TintaTeras

Biografi Raja Ali Haji, Jagoan Nasional Pengarang Gurindam Dua Belas

Feed,  Pahlawan Nasional,  Sastrawan

TintaTeras.com – Raja Ali Haji merupakan salah satu tokoh penting sejarawan dan pujangga yang berasal dari Melayu. Hal ini dikarenakan pemikirannya di dalam dunia sastra mempunyai dampak yang besar.

Dimana hal tersebut ditunjukkan dari aneka macam karya sastra yang menjadi referensi dalam penulisan klasik maupun terbaru. Salah satu karyanya yang populer yaitu Gurindam Dua Belas.

Biografi Raja Ali Haji

Selain itu, ia pun juga diketahui selaku ulama yang besar lengan berkuasa pada tradisi pedoman Melayu. Raja Ali Haji juga merupakan jagoan nasional keturunan Bugis Melayu. Untuk mengenali biografi Raja Ali Haji, maka anda pun mampu menyimak ulasannya berikut ini.

Biodata Raja Ali Haji

Nama Lengkap : Raja Ali Haji

Lahir : di Lingga, Pulau Penyengat tahun 1808

Wafat : di Pulau Penyengat pada tahun 1873

Profesi : Ulama, Sejarawan, Pujangga

Karya yang Terkenal : Gurindam Dua Belas

Penghargaan : Pahlawan Nasional

Biografi Raja Ali Haji Singkat

Pujangga yang dikenal dengan karya nya yang sangat populer adalah Gurindam Dua Belas ialah seorang laki-laki yang lahir di Lingga, Pulau Penyengat.

Raja Ali Haji merupakan putra dari Raja Ahmad. Dimana sesudah ia berhaji ke Mekkah, maka menjadi memiliki gelar Engku Haji Tua. Raja Ali Haji ini sendiri pun juga ialah cucu dari Raja Haji Fisabillah.

Sedangkan ibunya sendiri pun berjulukan Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor. Atau juga mampu disebut dengan Putri Raja Selangor. Ibunya sendiri pun meninggal pada tanggal 5 Agustus 1844.

Biografi Raja Ali Haji ini pun dikutip dari merdeka.com dituliskan bahwa tanggal sempurna kelahirannya tidak dimengerti. Begitupun dengan tanggal tepat wafatnya, dimana hanya terdapat tempat dimana dia meninggal.

Masa Kecil Raja Ali Haji

Sedari kecil, Raja Ali Haji pun telah diajarkan oleh ayahnya pendidikan dasar. Bahkan mampu dikatakan bahwa ayahnya yang pertama kali mengajarkan pendidikan kepadanya.

Selain itu, Raja Ali Haji pun juga mendapat pendidikan dari lingkungan istana Kesultanan Riau – Lingga yang ada di Pulau Penyengat. Dimana ia pun juga merupakan orang pertama yang mampu memperoleh pendidikan berupa agama, sastra dan juga bahasa.

Tak cuma dari dalam lingkungan kesultanan saja, di dalam biografi Raja Ali Haji ini beliau pun juga menerima pendidikan dari lingkungan luar kesultanan. Dimana hal tersebut didapatnya ketika ia dan juga rombongannya pergi ke Betawi pada tahun 1822.

Serta beliau pun juga menerima pendidikan saat beliau dan ayahnya melakukan ibadah haji di Mekkah. Sehingga saat sedang berhaji tersebut, beliau pun sekaligus belajar ilmu agama dan Bahasa Arab.

Perjalanan Hidup

Dapat dibilang bahwa Raja Ali Haji ini sudah menerima doktrin di dalam bidang kepemimpinan. Dimana hal tersebut terlihat dikala dia masih berusia 20 tahun, dia pun mampu untuk melakukan peran peran kenegaraan yang dapat dikatakan tergolong penting.

Saat ia menginjak usia 32 tahun, maka Raja Ali Haji pun bersama dengan sepupunya yaitu Raja Ali bin Raja Jaf’ar mendapatkan kepercayaan untuk memimpin tempat di Lingga. Meskipun begitu, beliau pun juga banyak menciptakan karya sastra.

Karya Raja Ali Haji

Dimana untuk karyanya tersebut mempunyai ciri khas yaitu wacana sastra Islam dan Melayu. Selain itu, ia pun sungguh bersungguh sangat untuk menyuguhkan sejarah dari kurun kemudian yang disesuaikan dengan tuntutan pada keadaan di jamannya.

Untuk anda yang menyukai sastra Melayu, pastinya akan sungguh bersahabat dengan karyanya yaitu Gurindam Dua Belas yang diterbitkan tahun 1947.

Gurindam Dua Belas - Biografi Raja Ali Haji

Karya ini pun tentu saja menjadi salah satu karya yang paling populer diantara karya nya yang lain. Di dalam biografi Raja Ali Haji yang singkat ini, dikatakan bahwa Raja Ali Haji meninggal di tahun 1873 di Pulau Penyengat, Riau.

Makamnya sendiri pun berada satu kompleks dengan pemakaman Engku Putri Raja Hamidah dan terletak di luar bangunan utama.

Selain itu, karya sastranya yang populer yakni Gurindam Dua Belas pun juga diabadikan di sepanjang dinding bangunan makamnya tersebut.

Sehingga saat anda sedang berkunjung ke makam Raja Ali Haji, maka anda pun nantinya juga akan mampu untuk menyaksikan karya sastra yang terkenal tersebut. Bahkan anda bisa membaca dan mencatatnya.

Penghargaan Raja Ali Haji

Sebagai penghargaan atas jasa Raja Ali Haji, Gelar pahlawan nasional pun juga diberikan oleh Raja Ali Haji dikala kala pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, tepatnya tanggal 10 November 2004.

Biografi Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Besar Indonesia Melawan Penjajahan Dengan Sastra

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Sastrawan

Pramoedya Ananta Toer dikenal selaku seorang sastrawan besar Indonesia. Banyak karya-karyanya yang fenomenal sehingga dia dikenal selaku sastrawan yang sangat produktif. Namun sebagian besar hidupnya ia habiskan di penjara alasannya adalah dituduh selaku penunjang partai komunis alasannya menjadi ketua LEKRA. Bagaimana kisahnya?

Biografi Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Indonesia

Biografi Pramoedya Ananta Toer

Beliau lahir pada tanggal 6 februari 1925 di tempat Blora yang terletak di Jawa Tengah. Ayahnya bernama Mastoer Imam Badjoeri yang melakukan pekerjaan selaku seorang guru di sebuah sekolah swasta dan ibunya berjulukan Saidah melakukan pekerjaan selaku seorang penghulu di kawasan Rembang.

Masa Kecil Pramoedya Ananta Toer

Nama orisinil dari Pramoedya yaitu Pramoedya Ananta Mastoer tetapi usang kelamaan orang lebih mengenalnya selaku Pramoedya Ananta Toer atau lazimdipanggil Pram.  Beliau mulai bersekolah di Sekolah Institut Boedi Utomo di Blora di bawah panduan ayahnya yang bekerja selaku guru disana tetapi tercatat bahwa Pramoedya beberapa kali tidak naik kelas. Tamat dari Boedi utomo, ia lalu bersekolah di Sekolah Teknik Radio Surabaya selama 1,5 tahun di 1940 hingga 1941. Pada tahun 1942, Pramoedya lalu berangkat ke Jakarta dan bekerja selaku tukang ketik di Kantor informasi Jepang bernama ‘Domei’ pada dikala masa kependudukan jepang di Indonesia.

Sambil bekerja, Pramoedya juga mengikuti pendidikan di Taman Siswa yang diresmikan oleh Ki Hajar Dewantara antara tahun 1942 higga 1943. Selanjutnya di tahun 1944 hingga 1945, dia mengikuti sebuah kursus Stenografi dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Islam Jakarta pada tahun 1945.

Kemudian memasuki abad pasca kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1946, Pramoedya Ananta Toer mengikuti pembinaan militer Tentara Keamanan Rakyat dan bergabung dengan Resimen 6 dengan pangkat letnan dua dan diperintahkan di Cikampek dan kemudian kembali ke Jakarta pada tahun 1947.

Pramoedya Ananta Toer kemudian ditangkap Belanda pada tanggal 22 juli 1947 dengan tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan melawan Belanda yang kembali ke Indonesia untuk berkuasa. Ia kemudian di jatuhi hukuman penjara dan kemudian dipenjarakan di pulau Edam dan lalu dipindahkan ke penjara di daerah Bukit Duri sampai tahun 1949 dan selama era penahanannya tersebut, dia lebih banyak menulis buku dan cerpen.

Menjadi Pimpinan LEKRA

Keluar dari penjara, Pramoedya Ananta Toer kemudian bekerja selaku seorang redaktur di Balai Pustaka Jakarta antara tahun 1950 sampai 1951, dan di tahun selanjutnya ia kemudian mendirikan Literary and Fitures Agency Duta hingga tahun 1954. Ia bahkan sempat ke Belanda mengikuti acara pertukaran budaya dan tinggal disana beberapa bulan. Tidak usang kemudian beliau pulang ke Indonesia dan menjadi anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang diketahui selaku organisasi kebudayaan berhaluan kiri.

Biografi Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Indonesia

Pada tahun 1956, Pramoedya Ananta Toer sempat ke Beijing untuk menghadiri hari kematian Lu Sung. Kembali ke Indonesia, dia kemudian mulai mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan orang-orang tionghoa di Indonesia. Pramoedya bahkan menjalin relasi yang erat dengan para penulis atau sastrawan dari Tiongkok. Di abad tersebut, Pramoedya banyak menulis karya-karya sastra dan juga tulisan-tulisan yang mengkritik pemerintahan Indonesia mengenai penyiksaan kepada etnis Tionghoa di Indonesia.

Kemudian pada tahun 1958, Pramoedya Ananta Toer didaulat menjadi pimpinan sentra Lekra (Lembaga Kesenian Jakarta) yang bernaung di bawah Partai Komunis Indonesia pimpinan D.N Aidit. Jabatannya sebagai pimpinan pusat Lekra menciptakan banyak seniman menjadi berseberangan usulan dengan Pramoedya Ananta Toer teruta para seniman yang menentang pemikiran komunis di Indonesia.

….Orang boleh berilmu setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, beliau akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis ialah melakukan pekerjaan untuk keabadian.”Pramoedya Ananta Toer

Di tahun 1962, Pramoedya Ananta Toer lalu melakukan pekerjaan selaku seorang dosen sastra di Universitas Res Republica. Ia juga menjadi Dosen Akademi Jurnalistik Dr. Abdul Rivai dan juga berprofesi selaku redaktur majalah Lentera.

Ditangkap dan Dipenjara di Pulau Buru

Memasuki tahun 1960an, PKI kian gencar memperluas pengaruhnya hingga lalu terjadi gejolak politik dimana Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan yang populer dengan nama G30S/PKI dan terjadi perubahan kekuasaan dari Ir. Soekarno ke Soeharto. Dibawah pemerintahan Soeharto, penumpasan PKI dikerjakan. Hal ini lalu membuat organisasi-organisasi yang berada di bawah PKI saat seperti Lekra yang dipimpin oleh Pramoedya menjadi terancam.

Pemerintah lalu menangkap Pramoedya Ananta Toer dengan tuduhan mendukung komunis. Ia alhasil ditahan tanpa pengadilan dari tahun 1965 sampai 1969, sesudah itu ia dititipkan di penjara Nusakambangan di Jawa Tengah dan lalu dia di buang di pulau Buru yang populer selaku pulau buangan para tahanan politik PKI dikala itu dari tahun 1969 sampai 1979. Di pulau tersebut juga Pramoedya dilarang menulis oleh pemerintah tetapi beliau tetap menulis karya-karyanya mirip novel semi fiksi yang berjudul Bumi Manusia.

Bebas dari Penjara

Memasuki tahun 1979 pada bulan desember, Pramoedya Ananta Toer jadinya dibebaskan karena beliau tidak tebukti terlibat dalam gerakan G30S/PKI tetapi beliau tetap menjadi tahanan rumah oleh pemerintahan Soeharto sampai tahun 1992 dan lalu naik menjadi tahanan kota sampai tahanan negara hingga tahun 1999. Hampir separuh hidupnya dia habiskan didalam penjara balasan relevansinya dengan partai PKI namun pada kala itu juga ia aktif dalam menulis tetapi banyak karya-karya atau tulisannya yang tidak boleh terbit oleh pemerintah orde gres sampai tahun 1995.

Biografi Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Indonesia

Ketika perubahan pemerintahan orde gres ke orde reformasi, Pramoedya Ananta Toer banyak menuliskan asumsi-pikirannya baik itu di kolom-kolom majalah mengkritik pemerintahan yang baru. Sebagai penulis dan sastrawan dengan puluhan karya-karya yang populer membuat Pramoedya Ananta Toer banyak mendapatkan penghagaan nasional dan internasional seperti Ramon Magsaysay Award, Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI, Norwegian Authors’ Union Award serta penghargaan dari Universitas Michigan Amerika.

Wafatnya Pramoedya Ananta Toer

Meskipun sudah masuk periode tua, Pramoedya Ananta Toer tetap aktif menulis walaupun dia gemar merokok. Hingga lalu beliau terbaring di rumah sakit pada awal 2006 balasan penyakit diabetes, sesak nafas dan jantungnya yag melemah. Hingga lalu dia keluar lagi. Namun kembali masuk rumah sakit saat kondisinya semakin memburuk akibat panyakit radang paru-paru.

…Berbahagialah mereka yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka alasannya usahanya sendiri, dan maju alasannya pengalaman nya sendiri. – Pramoedya Ananta Toer.

Hingga pada tanggal 30 april 2006, Pramoedya Ananta Toer akibatnya menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggal di usia 81 tahun. Pemakamannya banyak didatangi oleh masyarakat dan juga para tokoh populer seperti wakil presiden saat itu Jusuf Kalla. Pramoedya Ananta Toer lalu dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.

Beliau diketahui memiliki seorang istri bernama Maemunah Thamrin yang lalu memberinya lima orang anak dan lalu Pramoedya juga memiliki sembilan orang cucu. Istrinya meninggal pada bulan januari tahun 2011 dan dimakamkan di daerah yang sama dengan Pramoedya Ananta Toer ialah di TPU Karet Bivak.

Penghargaan

  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
  • Wertheim Award, “for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people”, dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
  • Ramon Magsaysay Award, “for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people”, dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, “in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence” dari UNESCO, Perancis, 1996
  • Doctor of Humane Letters, “in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom” dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
  • Chancellor’s distinguished Honor Award, “for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding”, dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
  • Chevalier de l’Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
  • The Norwegian Authors Union, 2004
  • Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004

Lain-lain

  • Anggota Nederland Center, ketika masih di Pulau Buru, 1978
  • Anggota kehormatan seumur hidup dari International PEN Australia Center, 1982
  • Anggota kehormatan PEN Center, Swedia, 1982
  • Anggota kehormatan PEN American Center, AS, 1987
  • Deutschsweizeriches PEN member, Zentrum, Swiss, 1988
  • International PEN English Center Award, Inggris, 1992
  • International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland, Jerman, 1999.

Biografi Mochtar Lubis, Cerita Sastrawan Jago Dari Indonesia

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sastrawan

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Mochtar Lubis. Ia dikenal selaku seorang sastrawan, wartawan senior, penulis dan pengarang yang berasal dari Padang, Sumatera Barat.  Bagi pecinta sastra, niscaya tidak gila dengan nama Mochtar Lubis.

Biografi Mochtar LubisKarena karyanya banyak diburu oleh pecinta sastra indonesia. ada puluhan buku yang telah dikarangnya dan senantiasa laku di pasaran sampai dikala ini. Pada kesempatan kali ini kita akan membicarakan tentang profil dan biografi dari Mochtar Lubis, wartawan senior serta sastrawan ahli dari indonesia.

Profil dan Biografi Mochtar Lubis

Mochtar Lubis lahir pada 7 maret 1922 di Padang, Sumatera Barat. Ia ialah anak dari pasangan Raja Pandapotan Lubis dan Siti Madinah Nasution.

Dalam buku biografi Mochtar Lubis yang ditulis oleh David T. Hill, dikenali bahwa Ayah Mochtar Lubis dikenal selaku seorang aristokrat suku Mandailing yang digelari Raja Pandapotan.

Ayahnya juga merupakan Binnenlands Bestuur (BB) atau pegawai pemerintahan kolonial Belanda yang dikala pensiun dengan pangkat tangan kanan bupati. Mochtar Lubis diketahui ialah anak keenam dari 10 bersaudara.

Masa Kecil

Mochtar Lubis memulai pendidikannya dengan bersekolah di sekolah untuk bumiputera atau Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang berbahasa Belanda setingkat SD yang berada di sungai penuh.

Setelah lulus dia melanjutkan sekolah di sekolah ekonomi partikelir kayutanam yang didirikan oleh S.M. Latif di Bukittinggi. Di sekolah ini mengajarkan mengenai ekonomi, bahasa, matematika dan politik,

Namun disini, Mochtar lebih terpesona pada politik. Ia banyak membaca karya-karya dari Karl Marx dan Adam Smith. Ia juga umummembaca tulisan-goresan pena perihal nasionalisme dari Soekarno, Sutan Sjahrir serta Mohammad Hatta.

Biografi Mochtar LubisIa percaya bahwa dengan pendidikan mampu mengubah penduduk . Di sekolah ini pula, Ia mampu mencar ilmu bahasa inggris serta Belanda. Mochtar tamat pada tahun 1939.

Mengajar Sebagai Guru

Pendidikan formalnya tidak begitu tinggi, dia tidak hingga jenjang HBS (Hoogere Burgerschool) yang setingkat atau AMS (Algemeene Middelbare School).

Walaupun begitu, Mochtar Lubis pernah menjadi seorang guru HIS di pulau Nias. Disini murid-muridnya beliau ajarkan mengenai nasionalisme contohnya menyanyikan lagu indonesia raya dibawah kibaran bendera merah putih.

Kelakuannya tersebut membuat pihak sekolah murka bahkan akan dieksekusi berat oleh pemerintah Belanda era itu. Namun karena pihak sekolah mengenal ayahnya, maka Mochtar Lubis hanya dipecat saja.

Merantau ke Jakarta

Setelah dipecat, Mochtar Lubis sempat akan dinikahkan tetapi beliau menolak dengan opsi orang tuanya. Ia lalu merantau ke Batavia kini Jakarta dengan menumpang kapal dari Padang ke Jakarta. Sampai disana, beliau menumpang di rumah kakaknya, Bachtar Lubis.

Pertama kali menetap di Jakarta, Bachtiar melakukan pekerjaan sebagai akuntan di sebuah Apotek. Beberapa bulan lalu, dia pindah kerja selaku seorang juru tulis di bank milik pemerintahan Belanda, N.V. Nederlandsche Handel Maatschappij (N.H.M.).

Di zaman pemerintahan jepang berkuasa di Indonesia pada tahun 1942, Kantor kawasan Bachtiar Lubis ditutup. ia lalu melakukan pekerjaan di suatu tim monitor siaran radio sekutu. Tugasnya yaitu mendengar dan mencatat siaran informasi bahasa Inggris untuk orang jepang.

Menikah Dengan Halimah

Berita yang ia dengarkan, ditulis dalam sebuah laporan dan disampaikan ke kantor pemerintahan bala tentara Dai Nippon.

Akhir tahun 1944, Mochtar Lubis menikah dengan Halimah.

Halimah ialah gadis sunda, yang bekerja di sekretariat Redaksi harian Asia raja. Istrinya meninggal di usia 77 tahun, tepatnya pada 27 agustus 2001.

Menjadi Seorang Wartawan

Setelah kemerdekaan RI, Mochtar bergabung dengan info antara yang dirikan oleh adam malik dkk. Karena kemampuan bahasa inggrisnya cantik, dia sering menjadi penghubung antara koresponden aneh yang masuk ke jawa.

Sebelum penyerahan kedaulatan RI dari Belanda ke Republik indonesia serikat, pada 27 desember 1949, Mochtar dan Hasjim Mahdan, memulai surat kabar baru dengan nama Harian Indonesia raya.

Disana dia menjabat selaku pemimpin redaksi.

Ketika terjadi perang korea tahun 1950, dia pergi untuk meliputnya. Sejak ketika itu dia populer selaku salah satu koresponen perang.

Mochtar Lubis Dipenjara

Karena sering meliput suasana perang. Pada tahun 1957, beliau menjadi tahanan rumah. Kemudian menjadi tahanan penjara selama 9 tahun sampai tahun 1966 ketika rezim Soekarno berkuasa.

Mengapa Mochtar Lubis dipenjara? Dia ditahan alasannya adalah menciptakan kisah yang berjudul Affair. Cerita tersebut ihwal pemerkosaan yang dialami oleh Nyonya yanti sulaiman. Beliau yakni mahir purbakala, yang bekerja di bab kebudayaan kementrian P&K. Dia menerima pelecehan seksual dari bosnya.

Di majalahnya, beliau sering menulis artikel yang kontroversial. Bahkan beliau pernah menulis perihal hubungan presiden soekarno dengan wanita salatiga yang berjulukan Hartini.

Dia menulis cerita affair lagi, tentang Roselan Abdulgani. Kemudian pada 13 agustus 1956, CPM menangkap syamsudin Sutan Makmur, Burhanuddin Harahap dan Pieter de Queljoe karena korupsi.

Musim gugur 1956, Mochtar Lubis dan Rosihan anwar, akan berangkat ke konferensi para editor belanda dan editor indonesia di Zurich Swiss.

Namun sebelum berangkat, mereka berdua diinterogasi delapan jam di markas CPM. Di luar negeri, beliau menetap selama 1 bulan untuk menunggu suasana tanah air yang lebih tenang. Namun sepulang dari luar negeri, mochtar mendapat sebutan tahanan rumah.

Dia tetap menjalankan beritanya, tetapi kian sukar. Sampai akhirnya di dipindahkan ke penjara madiun. Selama dipenjara, dia menulis buku berjudul Catatan Subversif yang terbit pada tahun 1981.

Sastrawan Hebat Indonesia

Selain sebagai wartawan, mochtar juga dikenal sebagai sastrawan. Ada banyak buku yang telah ia terbitkan. Dalam buku yang berjudul Mochtar Lubis Wartawan Jihad yang ditulis oleh Atmakusumah, disebutkan bahwa ada sekitar 53 judul buku yang ditulis ataupun diceritakan kembali oleh Mochtar Lubis.

Biografi Mochtar Lubis Adapun karya-karya Mochtar Lubis seperti Tanah Gersang, Harimau Harimau, Senja di Jakarta, Berkelana Dalam Rimba, Jalan Tak Ada Ujung dan masih banyak lainnya.

Mochtar Lubis Wafat

Mochtar Lubis yang diketahui selaku sastrawan dan wartawan senior ini meninggal dunia pada 2 juli 2004 di Jakarta pada usia 82 tahun.

Ia dimakamkan di TPU Jeruk Purut disamping makam istrinya, Halimah. Itulah sedikit isu perihal profil dan biografi Mochtar Lubis. Semoga berita ini mampu berfaedah bagi para pembaca.

Biografi Chairil Anwar – Profil Penyair Terbaik Indonesia

Biodata,  Biografi,  Feed,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sastrawan,  Seniman

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Chairil Anwar. Sastrawan ‘Angkatan 45’ ini dikenal selaku salah satu penyair terbaik yang pernah lahirkan di Indonesia.

Penyair yang dijuluki sebagai ‘Si Binatang Jalang’ ini sudah puluhan karya selama hidupnya. Berikut kami sajikan Biografi Chairil Anwar secara singkat beserta dongeng hidupnya sebagai seorang penyair Indonesia.

Biodata Chairil Anwar

Biografi Chairil AnwarNama : Chairil Anwar

Lahir : Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922

Wafat : jakarta, 28 April 1949

Orang Tua : Toeloes (ayah), Saleha (ibu)

Istri : Hapsah Wiraredja

Anak : Evawani Alissa

Pekerjaan : Penyair

Biografi Chairil Anwar

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 26 Juli 1922. Ayah Chairil Anwar bernama Toeloes dan ibunya berjulukan Saleha.

Keluarga Chairil Anwar cukup berada. Ayahnya merupakan seorang bupati Inderagiri, Riau. Ia bahkan memiliki tali kekeluargaan dengan Sutan Syahrir.

Masa Kecil

Semasa kecil di Medan, Chairil Anwar sangat akrab dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidupnya. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat ialah ketika neneknya meninggal dunia. Ia bahkan melukiskannya dalam sebuah sajak :

Bukan maut benar yang menusuk kalbu

Keridhaanmu mendapatkan segala tiba

Tak kutahu setinggi itu atas bubuk

Dan duka maha tuan bertahta

Chairil Anwar mengawali pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) setingkat Sekolah Dasar. Ia lalu melanjutkannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).

Pindah ke Jakarta

Ia dibesarkan dalam keluarga mampu dibilang  cukup berantakan. Orang tuanya memilih bercerai sesudah itu ayahnya menikah lagi.

Selepas perceraian kedua orang tuanya, Chairil Anwar mengikuti ibunya ke Jakarta setelah pendidikan SMA nya selesai. Ibunya yakni wanita kedua yang paling dia puja.

Walaupun bercerai, Ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya selama tinggal di Jakarta. Di usia 19 tahun, Chairil Anwar telah tidak melanjutkan sekolah.

Menjadi Seorang Penyair

Ia lebih memilih menjadi seorang seniman atau penyair. Dalam sebuah literatur biografi Chairil Anwar yang di tulis oleh Tinuk Yampolsky berjudul ‘Chairil Anwar: Poet of a Generation’, dibilang bahwa Chairil Anwar menguasai bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman.

Biografi Chairil AnwarSehingga waktunya banyak dihabiskan dengan membaca karya-karya pengarang Internasional terkemuka. Puisi pertama Chairil Anwar berjudul ‘Nisan’ dimuat pada tahun 1942 ketika berusia 20 tahun. Disinilah namanya mulai diketahui . Kebanyakan puisinya merujuk kepada akhir hayat.

Meskipun puisi Chairil Anwar dikala itu sangat cantik tetapi majalah Pandji Pustaka pernah menolak memuat puisinya sebab lebih bersifat Individualistis. Walaupun ditolak, Chairil Anwar tetap produktif dalam menciptakan puluhan karya-karya puisi.

Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Ia kemudian melakukan pekerjaan sebagai seorang penyiar radio Jepang. Disini dia jatuh hati pada seorang perempuan berjulukan Sri Ayati.

Menikah Dengan Hapsah Wiraredja

Namun sampai simpulan hayatnya, Chairil Anwar tidak pernah mengungkapkan isi hatinya kepada Sri Hayati. Ia kemudian menikah dengan perempuan lain. Istri Chairil Anwar bernama Hapsah Wiraredja yang dia nikahi pada tanggal 6 agustus 1946.

Dari pernikahannya tersebut, Chairil Anwar memiliki seorang anak bernama Evawani Alissa. Namun pernikahannya tersebut dengan cuma berjalan sekitar dua tahun saja. Chairil Anwar bercerai dengan istrinya pada tahun 1948.

Kematian Chairil Anwar

Setelah perceraiannya, keadaan kesehatan penyair mulai menurun akibat penyakit yang menggerogoti dirinya. Ia dirawat di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo.

Namun sebelum berusia 27 tahun, Chairil Anwar meninggal pada pukul 15.15 WIB di tanggal 28 April 1949. Penyebab Kematian Chairil Anwar disangka karena mengidap TBC. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Karya Chairil Anwar

Selama hidupnya, Chairil Anwar menciptakan sastra tak kurang dari 90 karya dimana 70 diantaranya tergolong puisi. Tema krya sastranya pun mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi interpretasi. Dua karya Chairil Anwar yang sungguh terkenal berjudul Karawang Bekasi dan Aku.

Berikut ini adalah salah satu puisi karya chairil anwar yang terkenal berjudul “AKU” karya Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kamu

Tak perlu sedu-sedan itu

Aku ini hewan jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan mampu kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan saya akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Biografi Buya Hamka, Dongeng Perjalanan Sastrawan Indonesia Paling Populer

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Sastrawan

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Buya Hamka. Anda mungkin pernah mendengar atau bahkan menonton sebuah film yang berjudul ‘Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk’? Film tersebut diangkat menurut novel yang ditulis oleh Buya Hamka yang diketahui selaku salah satu sastrawan terkenal di Indonesia. Berikut profil dan biografi Buya Hamka dan kisah perjalanannya.

Biografi Buya Hamka

Buya Hamka lahir pada tahun 1908 di desa kampung Molek, Meninjau, Sumatera Barat, HAMKA sendiri ialah akronim dari nama dia adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Hamka merupakan putra dari Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yg juga merupakan ulama di tanah minang, diawali bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929.

Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958.

Setelah itu, ia diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 sampai tahun 1960, ia menjabat selaku Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia.

Tetapi dia menaruh jabatan itu saat Sukarno menyuruhnya menentukan antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Buya Hamka merupakan sosok belajar sendiri dalam aneka macam bidang ilmu wawasan mirip filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat memeriksa karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah mirip Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal.

Melalui bahasa Arab juga, dia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman, dia juga tekun membaca dan bertukar-tukar anggapan dengan tokoh-tokoh populer Jakarta seperti HOS Cokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang andal.

Hamka aktif dalam Muhammadiyah, terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, mengambil alih S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Pada tahun 1953, Hamka diseleksi sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah.

Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia tetapi dia kemudiannya mengundurkan diri pada tahun 1981 sebab nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Pekerjaan Buya Hamka

Buya Hamka berprofesi selaku wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah.

Pada tahun 1928, dia menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, dia menjadi editor dan mempublikasikan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.

buya hamka, biografi, sastrawan

Hamka juga menciptakan karya ilmiah Islam dan karya kreatif mirip novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya yaitu Tafsir al-Azhar dan antara novel-novelnya yang menerima perhatian lazim dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Merantau ke Deli.

Karya- karya buya HAMKA

  • Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam aksara Arab.
  • Si Sabariah. (1928)
  • Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
  • Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
  • Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
  • Kepentingan melaksanakan tabligh (1929).
  • Hikmat Isra’ dan Mikraj.
  • Arkanul Islam (1932) di Makassar.
  • Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
  • Majallah ‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar.
  • Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
  • Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
  • Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
  • Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
  • Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
  • Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
  • Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
  • Tuan Direktur 1939.
  • Dijemput mamaknya,1939.
  • Keadilan Ilahy 1939.
  • Tashawwuf Modern 1939.
  • Falsafah Hidup 1939.
  • Lembaga Hidup 1940.
  • Lembaga Budi 1940.
  • Majallah ‘SEMANGAT ISLAM’ (Zaman Jepang 1943).
  • Majallah ‘MENARA’ (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
  • Negara Islam (1946).
  • Islam dan Demokrasi,1946.
  • Revolusi Pikiran,1946.
  • Revolusi Agama,1946.
  • Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
  • Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
  • Didalam Lembah harapan,1946.
  • Sesudah naskah Renville,1947.
  • Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
  • Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
  • Ayahku,1950 di Jakarta.
  • Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
  • Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
  • Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
  • Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi semenjak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.
  • Kenangan-kenangan hidup 2.
  • Kenangan-kenangan hidup 3.
  • Kenangan-kenangan hidup 4.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
  • Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
  • Pribadi,1950.
  • Agama dan perempuan,1939.
  • Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
  • 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
  • Pelajaran Agama Islam,1956.
  • Perkembangan Tashawwuf dr abad ke era,1952.
  • Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
  • Empat bulan di Amerika Jilid 2.
  • Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
  • Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
  • Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
  • Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
  • Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
  • Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
  • Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
  • Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
  • Hak Asasi Manusia dipandang dari sisi Islam 1968.
  • Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
  • Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
  • Cita-cita kenegaraan dalam anutan Islam (Kuliah biasa ) di Universiti Keristan 1970.
  • Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
  • Himpunan Khutbah-khutbah.
  • Urat Tunggang Pancasila.
  • Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
  • Sejarah Islam di Sumatera.
  • Bohong di Dunia.
  • Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
  • Pandangan Hidup Muslim,1960.
  • Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.