh pendiri terutama”.

Sejarah Pendiri HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Semasa di STI inilah Lafran Pane mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (hari rabu pon, 14 Rabiul Awal 1366 H /5 Februari 1947 pukul 16.00). HMI ialah organisasi mahasiswa yang berlabelkan “islam” pertama di Indonesia dengan dua tujuan dasar.

Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan pemikiran agama Islam. Dua tujuan inilah yang kelak menjadi pondasi dasar gerakan HMI selaku organisasi maupun individu-individu yang pernah dikader di HMI.

Biografi Lafran Pane

Jika dinilai dari perspektif hari ini, pandangan nasionalistik rumusan tujuan tersebut barangkali tidak tampak hebat. Namun kalau dinilai dari persyaratan tujuan organisasi-organisasi Islam pada kurun itu, tujuan nasionalistik HMI itu menunjukkan sebuah pengesahan bahwa Islam dan Keindonesiaan tidaklah bertentangan, tetapi berjalin berkelindan.

Dengan kata lain Islam mesti mampu menyesuaikan diri dengan Indonesia, bukan sebaliknya. Dalam rangka mensosialisasikan ide keislaman-keindonesiaanya. Pada Kongres Muslimin Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Jogjakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia.

Pemikiran Lafran Pane

Lafran Pane menulis sebuah postingan dalam pemikiran lengkap kongres KMI (Yogyakarta, Panitia Pusat KMI Bagian Penerangan, 1949, hal 56). Artikel tersebut berjudul “Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia”.

Dalam goresan pena tersebut Lafran membagi penduduk islam menjadi 4 golongan. Pertama, golongan awam , yaitu mereka yang mengamalkan fatwa islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan mirip upacara kawin, mati dan selamatan. Kedua, kelompok alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang ingin agama islam dipraktekan sesuai dengan yang dijalankan oleh Nabi Muhammad S.A.W.

Biografi Lafran Pane

Ketiga, kalangan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh gaib. Pengaruh gaib ini menjadikan mereka berpandangan bahwa hidup hanyalah untuk akhirat saja. Mereka tidak begitu menimbang-nimbang lagi kehidupan dunia (ekonomi, politik, pendidikan).

Sedangkan golongan keempat yakni kalangan kecil yang mecoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, agar agama itu sungguh-sungguh mampu dipraktekan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.

Lafran sendiri meyakini bahwa agama islam mampu menyanggupi kebutuhan-keperluan manusia pada segala waktu dan tempat, artinya dapat menselaraskan diri dengan kondisi dan kebutuhan penduduk dimanapun juga. Adanya beragam bangsa yang berlawanan-beda masyarakatnya, yang terganting pada faktor alam, kebiasaan, dan lain-lain. Maka kebudayaan islam mampu diselaraskan dengan penduduk masing-masing.

Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta

Sebagai muslim dan warga Negara Republik Indonesia, Lafran juga membuktikan semangat nasionalismenya. Dalam peluang lain, pada pidato pengakuan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta (kini UNY), kamis 16 Juli 1970.

Lafran menyebutkan bahwa Pancasila ialah hal yang tidak bisa berubah. Pancasila harus dipertahankan selaku dasar Negara Republik Indonesia. Namun ia juga tidak menolak bermacam-macam pandangan ihwal pancasila, Lafran menyampaikan dalam pidatonya:

….Saya termasuk orang yang tidak baiklah jika Pemerintah atau MPR menyelenggarakan interprestasi yang tegar tentang pancasila ini, karena dengan demikian terikatlah pancasila dengan waktu. Biarkan saja setiap kelompok mempunyai interpretasi sendiri-sendiri tentang pancasila ini. Dan interpretasi kelompok tersebut mungkin akan berlawanan-beda sesuai dengan kemajuan zaman. Adanya interpretasi yang berbeda-beda mengambarkan kemampuan pancasila ini untuk selam-lamanya sebagai dasar (filsafat) Negara “. (hal.6)

Dari tulisan diatas nampak Lafran sangat terbuka terhadap beragam interpretasi terhadap pancasila, termasuk pada Islam. Islam bertumpu pada ajarannya memiliki semangat dan wawasan modern, baik dalam politik, ekonomi, aturan, demokrasi, budbahasa, budpekerti, sosial maupun egalitarianisme.

Egalitarianisme ini adalah aspek yang paling fundamental dalam Islam, semua manusia sama tanpa membedakan warna kulit, ras, status sosial-ekonomi. Wajah islam yang mirip ini selazimnya mampu dibingkai dalam wadah keindonesiaan. Wawasan keislaman dalam wadah keindonesiaan akan sesuai dengan perkembangan waktu dan daerah. Untuk kepentingan insan kekinian diseluruh jagat raya ini selaku rahmatan lil alamin.

Setiap 25 Januari, sebuah organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan mengenang satu orang: Prof. Drs. H. Lafran Pane. Dia pemrakarsa berdirinya HMI, organisasi yang banyak melahirkan sumber daya manusia (SDM) terbaik di negeri ini, juga punya andil besar terhadap lahirnya proklamasi. Pada 25 Januari 1991, beliau meninggal dunia. Singkat kata, Lafran Pane Layak dijadikan tokoh nasional bahkan satria nasional.

Perkembangan HMI Pasca Wafatnya Lafran Pane

Karena HMI sebagai suatu organisasi mahasiswa paling besar yang yang bisa melahirkan tokoh-tokoh terbaik bangsa di negeri ini seperti Dahlan Ranuwiharjo, Deliar Noer, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafi Maarif, Kuntowijoyo, Endang Syaifuddin Anshori, Chumaidy Syarif Romas, Agussalim Sitompul, Dawam Rahardjo, Immaduddin Abdurrahim, Ahmad Wahib, Djohan Effendi, Ichlasul Amal, Azyumardi Azra, Fachry Ali, Bahtiar Effendy, dll,

Terdapat juga tokoh-tokoh sosial-ekonomi-politik seperti HMS Mintaredja, M,Sanusi, Bintoro Cokro Aminoto, Ahmad Tirtosudiro, Amir Radjab Batubara, Mar’ie Muhammad, Sulastomo, Ismail Hasan Metareum, Hamzah Haz, Bachtiar Hamzah, Ridwan Saidi, Jusuf Kalla, Amien Rais, Akbar Tanjung, Fahmi Idris, Mahadi Sinambela, Ferry Mursyidan Baldan, Hidayat Nur Wahid, Marwah Daud Ibrahim, Munir SH, Adyaksa Dault, Abdullah Hemahua, Yusril Ihza Mahendra, Syaifullah Yusuf, Bursah Jarnubi, Hamid Awwaluddin, Jimlie Asshiddiqi, Anas Urbaningrum, dan masih banyak lagi. www.biografiku.com

Biografi Mahfud Md, Profil Beserta Biodata Lengkap

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Politikus,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Biografi Mahfud MD. Beliau diketahui sebagai seorang politisi dan juga akademisi di bidang ilmu aturan. Mahfud MD pernah menjabat selaku  Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia dan juga menjabat posisi menteri di periode pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Kini beliau menjabat selaku Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan dimasa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Berikut kami suguhkan profil dan biografi Mahfud MD secara singkat berserta Biodata.

Biodata Mahfud MD

Biografi Mahfud MDNama : Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U

Lahir : Madura, Jawa Timur, 13 Mei 1957

Agama : Islam

Orang Tua : Mahmodin (ayah), Suti Khadidjah (ibu)

Istri : Zaizatoen Nirhajati

Anak : Mohammad Ikhwan Zein, Vina Amalia, dan Royhan Akbar

Profesi : Akademisi dan Politisi

Biografi Mahfud MD

Beliau terlahir dengan nama lengkap Mohammad Mahfud diketahui dengan nama Mahmud MD. dilahirkan pada 13 Mei 1957 di Omben, Sampang Madura. Ia merupakan anak dari pasangan Mahmodin dan Suti Khadidjah.

