TintaTeras

Biografi Mohammad Natsir – Satria Indonesia

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Biografi, Mohammad Natsir, Pahlawan Indonesia, Tokoh Indonesia, Profil

Beliau diketahui selaku negarawan ataupun sebagai tokoh pergerakan islam pada saat sebelum dan sesudah Indonesia Merdeka. Ia merupakan tokoh Indonesia yang paling sederhana sepanjang abad. Artikel kali ini akan mengangkat tentang biografi Mohammad Natsir yang ialah salah satu Pahlawan Indonesia dan juga tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Mohammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat tepatnya pada tangga 17 Juli 1908 beliau ialah anak dari pasangan Mohammad Idris Sutan Saripado serta Khadijah. Ia memiliki 3 orang saudara kandung, yang bernama Yukinan, Rubiah, serta Yohanusun. Jabatan ayahnya adalah pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedang kakeknya yaitu seorang ulama. Ia nantinya akan menjadi pemangku kebiasaan atau adat untuk kaumnya yang berasal Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro nan Panjang.

Natsir mulai mengenyam pendidikan selama dua tahun di Sekolah Rakyat Maninjau, lalu ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Padang. Selama beberapa bulan bersekolah disana ia kemudian pindah ke Solok dan dititipkan dirumah saudagar yang bernama Haji Musa. Tak hanya berguru di HIS di Solok pada siang hari, beliau juga mencar ilmu pengetahuan agama Islam di Madrasah Diniyah saat malam hari. Ia lalu pindah sesudah tiga tahun ke HIS di Padang bersama-sama kakaknya. Kemudian tahun 1923, beliau meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) kemudian kemudian dia pubn bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietische Pavinderij serta Jong Islamieten Bond. Sesudah lulus dari MULO, ia selanjutnya pindah ke Bandung untuk mencar ilmu di Algemeene Middelbare School (AMS) sampai akhir pada tahun 1930. Di tahun 1928 sampai 1932, beliau lalu menjadi ketua Jong Islamieten Bond (JIB) Bandung. Ia juga jadi pengajar sesudah menerima training sebagai guru selama dua tahun di akademi tinggi. Ia yang sudah menemukan pendidikan Islam di Sumatera Barat pada awalnya juga memperdalam pengetahuan agamanya di Bandung, tergolong juga dalam bidang tafsir Al-Qur’an, aturan Islam, serta dialektika. Kemudian di tahun 1932, Natsir berguru pada Ahmad Hassan, yang nantinya akan menjadi tokoh organisasi Islam Persatuan Islam.

Mohammad Natsir banyak bergaul dengan pemikir-pemikir Islam, seperti Agus Salim, sepanjang pertengahan 1930-an, beliau serta Salim senantiasa bertukar asumsi ihwal kaitan Islam dengan negara demi abad depan pemerintahan Indonesia yang di pimpin Soekarno. Pada 20 Oktober 1934, Natsir menikah dengan Nurnahar di Bandung. Dari akad nikah itu, Natsir dikaruniai enam anak. Natsir juga di ketahui banyak menguasai bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Arab, serta Spanyol. Natsir juga mempunyai kesamaan hoby serta mempunyai kedekatan dengan Douwes Dekker, adalah bermain musik. Natsir sungguh menggemari memainkan biola serta Dekker yang menggemari bermain gitar. Mohammad Natsir juga kerap bicara dengan menggunakan bahasa Belanda dengan Dekker serta kerap mengulas musik sekelas Ludwig van Beethoven serta novel sekelas Boris Leonidovich Pasternak, novelis kenamaan Rusia pada dikala itu. Kedekatannya dengan Dekker, menjadikan Dekker ingin masuk Masyumi. Ide-pandangan baru Natsir dengan Dekker ihwal perjuangan, demokrasi, serta keadilan memanglah searah dengan Natsir.

Di tahun 1938, ia lalu bergabung dengan Partai Islam Indonesia, serta diangkat menjadi pimpinan untuk cabang Bandung dari tahun 1940 sampai 1942. Ia juga melakukan pekerjaan dengan posisi selaku Kepala Biro Pendidikan Bandung sampai 1945. Sepanjang pendudukan Jepang, dia menentukan bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (Yang lalu menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi), serta diangkat selaku ketua dari 1945 hingga ketika Masyumi serta Partai Sosialis Indonesia dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Sebelum diangkat sebagai perdana menteri, sebelumnya Mohammad Natsir menjabat sebagai menteri penerangan.

Pada tanggal 3 April 1950, beliau mengajukan Mosi Integral Natsir dalam sidang pleno parlemen. Mohammad Hatta yang menjabat sebagai Wapres Indonesia pada waktu itu mendorong keseluruhan pihak untuk berjuang dengan tertib dan sungguh merasa terbantu dengan adanya mosi ini. Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pada awalnya berupa serikat, sampai lalu Mohammad Natsir diangkat sebagai perdana menteri oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1950. Mohammad Natsir lalu mengkritik Soekarno bahwasanya ia kurang mencermati kemakmuran diluar Pulau Jawa. Lantaran kritiknya ini yang dilancarkan terhadap soekarno sampai kesannya Mohammad Natsir mengundurkan diri.

Pemerintah Indonesia waktu itu, baik yang di pimpin oleh Soekarno ataupun Soeharto, keduanya sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemberontak serta bandel, dari tudingan itu membuatnya dipenjarakan. Oleh negara-negara lain, Natsir benar-benar dihormati serta dihargai, penghargaan yang dianugerahkan kepadanya pun amat banyak. Mohammad Natsir diakui oleh Dunia Islam selaku hero lintas bangsa serta negara. Bruce Lawrence mengatakan bekerjsama Natsir yakni politisi yang paling menonjol yang menolong pembaruan Islam. Di tahun 1957, Mohammad Natsir menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas jasanya menolong perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Penghargaan internasional lainnya ialah Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada di tahun 1980, serta penghargaan dari sebagian ulama serta pemikir populer mirip Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi serta Abul A’la Maududi.

Biografi, Mohammad Natsir, Pahlawan Indonesia, Tokoh Indonesia, Profil

Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi lewat Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Ia memperoleh gelar doktor kehormatan dalam bidang politik Islam dari Kampus Islam Libanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991, beliau lalu memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia serta dalam bidang ajaran Islam dari Universitas Sains Malaysia. Mohammad Natsir wafat pada 6 Februari 1993 di Jakarta, serta dimakamkan satu hari kemudian. Soeharto enggan memperlihatkan gelar satria pada salah satu ” bapak bangsa ” ini. Kemudian pada masa pemerintahan B. J. Habibie, beliau diberi penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipradana.

Sepanjang hidupnya Mohammad Natsir diketahui tidak memiliki busana elok, jasnya pun banyak tambalan. Dia dikenang sebagai menteri yang tidak mempunyai rumah serta menampik di beri hadiah mobil mewah . Mohammad Natsir disebutkan menampik mobil Chevrolet Impala ketika diberikan. Walau sesungguhnya, di kawasan tinggalnya ia hanya memiliki mobil renta merk De Soto. Itulah Artikel perihal biografi Mohammad Natsir yang dikenal sebagai jagoan bangsa Indonesia dan juga Tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Semoga Biografi ini bisa berguna dan memberi wangsit bagi Pembaca. TintaTeras.com

Artikel Menarik Lainnya: