TintaTeras

Biografi Ustadz Danu, Ini Dia Profil Dan Fakta Menarik Tentangnya

Feed,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Agama

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Ustadz Danu. Salah satu program program yang kini mulai menjadi perbincangan hangat di kalangan penduduk yakni program Siraman Qalbu.

Siraman Qalbu ini ialah salah satu acara yang disiarkan oleh televisi swasta yang dipimpin oleh Ustad Danu. Acara ini terbilang cukup berbeda dengan acara pengajian pada umumnya alasannya di satu sesi Ustad Danu akan mempersilahkan hadirinnya untuk menceritakan penyakit yang dideritanya.

Biografi ustadz DanuSetelah itu lalu Ustad Danu akan memberi tahu apa saja penyebab dari munculnya penyakit hadirin tersebut. Artikel ini akan membicarakan ihwal profil dan biografi dariUstadz Danu beserta acara Siraman Qalbu.

Profil dan Biografi Ustadz Danu

Ustad Danu bantu-membantu mempunyai nama lengkap adalah Ir. Djoko Ismanu Herlambang. Beliau lahir di Pati pada tanggal 4 Desember 1964.

Kini dia tinggal di Kota Sleman, Yogyakarta. Pendidikan Ustad Danu ia tempuh di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan lulus sebagai sarjana teknik sipil.

Seorang Insinyur

Ustadz Danu dimengerti adalah seorang insinyur yang melakukan aneka macam penelitian kepada sebuah penyakit disertai solusinya. Ustadz Danu diketahui sebagai seorang ustad yang ramah dan juga tidak angkuh walaupun dirinya kini populer.

Beliau pun merupakan sosok yang tidak takut untuk mengucapkan kebenaran. Selama beberapa tahun Ustad Danu telah mempelajari dan memperdalam, serta mempraktikkan isi Al-Qur’an dan juga Assunah.

Sehingga atas izin Allah, dia mendapatkan korelasi yang akrab antara sebuah penyakit dengan adab seseorang. Menurut ia bahwa ternyata tanpa kita sadari tingkah laku atau perilaku yang kadang ’emosi’, sering murka-murka, mudah tersinggung, menyimpan dendam, dan yang yang lain akan membawa penyakit ke diri kita sendiri, disamping disebabkan oleh faktor pola hidup kita.

Beliau pun sangat menganjurkan terhadap semua orang untuk mempertahankan mulut biar tidak berbicara pedas atau bahkan hingga menyakiti orang lain.

Kita pun diharapkan bisa melupakan dendam dan memaafkan orang yang berbuat salah atau mendzolimi kita walaupun itu memang perbuatan yang sangat sukar. Namun hal itu mampu menjadi ringan kalau kita memperbanyak ‘istighfar’ dan menjalankan shalat.

Insya Allah dengan hal tersebut bisa mengganti perilaku dan sopan santun kita yang tidak terpuji dapat berganti. Dengan ilmunya tersebut kini Ustad Danu dipercaya untuk memberikan tausiyah dalam program Siraman Qalbu dan membantu para jamaah yang sedang sakit untuk dicarikan solusinya.

Acara Siraman Qalbu Ustadz Danu

Dengan adanya acara program Siraman Qalbu, Ustad Dahnu akan memperlihatkan tausiahnya. Bukan cuma itu saja, program ini juga banyak membahas mengenai urusan non medis mirip penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara medis.

Diantaranya seperti gangguan makhluk halus, memiliki ilmu turunan, dan juga penyakit yang telah beberapa tahun yang tidak dapat disembuhkan oleh medis alasannya adat orang tersebut yang sebaiknya diperbaiki dengan cara bertaubat dan berusaha untuk menjelma langsung yang lebih baik lagi.

Dengan adanya acara ini juga Ustad Danu menjajal mengajak kita semua untuk memperbaiki budpekerti dan kembali ke jalan Allah. Karena bantu-membantu segala petaka diakibatkan oleh tindakan tangan insan itu sendiri.

Hal ini sama seperti apa yang disampaikan oleh salah satu ayat Al-Qur’an yang artinya “Dan apa saja musibah yang menimpa kau maka yakni disebabkan oleh tindakan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [asy-Syura/42:30].

Selain ada Ustad Danu, dalam acara Siraman Qalbu juga ada Irfan Hakim yang menjadi pembawa acara tausiyah pagi ini. Acara ini memiliki durasi 90 menit, dari mulai pukul 05.00 hingga dengan 06.30 pagi.

Ya cukup sekian postingan tentang profil dan biografi Ustad Danu dan juga acara Siraman Qalbu. Semoga informasi ini bisa berguna untuk kita semua.

Biografi Mochtar Lubis, Cerita Sastrawan Jago Dari Indonesia

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sastrawan

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Mochtar Lubis. Ia dikenal selaku seorang sastrawan, wartawan senior, penulis dan pengarang yang berasal dari Padang, Sumatera Barat.  Bagi pecinta sastra, niscaya tidak gila dengan nama Mochtar Lubis.

Biografi Mochtar LubisKarena karyanya banyak diburu oleh pecinta sastra indonesia. ada puluhan buku yang telah dikarangnya dan senantiasa laku di pasaran sampai dikala ini. Pada kesempatan kali ini kita akan membicarakan tentang profil dan biografi dari Mochtar Lubis, wartawan senior serta sastrawan ahli dari indonesia.

Profil dan Biografi Mochtar Lubis

Mochtar Lubis lahir pada 7 maret 1922 di Padang, Sumatera Barat. Ia ialah anak dari pasangan Raja Pandapotan Lubis dan Siti Madinah Nasution.

Dalam buku biografi Mochtar Lubis yang ditulis oleh David T. Hill, dikenali bahwa Ayah Mochtar Lubis dikenal selaku seorang aristokrat suku Mandailing yang digelari Raja Pandapotan.

Ayahnya juga merupakan Binnenlands Bestuur (BB) atau pegawai pemerintahan kolonial Belanda yang dikala pensiun dengan pangkat tangan kanan bupati. Mochtar Lubis diketahui ialah anak keenam dari 10 bersaudara.

Masa Kecil

Mochtar Lubis memulai pendidikannya dengan bersekolah di sekolah untuk bumiputera atau Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang berbahasa Belanda setingkat SD yang berada di sungai penuh.

Setelah lulus dia melanjutkan sekolah di sekolah ekonomi partikelir kayutanam yang didirikan oleh S.M. Latif di Bukittinggi. Di sekolah ini mengajarkan mengenai ekonomi, bahasa, matematika dan politik,

Namun disini, Mochtar lebih terpesona pada politik. Ia banyak membaca karya-karya dari Karl Marx dan Adam Smith. Ia juga umummembaca tulisan-goresan pena perihal nasionalisme dari Soekarno, Sutan Sjahrir serta Mohammad Hatta.

Biografi Mochtar LubisIa percaya bahwa dengan pendidikan mampu mengubah penduduk . Di sekolah ini pula, Ia mampu mencar ilmu bahasa inggris serta Belanda. Mochtar tamat pada tahun 1939.

Mengajar Sebagai Guru

Pendidikan formalnya tidak begitu tinggi, dia tidak hingga jenjang HBS (Hoogere Burgerschool) yang setingkat atau AMS (Algemeene Middelbare School).

Walaupun begitu, Mochtar Lubis pernah menjadi seorang guru HIS di pulau Nias. Disini murid-muridnya beliau ajarkan mengenai nasionalisme contohnya menyanyikan lagu indonesia raya dibawah kibaran bendera merah putih.

Kelakuannya tersebut membuat pihak sekolah murka bahkan akan dieksekusi berat oleh pemerintah Belanda era itu. Namun karena pihak sekolah mengenal ayahnya, maka Mochtar Lubis hanya dipecat saja.

