TintaTeras

Biografi Andrea Hirata, Kisah Inspiratif Novelis Dan Penulis Novel Laskar Pelangi

Feed,  Novelis

Andrea Hirata diketahui sebagai salah satu novelis populer di Indonesia. Salah satu novel karya Andrea Hirata yang paling populer yakni Novel Laskar Pelangi. Novel karyanya ini kisahnya sangat memberi gagasan hingga kisah novel tersebut diangkat ke layar lebar.

Biografi Andrea Hirata

Nama lengkapnya adalah Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung pada tanggal 24 Oktober 1967, namun ada juga beberapa yang menyatakan bahwa ia lahir pada tahun 1982.

Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di suatu desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong.

Tinggal di suatu desa kecil dengan segala keterbatasan memang cukup menghipnotis pribadinya sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memberikan keperihatinan.

Fakta Nama Andrea Hirata

Nama Andrea Hirata bergotong-royong bukanlah nama santunan dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, dia pun menggantinya dengan Wadhud.

Akan tetapi, dia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengubah namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun semenjak dia cukup umur.

[pullquote]…Andrea diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh diri jikalau penyanyi pujaannya, adalah Elvis Presley tidak membalas suratnya -Andrea.[/pullquote]

Dalam wawancaranya dengan media Jakarta Globe pada tahun 2010, Andrea Hirata menyampaikan bahwa ia telah mengubah namanya sebanyak tujuh kali.

Nama Hirata sendiri diambil dari nama kampung dan bukanlah nama orang Jepang seperti fikiran orang sebelumnya. Sejak akil balig cukup akal itulah, laki-laki orisinil Belitong ini mulai menyandang nama Andrea Hirata.

Masa Kecil Andrea Hirata

Dalam biografi Andrea Hirata dikenali bahwa dia berkembang seperti halnya belum dewasa kampung yang lain. Tumbuh dengan status selaku anak pegawai yang pas-pasan di PT Timah di Belitong mirip yang diceritakan dalam novel laskar pelangi.

Dengan segala keterbatasan, Ia tetap menjadi anak periang yang sesekali bermetamorfosis pemikir ketika menuntut ilmu di sekolah. Selain itu, beliau juga kerap mempunyai harapan dan mimpi-mimpi di kala depannya.

Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Sejak kecil bersekolah di suatu sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan nyaris rubuh.

Sekolah yang bernama Sekolah Dasar Muhamadiyah tersebut diakuinya cukuplah memperihatinkan. Namun alasannya ketiadaan biaya, beliau terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih seperti selaku kandang binatang ternak.

Kendati harus menuntut ilmu di bangunan yang tak nyaman, Ia tetap mempunyai motivasi yang cukup besar untuk berguru. Di sekolah itu pulalah, dia berjumpa dengan teman-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi.

Bertemu Dengan Sosok Bu Muslimah

Di Sekolah Dasar Muhamadiyah pula, Andrea berjumpa dengan seorang guru yang hingga sekarang sungguh dihormatinya, adalah NA (Nyi Ayu) Muslimah.

[pullquote]…Saya menulis buku Laskar Pelangi untuk Bu Muslimah – Andrea Hirata.[/pullquote]

Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang cuma berjumlah tak lebih dari 11 orang itu ternyata sungguh mempunyai arti besar bagi kehidupannya. Perubahan dalam kehidupannya, diakuinya tak lain alasannya adalah motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah.

Namun, Andrea tak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut alasannya status ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan. Ia menulis salah satu novel paling terkenal di Indonesia yakni Laskar Pelangi didasarkan pada memoar perihal kurun kecilnya yang membentuk karakternya hingga menjadi mirip kini.

Perlu dimengerti bahwa Novel Laskar Pelangi yang ia tulis menjadi salah satu novel terlaris di Indonesia. Penjualan resminya bahkan mencapai 5 juta eksamplar dan 15 juta eksamplar untuk edisi bajakannya.