Ayahnya yang bernama Mahmodin bekerja sebagai pegawai rendahan di kantor Kecamatan Omben, Madura. Namun ia kerap berpindah-pindah tugas. Singkatan MD dibelakang nama Mahmud merupakan nama kependekan ayahnya.

Mahfud MD ialah anak keempat dari tujuh bersaudara, Tiga kakaknya antara lain Dhaifah, Maihasanah dan Zahratun. Sementara ketiga adiknya bernama Siti Hunainah, Achmad Subkhi dan Siti Marwiyah.

Istri Mahfud MD berjulukan Zaizatoen Nirhajati. Dari pernikahannya tersebut, Mahfud MD dikaruniai tiga orang anak berjulukan Mohammad Ikhwan Zein, Vina Amalia, dan Royhan Akbar.

Masa Kecil

Mengenai abad kecil Mahfud MD, Ketika berusia dua bulan, keluarga Mahmodin berpindah lagi ke tempat asalnya yaitu Pamekasan dan diposisikan di Kecamatan Waru.

Di sanalah Mahfud menghabiskan kala kecilnya dan memulai pendidikan sampai usia 12 tahun. Dimulai berguru dari surau sampai lulus Sekolah Dasar.

Latar kehidupan keluarganya yang berada di lingkungan taat beragama menciptakan derma nama arab tersebut penting. Mahfud mengenyam pendidikan dasar dengan belajar agama Islam dari surau dan madrasah diniyyah di desa Waru, utara Pamekasan. Ia juga bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Waru. Pamekasan, Madura.

Memasuki usia tujuh tahun, Mahfud direpotkan dengan belajar setiap harinya. Pagi hari menjalani pendidikan Sekolah Dasar, mencar ilmu di madrasah ibtidaiyah pada sorenya harinya. Dan menghabiskan waktu malam hingga pagi di surau untuk mendalami agama.

Setamat dari Sekolah Dasar, Mahfud dikirim berguru ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan. Pada abad itu, ada pujian tersendiri bagi orang Madura kalau anaknya bisa menjadi guru ngaji, ustadz, kyai atau guru agama.

Lulus dari PGA sesudah 4 tahun belajar, Mahfud terpilih mengikuti Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sebuah sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama yang terletak di Yogyakarta. Sekolah ini merekrut luluan terbaik dari PGA dan MTs seluruh Indonesia.

Kuliah di Fakultas Hukum UII

Mahfud simpulan dari PHIN pada 1978, Ia rencananya hendak melanjutkan sekolah ke PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an) di Mesir. Sementara menanti persetujuan beasiswa, Mahfud berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dan Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Arab) UGM.

Telanjur betah di Fakultas Hukum, Mahfud menetapkan meneruskan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang dirangkapnya dengan kuliah di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada Jurusan Sastra Arab.

Namun kuliahnya di Fakutas Sastra tidak berlanjut sebab merasa ilmu bahasa Arab yang diperoleh di jurusan itu tidak lebih dari yang didapat dikala di pesantren dahulu. Mengingat kemampuan ekonomi orang bau tanah yang pas-pasan, Mahfud ulet mencari ongkos kuliah sendiri termasuk gigih mendapatkan beasiswa.

Hal itu tidak susah bagi Mahfud, lewat goresan pena-goresan pena yang diangkut di Harian Kedaulatan Rakyat dan Harian Masa Kini, Mahfud sukses menerima honorarium. Begitu juga, beasiswa Rektor UII, Yayasan Supersemar dan Yayasan Dharma Siswa Madura berhasil diperolehnya.

Aktivis Ketika Kuliah

Sejak Sekolah Menengah Pertama MD, Mahfud sampaumur kepincut melihat hiruk pikuk kampanye pemilu. Disitulah bibit-bibit kecintaannya pada politik terlihat.

Pada era kuliah kecintaannya pada politik makin membuncah dan disalurkannya dengan malang melintang di aneka macam organisasi kemahasiswaan intra universitas seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, dan Pers Mahasiswa.

Sebelumnya Mahfud juga aktif di organisasi tambahan universiter Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pilihannya pada HMI didorong oleh pemahamannya kepada medan politik di UII. Saat itu untuk bisa menjadi pimpinan organisasi intra kampus mesti berstempel sebagai pelopor HMI.

Namun dari beberapa organisasi intra kampus yang pernah dia ikuti, hanya Lembaga Pers Mahasiswa yang paling ia tekuni. Sejarah mencatat dia pernah menjadi pimpinan di majalah Mahasiswa Keadilan (tingkat fakultas hukum), beliau juga memimpin Majalah Mahasiswa Muhibbah (tingkat universitas) yang pernah di bredel pemerintahan Soeharto.

Mengajar Sebagai Dosen

Lulus dari Fakultas Hukum pada tahun 1983, Mahfud tertarik untuk ikut melakukan pekerjaan dan mengajar di almamaternya ialah Universitas Islam Indonesia selaku dosen dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sekian waktu menggeluti ilmu aturan, Mahfud menemukan banyak sekali kekalutan terkait peran dan posisi hukum.

Kekecewaannya pada hukum mulai terungkap, Mahfud menganggap aturan senantiasa dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik. Berangkat dari kegundahan itu, Mahfud termotivasi ingin berguru Ilmu Politik.

Menurut Mahfud, hukum tidak mampu melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya sebab selalu diintervensi oleh politik. Dia melihat bahwa energi politik selalu lebih besar lengan berkuasa daripada energi hukum sehingga dia ingin berguru ilmu politik.

Oleh sebab itu, dikala datang peluang memasuki Program Pasca Sarjana S-2 dalam bidang Ilmu Politik pada tahun 1985 di UGM, Mahfud tanpa bimbang segera mengikutinya.

Di UGM, Mahfud mendapatkan kuliah dari dosen-dosen Ilmu Politik terkenal seperti Moeljarto Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhamin, Amien Rais, dan lain-lain.

Keputusannya mengambil Ilmu Politik yang notabene berlawanan dengan konsentrasinya di bidang hukum tata negara bukan tanpa konsekuensi. Sebab selaku dosen (PNS), jikalau mengambil studi lanjut di luar bidangnya tidak akan dijumlah untuk jenjang kepangkatan.

Karena itulah selepas lulus dari Program S-2 Ilmu Politik, Mahfud lalu mengikuti pendidikan Doktor (S-3) dalam Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM hingga alhasil lulus selaku doktor (1993).

Disertasi doktornya wacana “Politik Hukum” cukup fenomenal dan menjadi bahan bacaan pokok di acara pascasarjana bidang ketatanegaraan pada berbagai sekolah tinggi tinggi karena pendekatannya yang mengkombinasikan dua bidang ilmu yaitu ilmu aturan dan ilmu politik.

Dalam sejarah pendidikan doktor di UGM, Mahfud tercatat selaku akseptor pendidikan doktor yang menyelesaikan studinya dengan cepat. Pendidikan S-3 di UGM itu diselesaikannya hanya dalam waktu 2 tahun 8 bulan.

Guru Besar Dalam Waktu Singkat

Didukung oleh karya tulisnya yang sangat banyak, baik dalam bentuk buku, jurnal, maupun makalah ilmiah, dari Lektor Madya, Mahfud melompat lagi, langsung menjadi Guru Besar. Jika dihitung dari awal menjadi dosen sampai menjangkau gelar guru besar, Mahfud cuma memerlukan waktu 12 tahun.