Merantau ke Jakarta

Setelah dipecat, Mochtar Lubis sempat akan dinikahkan tetapi beliau menolak dengan opsi orang tuanya. Ia lalu merantau ke Batavia kini Jakarta dengan menumpang kapal dari Padang ke Jakarta. Sampai disana, beliau menumpang di rumah kakaknya, Bachtar Lubis.

Pertama kali menetap di Jakarta, Bachtiar melakukan pekerjaan sebagai akuntan di sebuah Apotek. Beberapa bulan lalu, dia pindah kerja selaku seorang juru tulis di bank milik pemerintahan Belanda, N.V. Nederlandsche Handel Maatschappij (N.H.M.).

Di zaman pemerintahan jepang berkuasa di Indonesia pada tahun 1942, Kantor kawasan Bachtiar Lubis ditutup. ia lalu melakukan pekerjaan di suatu tim monitor siaran radio sekutu. Tugasnya yaitu mendengar dan mencatat siaran informasi bahasa Inggris untuk orang jepang.

Menikah Dengan Halimah

Berita yang ia dengarkan, ditulis dalam sebuah laporan dan disampaikan ke kantor pemerintahan bala tentara Dai Nippon.

Akhir tahun 1944, Mochtar Lubis menikah dengan Halimah.

Halimah ialah gadis sunda, yang bekerja di sekretariat Redaksi harian Asia raja. Istrinya meninggal di usia 77 tahun, tepatnya pada 27 agustus 2001.

Menjadi Seorang Wartawan

Setelah kemerdekaan RI, Mochtar bergabung dengan info antara yang dirikan oleh adam malik dkk. Karena kemampuan bahasa inggrisnya cantik, dia sering menjadi penghubung antara koresponden aneh yang masuk ke jawa.

Sebelum penyerahan kedaulatan RI dari Belanda ke Republik indonesia serikat, pada 27 desember 1949, Mochtar dan Hasjim Mahdan, memulai surat kabar baru dengan nama Harian Indonesia raya.

Disana dia menjabat selaku pemimpin redaksi.

Ketika terjadi perang korea tahun 1950, dia pergi untuk meliputnya. Sejak ketika itu dia populer selaku salah satu koresponen perang.

Mochtar Lubis Dipenjara

Karena sering meliput suasana perang. Pada tahun 1957, beliau menjadi tahanan rumah. Kemudian menjadi tahanan penjara selama 9 tahun sampai tahun 1966 ketika rezim Soekarno berkuasa.

Mengapa Mochtar Lubis dipenjara? Dia ditahan alasannya adalah menciptakan kisah yang berjudul Affair. Cerita tersebut ihwal pemerkosaan yang dialami oleh Nyonya yanti sulaiman. Beliau yakni mahir purbakala, yang bekerja di bab kebudayaan kementrian P&K. Dia menerima pelecehan seksual dari bosnya.

Di majalahnya, beliau sering menulis artikel yang kontroversial. Bahkan beliau pernah menulis perihal hubungan presiden soekarno dengan wanita salatiga yang berjulukan Hartini.

Dia menulis cerita affair lagi, tentang Roselan Abdulgani. Kemudian pada 13 agustus 1956, CPM menangkap syamsudin Sutan Makmur, Burhanuddin Harahap dan Pieter de Queljoe karena korupsi.

Musim gugur 1956, Mochtar Lubis dan Rosihan anwar, akan berangkat ke konferensi para editor belanda dan editor indonesia di Zurich Swiss.

Namun sebelum berangkat, mereka berdua diinterogasi delapan jam di markas CPM. Di luar negeri, beliau menetap selama 1 bulan untuk menunggu suasana tanah air yang lebih tenang. Namun sepulang dari luar negeri, mochtar mendapat sebutan tahanan rumah.

Dia tetap menjalankan beritanya, tetapi kian sukar. Sampai akhirnya di dipindahkan ke penjara madiun. Selama dipenjara, dia menulis buku berjudul Catatan Subversif yang terbit pada tahun 1981.

Sastrawan Hebat Indonesia

Selain sebagai wartawan, mochtar juga dikenal sebagai sastrawan. Ada banyak buku yang telah ia terbitkan. Dalam buku yang berjudul Mochtar Lubis Wartawan Jihad yang ditulis oleh Atmakusumah, disebutkan bahwa ada sekitar 53 judul buku yang ditulis ataupun diceritakan kembali oleh Mochtar Lubis.

Biografi Mochtar Lubis Adapun karya-karya Mochtar Lubis seperti Tanah Gersang, Harimau Harimau, Senja di Jakarta, Berkelana Dalam Rimba, Jalan Tak Ada Ujung dan masih banyak lainnya.

Mochtar Lubis Wafat

Mochtar Lubis yang diketahui selaku sastrawan dan wartawan senior ini meninggal dunia pada 2 juli 2004 di Jakarta pada usia 82 tahun.

Ia dimakamkan di TPU Jeruk Purut disamping makam istrinya, Halimah. Itulah sedikit isu perihal profil dan biografi Mochtar Lubis. Semoga berita ini mampu berfaedah bagi para pembaca.

Biografi Martha Christina Tiahahu, Pendekar Perempuan Pemberani Dari Maluku

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sejarah,  Tokoh Wanita

Martha Christina Tiahahu merupakan hero perempuan dan pemberani ini berasal dari tanah Maluku di Nusa Laut. Ia merupakan salah satu hero nasional yang populer dengan perlawanannya melawan penjajah kolonialisme Belanda.

Dalam sejarah Indonesia, beliau ialah pahlawan wanita yang paling muda diantara banyak satria yang lain dan wafat di usia muda di laut Banda. Berikut profil dan biografi dari Martha Christina Tiahahu secara lengkap dan singkat.

Biografi Martha Christina Tiahahu

Profil dan Biografi Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu dilahirkan pada tanggal 4 Januari 1800 di Abubu Nusalaut, Maluku. Ia ialah anak pertama dari Kapitan Paulus Tiahahu salah satu tokoh yang membantu perjuangan Kapitan Pattimura saat perang Pattimura meletus. Ibu Martha dikenali meninggal saat ia masih kecil.

Masa Kecil Martha Christina Tiahahu

Sejak kecil, Martha Christina Tiahahu diketahui sungguh pemberani serta mempunyai kemauan keras. Ia juga selalu mengikuti ayahnya kemanapun beliau pergi bahkan ketika ayahnya melaksanakan konferensi untuk mempersiapkan perang.

Pada tahun 1817, di waktu yang sama pula, Kapitan Pattimura juga melakukan perlawanan melawan Belanda di pulau Saparua, Maluku. Pertempuran melawan Belanda periode itu meluas dari Saparua hingga ke pulau Nusalaut.

Perjuangan Melawan Kolonial Belanda

Di usianya yang muda, Martha mempunyai keberanian yang tinggi. Dalam buku biografi Martha Christina Tiahahu yang ditulis oleh L. J. H. Zacharias (1981), disebutkan bahwa telah tiga kali Martha meminta izin kepada ayahnya untuk ikut berperang tetapi selalu ditolak.

Larangan tersebut tidak pernah beliau hiraukan, Martha tetap ingin ikut bertempur. Dia ikut bertempur melawan belanda di Saparua membantu Kapitan Pattimura. Perlawanan ini termasuk peperangan besar yang pernah terjadi di Indonesia yaitu perang pattimura.

Kala itu benteng Beverwijk sukses diduduki oleh Belanda tanpa perlawanan alasannya Guru Soselissa salah seorang masyarakatmenyatakan mengalah atas nama rakyat.