Ia dikenali memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan sebuah sekolah miskin ini. Tentang sosok Muslimah, Ia menganggapnya sebagai seorang yang sangat memberi ide hidupnya. “

[pullquote]…Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang nyaris rubuh sungguh berkesan dalam perjalanan hidup aku – Andrea Hirata[/pullquote]

Berkat Bu Muslimah, Ia menerima dorongan yang menjadikannya bisa menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu.

Tak heran, beliau sangat mengagumi sosok Bu Muslimah selaku salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea karena sosok Bu Muslimah.

Sejak kelas 3 SD, Ia telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah selaku seorang guru. “Kalau saya besar nanti, aku akan menulis wacana Bu Muslimah,” ungkap penggemar penyanyi Anggun ini. Sejak dikala itu, Ia tak pernah berhenti mencoret-coret kertas untuk belajar menulis kisah.

Menjadi Penulis Novel Terkenal

Dalam biografi Andrea Hirata dimengerti bahwa kini sangat disibukkan dengan kegiatannya menulis dan menjadi pembicara dalam aneka macam acara yang menyangkut dunia sastra. Penghasilannya pun sudah tergolong paling tinggi sebagai seorang penulis.

Biografi Andrea Hirata

Namun demikian, beberapa pihak sempat mencurigai isi dari novel Laskar Pelangi yang dianggap terlalu berlebihan. Kesuksesannya sebagai seorang penulis tentunya membuat ia besar hati dan senang atas hasil kerja kerasnya selama ini.

Meski direpotkan dengan kegiatannya yang cukup menyita waktu, Ia masih tetap mampu meluangkan waktu untuk mudik di dikala Idulfitri. Bahkan baginya, pulang kampung ke Belitong di ketika Lebaran adalah wajib hukumnya.

Di Belitong, Ia melaksanakan rutinitas bersilaturahmi dengan orang renta dan kerabat yang lain sembari mengkonsumsi kue rimpak, kue khas Melayu yang senantiasa hadir pada saat Idulfitri.

Kendati perjalanan ke Belitong tidaklah mudah, karena opsi angkutanyang terbatas, Ia tetap saja mesti pulang kampung setiap Lebaran datang.

Terlebih lagi, kalau beliau tak kebagian tiket pesawat ke Bandara Tanjung Pandan, Pulau Belitong, maka mau tak mau Andrea harus menempuh 18 jam perjalanan dengan menggunakan kapal bahari.

Perasaan bangga dan senang kian dirasakan Andrea tatkala Laskar Pelangi diangkat menjadi film layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza.

Apalagi, film Laskar Pelangi juga sempat ditonton oleh orang nomor satu di negeri ini, Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu kemudian.

[pullquote]…Kini Laskar Pelangi mempunyai artikulasi yang lebih luas dibandingkan dengan sebuah buku. Nilai-nilai dalam Laskar Pelangi menjadi lebih luas. – Andrea Hirata.[/pullquote]

Menjadi seorang penulis novel populer mungkin tak pernah ada dalam asumsi Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk menjangkau pendidikan tinggi saja, dirasa sukar masa itu.

Namun, seiring dengan usaha dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu menjangkau berhasil sebagai penulis memoar cerita kala kecilnya yang penuh dengan keperihatinan. Dari Novel Laskar Pelangi lalu muncullah trilogi novel ialah Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.

Karya dan Penghargaan Andrea Hirata

Dalam biografi Andrea Hirata diketahui juga fakta bahwa dari tahun 2005 sampai tahun 2019, Andrea Hirata telah menciptakan 11 novel. Dari karyanya tersebut, Andrea banyak penghargaan selaku seorang novelis.

Tiga diantaranya berasal dari mancanegara adalah BuchAwards Jerman tahun 2013, Pemenang Festival Buku New York 2013 serta penghargaan Honorary Doctor of Letters (Hon DLitt) dari Universitas Warwick pada tahun 2015.

Biografi Ahmad Tohari, Pengarang Novel Fenomenal ‘Ronggeng Dukuh Paruk’

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Novelis,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Seniman

TintaTeras.com – Biografi Ahmad Tohari, Kisah sang pengarang novel fenomenal ‘Ronggeng Dukuh Paruk’. Ia diketahui selaku salah satu sastrawan Indonesia yang memiliki karya yang telah ternama hingga mancanegara. Bahkan salah satu karyanya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk telah banyak diterbitkan memakai bahasa aneh.