Hal itu menjadi sesuatu yang cukup berkesan baginya. Sebab lazimnya seseorang bisa merengkuh gelar Guru Besar minimal memerlukan waktu 20 tahun sejak awal kariernya.

Dengan rentang waktu tersebut, Mahfud memegang rekor tercepat dalam sejarah pencapaian gelar Guru Besar. Dalam biografi Mahfud MD dimengerti bahwa dia dikukuhkan sebagai Guru Besar atau Profesor bidang Politik Hukum pada tahun 2000, dalam usia masih relatif muda yakni 40 tahun.

Pencapain itu dicapai Mahfud dikala usianya baru menginjak 41 tahun. Tidak heran jikalau pada waktu itu, Mahfud termasuk selaku Guru Besar termuda di zamannya. Satu nama yang mampu disejajarkan yakni Yusril Ihza Mahendra, yang juga meraih gelar Guru Besar pada usia muda.

Karir Politik Mahfud MD

Perjalanan karier pekerjaan dan jabatan Mahfud MD tergolong langka dan tidak umum sebab begitu hebat. Bagaimana tidak, dimulai dari karier selaku lalu secara hebat mengecap jabatan penting dan strategis secara berurutan pada tiga cabang kekuasaan, administrator, legislatif dan yudikatif.

Eksekutif

Karier Mahfud MD semakin cemerlang, tidak saja dalam lingkup akademik tetapi masuk ke jajaran birokrasi direktur di level sentra dikala di tahun 1999-2000 didaulat menjadi Pelaksana Tugas Staf Ahli Menteri Negara Urusan HAM (Eselon I B).

Berikutnya pada tahun 2000 diangkat pada jabatan Eselon I A sebagai Deputi Menteri Negara Urusan HAM, yang membidangi produk legislasi urusan HAM. Belum cukup hingga di situ, kariernya terus menanjak pada 2000-2001 ketika mantan penggerak HMI ini dikukuhkan sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional di kurun pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

Sebelumnya, Mahfud ditawari jabatan Jaksa Agung oleh Presiden Abdurrahman Wahid tetapi menolak alasannya merasa tidak mempunyai kemampuan teknis. Selain menjadi Menteri Pertahanan, Mahfud sempat pula merangkap sebagai Menteri Kehakiman dan HAM sesudah Yusril Ihza Mahendra diberhentikan sebagai Menteri Kehakiman dan HAM oleh Presiden Gus Dur pada 8 Februari 2001.

Meski diakui, Mahfud tidak pernah efektif menjadi Menteri Kehakiman alasannya diangkat pada 20 Juli 2001 dan Senin, 23 Juli, Gus Dur lengser. Sejak itu Mahfud menjadi Menteri Kehakiman dan HAM demisioner.

Pada bulan oktober 2019, Mahfud MD ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjabat selaku Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan pada kabinet Indonesia Maju kala 2019 sampai 2024. Ia mengambil alih Wiranto yang sebelumnya menjabat sebagai Kemenpolhukam.

Legislatif

Ingin mencoba dunia gres, Mahfud MD memutuskan menggeluti ke politik praktis. Mahfud sempat menjadi Ketua Departemen Hukum dan Keadilan DPP Partai Amanat Nasional (PAN) di permulaan-permulaan partai itu dibuat dimana Mahfud juga turut membidani.

Sempat menetapkan untuk kembali menekuni dunia akademis dengan keluar dari PAN dan kembali ke kampus. Meski memulai karier di PAN, Mahfud tak meneruskan langkahnya di partai yang beliau deklarasikan itu, justru kemudian bergabung dengan mentornya, Gus Dur di Partai Kebangkitan Bangsa.

Tidak menanti usang, Mahfud diandalkan menjadi Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun 2002-2005. Di tengah-tengah kegiatan berpolitik itu, Universitas Islam Kadiri (Uniska) meminang Mahfud MD untuk menjadi Rektor kurun 2003-2006.

Meski bersedia, tetapi beberapa waktu lalu Mahfud mengundurkan diri alasannya khawatir tidak mampu berbuat optimal ketika menjadi Rektor balasan kegiatan serta domisilinya yang di luar Kediri.

Kiprahnya terus berlanjut, kali ini di dunia politik, Mahdud terpilih menjadi anggota DPR RI masa 2004-2008. Mahfud MD bertugas di Komisi III DPR sejak 2004.bareng koleganya di Fraksi Kebangkitan Bangsa.

Namun semenjak 2008, Mahfud MD berpindah ke Komisi I dewan perwakilan rakyat. Di samping menjadi anggota legislatif, sejak 2006 Mahfud juga menjadi Anggota Tim Konsultan Ahli pada Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkumham).

Yudikatif

Belum puas berkarier di administrator dan legislatif, Mahfud MD mantap menjatuhkan opsi mengabdi di ranah yudikatif untuk menjadi hakim konstitusi melalui jalur DPR.

Setelah melalui serangkaian proses uji kelayakan dan kepatutan bareng 16 kandidat hakim konstitusi di Komisi III dewan perwakilan rakyat kesudahannya Mahfud bersama dengan Akil Mochtar dan Jimly Asshiddiqie terpilih menjadi hakim konstitusi dari jalur dewan perwakilan rakyat.

Mahfud MD terpilih mengambil alih hakim Konstitusi Achmad Roestandi yang memasuki abad purna peran. Pelantikannya menjadi Hakim Konstitusi terhitung semenjak 1 April 2008, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 14/P/Tahun 2008, yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Maret 2008.

Selanjutnya, pada penyeleksian Ketua Mahkamah Konstitusi, yang berlangsung terbuka di ruang sidang pleno Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa 19 Agustus 2008, Mahfud MD terpilih menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi abad 2008-2011 menggantikan ketua sebelumnya, Jimly Asshiddiqie.

Dalam pemungutan bunyi, Mahfud menang tipis, satu suara yaitu mendapat 5 suara sedang Jimly 4 bunyi. Secara resmi, Mahfud MD dilantik dan mengangkat sumpah Ketua Mahkamah Konstitusi di Gedung Mahkamah Konstitusi, pada Kamis 21 Agustus 2008.

Biografi Dan Profil Sri Sultan Hamengku Buwono X

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Pemimpin

TintaTeras.com – Sri Sultan Hamengkubuwana X atau dalam bahasa jawa disebut dengan Sri Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh, ia lahir dengan nama Bendara Raden Mas Herjuno Darpito. Sri Sultan Hamengkubuwana X lahir pada tanggal 2 April 1946 di Yogyakarta.

Di tahun 1968, Sri Sultan Hamengkubuwana X menikah dengan Tatiek Dradjad Supriastuti yang sekarang dikenal sebagai Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Pada tanggal 7 Maret 1989 dia dinobatkan selaku raja Kasultanan Yogyakarta dan pada tahun 1998 menjabat sebagai Gubernur Daerah spesial Yogyakarta.

Sri Sultan Hamengku Buwono X atau yang sering disebut dengan Sri Sultan HB X ialah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang ketika ini masih aktif menjabat.

Salah satu tokoh yang juga ikut ikut serta dalam acara politik di Indonesia ini mempunyai gelar resmi yang diberikan semenjak 7 Maret 1989. Berbagai aktivitas sosial dan politik telah diikuti oleh Raja Yogyakarta yang mempunyai nama lahir BRM Herjuno Darpito.

Bahkan, pada abad mudanya Sri Sultan juga sempat mengenyam pendidikan sarjana di Universitas Gadjah Mada dengan mengambil bidang studi Fakultas Hukum.