Di kawasan Ouw dan Ulath, serta Saparua. Martha bertempur bersama rakyat beserta para raja serta para kapitan. Di Kondisi peperangan, beliau menolong menenteng senjata dan membantu orang yang terluka. Ketika bertempur, Martha Christina suka memegang tombak.

Namun periode itu alasannya persediaan amunisi yang kurang menciptakan rakyat mundur ke pegunungan. Pertempuran pun berlanjut. Pada tanggal 11 Oktober 1817, 100 orang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Richemont dan Meyer menggempur kawasan Ulath.

Biografi Martha Christina Tiahahu

Martha bareng rakyat bertempur sengit menjaga tanahnya. Dalam pertempuran tersebut, perwira Belanda berjulukan Richemont tertembak mati oleh peluru rakyat. Pasukan Belanda yang lalu dipimpin oleh Meyer terkepung di tanjakan Ouw. Mereka bertahan dari serangan rakyat disegala penjuru.

Pertempuran kian sengit dikala Meyer terkena peluru di leher. Meyer kemudian dievakuasi ke kapal Eversten dan komando pasukan Belanda diambil alih oleh Vermeulen Kringer.

Tepatnya pada tanggal 12 Oktober 1817, Vermeulen Kringer memerintahkan serangan biasa di tempat Ouw dan Ulath. Rakyat yang mulai kehabisan amunisi kemudian melempari pasukan Belanda dengan batu.

Pasukan Belanda era itu mengetahui bahwa pasukan rakyat sudah mulai kehabisan amunisi. Mengetahui hal tersebut Pasukan Belanda lalu maju dengan senjata lengkap dengan sangkur yang terhunus.

Dalam waktu singkat, daerah Ouw dan Ulath rata dengan tanah. Rakyat yang melakukan perlawanan jadinya mundur dan bertahan di pegunungan.

Tertangkap Belanda

Perlawanan kemudian rampung dengan ditangkapnya beberapa pemimpin pertempuran tergolong didalamnya Martha Christina Tiahahu dan ayahnya Kapitan Paulus Tiahahu. Mereka kemudian dibawa dikapal Eversten bareng dengan tahanan yang lain, dikapal itu juga terdapat Kapitan Pattimura yang juga tertangkap.

Di Kapal beberapa tahanan di interogasi dan kemudian dijatuhi hukuman mati atas perlawanan mereka termasuk ayah Martha. Terkecuali Martha alasannya adalah beliau masih sungguh muda. Ia cuma akan dibawa ke Jawa untuk menjalani tanam paksa.

Hukuman mati ayahnya akan dijalankan pada 17 November 1817. Saat proses eksekusi mati, Martha tidak diijinkan melihat ajal ayahnya. Ayahnya dibunuh dengan puluhan peluru dari serdadu Belanda. Bahkan tubuhnya juga ditusuk dengan Kelewang.

Pahlawan Termuda Yang Mati di Laut Banda

Martha akan diasingkan ke pulau Jawa dan dipaksa melakukan pekerjaan di perkebunan kopi. Dia diposisikan di suatu ruangan kosong yang gelap. Karena ajal ayahnya, membuat dia merasa frustasi dan mirip kehilangan logika.

Saat sakit, dia tidak mau menerima obat apapun. Dia pun tak maumakan, membuat tubuhnya makin lemas. Semangat hidupnya telah hilang begitu saja. Hanya ada rasa putus asa sebab maut ayahnya.

Biografi Martha Christina Tiahahu

Di usia 17 tahun, semestinya dia tidak menjadi tahanan kolonial. Namun menjadi tahanan orang tuanya yang siap dinikahkan. Tahun 1818, badan Martha kian lemah.

Pada tanggal 2 januari 1818 dini hari, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas terakhirnya. Dia wafat di antara perairan pulau buru dan pulau manippa. Jasadnya lalu dilarung ke maritim dengan penghormatan militer. Sekarang tubuhnya bersemayam di laut Banda.

Sosok wanita pemberani ini harus dijadikan ide perempuan indonesia. cerita hidupnya yang inspiratif. Di usia muda beliau telah berani melawan kolonial belanda.

Dia juga seorang anak yang berbakti dengan ayahnya, Walaupun sejak kecil ia telah ditinggal mati oleh ibunya. Sehingga kedekatan dengan ayahnya terjalin sangat kuat.

Di masanya martha termasuk perempuan yang berpengaruh. Tidak cuma membawa senjata melawan kolonial. Namun beliau juga memprovokasi perempuan lain untuk berjuang melawan Belanda.

Bahkan aparat belanda kewalahan melawan kegilaanya. Setelah ayahnya meninggal, martha sempat menjajal melanjutkan perjuangan ayahnya.

Sayangnya sebelum sampai di pulau jawa, martha sudah meninggal dunia dan mayatnya dilarung di laut banda. Itulah sedikit dongeng wacana profil dan biografi Martha Christina Tiahahu secara singkat dan lengkap. Semoga menginspriasi.

Biografi Amien Rais – ‘King Maker’ Masa Reformasi

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Politikus,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Biografi Amien Rais. Ia diketahui selaku seorang politikus di Indonesia. Nama Amien Rais sangat dikenal saat abad Reformasi alasannya adalah ia ialah tokoh yang paling kritis kepada kebijakan – kebijakan pemerintah orde baru yang kurun itu dipimpin oleh Soeharto. Berikut profil dan biografi Amien Rais.

Biodata Amien Rais

Biografi Amien RaisNama : Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais

Lahir : Surakarta, 26 April 1944

Orang Tua : Syuhud Rais (ayah), Sudalmiyah (ibu)

Istri : Kusnasriyati Sri Rahayu

Anak : Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia dan Ahmad Baihaqi.

Profesi : Politisi, Dosen.

Biografi Amien Rais

Beliau memiliki nama lengkap Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais. Orang tuanya berjulukan Suhud Rais dan Sudalmiyah Rais. Amien Rais dilahirkan pada tanggal 26 April 1944 di Surakarta, Jawa Tengah.

Dalam biografi Amien Rais diketahui bahwa beliau tumbuh di tengah-tengah keluarga yang aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Orang bau tanah Amien Rais dikenali ialah pelopor dari Muhammadiyah cabang Surakarta. Kedua orang tuanya bahkan berharap anaknya bisa menjadi seorang kiai.

Pendidikan

Pendidikan dasar Amien Rais ia mulai dengan bersekolah di Sekolah Muhammadiyah Surakarta dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Tamat dari sekolah menengah atas, Amien Rais berangkat ke Yogyakarta untuk kuliah di Universitas Gajah Mada pada fakultas ilmu politik. Saat itu juga ia mengambil kuliah lain di UIN Sunan Kalijaga di fakultas Tarbiyah.

Selama menjadi mahasiswa, ia diketahui sungguh aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Ia bahkan pernah menjadi ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Yogyakarta dan ketua dari lembaga dakwah Himpunan Mahasiswa Islam cabang Yogyakarta.

Setelah menamatkan kuliahnya di UGM pada tahun 1968 dan di UIN Sunan Kalijaga beliau tuntaskan pada tahun 1969, Amien Rais kemudian melanjutkan kuliahnya di luar negeri.

Kuliah di Amerika

Pendidikan Masternya ia tempuh di University of Notre Dame, di wilayah Indiana, Amerika Serikat di jurusan Ilmu Politik. Ia menyelesaikan pendidikannya tersebut pada tahun 1974.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1981 Amien Rais melanjutkan pendidikan S3 atau doktoralnya di University of Chicago, Amerika Serikat. Ia selesai pada tahun 1984 dengan judul disertasi The Moslem Brotherhood in Egypt: its Rise, Demise, and resurgence.