Biografi Ahmad Tohari

Tulisan karangan dari Ahmad Tohari biasanya sering menyinggung wacana kebudayaan penduduk . Itulah mengapa beliau tidak hanya diketahui sebagai sastrawan saja, melainkan ada yang menjulukinya sebagai budayawan.

Biografi Ahmad Tohari

Ahmad Tohari berasal dari Jawa Tengah. Beliau dimengerti lahir di daerah banyumas pada tanggal 13 Juni 1948. Ayahnya dimengerti seorang kiai dan melakukan pekerjaan sebagai pegawai KUA di kantor agama. Sementara ibunya melakukan pekerjaan sebagai seorang penjualkain. Ahmad Tohari memiliki seorang istri bernama Syamsiah.

Seniman yang populer dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk ini dikenali tinggal di desa kecil di kecamatan Jatilarang, Banyumas, Jawa Tengah.

Riwayat Pendidikan Ahmad Tohari

Ahmad Tohari yang diketahui sebagai sastrawan sekaligus budayawan ini ternyata tidak menempuh pendidikan yang linier dengan pekerjaannya.

Bahkan, pendidikan yang ditempuhnya cukup membuat orang tercengang alasannya dia pernah kuliah mengambil jurusan Kedokteran pada tahun 1967. Sebelumnya ia bersekolah di salah satu Sekolah Menengan Atas di daerah Purwokerto Jawa Tengah.

Dalam biografi Ahmad Tohari dikenali bahwa setelah merantau ke Jakarta dan kuliah mengambil jurusan kedokteran di Ibnu Khaldun. Tak cukup sekali dia menempuh pendidikan sarjana.

Kemudian, Ahmad Tohari melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi sekaligus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Jenderal Soedirman.

Riwayat Pekerjaan Ahmad Tohari

Sudah semenjak dari zaman kuliah tohari mempunyai kegemaran menulis. Tulisan yang dikarangnya bukanlah dalam bentuk cerpen melainkan goresan pena-goresan pena yang ada relevansinya dengan kebudayaan.

Biasanya, goresan pena yang berisikan wacana tema kebudayaaan tersebut dikirimnya ke media cetak dan jadinya ia pun diketahui oleh masyarakat sebagai budayawan.

Hal itu pulalah yang mengakibatkan Ahmad Tohari masuk menjadi staf di harian Merdeka. Sejak saat itu, karir Ahmad Tohari di dunia jurnalistik semakin berkembangtajam.

Tak puas hanya bergulat di dunia jurnalistik, Ahmad Tohari lalu melebarkan sayapnya menjadi seorang penulis. Tentu saja tulisannya masih bertemakan dengan kebudayaan.

Memang bentuknya novel, tetapi novel yang ditulisnya berisikan wacana sindiran kepada pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Bahkan gara-gara salah satu novelnya yang melegenda yakni Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari hampir saja masuk penjara alasannya adalah dalam novel tersebut Tohari menyindir wacana pemerintahan komunis.

Tetapi, dengan kontroversi tersebut ada suatu hikmah sebab novel yang dibuatnya malah dialih bahasakan di beberapa negara dan masih terkenal sampai kini.

Karya Ahmad Tohari

Meski ada segelintir orang yang berupaya menjatuhkannya, Ahmad Tohari juga dapat pertanda pada masyarakat bahwa apa yang dikatakannya lewat novelnya itu ada benarnya. Lewat berbagai goresan pena yang sudah sukses diterbitkannya, ada beberapa penghargaan yang pernah diperoleh oleh Ahmad Tohari.

Mulai dari penghargaan yang sifatnya yaitu hadiah hiburan hingga dengan hadiah kemenangan. Beberapa karyanya yang berhasil menyabet hadiah adalah Jasa-Jasa Buat Sanwirya, Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jentera Biang Lala, dan Di Kaki Bukit Cibalalak dan Kubah.