Selama mengambil bidang pendidikan aturan, Sri Sultan mulai mengembangkan contoh pikir yang lebih terbaru untuk meningkatkan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Meskipun aktif dalam kegiatan sosial dan politik, namun Sri Sultan Hamengku Buwono X memilih untuk mengambil jalan netral saat berada di pusaran politik pemerintahan. Hal ini terlihat ketika Sri Sultan juga pernah aktif dalam kepengurusan Partai Golongan Karya.

Bahkan, dirinya juga pernah menjabat selaku Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar. Namun, dirinya harus rela untuk melepaskan jabatan di partai politik karena hal ini berkaitan dengan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta yang telah disahkan pada tahun 2012 lalu.

Salah satu hukum yang telah ditetapkan pada Undang-undang itu yakni melarang Gubernur yang dijabat oleh Sri Sultan untuk ikut dan terjun pribadi di dunia politik.

Selalu Aktif Dalam Kegiatan Budaya

Sri Sultan Hamengku Buwono X juga pernah ikut ikut serta dalam kegiatan birokrasi hingga sosial, khususnya di Yogyakarta. Hingga dikala ini. Sri Sultan pernah ikut dalam beberapa organisasi seperti Kadinda DIY selaku Ketua Umum, Ketua KONI Daerah Istimewa Yogyakarta, dan beberapa jabatan yang lain.

Sebagai tokoh nasional yang mempunyai efek cukup besar di Indonesia, dirinya juga ikut dalam aktivitas politik Deklarasi Ciganjur. Deklrasi ini dicetuskan Sri Sultan dengan beberapa tokoh nasional lainnya selaku sikap ketika terjadinya reformasi di Indonesia.

Impian Kebhinekaan yang terus-menerus digaungkan oleh Sultan dianggap sebagai pertimbangan ketika dirinya menjadi pembicara pada pelatihan kebangsaan.

Sri Sultan Hamengku Buwono X yang lahir pada 2 Maret 1946 lima orang putri dari pernikahannya dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas adalah GKR Pembayun, GKR Candrakirana, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara.

Beberapa pemikiran kritis yang dimiliki Sri Sultan lalu dituangkan pada Karya Ilmiah yang berjudul Kerangka Konsepsi Politik Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1989 dan Bercermin Di Kalbu Rakyat yang terbit pada 1999.

Kegiatan sosial, politik dan kebudayaan yang dikerjakan Sri Sultan juga senantiasa memberikan hasil yang sangat positif bagi banyak kalangan. Hal ini yang membuat dirinya mendapatkan Gelar Doktor Kehormatan dari ISI atau Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Pemberian gelar ini alasannya sumbangan Sri Sultan pada seni pertunjukan kekinian dan tradisi yang mulai dilakukannya dari 1989 sampai kini.

Biografi Ismail Marzuki – Cerita Sang Maestro Musik Indonesia

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Musisi,  Pahlawan Nasional,  Seniman

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Ismail Marzuki. Pahlawan Nasional ini dikenal sebagai salah satu sang maestro musik Indonesia. Dari tangannya, banyak tercipta karya-karya lagu usaha yang sampai kini terus dinyayikan oleh rakyat Indonesia. Besarnya jasa Ismail Marzuki membuat pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional terhadap Ismail Marzuki.

Biografi Ismail Marzuki

  • Nama : Ismail Marzuki
  • Lahir : Jakarta, 11 Mei 1914
  • Wafat : Jakarta, 25 Mei 1958
  • Orang Tua : Marzuki (ayah), Solechah (ibu)
  • Istri : Eulis Zuraidah
  • Anak : Rachmi Aziah
  • Gelar : Pahlawan Nasional

Masa Kecil

Ismail Marzuki lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914. Ismail Marzuki yang lebih dikenal dengan panggilan Maing. Ia merupakan anak dari keluarga keturunan Betawi. Ismail Marzuki diketahui memiliki talenta seni yang sulit dicari bandingannya. Sosoknya pun fantastis. Ia merupakan anak dari pasangan Marzuki dan Solechah.

Dalam biografi Ismail Marzuki, dia terkenal sebagai cowok yang berkepribadian luhur dan termasuk anak berilmu. Ismail semenjak muda senang tampil necis. Bajunya disetrika licin, sepatunya mengkilat dan dia senang berdasi. Darah seni Ismail mengalir dari ayahnya, Marzuki, yang saat itu seorang pegawai di perusahaan Ford Reparatieer TIO.

Ayahnya, Marzuki diketahui gemar memainkan kecapi dan mahir melagukan syair-syair yang bernapaskan Islam. Makara tidak asing bila lalu Ismail sejak kecil sudah kesengsem dengan lagu-lagu.

Orang bau tanah Ismail Marzuki ialah Marzuki dan Solechah termasuk golongan penduduk Betawa intelek yang berpikiran maju. Ismail Marzuki yang diundang dengan nama Ma’ing, semenjak bocah sudah menawarkan minat yang besar terhadap seni musik.

Pendidikan Ismail Marzuki

Ayahnya berpenghasilan cukup sehingga mampu berbelanja piringan hitam dan gramafon yang populer disebut “mesin ngomong” oleh penduduk Betawi tempo dahulu. Ismail Marzuki disekolahkan ayahnya ke suatu sekolah Katolik HIS Idenburg, Menteng.

Nama panggilannya di sekolah ialah Benyamin. Tapi kemudian ayahnya merasa cemas jikalau nantinya bersifat kebelanda-belandaan, Ismail Marzuki lalu dipindahkan ke Madrasah Unwanul-Falah di Kwitang. Beranjak cukup umur, beliau dibelikan ayahnya alat musik sederhana.

Bahkan tiap naik kelas Ismail Marzuki diberi kado harmonika, mandolin, dan gitar. Setelah lulus, ia masuk sekolah MULO dan membentuk grup band sendiri. Di situ beliau memainkan alat musik banyo dan gemar memainkan lagu-lagu gaya Dixieland serta lagu-lagu Barat yang digandrungi pada periode itu.

Setelah tamat MULO, Ismail Marzuki melakukan pekerjaan di Socony Service Station selaku kasir dengan honor 30 gulden sebulan, sehingga ia mampu menabung untuk membeli biola. Namun, pekerjaan sebagai kasir dinikmati kurang cocok baginya.

Ia kemudian pindah pekerjaan dengan honor tidak tetap selaku verkoper (penjual) piringan hitam buatan Columbia dan Polydor yang berkantor di Jalan Noordwijk (kini Jalan Ir. H. Juanda) Jakarta.

Terjun Ke Dunia Musik

Penghasilannya tergantung pada jumlah piringan hitam yang beliau jual. Rupanya, pekerjaan ini hanya selaku batu loncatan ke jenjang karier berikutnya dalam bidang musik.

Selama melakukan pekerjaan selaku penjual piringan hitam, Ismail Marzuki banyak berkenalan dengan artis pertunjukan , film, musik dan penyanyi, di antaranya Zahirdin, Yahya, Kartolo, dan Roekiah (orangtua Rachmat Kartolo). Pada 1936, Ismail Marzuki memasuki asosiasi orkes musik Lief Jawa sebagai pemain gitar, saksofon, dan harmonium pompa.

Menciptakan Lagu Sendiri

Tahun 1934, Belanda membentuk Nederlands Indische Radio Omroep Maatshappij (NIROM) dan orkes musik Lief Java mendapat kesempatan untuk mengisi program siaran musik. Tapi Ismail Marzuki mulai menjauhkan diri dari lagu-lagu Barat, lalu membuat lagu-lagu sendiri antara lain “Ali Baba Rumba”, “Ohle le di Kotaraja”, dan “Ya Aini”.

Lagu ciptaannya kemudian direkam ke dalam piringan hitam di Singapura. Orkes musiknya punya suatu lagu pembukaan yang mereka namakan Sweet Jaya Islander.

Lagu tersebut tanpa keteranganmaupun basa-bau dijadikan lagu pembukaan siaran radio NIROM, sehingga grup musik Ismail Marzuki mengajukan protes, tetapi protes mereka tidak digubris oleh eksekutif NIROM.

Biografi Ismail MarzukiPada kala 1936-1937, Ismail Marzuki mulai mempelajari berbagai jenis lagu tradisional dan lagu Barat. Ini terlibat pada beberapa ciptaannya dalam periode tersebut, “My Hula-hula Girl”. Kemudian lagu ciptaannya “Bunga Mawar dari Mayangan” dan “Duduk Termenung” dijadikan tema lagu untuk film “Terang Bulan”.

Awal Perang Dunia II (1940) mulai mensugesti kehidupan di Hindia-Belanda (Indonesia). Radio NIROM mulai menghalangi program siaran musiknya, sehingga beberapa orang Indonesia di Betawi mulai membuat radio sendiri dengan nama Vereneging Oostersche Radio Omroep (VORO) berlokasi di Karamat Raya. Antene pemancar mereka buat sendiri dari batang bambu.

Tiap malam Minggu orkes Lief Java mengadakan siaran khusus dengan penyanyi antara lain Annie Landouw. Ismail Marzuki malah jadi pemain musik sekaligus mengisi program lawak dengan nama samaran “Paman Lengser” dibantu oleh “Botol Kosong” alias Memet.

Karena Ismail Marzuki sungguh gemar memainkan banyak sekali jenis alat musik, suatu waktu beliau diberi hadiah sebuah saksofon oleh kawannya yang ternyata menderita penyakit paru-paru.

Setelah dokter menjelaskan pada Ismail Marzuki, kemudian alat tiup tersebut dimusnahkan. Tapi, mulai saat itu pula penyakit paru-paru mengganggunya.

Membentuk Perikatan Radio Ketimuran (PRK)

Ketika Ismail Marzuki membentuk organisasi Perikatan Radio Ketimuran (PRK), pihak Belanda memintanya untuk memimpin orkes studio ketimuran yang berlokasi di Bandung (Tegal-Lega). Orkesnya membawakan lagu-lagu Barat.

Pada kala ini beliau banyak mempelajari bentuk-bentuk lagu Barat, yang digubahnya dan kemudian diterjemahkannya ke dalam nada-nada Indonesia.

Sebuah lagu Rusia ciptaan R. Karsov diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda menjadi “Panon Hideung”. Sebuah lagu ciptaannya berbahasa Belanda tetapi mempunyai intonasi Timur adalah lagu “Als de orchideen bloeien”.

Lagu ini lalu direkam oleh perusahaan piringan hitam His Master Voice (HMV). Kelak lagu ini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Bila Anggrek Mulai Berbunga”.

Tahun 1940, Ismail Marzuki menikah dengan penyanyi kroncong Eulis Zuraidah. Pada Maret 1942, dikala Jepang menduduki seluruh Indonesia, Radio NIROM dibubarkan diganti dengan nama Hoso Kanri Kyoku. PRK juga dibubarkan Jepang, dan orkes Lief Java berubah nama Kireina Jawa.

Menciptakan Lagu Perjuangan

Saat itu Ismail Marzuki mulai memasuki abad menciptakan lagu-lagu usaha. Mula-mula syair lagunya masih berbentuk puitis yang lembut mirip “Kalau Melati Mekar Setangkai”, “Kembang Rampai dari Bali” dan bentuk hiburan ringan, bahkan agak mengarah pada bentuk seriosa.

Dalam Biografi Ismail Marzuki dimengerti bahwa ada kala 1943-1944, Ismail Marzuki menciptakan lagu yang mulai mengarah pada lagu-lagu perjuangan, antara lain “Rayuan Pulau Kelapa”, “Bisikan Tanah Air”, “Gagah Perwira”, dan “Indonesia Tanah Pusaka”.

Kepala bab propaganda Jepang, Sumitsu, meragukan lagu-lagu tersebut kemudian melaporkannya ke pihak Kenpetai (Polisi Militer Jepang), sehingga Ismail Marzuki sempat diancam oleh Kenpetai. Namun, putra Betawi ini tak gentar. Perjuangan Ismail Marzuki selanjutnya pada 1945 membuat lagu “Selamat Jalan Pahlawan Muda”.

Setelah Perang Dunia II, ciptaan lagu Ismail marzuki terus mengalir, antara lain “Jauh di Mata di Hati Jangan” (1947) dan “Halo-halo Bandung” (1948). Ketika itu Ismail Marzuki dan istrinya pindah ke Bandung alasannya rumah mereka di Jakarta kena dihantam peluru mortir.

Ketika berada di Bandung selatan, ayah Ismail Marzuki di Jakarta meninggal. Ismail Marzuki telat mendapatkan gosip. Ketika beliau datang di Jakarta, ayahnya telah beberapa hari dimakamkan. Kembang-kembang yang menghiasi makam ayahnya dan sudah layu, mengilhaminya untuk menciptakan lagu “Gugur Bunga”.

Lagu-lagu ciptaan yang lain tentang masa perjuangan yang bergaya romantis tanpa menghemat nilai-nilai semangat usaha antara lain “Ke Medan Jaya”, “Sepasang Mata Bola”, “Selendang Sutra”, “Melati di Tapal Batas Bekasi”, “Saputangan dari Bandung Selatan”, “Selamat Datang Pahlawan Muda”.

Lagu hiburan terkenal yang (kental) bernafaskan cinta pun hingga-sampai diberi situasi cerita usaha kemerdekaan. Misalnya syair lagu “Tinggi Gunung Seribu Janji”, dan “Juwita Malam”.

Lagu-lagu yang khusus mengisahkan kehidupan para pejuang kemerekaan, syairnya dibuat ringan dalam bentuk terkenal, tidak menggunakan bahasa Indonesia tinggi yang merepotkan dicerna. Simak saja syair “Oh Kopral Jono” dan “Sersan Mayorku”.

Lagu-lagu ciptaannya yang berbentuk romantis murni hiburan ringan, walaupun digarap secara populer tapi bentuk syairnya berbobot seriosa. Misalnya lagu “Aryati”, “Oh Angin Sampaikan. Tahun 1950 ia masih mencipta lagu “Irian Samba” dan tahun 1957 lagu “Inikah Bahagia” — sebuah lagu yang banyak memancing tandatanya dari para pengamat musik.

Sampai pada lagu ciptaan yang ke 100-an, Ismail Marzuki masih merasa belum puas dan belum senang. Malah, lagu ciptaannya yang ke-103 tidak sempat diberi judul dan syair.

Ismail Marzuki Wafat

Hingga Ma’ing alias Ismail Marzuki komponis besar Indonesia itu menutup mata selamanya pada 25 Mei 1958. Peran Ismail Marzuki terhadap sejarah musik Indonesia sungguh vital, khususnya lagu-lagu perjuangan yang ia ciptakan.

Biografi Ismail Marzuki

Jasa Ismail Marzuki tersebut membuat pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nama Ismail Marzuki bahkan diabadikan ke dalam kawasan sentra kesenian dan kebudayaan yang berjulukan Taman Ismail Marzuki.