Amien Rais juga mengikuti program Post-Doctoral Program di George Washington University di tahun 1986 dan di University of California, Los Angeles pada tahun 1988.

Dosen dan Guru Besar Universitas Gajah Mada

Setelah lama belajar di Amerika Serikat, Amien Rais lalu kembali ke Indonesia. Ia pun bekerja sebagai seorang dosen ilmu politik di almamaternya Universitas Gajah Mada. Ia juga merupakan guru besar di kampus itu.

Di kampus tersebut, Amien Rais mengajar mata kuliah di Teori Politik Internasional, Sejarah dan Diplomasi di Timur Tengah, Teori-teori Sosialisme. Ia juga mengajar mata kuliah Teori Revolusi dan Teori Politik untuk mahasiswa pascasarjana.

Selain aktifitasnya selaku seorang dosen, Amien Rais juga bergabung dalam organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta masuk sebagai anggota Muhammadiyah.

Kritis Terhadap Pemerintahan Orde Baru

Memasuki tahun 1990an, Amien Rais makin bersikap kritis kepada kebijakan-kebijakan orde gres yang saat itu dikuasai oleh Soeharto. Akibatnya beliau lengser ketika menjabat selaku ketua dewan pakar ICMi balasan campur tangan pemerintah orde baru.

Di tahun 1995, Amien Rais terpilih sebagai Ketua Pimpinan Organisasi Muhammadiyah. Ia bahkan kian gencar dalam melakukan kritik kepada pemerintahan Soeharto khususnya dalam hal info praktik KKN (korupsi, kongkalikong, nepotisme) yang banyak terjadi dikala Soeharto berkuasa.

Tokoh Penting Era Reformasi

Tahun 1998 merupakan puncak dari perlawanan Amien Rais kepada pemerintahan Orde Baru. Amien Rais disebut selaku salah satu tokoh periode itu yang berhasil menciptakan Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden yang sudah beliau pegang selama 32 tahun.

Setelah kurun Reformasi dimulai, Amien Rais lalu mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) pada tahun 1998 dan menjabat selaku ketua Umum PAN.

Partainya lalu mengikuti pemilu tetapi tidak sukses menjinjing anggotanya untuk duduk di Senayan. Dalam biografi Amien Rais dikenali ia dikala itu menjadi ketua MPR RI dari tahun 1999 sampai 2004.

Amien Rais ‘The King Maker’

Pada era Era Reformasi, Amien Rais diketahui sungguh berkuasa atau memiliki pengaruh kuat selaku ketua MPR RI. Hal ini dapat dilihat dari langkahnya berhasil mengusung KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur menjadi Presiden Indonesia pada tahun 1999 mengalahkan Megawati Soekarnoputri.

Biografi Amien RaisPadahal periode itu Partai PDI Perjuangan yang dipimpin oleh Megawati ialah partai pemenang Pemilu pada tahun 1999. Dua tahun lalu, Amien Rais yang masih menjabat sebagai ketua MPR RI melaksanakan pemakzulan terhadap Kiai Abdurrahman Wahid sehingga dia lengser dari Presiden abad itu.

Amien Rais kemudian mengusulkan Megawati Soekarnoputri yang periode itun sebagai wakil presiden Indonesia menjadi selaku Presiden mengambil alih Gusdur. Tak heran banyak orang periode itu menyebut Amien Rais selaku seorang ‘King Maker’ di Era Reformasi.

Ikut Pilpres 2004

Pada tahun 2004 sehabis tidak lagi menjabat selaku ketua MPR RI, Amien Rais lalu mencoba peruntungannya menjadi calon Presiden berpasangan dengan Siswonono Yudhohusudo tetapi gagal. Ia dikalahkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono bareng dengan Jusuf Kalla.

Sejak saat itu, Aktifitas politik Amien Rais kian menyusut. Ia kembali ke Yogyakarta untuk mengajar selaku seorang dosen. Meskipun begitu beliau tetap menjadi orang penting di partai PAN contohnya selaku  Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Ketua Dewan Kehormatan Partai.

Keluarga Amien Rais

Amien Rais dimengerti mempunyai istri bernama Kusnasriyati Sri Rahayu. Dari hasil pernikahannya tersebut dengan Kusnasriyati Sri Rahayu, Amien Rais mempunyai lima orang anak bernama Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia dan Ahmad Baihaqi.

Biografi Dewi Sartika, Kisah Pahlawan Perintis Pendidikan Kaum Wanita

Biografi,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Wanita

Profil dan biografi singkat Dewi Sartika. Beliau dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional wanita. Salah satu jasa Dewi Sartika untuk Indonesia yaitu ia merupakan tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan.

Sama dengan RA Kartini, Dewi Sartika juga diketahui sebagai salah satu tokoh pejuang emansipasi wanita. Berikut profil dan biografi singkat dari Dewi Sartika

Biografi Dewi Sartika

Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat pada tanggal 4 Desember 1884. Ayahnya berjulukan Raden Somanagara yaitu seorang pejuang kemerdekaan. Terakhir, sang ayah dieksekusi buang ke Pulau Ternate oleh Pemerintah Hindia Belanda hingga meninggal dunia di sana. Ibunya berjulukan Nyi Raden Ayu Rajapermas.

Masa Kecil Dewi Sartika

Meski melanggar adab dikala itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya (kakak ibunya) yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka.

Dari pamannya, ia mendapatkan didikan tentang kesundaan, sedangkan pengetahuan kebudayaan Barat diperolehnya dari berkat didikan seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda.

Pendidikan Dewi Sartika

Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menawarkan talenta pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada bawah umur pembantu di kepatihan.

Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu mencar ilmu. Raden Dewi Sartika yang mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di Cicalengka, sejak kecil memang telah memberikan minatnya di bidang pendidikan.

Dikatakan demikian alasannya semenjak belum dewasa beliau telah senang memerankan sikap seorang guru. Sebagai teladan, sebagaimana layaknya belum dewasa, umumnya sepulang sekolah, Dewi kecil selalu bermain sekolah-sekolahan dengan sobat-sobat anak perempuan sebayanya, dikala itu ia sungguh bahagia berperan selaku guru.

Waktu itu Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh bawah umur pembantu kepatihan.

Gempar, alasannya di waktu itu belum banyak anak-anak (terlebih anak rakyat jelata) memiliki kesanggupan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.

Berpikir agar anak-anak perempuan di sekitarnya bisa memperoleh potensi belajar pengetahuan, maka ia berjuang mendirikan sekolah di Bandung, Jawa Barat. Ketika itu, ia telah tinggal di Bandung.

Dewi Sartika Mendirikan Sekolah Isteri

Perjuangannya tidak sia-sia, dengan pertolongan R.A.A.Martanegara, kakeknya, dan Den Hamer yang menjabat Inspektur Kantor Pengajaran saat itu, maka pada tahun 1904 Dewi Sartika berhasil mendirikan sebuah sekolah yang dinamainya “Sekolah Isteri”.

Sekolah tersebut hanya dua kelas sehingga tidak cukup untuk menampung semua acara sekolah. Maka untuk ruangan berguru, beliau mesti meminjam sebagian ruangan Kepatihan Bandung.

Awalnya, muridnya hanya dua puluh orang. Murid-murid yang hanya perempuan itu diajar berhitung, membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam dan pelajaran agama.

Profil dan Biografi Dewi Sartika

Sekolah Istri tersebut terus menerima perhatian faktual dari penduduk . Murid- murid kian banyak, bahkan ruangan Kepatihan Bandung yang dipinjam sebelumnya juga tidak cukup lagi menampung murid-murid.

Sekolah Keutamaan Isteri Dewi Sartika

Untuk mengatasinya, Sekolah Isteri pun kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Seiring perjalanan waktu, enam tahun semenjak didirikan, pada tahun 1910, nama Sekolah Istri sedikit diperbarui menjadi Sekolah Keutamaan Isteri. Perubahan bukan cuma pada nama saja, tapi mata pelajaran juga bertambah.

Ia berusaha keras mendidik belum dewasa gadis supaya kelak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik, mampu berdiri sendiri, luwes, dan terampil. Maka untuk itu, pelajaran yang berafiliasi dengan pembinaan rumah tangga banyak diberikannya.

Untuk menutupi ongkos operasional sekolah, ia membanting tulang mencari dana. Semua jerih payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi berganti menjadi kepuasan batin sebab sudah sukses mendidik kaumnya.

Salah satu yang memperbesar semangatnya yaitu dorongan dari berbagai pihak terutama dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang telah banyak membantunya merealisasikan perjuangannya, baik tenaga maupun anutan.

Pada tahun-tahun selanjutnya di beberapa daerah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang diatur oleh wanita-wanita Sunda yang memiliki harapan yang sama dengan Dewi Sartika.

Dalam biografi Dwwi Sartika dikenali bahwa pada tahun 1912 telah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan).

Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri diresmikan oleh Encik Rama Saleh.

Seluruh daerah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang bangun di kota kewedanaan. Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan perayaan pendirian sekolahnya yang sudah berumur 25 tahun.

Penghargaan Dari Pemerintah Hindia Belanda

Sekolah ini lalu berganti nama menjadi “Sakola Raden Déwi”. Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Biografi Dewi Sartika

Dalam biografi Dewi Sartika dikenali bahwa, Pada tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang mempunyai visi dan keinginan yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada waktu itu ialah Sekolah Latihan Guru.

Dewi Sartika Wafat

Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan sebuah upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun lalu dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

Prestasi Dewi Sartika dalam mengembangkan pendidikan untuk kaum pribumi khususnya untuk kaum wanita menciptakan pemerintah Indonesia menganugerahkan Dewi Sartika sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1966.

Jangan tanya apa yang sudah diberikan negara kepadamu, tapi apa yang telah kau berikan pada negaramu. 

Keteladanan Perjuangan Dewi Sartika

Kata bijak diatas sangat tepat menjadi panduan semua bangsa yang mau menobatkan seseorang selaku akseptor gelar kehormatan ‘satria’ di negaranya. Terlepas dari bentuk atau cara perjuangannya, seorang satria niscaya sudah berbuat sesuatu yang heroik untuk bangsanya sesuai keadaan zamannya. Demikian halnya dengan Raden Dewi Sartika.

Jika satria lain melaksanakan usaha untuk bangsanya melalui perang frontal mirip angkat senjata, Dewi Sartika memilih perjuangan lewat pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah. Berbagai tantangan, utamanya di bidang pendanaan operasional sekolah yang didirikannya sering dihadapinya.

Namun berkat kegigihan dan ketulusan hatinya untuk membangun masyarakat negerinya, sekolah yang didirikannya sebagai sarana pendidikan kaum perempuan bisa bangkit terus, bahkan menjadi panutan di daerah yang lain.

Biografi Kh Ma’Ruf Amin, Dari Ulama Menjadi Wakil Presiden Indonesia

Biografi Tokoh Indonesia,  Featured,  Feed,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Agama

TintaTeras.com – Biografi KH Ma’ruf Amin. Beliau ialah seorang ulama yang sekarang menjabat selaku Wakil Presiden Indonesia juga menjabat selaku Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ketua PBNU.

Selain selaku ulama dia juga ialah seorang politisi yang pernah menjabat sebagai Anggota MPR dan dewan perwakilan rakyat mewakili partai PKB. Berikut profil dan Biografi Kiai Haji Ma’ruf Amin.

Biodata KH Ma’ruf Amin

Biografi KH Ma'ruf AminNama : Prof. DR. Kiai Haji Ma’ruf Amin

Lahir : Tangerang, 1 Agustus 1943

Orang Tua : Mohamad Amin

Istri : Siti Churiyah, Wury Estu Handayani

Anak : Siti Haniatunnisa, Siti Makrifah

Profesi : Ulama dan Politisi

Biografi KH Ma’ruf Amin

KH Ma’ruf Amin dilahirkan di Desan Kresek di wilayah Tangerang, Banten pada tanggal 1 Agustus 1943. Di kutip dari CNN Indonesia, Dari silsilah keluarga KH Ma’ruf Amin ialah keturunan dari ulama besar asal Banten yang pernah menjadi imam Masjidil Haram bernama Syeikh An Nawawi Al Bantani.

Keluarga

KH Ma’ruf Amin menikah dengan Siti Huriyah yang juga berasal dari keluarga ulama pada tahun 1963. Dari pernikahannya ini Ma’ruf Amin memiliki dua orang anak.

Anak KH Ma’ruf Amin bernama Siti Haniatunnisa, Siti Makrifah. Pada tahun 2013, istri ia Siti Huriyah wafat. Setelah itu beliau menikah dengan Wury Estu Handayani pada tahun 2014.

Masa Kecil

Masa kecil Ma’ruf Amin lebih banyak dihabiskan di desa Kresek, Tangerang. Ayahnya yang bernama KH. Mohammad Amin merupakan seorang ulama besar Banten.

Aktifitas Ma’ruf Amin di saat kecil diwaktu pagi dia habiskan bersekolah di Sekolah Dasar. Dan sorenya, dia habiskan mencar ilmu mengaji di Madrasah Ibtidaiah. Diketahui  Ma’ruf Amin sempat mencar ilmu agama selama beberapa bulan di Pesantren Citangkil, Silegon, Banten milik KH. Syam’un Alwiah.

Belajar di Pesantren Tebu Ireng

Di usia 12 tahun, Ma’ruf Amin pergi berguru ke Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur pada tahun 1955. Pesantren ini banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama besar dari golongan NU. Pendidikan Ma’ruf Amin di pesantren Tebu Ireng dimulai dari dasar.

sumber : sigamelang.com

Setelah final belajar di pesantren Tebu Ireng, Ma’ruf Amin melanjutkan pendidikannya di Jakarta tepatnya di Sekolah Menengan Atas Muhammadiyah. Namun pendidikannya itu ia tidak tuntaskan.

Ma’ruf Amin menentukan kembali ke Banten dan lebih mendalami agama islam di banyak sekali pondok pesantren lagi. Mulai dari Pesantren Caringin, Labuan, Pesantren Petir, Serang, dan Pesantren Pelamunan, Serang.

Pindah Ke Jakarta

Setelah menikah dengan Siti Churiyah, beliau Pindah ke Jakarta dan menetap di Jakarta Utara. Disana Ma’ruf Amin melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Ibnu Khaldun Bogor di Fakultas Ushuludin. Beliau juga aktif di organisasi Gerakan Pemuda Ansor Jakarta dan menjadi ketuanya pada tahun 1964.

Menjadi Anggota DPRD Jakarta

Berbekal pengalamannya sebagai ketua GP Ansor Jakarta, Karir Ma’ruf Amin di politik menanjak. Ia berhasil menjadi anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Golongan Islam pada gelaran pemilu 1971.

Dalam Biografi KH Ma’ruf Amin dikenali pada tahun 1989, Nama Ma’ruf Amin mulai masuk di bulat PBNU setelah didaulat selaku  Khatib Aam Syuriah PBNU dalam suatu Mukhtamar NU yang digelar di Pesantren Krapyak.

Ikut Mendirikan PKB

Pasca lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998, KH. Ma`ruf Amin menjabat selaku ketua tim lima yang dibuat oleh PBNU. Dari tim inilah kemudian lahir Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB.

Setelah Partai Kebangkitan Bangsa bangkit, KH. Ma`ruf Amin menjabat sebagai anggota MPR RI dari perwakilan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia juga pernah menjadi Ketua Komisi VI dewan perwakilan rakyat RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Setelah Gusdur lengser, KH. Ma`ruf Amin lebih banyak menghabiskan aktifitasnya di Majelis Ulama Indonesia selaku  Ketua Komisi Fatwa MUI dari tahun 2001 sampai 2007.

Dalam Biografi KH Ma’ruf Amin, dia yang dikenal sebagai seorang ulama lalu membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu menunjuk KH. Ma`ruf Amin masuk dalam Anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Watimpres.

KH. Ma`ruf Amin (sumber : liputanislam.com)

Pengalamannya yang sangat banyak di bidang agama dan juga politik mengirimkan KH. Ma`ruf Amin menjabat selaku Rais ‘Aam atau ketua lazim PBNU dari tahun 2015 hingga 2020. Selain itu ia juga menjabat selaku ketua MUI Pusat dari tahun 2015.

Dalam Biografi KH Ma’ruf Amin dimengerti bahwa KH. Ma`ruf Amin tidak pernah mengenyam pendidikan master sampai ke jenjang doktor di bidang agama.

Namun pengetahuannya yang sungguh luas tentang agama membuat beliau tidak berlainan jauh dengan orang yang telah bergelar doktor sehingga sangat masuk akal jika dia mendapat gelar sebagai Professor Doktor.

Wapres Indonesia

Pada bulan Agustus 2018, Nama KH. Ma`ruf Amin ditunjuk sebagai calon wakil presiden republik Indonesia mendampingi Joko Widodo sebagai kandidat presiden Indonesia pada penyeleksian presiden yang digelar pada tahun 2019.

Kemudian pada penyeleksian presiden 2019, KPU (Komisi Pemilihan Umum) memutuskan KH. Ma`ruf Amin selaku Wapres Indonesia terpilih mendampingi Joko Widodo selaku Presiden Indonesia.

KH. Ma`ruf Amin mengambil alih Jusuf Kalla yang sebelumnya menjabat selaku wakil presiden Indonesia. Ia dilantik secara resmi sebagai Wakil Presiden Indonesia pada tanggal 20 oktober 2019.

Biografi Teuku Umar, Dongeng Heroik Perjuangan Pahlawan Nasional Dari Aceh

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sejarah,  Tokoh Pemimpin

Teuku Umar populer sebagai salah satu hero Nasional yang berasal dari Aceh. Teuku Umar merupakan tokoh pejuang yang gigih melaksanakan perlawanan dikala era penjajahan Belanda. Ia diketahui berjuang bersama Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia. Berikut profil dan biografi Teuku Umar dan kisah perjuangannya melawan belanda di tanah Aceh.

Biografi Teuku Umar

Profil dan Biografi Teuku Umar

Beliau dilahirkan pada tahun 1854 tanggal dan bulannya tidak diketahui, ia lahir di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia. Ia merupakan salah seorang pahlawan nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh semenjak tahun 1873 sampai tahun 1899.

Kakeknya yakni keturunan Minangkabau, ialah Datuk Makdum Sati yang pernah berjasa terhadap Sultan Aceh. Datuk Makdum Sati memiliki dua orang putra, yaitu Nantan Setia dan Achmad Mahmud. Teuku Achmad Mahmud merupakan bapak Teuku Umar.

Perjuangan Teuku Umar di Perang Aceh

Ketika perang aceh meletus pada 1873, Ia ikut serta berjuang bareng pejuang-pejuang Aceh yang lain, padahal umurnya gres menginjak19 tahun.

Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri yang lalu dilanjukan ke Aceh Barat. Pada umur ini, Ia juga sudah diangkat selaku keuchik (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh.

Kepribadiaan Teuku Umar semenjak kecil diketahui selaku anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka tabrak dengan sobat-teman sebayanya.

Ia juga mempunyai sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Ia tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, dia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani.

Pernikahan Teuku Umar tidak sekali dijalankan. Ketika umurnya telah menginjak usia 20 tahun, Ia menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang.

Untuk meningkatkan derajat dirinya, Ia kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim. Sejak ketika itu, beliau mulai menggunakan gelar Teuku.

Menikah Dengan Cut Nyak Dien

Pada tahun 1880, Ia menikahi janda Cut Nyak Dien, puteri pamannya. Sebenarnya Cut Nyak Dien sudah memiliki suami (Teuku Ibrahim Lamnga) tetapi telah meninggal dunia pada Juni 1978 dalam pertempuran melawan Belanda di Gle Tarun.

Setelah itu, Cut Nyak Dien bertemu dan jatuh cinta dengan Teuku Umar. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng.

Hasil perkawinan keduanya yakni anak perempuan berjulukan Cut Gambang yang lahir di daerah pengungsian alasannya orang tuanya tengah berjuang dalam medan tempur.

Belanda sempat berdamai dengan pasukan Aceh pada tahun 1883. Satu tahun lalu (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar lalu mencari taktik bagaimana dirinya dapat mendapatkan senjata dari pihak musuh (Belanda).

Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki tangan) Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat resah, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga berniat memanfaatkannya sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh.

Gelar Johan Pahlawan

Teuku Umar lalu masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894, Ia sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 prajurit dengan senjata lengkap.

Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dikerjakan secara pura-pura. Sebab, sebelumnya dia telah memberitahukan terlebih dulu terhadap para pejuang Aceh.

Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, Gubernur Belanda di Aceh berjulukan Deykerhorf lalu mengabulkan undangan suami Cut Nyak Dien itu dengan menambah 17 orang panglima dan 120 orang serdadu, termasuk seorang Pangleot sebagai tangan kanannya.

Pada tanggal 30 Maret 1896, dia kemudian keluar dari dinas militer Belanda dengan menenteng pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan duit 18.000 dollar.

Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Ia bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan strategi perang yang amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan Belanda pada dikala itu yang amat besar lengan berkuasa dan sangat sukar ditaklukkan.

Pada saat itu, perjuangan Teuku Umar menerima bantuan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud yang bareng 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dalam peperangan tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka di pihak Belanda.

Gubernur Deykerhorf merasa tersakiti dengan apa yang dijalankan oleh suami Cut Nyak Dien itu. Van Heutsz diperintahkan supaya mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap pemimpin pasukan Aceh ini.

Serangan secara mendadak ke kawasan Meulaboh menimbulkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal10 Februari 1899.

Pemikiran Teuku Umar

Sejak kecil, Ia bekerjsama memiliki aliran yang kerap susah dimengerti oleh sobat-temannya. Ketika beranjak dewasa pun pemikirannya juga masih susah dipahami.

Sebagaimana sudah diulas di atas bahwa seni manajemen Teuku Umar yang berpura-pura menjadi antek Belanda yakni selaku bentuk “kerumitan” pemikiran dalam dirinya. Beragam tafsir timbul dalam mengetahui pemikirannya wacana taktik kepura-puraan tersebut.

Meski demikian, yang niscaya bahwa strategi dan taktik tersebut dinilai sangat jitu dalam menghadapi gempuran kolonial Belanda yang memiliki pasukan serta senjata sangat lengkap. Ia memandang bahwa “cara yang negatif” boleh-boleh saja dilakukan asalkan untuk meraih “tujuan yang aktual”.

Jika dirunut pada konteks fatwa kontemporer, anutan seperti itu kedengarannya lebih erat dengan komunisme yang juga menghalalkan segala cara. Semangat usaha Teuku Umar dalam menghadapi kolonialisme Belanda yang pada akhirnya mendorong pemikiran semacam itu.

Kepahlawanan Teuku Umar

Kepahlawanan Teuku Umar dapat dilihat dari keberhasilan dirinya dalam menghadapi lawan. Sebagai teladan, pada tanggal 14 Juni 1886, Ia pernah menyerang kapal Hok Centon, milik Belanda.

Kapal tersebut berhasil dikuasai pasukan perlawanan Aceh. Nahkoda kapalnya, Hans (asal Denmark) tewas dan kapal diserahkan kepada Belanda dengan meminta tebusan sebesar 25.000 ringgit. Keberanian tersebut sangat dikagumi oleh rakyat Aceh.

Karya yang lain ialah berupa keberhasilannya saat mendapatkan banyak senjata selaku hasil dari pengkhianatan dirinya kepada Belanda.

Penghargaan Teuku Umar

Berdasarkan SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Nama Teuku Umar juga diabadikan selaku nama jalan di sejumlah kawasan di tanah air, salah satunya yang populer yaitu terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Selain itu, namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah lapangan di Meulaboh, Aceh Barat.

Biografi Muhammad Yamin, Dongeng Sastrawan Dan Jagoan Nasional Indonesia

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Muhammad Yamin. Dikenal sebagai salah satu budayawan dan sastrawan Indonesia. Muhammad Yamin merupakan jagoan nasional yang dikenal selaku tokoh yang ikut merumuskan Sumpah Pemuda yang mengilhami perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Berikut profil dan biografi Muhammad Yamin.

Biografi Muhammad Yamin

Profil dan Biografi Muhammad Yamin

Prof. Mr. Muhammad Yamin, S.H dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus 1903. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmadjo. Salah seorang anaknya yang diketahui , adalah Rahadijan Yamin.

Ketika kecil , Muhammad Yamin oleh orang tuanya diberi pendidikan budbahasa dan agama hingga tahun 1914. Di zaman penjajahan, ia tergolong segelintir orang yang mujur alasannya adalah dapat menikmati pendidikan menengah dan tinggi. Lewat pendidikan itulah, ia sempat menyerap kesusastraan aneh, utamanya kesusastraan Belanda.

Dengan demikian, dapat dibilang bahwa tradisi sastra Belanda diserapnya selaku seorang intelektual sehingga dia tidak menyerap mentah-mentah apa yang didapatnya itu. Dia menerima desain sastra Barat, dan memadukannya dengan ide budaya yang nasionalis.

Riwayat Pendidikan Muhammad Yamin

Pendidikan yang sempat diterima oleh Muhammad Yamin, antara lain, Hollands inlands School (HIS) di Palembang, tercatat sebagai peserta kursus pada Lembaga Pendidikan Peternakan dan Pertanian di Cisarua, Bogor, Algemene Middelbare School (AMS) ‘Sekolah Menengah Umum’ di Yogya, dan HIS di Jakarta.

Muhammad Yamin menempuh pendidikan di AMS sesudah menuntaskan sekolahnya di Bogor yang dijalaninya selama lima tahun. Studi di AMS Yogya sesungguhnya ialah persiapannya untuk mempelajari kesusastraan Timur di Universitas Leiden, Belanda.

Di AMS, ia mempelajari bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Kaei, dan sejarah purbakala. Dalam waktu tiga tahun saja beliau sukses menguasai keempat mata pelajaran tersebut, suatu prestasi yang jarang dicapai oleh otak manusia biasa.

Dalam mempelajari bahasa Yunani, ia banyak menerima sumbangan dari pastor-pastor di Seminari Yogya, sedangkan dalam bahasa Latin beliau dibantu Prof. H. Kraemer dan Ds. Backer.

Setamat AMS Yogya, Ia bersiap-siap berangkat ke Leiden. Akan tetapi, sebelum sempat berangkat sebuah telegram dari Sawahlunto mengabarkan bahwa ayahnya meninggal dunia.

Karena itu, kandaslah keinginan Yamin untuk mencar ilmu di Eropa alasannya adalah uang peninggalan ayahnya hanya cukup untuk berguru lima tahun di sana. Padahal, mencar ilmu kesusastraan Timur memerlukan waktu tujuh tahun.

Ia akibatnya melanjutkan kuliah di Recht Hogeschool (RHS) di Jakarta dan sukses mendapatkan gelar Meester in de Rechten ‘Sarjana Hukum’ pada tahun 1932.

Riwayat Organisasi Muhammad Yamin

Sebelum selesai dari pendidikan tinggi, Muhammad Yamin telah aktif terjun dalam usaha kemerdekaan. Berbagai organisaasi yang bangun dalam rangka mencapai Indonesia merdeka yang pernah dipimpinnya antara lain, adalah, Yong Sumatramen Bond ‘Organisasi Pemuda Sumatera’ (1926–1928).

Peran Muhammad Yamin bisa dilihat dalam Kongres Pemuda II. Muhammad Yamin tergolong tokoh yang ikut merumuskan sumpah cowok. Disana disepakati penggunaan bahasa Indonesia

Pada tahun 1938 sampai 1942, dia tercatat sebagai anggota Pertindo, yang merangkap sebagai anggota Volksraad ‘Dewan Perwakilan Rakyat’.

Setelah kemerdekaan Indonesia terwujud, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Muhammad Yamin dalam pemerintahan Indonesia antara lain sebagai Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (1953-1955), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961-1962).

Dari riwayat pendidikan Muhammad Yamin dan dari keterlibatannya dalam organisasi politik maupun usaha kemerdekaan, tampaklah bahwa ia termasuk seorang yang berwawasan luas.

Walaupun pendidikannya pendidikan Barat, beliau tidak pernah menerima mentah-mentah apa yang diperolehnya itu sehingga ia tidak menjadi kebarat-baratan. Ini merupakan salah satu sifat teladan Muhammad Yamin.

Ia tetap membawakan nasionalisme dan rasa cinta tanah air dalam karya-karyanya. Barangkali hal ini ialah dampak lingkungan keluarganya alasannya adalah ayah ibunya yakni keturunan kepala adab di Minangkabau.

Dengan demikian, mampu diketahui kalau ia tidak terhanyut begitu saja oleh hal-hal yang pernah diterimanya, baik itu berupa karya-karya sastra Barat yang pernah dinikmatinya maupun metode pendidikan Barat yang pernah dialaminya.

Karya Sastra Muhammad Yamin

Umar Junus dalam bukunya Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern (1981) menyatakan bahwa puisi Yamin terasa masih berkisah, bahkan bentul-betul terasa selaku sebuah kisah.

Dengan demikian, puisi Yamin memang akrab sekali dengan syair yang memang merupakan puisi untuk mengisahkan sesuatu.”Puisi Yamin itu mampu dinikmati sebagai syair dalam bentuk yang bukan syair”, demikian Umar Junus.

Karena itu, sajak-sajak Yamin mampu dibilang lebih merupakan sebuah pembaruan syair daripada suatu bentuk puisi baru. Akan tetapi, pada puisinya sering kali bagian pertamanya merupakan lukisan alam, yang membawa pembaca terhadap suasana pantun sehingga puisi Yamin tidak dapat dianggap selaku syair baru begitu saja.

Umar Junus mengira bahwa dalam penulisan sajak-sajaknya, Yamin memakai pantun, syair, dan puisi Barat sebagai sumber. Perpaduan ketiga bentuk itu adalah hal lazim terjadi terjadi pada permulaan perkembangan puisi terbaru di Indonesia.

Jika Umar Junus menyaksikan adanya kedekatan untuk soneta yang dipergunakan Yamin dengan bentuk pantun dan syair, bantu-membantu hal itu tidak dapat dipisahkan dari tradisi sastra yang melingkunginya pada waktu masih amat dipengaruhi pantun dan syair.

Soneta yang diketahui Yamin lewat kesusastraan Belanda ternyata hanya menyentuhnya pada sisi isi dan semangatnya saja. Karena itu, Junus menangkap kesan berkisah dari sajak-sajak Yamin itu terpancar sifat melankolik, yang kebetulan ialah sifat dan pembawaan soneta.

Sifat soneta yang melankolik dan kecenderungan berkisah yang terdapat didalamnya tidak berlawanan jauh dengan yang terdapat dalam pantun dan syair. Dua hal yang disebut terakhir, yakni sifat melankolik dan kecenderungan berkisah, kebetulan sesuai untuk gejolak perasaan Yamin pada periode remajanya.

Karena itu, soneta yang baru saja diketahui Yamin dan yang kemudian digunakannya selaku bentuk pengungkapan estetiknyha mengesankan bukan bentuk soneta yang murni.

Keith Robert Foulcher (1974) dalam disertasinyha mengemukakan bahwa konsepsi Yamin ihwal soneta dipengaruhi sastra Belanda dan tradisi kesusastraan Melayu.

Karena itu, soneta Yamin bukanlah suatu adopsi bentuk eropa dalam keseluruhan kompleksitas strukturalnya, tetapi lebih merupakan suatu pengungkapan yang visual, sesuatu yang bersifat permukaan saja dari soneta Belanda, yang masih mempunyai ekspresi puitis yang khas Melayu.

Berikut ini ditampilkan suatu soneta Yamin yang masih dilekati tradisi sastra Melayu dan yang menggambarkan kerinduan dan kecitaan penyair pada tanah kelahiran.

Di Lautan Hindia

Mendengarkan ombak pada hampirku

Debar-mendebar kiri dan kanan

Melagukan nyanyi sarat bantuan

Terbitlah rindu ke tempat lahirku

Sebelah Timur pada pinggirku

Diliputi langit berawan-awan 

Kelihatan pulau penuh keheranan

Itulah gerangan tanah airku

Di mana laut debur-mendebur

Serta mendesir tiba di papsir

Di sanalah jiwaku, mula bertabur

Di mana ombak sembur-menyembur

Membasahi barissan sebuah pesisir

Di sanalah hendaknya, aku berkubur

Dalam biografi Muhammad Yamin diketahui bahwa pada tahun 1928, dia mempublikasikan kumpulan sajaknya yang berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Penerbitan itu bertepatan dengan Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda yang terkenal itu.

Dalam kumpulan sajak ini, Yamin tidak lagi menyanyikan Pulau Perca atau Sumatera saja, melainkan telah menyanyikan kebesaran dan keagungan Nusantara.

Kebesaran sejarah berbagai kerajaan dan suku bangsa di Nusantara seperti kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Pasai terlukis dalam sajak-sajaknya. Dalam salah satu sajaknya, dia mengatakan demikian: ‘….. kita sedarah sebangsa/Bertanah air di Indonesia’.

Keagungan dan keluhuran periode silam bangsanya menyebabkan pula kesadaran pada diri Yamin bahwa:

Buat kami anak sekarang 

Sejarah demikian tanda nan jelas 

Kami berpoyong asal nan gadang

Bertenaga tinggi petang dan pagi

Di atas terbaca warna nasionalisme dalam sajak-sajak Muhammad Yamin. Warna nasionalisme dalam kepenyairan Yamin agaknya tidak mampu dipisahkan dari peranan Yamin sebagai pejuang dalam abad-era mencapai kemerdekaank.

Di samping itu, adanya Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda itu juga memegang peranan yang amat penting. Dengan adanya sumpah pemuda itu kesadaran nasional kian meningkat dan organisasi-organisasi cowok yang semula bersifat kedaerahan mulai mengganti dirinya ke arah nasionalistis.

Hal ini dapat dibilang besar lengan berkuasa pada persepsi Yamin selaku penyair dan peranannya yang ingin disumbangkannya untuk kejayaan bangsa dan negaranya. Sebagai perjaka yang mencita-citakan kejayaan era depan bangsanya, beliau tetap mengenang kegemilangan kala silam bangsanya:

Tiap gelombang di lautan berdesir

Sampai ke pantai tanah pesisir

Setiap butir berbisik di pasir

Semua itu terdengar bagiku

Menceriterakan hikayat zaman yang kemudian

Peninggalan bangsaku segenap waktu

Berkat cahaya pelita poyangku

Penggalan sajak berikut ini juga memperlihatkan adanya kesadaran untuk memelihara hasi-hasil yang pernah dicapai oleh para pendahulu bangsa dan menjadikannya sebagai modal untuk meraih kegemilangan masa depan:

Adapun kami anak sekarang 

Mari berjejrih berbanting tulang 

Menjaga kemegahan jangalah hilang, 

Supaya lepas ke padang yang bebas 

Sebagai poyangku kurun dahulu, 

Karena bangsaku dalam hatiku 

Turunan Indonesia darah Melayu

Patriotisme Yamin yang juga mengilhami untuk menumbuhkan kecintaan pada bangsa dan sastra. Ia menyaksikan adanya relasi pribadi antara patriotisme atau semangat kebangsaan yang diwujudkan lewat kecintaan pada bahasa dan pengembangan sastra Indonesia. Ini mungkin merupakan salah satu bentuk usaha Muhammad Yamin.

Sebagai penyair yang kecintaannya pada bahasa nasionalnya berkobar-kobar, beliau cenderung mengekspresikan rasa estetisnya dalam bahasa nasionalnya dengan harapan kesusastraan gres akan berkembang lebih pesat. Hal ini tampak dalam baik berikut ini:

Apabila perasaan baru sudah mendirikan pustaka

baru dalam bahasa tumpah tempat kita, maka

lahirlah zaman yang mulia, selaku pertandaan

peradaban baru, yaitu peradaban Indonesia-Raya

Muhammad Yamin wafat pada tanggal tanggal 17 Oktober 1962 di Jakarta. Atas tugas dan jasa Muhammad Yamin maka pemerintah kemudian menunjukkan gelar Pahlawan Nasional.

Walaupun pada periode dewasanya ia mudah meninggalkan lapangan sastra dan lebih banyak berkecimpung dalam lapangan politik dan kenegaraan beliau sudah meninggalkan karya-karya yang mempunyai arti dalam perkembangan sastra Indonesia.

Di samping menulis sajak, misalnya Ken Arok dan Ken Dedes (1943) dan Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (1932?). Yamin memang banyak meletakkan minat pada sejarah, terutama sejarah nasional.

Baginya sejarah ialah salah satu cara dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia Raya. Dengan fantasi seorang pengarang roman dan dengan bahasa yang liris, beliau pun menulis Gadjah Mada (1946) dan Pangeran Diponegoro (1950).

Ia banyak pula menerjemahkan karya sastra aneh ke dalam bahasa Indonesia, antara lain karya sastrawan Inggris William Shakespeare (1564–1616) berjudul Julius Caesar (1952) dan dari pengarang India Rabindranath Tagore (1861–1941) berjudul Menantikan Surat dari Raja dan Di Dalam dan Di Luar Lingkungan Rumah Tangga

Karya Muhammad Yamin

  • Puisi : Indonesia, Tumpah Darahku
  • Drama :Ken Arok dan Ken Dedes, Kalau Dewa Tara Sudah Berkata.
  • Terjemahan : Julius Caesar karya Shakspeare, Menantikan Surat dari Raja, Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga, Tan Malaka.
  • Sejarah :Gadjah Mada, Sejarah Pangerah Dipenogoro.