Dari beberapa karya yang disebutkan, ada suatu karya Tohari yang dialih bahasakan menjadi beberapa bahasa, mirip bahasa Jepang, Jerman, dan Belanda.

Jika memang goresan pena yang dikarangnya tidaklah cantik, tidaklah mungkin negara lain mempunyai niat untuk mempublikasikan novel milik Ahmad Thohari dengan bahasa miliknya.

Bahkan, ada satu karya novelnya yang diangkat menjadi salah satu film yang laris di Indonesia. Novel Ronggeng Dukuh Paruk berhasil digambarkan dalam sebuah film Indonesia yang berjudul Sang Penari.

Sebagai seorang novelis, dilihat dari karya-karyanya, Ahmad Tohari mampu disejajarkan dengan para novelis lain yang sudah terkenal mirip Andrea Hirata, Tere Liye, dan Habiburrahman El Shirazy. Meski kini usia Ahmad Tohari sudah menginjak 80 tahun, namun karyanya tidak akan pudar oleh perubahan zaman. Semoga gosip perihal Profil dan biografi Ahmad Tohari dan karya yang dihasilkannya dapat bermanfaat bagi para pembaca!

Biografi Tere Liye, Penulis Novel Terkenal Ternyata Seorang Akuntan?

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Novelis,  Penulis

Biografi Tere Liye singkat. Beberapa tahun belakangan dunia sastra Indonesia erat dengan sosok penulis bernama Tere Liye. Penulis yang satu ini mampu menghipnotis penduduk Indonesia melalui goresan pena-tulisannya. Biografi atau profil Tere Liye tidak terlampau banyak diketahui.

Biografi dan Profil Tere Liye - Penulis Novel Terkenal Asal Indonesia

Selama ini sosok Tere Liye cukup misterius. Kisah hidupnya tidak terlalu banyak diekspos. Hal tersebut sepertinya memang sengaja dilaksanakan untuk menjaga kehidupan pribadinya. Ia tidak gemar tampil di layar beling dan melakukan upaya keberadaan dengan membuat sensasi yang kerap dijalankan oleh para publik figur lainnya. Sosoknya yang sederhana memukau banyak orang.

Ia dikagumi oleh para pecinta novel karena gaya khasnya dalam memberikan suatu kisah sangat gampang dipahami dengan bahasa yang gampang diterima. Meskipun dinobatkan selaku penulis populer dengan buku-buku yang best seller tetapi beliau tidak memanfaatkannya untuk sekedar mencari popularitas.

Biografi Tere Liye

Masa lalu Tere Liye tidak banyak diketahui. Namun, dari beberapa postingan yang memuat wacana profil atau biografi Tere Liye yang berkaitan dengan kala kecilnya dimengerti bahwa dia yakni anak seorang petani. Ia lahir pada 21 Mei 1979 di daerah pedalaman Sumatera Selatan.

Nama Asli Darwis

Fakta yang tidak banyak dikenali oleh banyak orang yakni bahwa nama Tere Liye bukanlah nama orisinil, melainkan hanya nama pena yang senantiasa disematkan dalam setiap novelnya. Nama aslinya diketahui dengan panggilan Darwis.

Biografi dan Profil Tere Liye - Penulis Novel Terkenal Asal Indonesia

Ia yaitu anak keenam dari tujuh bersaudara yang tumbuh dalam keluarga sederhana. Kehidupan kala kecil yang dilalui dengan penuh kesederhanaan membuatnya menjadi orang yang tetap sederhana pula sampai ketika ini.

Sosoknya tampaktidak banyak gaya dan tetap rendah hati dalam menjalani kehidupan. Tere Liye mengenyam pendidikan dasar di SDN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Kikim, Sumatera Selatan. Setelah itu, pendidikan menengah atasnya dihabiskan di SMAN 9 Bandar Lampung.

Saat menempuh pendidikan tinggi, beliau merantau ke tanah Jawa dengan berkuliah salah satu universitas terbaik yakni Universitas Indonesia dan berkuliah di Fakultas Ekonomi.

Riwayat pendidikannya mampu menggambarkan sosok orang yang memiliki kecerdasan sehingga tidak heran kalau karya-karyanya menjadi begitu fenomenal.

Tentang kehidupan asmaranya juga tidak terlalu banyak dimengerti. Namun, ketika ini beliau telah menikah dengan seorang wanita cantik bernama Riski Amelia dan dikaruniai dua orang anak, ialah seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah Pasai dan seorang anak wanita berjulukan Faizah Azkia.

Seorang Akuntan

Saat ini ia dikenali bekerja sebagai karyawan kantoran dan berprofesi sebagai akuntan. Dengan penampilan khas yang sering menggunakan kupluk dan baju casual,Tere Liye mengatakan bahwa menulis baginya yaitu kegemaran.

Nama Tere Liye berasal dari bahasa India yang bermakna “untukmu”. Biografi Tere Liye selain menjadi penulis beliau juga dikenali menjalani rutinitas sebagai pekerja kantoran dengan menjadi seorang akuntan. Bahkan pekerjaan tersebut masih dijalankan sampai saat ini.

Karya Tere Liye

Biografi dan Profil Tere Liye - Penulis Novel Terkenal Asal Indonesia
Novel Tere Liye

Hingga ketika ini Tere Liye telah menghasilkan 21 karya yang keseluruhan novelnya menerima sambutan hangat dari penduduk . bahkan beberapa novel sudah diangkat ke layar lebar dan menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk menontonnya. Berdasarkan Biografi Tere Liye, ada beberapa karya novel yang sudah diterbitkan.

Diantaranya Hafalan Shalat Delisa, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Moga Bunda Disayang Allah (2005), The Gogons Series: James & Incridible Incodents, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Cintaku Antara Jakarta dan Kualal Lumpur (2006), Sang Penandai (2007), Senja Bersama Rosie, Bidadari-Bidadari Surga (2008), Burlian (2009), Pukat, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010), Eliana, Serial Anak-Anak Mamak, Ayahku (Bukan) Pembohong (2011), Bumi (2014) dan masih banyak yang lainnya.

Biografi Dan Profil Asma Nadia – Penulis Novel Dan Cerpen Indonesia

Feed,  Novelis,  Penulis,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Wanita
Biografi dan Profil Asma Nadia - Penulis Novel dan Cerpen Indonesia

TintaTeras.com – Sosok wanita satu ini bisa dibilang menjadi wangsit bagi banyak anak muda di Indonesia lewat novel-novelnya. Dialah Asma Nadia. Siapa ia? Asma Nadia merupakan salah satu penulis novel dan cerpen kenamaan asal Indonesia.

Ia ialah salah satu penulis wanita yang bisa mempesona perhatian penduduk dengan karya-karya yang fenomenal. Beberapa dari novelnya bahkan diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film.

Tulisan-tulisannya sudah banyak yang dipublikasikan ke dalam buku yang mendapat sambutan hangat dari penduduk . Biografi dan profil Asma Nadia diisi dengan prestasi dan perjalanan hidup meraih keberhasilan yang telah dirintisnya sejak masih kanak-kanak. Bakatnya dalam bidang menulis sudah berkembang sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.

Kepiawaiannya merangkai kata menjadi untaian kalimat yang mempunyai arti mirip suatu anugrah yang sudah didapatnya semenjak lahir. Keuletannya untuk terus mengasah kemampuan menulis menyebabkan dia berhasil menjadi salah satu penulis populer dengan deretan karya yang berkualitas.

Riwayat Pendidikan Asma Nadia

Asma Nadia mempunyai nama asli Asmarani Rosalba. Perempuan elok berkulit putih ini lahir di Jakarta 26 Maret 1972 dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susanti yang ialah seorang mualaf berdarah Tionghoa. Asma nadia memiliki seorang abang perempuan berjulukan Helvy Tiana Rosa, ia juga memiliki adik pria bernama Aeron Tomino

Ia berkembang dalam keluarga yang mengasihi seni menulis. Kedua saudaranya menggeluti bidang yang serupa dengan Asma. Suaminya bahkan juga seorang penulis dan dua anak Asma juga mempunyai keinginan yang besar untuk meneruskan jejak sang ibu dengan terjun ke dunia tulis-menulis. Mengenai pendidikan Asma Nadia diketahui dari kurun remajanya yang dihabiskan dengan bersekolah di SMA Budi Utomo.