Karya Lagu Ismail Marzuki

  • Aryati
  • Gugur Bunga
  • Melati di Tapal Batas (1947)
  • Wanita
  • Rayuan Pulau Kelapa
  • Sepasang Mata Bola (1946)
  • Bandung Selatan di Waktu Malam (1948)
  • O Sarinah (1931)
  • Keroncong Serenata
  • Kasim Baba
  • Bandaneira
  • Lenggang Bandung
  • Sampul Surat
  • Karangan Bunga dari Selatan
  • Selamat Datang Pahlawan Muda (1949)
  • Juwita Malam
  • Sabda Alam
  • Roselani
  • Rindu Lukisan
  • Indonesia Pusaka

Biografi Dan Profil Rizal Ramli – Jago Ekonomi Indonesia

Ahli Ekonomi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Politikus,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia
Biografi dan Profil Rizal Ramli - Ahli Ekonomi Indonesia

TintaTeras.com – Nama Rizal Ramli banyak menjadi perbincangan penduduk baik itu saat ia menjadi Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dengan banyak sekali gebrakan dan kontoversinya maupun sesudah tidak lagi menjadi menteri di kabinet Jokowi. Rizal Ramli dikenal sebagai salah satu jago ekonomi Indonesia ketika ini. Mengenai profil dan biodata Rizal Ramli, beliau dilahirkan dengan nama Rizal Ramli pada tanggal 10 Desember 1954 di Padang, Sumatera Barat.

Ayahnya berjulukan Ramli yang melakukan pekerjaan selaku wedana atau asisten camat dan ibunya bernama Rabiah yang bekerja sebagai seorang guru. Usia tiga tahun beliau sudah mampu membaca. Rizal Ramli yatim piatu saat usianya enam tahun.

Setelah ditinggal kedua orang tuanya, dia lalu tinggal dan ikut bersama dengan neneknya di Bogor. Ia tinggal disana bareng dengan saudara dan juga sepupunya dan menolong neneknya untuk beternak ayam, baik itu ayam petelur ataupun ayam broiler dan ayam potong.

Rizal Ramli memulai pendidikannya dengan bersekolah di SD Hutabarat Bogor. Rizal Ramli sejak kecil kegemaran membaca dan banyak membaca buku-buku ketika beliau tinggal di bogor. Setelah final Sekolah Dasar, beliau lalu melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama 1 Bogor dan kemudian masuk di Sekolah Menengan Atas 2 Bogor. Saat di Sekolah Menengan Atas, dia sempat bersurat ke mancanegara untuk meminta tambahan buku bacaan karena ia sudah banyak membaca buku yang ada di perpusatakaan bogor.

Diterima di ITB

Selepas final SMA, Rizal Ramli kemudian ingin melanjutkan pendidikannya di akademi tinggi. Ia lalu mendaftar di ITB (Institut Teknologi Bandung) dan lalu di terima di jurusan Fisika. Hampir frustasi alasannya adalah tidak dapat membiayai kuliahnya karenanya Rizal Ramli lalu pergi ke Kebayoran untuk melakukan pekerjaan di percetakan. Selama enam bulan ia melakukan pekerjaan disana, mengirit pengeluaran untuk mengumpulkan ongkos kuliah dan tidak sempat mengikuti kuliah selama enam bulan.

Ketika uangnya telah terkumpul, Rizal Ramli lalu kembali ke Bandung dan lalu melunasi duit wajah dan ongkos kuliahnya di ITB, dan sisa tabungannya beliau gunakan untuk ongkos kebutuhan sehari-harinya. Enam bulan kemudian, duit simpanannya habis. Rizal Ramli kemudian memutar otak untuk mencari ongkos untuk makan dan kuliahnya.

Menjadi Penerjemah

Karena pergaulannya yang sangat luas, Rizal Ramli banyak ditolong oleh teman-temannya, namun dia lalu hasilnya minder kalau selalu minta pertolongan. Akhirnya berbekal kemampuan bahasa inggrisnya yang manis, ia lalu mencoba menjadi penerjemah postingan ilmiah untuk dosen dan mahasiswa. Ia mampu memadai keperluan hidupnya dan kuliahnya dengan menjadi penerjemah di bantu oleh sobat-temannya.

Selain menjadi penerjemah, Rizal Ramli juga menjadi pengajar untuk belum dewasa ekspatriat yang ada di Bandung sehingga duit kuliahnya mampu selalu terpenuhi. Selama kuliah di ITB, Rizal Ramli juga aktif dalam organisasi. Ia terpilih menjadi Presiden SEF ITB, dan juga menjadi Wakil Ketua Dewan Mahasiswa ITB dari tahun 1976 hingga 1977.

Memasuki tahun 1978, Rizal Ramli sebagai mahasiswa aktif mengkritisi pemerintahan Soeharto. Bersama dengan sahabat-temannya, ia menjadi tim penulis Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB yang isinya banyak mengkritik kebijakan adikara pemerintahan Soeharto dan juga Praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang terjadi di dalam keluarga Soeharto.

Diterbitkannya buku tersebut, menciptakan Soeharto ketika itu sungguh murka. Meskipun buku tersebut tidak boleh beredar, namun ternyata Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB yang disusun oleh Rizal Ramli dan mitra-kawannya bahkan terlah beredar di kampus-kampus lain bahkan sempat diangkut di koran dan majalah yang pada balasannya koran dan majalah tersebut di beredel oleh pemerintahan Soeharto.

Rizal Ramli Masuk Penjara Sukamiskin

Buku tersebut juga diterjemahkan kedalam delapan bahasa ajaib oleh Prof. Ben Anderson dari Amerika Serikat. Hal ini membuat Rizal Ramli ditangkap dan lalu dimasukkan di penjara Sukamiskin, kawasan Soekarno dahulu ditahan. Rizal Ramli ditangkap bareng dengan sobat-sahabat mahasiswanya yang lain.

Selama di penjara Sukamiskin, ia lebih banyak membaca buku-buku yang diantarkan oleh teman-teman kampusnya khususnya buku-buku Ekonomi yang menyebabkan ia lebih menggemari ekonomi. Ia juga sering bermain catur bareng dengan tahanan lain. Ditangkapnya Rizal Ramli membuat neneknya menjadi bersedih. Rizal Ramli lalu dibebaskan selama setahun dipenjara.

Berhenti Kuliah di ITB dan Melanjutkan Kuliah di Luar Negeri

Keluar dari penjara, Rizal Ramli tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB. Ia kemudian mencoba untuk mencari beasiswa untuk kuliah di mancanegara. Dengan berbekal rekomendasi dari Rektor ITB dan juga dari Adnan Buyung Nasution saat itu, ia lalu menjajal mendaftar beasiswa di Ford Foundation.

Setelah mendapatkan beasiswa, Rizal Ramli lalu mencoba mendaftar di Boston University dan diterima di jurusan Ekonomi namun menjadi mahasiswa percobaan selama enam bulan disana di tahun 1980. Tanpa menikuti organisasi, ia mencoba fokus di kuliah. Nilai-nilai kuliahnya sungguh manis mengalahkan teman-sahabat kampusnya lainnya sehingga ia kemudian di terima secara sarat sebagai mahasiswa di Boston University. Rizal Ramli menuntaskan kuliahnya selama satu setengah tahun saja dari yang umumnya yaitu dua tahun.

Setelah menyelesaikan kuliah di jurusan Ekonomi di Boston Univesity, Amerika Serikat, Rizal Ramli lalu kembali ke Indonesia dan melakukan pekerjaan selaku seorang redaktur di Prima. Di tahun 1982, dia lalu menikah dengan Herawati, pacarnya yang kuliah di jurusan Arsitektur ITB yang memberinya tiga orang anak.

Biografi dan Profil Rizal Ramli - Ahli Ekonomi Indonesia

Setelah menikah, Rizal Ramli lalu melanjutkan kuliahnya lagi di Amerika Serikat sesudah mendapat beasiswa dari kampusnya yang dahulu di Boston University. Ia lalu memboyong anak dan istrinya ke Amerika. Untuk memadai ongkos hidup selama di Amerika, Rizal Ramli kemudian melakukan pekerjaan selaku peneliti atau researcher di Boston. Istrinya bekerja sebagai Arsitektur di Boston dan juga sempat melanjutkan kuliahnya di Harvard School of Planning.

Rizal Ramli kemudian menuntaskan kuliahnya di Amerika sampai memperoleh gelar Doktor atau P.hD dari Boston University di tahun 1990. Ia lalu kembali ke Indonesia dan mendirikan sebuah organisasi Ekonom berjulukan ECONIT Advisory Group bersama dengan Laksamana Sukardi, Arif Arryman, dan M.S. Zulkarnaen. Organisasi ini aktif mengkritisi kebijakan pemerintahan orde gres dikala. Rizal Ramli juga mendirikan Komite Bangkit Indonesia (KBI) dna menjabat sebagai ketuanya.

Menjadi Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) sampai Menteri Keuangan

Memasuki kurun Reformasi, ketika Presiden Abdurrahman Wahid berkuasa, Rizal Ramli lalu di tunjuk sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) pada tahun 2000. Selama kepemimpinannya di Bulog, dia berhasil menjinjing pergantian dan keuntungan perekonomian bagi Bulog cuma dalam tempo enam bulan saja.

Prestasinya yang anggun di Bulog, menciptakan presiden Gusdur saat itu mengangkatnya selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada bulan Agustus 2000 dan segera mencanangkan kebijakan 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi. Terobosan yang lain dikala dia menjadi menteri, beliau berhasil menyelamatkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang saat itu diambang kebangkturan dengan berhasil melalukan revaluasi aset tanpa menyuntikkan modal sehingga modal PLN menjadi surplus 119,4 Triliun rupiah dari yang tadinya minus 9 triliun.

Prestasinya membuat Presiden Gusdur mempercayainya selaku Menteri Keuangan di bulan Juni 2001 sampai agustus 2001. Di tahun 2011, Rizal Ramli menikah lagi dengan perempuan berjulukan Marijani yang merupakan keturunan Tionghoa tahun 2008 tetapi istri keduanya meninggal dunia pada tahun 2001. Istri pertamanya Herawati Moelyono meninggal dunia pada tahun 2006. Tidak lagi menjadi menteri, Rizal Ramli lalu ditunjuk menjadi komisaris utama di beberapa perusahaan- perusahaan BUMN milik pemerintah mirip di PT. Semen Gresik.

Selama menjadi komasaris utama di PT. Semen Gresik, dia sukses mengangkat perusahaan plat merah tersebut menjadi salah satu perusahaan dari delapan perusahaan milik negara yang paling menguntungkan dimana keuntungan higienis yang diterima PT. Semen Gresik meningkat sampai 1,8 triliun dari 1,3 triliun. Selain itu beliau juga banyak mengkritisi kebijakan pemerintah di kala presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga Presiden Joko Widodo.

Rizal Ramli Sebagai Menko Kemaritiman

Setelah dia lalu ditunjuk menjadi komisaris utama di Bank BNI namun belum cukup enam bulan di BNI, Rizal Ramli kemudian di tunjuk oleh presiden Jokowi selaku Menko Kemaritiman dibulan Agustus 2015, selama menjabat selaku Menko Kemaritiman, Rizal Ramli lebih banyak mengritik pedas kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintahan Jokowi sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kabinet kerja yang dibuat oleh Joko Widodo. Rizal Ramli menjabat sebagai Menko Kemaritiman hingga Juli 2016. Rizal Ramli ialah satu-satunya ahli ekonomi dari Indonesia yang dipercaya menjadi penasehat ekonomi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Biodata Rizal Ramli – Ahli Ekonomi Indonesia

Biografi dan Profil Rizal Ramli - Ahli Ekonomi Indonesia

  • Nama Lengkap : Dr. Rizal Ramli 
  • Tempat / Tanggal Lahir : Padang, Sumatera Barat, 10 Desember 1954
  • Istri : 
    • Herawati Moelyono (alm.)
    • Marijani (Liu Siaw Fung) (alm.)

  • Anak :
    • Dhitta Puti Saraswati
    • Dipo Satria
    • Daisy Orlana Ramli

  • Orang Tua : Ramli (Ayah), Rabiah (Ibu)
  • Kampus : Boston University, Amerika Serikat
  • Agama : Islam
  • Pekerjaan : Ekonom, politisi
  • Jabatan :
    • Kepala Badan Urusan Logistik (2000–2001)
    • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia 2000–2001
    • Menteri Keuangan Indonesia (2001)
    • Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia (2015-2016)

Biografi Tito Karnavian, Perjalanan Spesialis Anti Teror Menjadi Menteri

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Militer,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Tito Karnavian. Saat ini diketahui sebagai Menteri Dalam Negeri di masa pemerintahan Joko Widodo dalam kabinet kerja jilid II. Sebelumnya beliau usang menjabat selaku Kapolri. Di kepolisian, ia diketahui mempunyai segudang prestasi dalam bidang penanggulangan terorisme di Indonesia. Berikut Biografi, profil dan biodata Tito Karnavian.

Biodata Tito Karnavian

Biografi Tito Karnavian - Profil dan Biodata Lengkap Kapolri

Nama Lengkap : Muhammad Tito Karnavian

Lahir : Palembang, Sumatera Utara, 26 oktober 1964

Orang Tua : H Achmad Saleh (ayah), Hj Kardiah (ibu)

Saudara : Iwan Dakota, Donny Akbar, Dian Marelia, Fifa Argentina, Diah Natalisa

Istri : Tri Suswati

Anak : Via, Opan, Angga

Agama : Islam

Pangkat : Jenderal Polisi Bintang Empat

Biografi Tito Karnavian

Beliau dilahirkan dengan nama lengkap Muhammad Tito Karnavian pada tanggal 26 oktober 1964 di Palembang, Sumatera Utara. Ayahnya bernama H Achmad Saleh dan ibunya bernama Hj Kardiah yang melakukan pekerjaan selaku bidan.

Masa Kecil

Ia mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Xaverius 4 Palembang, dan lalu sehabis itu masuk di Sekolah Menengah Pertama Xaverius 2 Palembang. Tamat dari SMP, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Palembang.

Sewaktu bersekolah, Tito Karnavian diketahui sebagai siswa yang pandai. Terbukti dikala beliau ikut ujian perintis, ia sukses lulus di banyak tes yang diadakan oleh lembaga negara dan universitas.

Lulus di Berbagai Test dan Masuk AKABRI

Ia sukses lulus tes di AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, lulus di kedokteran universitas Sriwijaya, ia juga lulus di jurusan HI (Hubungan Internasional) Universitas Gajah Mada dan lulus di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Ibunya menghendaki Tito Karnavian mampu menjadi seorang dokter namun dari Tito lalu lebih menentukan masuk di AKABRI.

Di AKABRI, Tito Karnavian lulus pada tahun 1987 selaku lulusan terbaik dan mendapatkan penghargaan Bintang Adhi Makayasa. Di tahun yang sama, beliau lalu bertugas sebagai Perwira Samapta Polres Jakarta Pusat kemudian naik pangkat dan menjadi kanit reserse Polres Metro Jakarta Pusat hingga tahun 1991.

Di tahun itu juga Tito Karnavian lalu menikah dengan Tri Suswati yang merupakan pacarnya ketika bersekolah di Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Palembang yang lalu memberinya tiga orang anak.

Setelah itu ia kemudian naik jabatan menjadi wakapolsek mirip di Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat dan juga Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat.

Kemudian di tahun 1993, Tito Karnavian sukses menuntaskan pendidikan masternya (Master of Arts) di bidang Police Studies. Kemudian di tahun 1996, dia juga menyelesaikan pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta selaku lulusan terbaik.

Ia lalu menerima penghargaan Bintang wiyata Cendekia, di tahun itu juga, Tito kemudian menjabat selaku Sespri Kapolda Metro Jaya, tidak lama kemudian, ia menjabat sebagai Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat sampai tahun 1997.

Karena prestasinya yang cemerlang, tahun 1997 Tito Karnavian kemudian di promosikan selaku Sespri (Sekretaris Pribadi Kapolri) sampai tahun 1999.

Sebelumnya di tahun 1998, Tito sempat belajar di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand dan juga mendapatkan gelar Bachelor of Arts (B.A.) dalam bidang Strategic Studies di Massey University, New Zealand.

Menangkap Buronan Tommy Soeharto

Di periode reformasi, Tito Karnavian di rotasi di aneka macam jabatan kepolisian di kawasan jakarta mirip Menjadi Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya dari tahun 1999 sampai tahun 2000 kemudian Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya hingga tahun 2002.

Dalam biografi Tito Karnavian dimengerti bahwa salah satu prestasinya adalah dengan menangkap buronan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Suharto yang ialah putera mantan presiden Soeharto yang dikala itu menjadi Buronan atas perkara pembunuhan berniat Hakim Agung Syafiudin.

Biografi Tito Karnavian - Profil dan Biodata Lengkap Kapolri Ia kemudian mendapatkan peningkatan pangkat yang hebat dan tak lama berselang, Tito Karnavian lalu dipindahkan ke Makassar dan mengisi jabatan sebagai Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan.

Namun tak usang kemudian, beliau kembali di pindahkan ke Polda Metro Jaya untuk mengisi jabatan sebagai Koorsespri Kapolda Metro Jaya hingga tahun 2003.

Di tahun 2003, ia kemudian menjabat sebagai Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya. Kemudian di tahun selanjutnya adalah tahun 2004, Dibentuk Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 Anti Teror tahun oleh Kapolda Metro Jaya dikala itu Jenderal Firman Gani dan lalu Tito Karnavian ditunjuk sebagai Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya yang ketika itu berpangkat Ajun Komisaris Besar (AKBP).

Kepala Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88)

Bersama Tim Densus 88, Tito Karnavian sukses menangkap teroris terkenal ialah Dr. Azhari yang tewas tertembak di Malang pada tahun 2005. Dari insiden tersebut, Tito Karnavian lalu naik pangkat menjadi Kombes Polisi.

Di tahun 2005, beliau lalu dipindahkan ke Serang, Banten dan menjabat selaku Kapolres Serang Polda Banten. Namun tak usang kemudian, Tito Karnavian pindah peran ke Mabes Polisi Republik Indonesia dengan menjabat selaku Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri dan Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri di tahun 2006,

Setelah itu ia kemudian menjabat sebagai Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polisi Republik Indonesia dan sukses menangkap tersangka kerusuhan Poso lewat Densus 88 Anti Teror. Hingga tahun 2009, tahun dia dipromosikan sebagai Kadensus 88 Anti Teror Bareskrim Polri hingga tahun 2010 dan berhasil menangkap teroris populer adalah Noordin M Top.

Menjadi Kapolda Papua

Prestasinya yang bagus dalam menanggulangi teroris bareng Densus 88, Tito Karnavian kemudian dipromosikan sebagai Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di tahun 2011 hingga tahun 2012.

Selama hampir dua tahun BNPT, Tito Karnavian lalu dipromosikan sebagai Kapolda Papua di tahun 2012, dan di tahun 2013, Tito Karnavian sukses meraih gelar Ph.D di bidang Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore dengan predikat magna cum laude. Ia menjadi Kapolda Papua sampai tahun 2014.

Biografi Tito Karnavian - Profil dan Biodata Lengkap Kapolri

Polda Metro Jaya

Tanggal 16 juli 2014, Tito Karnavian lalu ditarik ke Mabes Polisi Republik Indonesia dan kemudian menjabat selaku Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) tahun 2015 dimana posisi tersebut ialah salah satu jabatan bergengsi di Mabes Polri. Tak lama lalu, Tito Karnavian kemudian dipromosikan sebagai Kapolda Metro Jaya.

Menjabat Sebagai Kapolri

Dalam biografi Tito Karnavian dikenali bahwa setahun lalu dia ditunjuk sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di bulan Maret 2016 yang membuat pangkatnya naik menjadi Komisaris Jendral Polisi Bintang Tiga.

Tak usang sesudah itu, pertengahan tahun 2016 Presiden Joko Widodo lalu menunjuk Tito Karnavian sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri berpangkat bintang empat menggantikan Jenderal Polisi Badrodin Haiti yang pensiun.

Menjabat Sebagai Menteri Dalam Negeri

Pada bulan oktober 2019, Tito Karnavian diberhentikan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri. Posisi Kapolri lalu digantikan oleh Jenderal Polisi Idham Azis

Setelah diberhentikan, Tito Karnavian lalu diangkat oleh Presiden Joko Widodo mengemban tugas baru selaku Menteri Dalam Negeri dalam kabinet Kerja jilid II.

Riwayat Pendidikan

  • Sekolah Dasar Xaverius 4 di Palembang (1976)
  • SMP Xaverius 2 di Palembang (1980)
  • Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Palembang (1983)
  • Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa selaku lulusan Akpol terbaik.
  • Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
  • Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik
  • Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
  • Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
  • Sespim Pol, Lembang (2000)
  • Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
  • Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013).

Penghargaan

  • Bintang Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) (1987)
  • Bintang Wiyata Cendekia (lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta) (1996)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Mayor ke Ajun Komisaris Besar (2001)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Ajun Komisaris Besar ke Komisaris Besar (2005)
  • Penghargaan memimpin operasi anti teror di kawasan konflik Poso Sulawesi Tengah (2007)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Komisaris Besar ke Brigadir Jenderal (2009)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Brigadir Jenderal ke Inspektur Jenderal (2011) (Penyesuaian kepangkatan BNPT)
  • Bintang Seroja Lulusan Terbaik Lemhanas PPSA 17 (2011)
  • Bintang Bhayangkara Utama dari Presiden RI
  • Bintang Bhayangkara Nararya
  • Bintang Bhayangkara Pratama dari Kapolri
  • Bintang Yudha Dharma Utama dari Panglima TNI
  • Bintang Eka Paksi Utama dari Tentara Nasional Indonesia AD
  • Bintang Jalasena Utama dari TNI AL
  • Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama dari TNI AU
  • Satyalencana Kesetiaan 8 Tahun
  • Satyalencana Kesetiaan 16 Tahun
  • Satyalencana Kesetiaan 24 Tahun
  • Satyalencana Dwidaya Sistha
  • Satyalencana Bhakti Buana
  • Satyalencana Bhakti Nusa
  • Satyalencana Darma Nusa
  • Satyalencana Dharma Phala
  • Satyalencana Jana Utama
  • Satyalencana Santi Dharma
  • Satyalencana Karya Bakti
  • Satyalencana Karya Satya
  • Satyalencana Seroja
  • Satyalencana Ksatria Tamtama
  • Satya Lencana Nararia
  • Satya Lencana UN Mission
  • The United Nation Medal (PBB)

Buku Karangan

  • Indonesian Top Secret: Membongkar Konflik Poso, Gramedia, Jakarta, 2008.
  • Regional Fraternity: Collaboration between Violent Groups in Indonesia and the Philippines, Bab dalam buku “Terrorism in South and Southeast Asia in the Coming Decade”, ISEAS, Singapura, 2009.
  • Bhayangkara di Bumi Cenderawasih, ISPI Strategic Series, Jakarta, 2013.
  • Explaining Islamist Insurgencies, Imperial College, London, 2014.