Biografi dan Profil Asma Nadia - Penulis Novel dan Cerpen Indonesia

Ia lalu melanjutkan pendidikan tinggi ke Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Namun, keadaan yang kurang menguntungkan harus membuat langkah Asma berhenti untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi tinggi. Sakit yang abad itu diderita tidak memungkinkan baginya untuk melanjutkan kuliah.

Langkah yang terhenti di bangku kuliah tidak menciptakan Asma putus asa. Ia terus menggeluti hobi menulisnya. Dukungan dari keluarga dengan cinta kasih yang tak pernah surut dan dorongan semangat yang tak pernah padam menjadikannya kuat menjalani hari-hari yang berat. Ia terus menulis meski dalam keadaan yang tidak sehat.

Asma bersungguh-sungguh mengirimkan tulisannya ke banyak sekali redaksi majalah. Karya yang dihasikan Asma bukan hanya dalam bentuk cerpen saja, beliau juga menulis puisi dan lirik lagu. Karya-karya awal Asma yang sangat populer adalah album Besatari yang terdiri dari 3 seri, cerpen berjudul Koran Gondrong dan Imut yang mampu mengantarkannya menjuarai Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) pada tahun 1994 dan 1995 yang diselenggarakan oleh majalah Anninda.

Keluarga Asma Nadia

Asma Nadia menikah dengan pria berjulukan Isa Alamsyah pada tahun 1995. Dari pernikahannya tersebut, Asma Nadia dikaruniai dua orang anak berjulukan Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus.

Deretan Prestasi yang Diperoleh Asma Nadia

Dari aneka macam acuan tentang yang mengulas perihal biografi dan profil Asma Nadia, dikenali bahwa prestasi Asma Nadia memang telah tidak disangsikan lagi. Prestasi yang dihimpun Asma Nadia dari berbagai karyanya telah sungguh banyak. Ia sudah sering memenangkan aneka macam lomba di ajang nasional maupun internasional.

Salah satu bukunya ialah Rembulan di Mata Ibu menjadi pemenang dalam kategori Buku Remaja Terbaik tahun 2001. Selain itu, Asma juga sukses meraih penghargaan dari Mizan Award karena kesuksesan dua buah karyanya yang masuk dalam antologi cerpen terbaik di Majalah Annida.

Asma Nadia juga aktif melaksanakan perjalanan baik di dalam maupun luar negeri untuk menjadi pembicara di banyak sekali program. Kemampuannya yang telah sangat diakui membuatnya menjadi salah satu tokoh yang bisa menularkan pandangan baru dan ilmu khususnya di bidang sastra. Tahun 2009 Asma bahkan melakukan perjalanan keliling Eropa untuk mengisi pelatihan di beberapa kota seperti Jenewa, Berlin, Roma, Manchester dan Newcastle.

Karyanya yang bertemaislami juga ada beberapa yang sudah diangkat ke layar lebar. Film-film dari buku Asma yang sudah menghiasi dunia seni peran di Indonesia dintaranya yaitu Assalamualaikum Beijing, Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Surga yang tak dirindukan.

Dikutip dari beberapa sumber, Bagi Asma Nadia, menulis baginya merupakan suatu ibadah. Dengan menulis beliau mampu memberi ilham bagi banyak orang. Selain itu ia juga dapat memperlihatkan edukasi serta pencerahan dari tulisan-tulisannya. Ia bahkan aktif menulis setiap hari.

Biografi dan Profil Asma Nadia - Penulis Novel dan Cerpen Indonesia

Selain itu, ia juga sungguh gemar membaca sehingga menunjukkan beliau wangsit bagi tulisan-tulisannya sekaligus memperbesar pengetahuannya.

Hobi lain dari Asma Nadia ialah fotografi tetapi salah satu kegemaran yang paling favorit oleh Asma Nadia yakni Traveling. Hobinya ini membuat beliau lalu dikenal selaku ‘Jilbab Traveler’. Asma Nadia bahkan telah mengunjungi 59 negara dan lebih dari 200 kota di Dunia.

Disamping itu Asma Nadia juga sungguh konsisten dalam bederma. Ia kemudian mendirikan Yayasan bernama Yayasan Asma Nadia. Dari yayasan tersebut, dia lalu mendirikan Rumah Baca Asma Nadia yang banyak tersebar di seluruh Indonesia yang ditujukan untuk para anak yatim piatu serta belum dewasa yang kurang mampu.

Itulah biografi Asma Nadia yang sangat inspiratif dan menampung banyak pelajaran hidup yang nyata. Semoga berfaedah bagi para pembaca sekalian.

Biografi Habiburrahman El Shirazy – Novelis Terkenal

Biografi,  Feed,  Novelis,  Profil,  Sutradara

Habiburrahman El Shirazy, novelis, biografiBiografi Habiburrahman El Shirazy. Ia lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976, Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil berguru kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 dia merantau ke kota budaya Surakarta untuk berguru di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan akhir pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang diresmikan oleh Imam Al-Baiquri.

Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo (1996-1997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti “Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua” yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, beliau berkesempatan menawarkan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil ‘Alam Bil Islam (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan tersebut.

Pernah aktif di Mejelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo (1998-2000). Pernah menjadi koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama dua periode (1998-2000 dan 2000-2002). Sastrawan muda ini pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Kairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kairo.

Selama di Kairo, beliau sudah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul Membaca Insanniyah al Islam diangkut dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998). Berkesempatan menjadi Ketua TIM Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu Menara Nafas Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo) Beberapa karya terjemahan yang telah beliau hasilkan mirip Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya diangkut dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), dan Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004).

Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, dia dipanggil Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk membacakan pusinya dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading ke-9, bareng penyair-penyair negara lain. Puisinya dimuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair negara lain, puisi kang Abik juga diangkut kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).

Setibanya di tanah air pada pertengahan Oktober 2002, beliau diminta ikut mentashih Kamus Populer Bahasa Arab-Indonesia yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, (Juni 2003). Ia juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedia Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga jilid ditebitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003). Antara tahun 2003-2004, ia mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya semenjak tahun 2004 hingga 2006, beliau menjadi dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta.

Kini novelis tersebut tinggal di kota Salatiga. Aktivitas kesehariannya lebih banyak digunakan untuk menyanggupi ajakan mengisi pelatihan dan ceramah, di samping juga menulis novel yang menjadi pekerjaan khususnya dan sesekali menulis skenario sinetron untuk Sinemart (sebuah rumah produksi yang menaungi karya-karyanya di dunia perfilman dan persinetronan).

Kang Abik, demikian novelis ini umumdiundang adik-adiknya, semasa di SLTA pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai pementasannya bareng Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah menjangkau Juara II lomba menulis postingan se-MAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat sampaumur se-eks Keresidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994).

Ia juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I kontes baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi program Syharil Quran Setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul goresan pena, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Beberapa penghargaan bergengsi lain sukses diraihnya antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF Award 2006. Dari novelnya yang berjudul “Ayat-ayat Cinta” ia telah memperoleh royalti lebih dari 1,5 Milyar, sedangkan dari buku-bukunya yang lain tidak kurang ratusan juta telah dia kantongi.

Habiburrahman El Shirazy dan Keluarga

Beberapa karya populer yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004), Diatas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Republika-Basmala, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, dan Dari Sujud ke Sujud (kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih).

Selain novelis, sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga diketahui sebagai sutradara, dai, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, namun juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan dan Australia. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran yaitu Ayat-Ayat Cinta (sudah dibentuk model filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (sudah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) Dalam Mihrab Cinta (2007), Bumi Cinta, (2010) dan The Romance. Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem..