TintaTeras

Biografi Alex Kawilarang, Dongeng Patriot Pendiri Kopassus

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Militer

Profil dan biografi singkat Alex Kawilarang. Ia merupakan salah satu tokoh populer pada abad revolusi kemerdekaan. Bersama dengan Idjon Djanbi, Nama Kolonel Alex Kawilarang dikenal sebagai pendiri Kopassus yang lalu dikenal sebagai satuan pasukan khusus paling populer dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

Biografi Alex Kawilarang

Namun sayangnya, alasannya adalah perbedaan prinsip dengan pemerintah era itu, Kawilarang menentukan bergabung dengan Permesta dan melaksanakan pemberontakan. Bagaimana kisahnya? Berikut profil dan biografi Alex Kawilarang secara singkat sang pendiri Kopassus.

Biografi Alex Kawilarang

Tokoh populer dari Tentara Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama lengkap Alexander Evert Kawilarang. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1920. Ayahnya bernama Alexander Herman Hermanus Kawilarang diketahui selaku perwira KNIL atau Tentara Kerajaan Belanda. Sementara ibu Kawilarang bernama Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya ini berasal dari Sulawesi Utara (Ramadhan Karta Hadimadja, 1988).

Terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang militer, Kawilarang mengenyam pendidikan yang cantik untuk anak seusianya. Ia mengenyam pendidikan permulaan di Europeesche Lagere School (ELS) di Semarang dan pindah ke Cimahi, jawa Barat.

Setelah menyelesaikan sekolahnya disana, Kawilarang lalu melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burgerschool (HBS) di Bandung selama 5 tahun. Di tahun 1940, setelah menyelesaikan sekolahnya beliau memilih mengikuti jejak ayahnya yang berkarir di bidang militer.

Pendidikan militer pertamanya dia peroleh dengan bergabung dengan Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL. Setelah itu dia bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Belanda di Garut, Jawa Barat sampai tahun 1942. Disini Kawilarang berjumpa dengan AH Nasution dan TB Simatupang (Anderson, Benedict R. O’G, 1972).

Setelah lulus dari sana, dia eksklusif ditempatkan sebagai komandan peleton di Bandung. Tak beberapa usang beliau dikirim ke Jakarta untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando AD (SSKAD). Dimasa pendudukan Jepang, Kawilarang ditangkap dan disiksa sampai tahun 1944 oleh Polisi Militer Jepang (Kempeitai). Pasukan KNIL juga kurun itu dibubarkan.

Lebih menyedihkan lagi, ayahnya tewas saat menjadi tawanan Jepang diatas kapal bareng dengan para Romusha. Kapal mereka ditenggelamkan oleh kapal selam Inggris, HMS Tradewind (Simatupang, 1972). Kawilarang sendiri berhasil selamat namun menderita cacat seumur hidup sebab perlakuan Jepang.

Bebas dari Jepang, Kawilarang memilih bekerja sebagai kepala pabrik karet di Sumatera Selatan. Pasca kemerderkaan Indonesia, Kawilarang mmemilih bergabung dengan TNI dengan pangkat mayor. Tugasnya selaku perwira penghubung pasukan Inggris.

Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi

Sempat memimpin pasukan infanteri di Bogor dengan pangkat Letkol, Kawilarang lalu diserahi peran menjadi Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi ketika agresi militer Belanda I berjalan.

Biografi Alex Kawilarang

Saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, Kawilarang diandalkan menjadi panglima Tentara dan Teritorium I/Bukit Barisan di Medan. Namun pasca akreditasi kedaulatan Indonesia di Meja Bundar, Kawilarang ditarik ke Makassar menjadi panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur di tahun 1950.

Hanya setahun di Makassar, Kawilarang lalu ditarik kembali menjadi panglima Tentara dan Territorium III/Siliwangi yang berkedudukan di Jawa Barat (Indonesian Army Territorial Commanders, 1983).

Menikah

Pada tanggal 16 Oktober 1952, Alex Kawilarang dimengerti menikahi perempuan yang bernama Petronell Isabella van Emden. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua orang anak berjulukan Aisabella Nelly Kawilarang dan Alexander Edwin Kawilarang.

Namun pernikahan tersebut cuma berjalan bertahun-tahun saja dan bercerai di tahun 1958. Ia kemudian menikah lagi dengan wanita bernama Henny Olga Pondaag yang memberinya seorang anak bernama  Pearl Hazel Kawilarang.

Menumpas Pemberontakan Andi Azis

Kawilarang menjadi seorang panglima di usia sangat muda yakni 30 tahun. Karena pengalamannya, dia ditugaskan selaku panglima operasi ke Makassar didampingi oleh Soeharto dalam menumpas pemberontakan Andi Azis.

Sukses memadamkan pemberontakan Andi Azis, Kawilarang kemudian memobilisasi pasukannya untuk menghadapi pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.

Menumpas Pemberontakan RMS

Selain itu, Kawilarang juga ditugaskan memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan melawan mantan pasukan KNIL yang tergabung dalam Green Caps (Conboy, 2003). Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dapat dipadamkan oleh Alex Kawilarang, namun bawahannya ialah kolonel Slamet Riyadi tewas dalam peperangan.

David Jenkis dalam bukunya yang berjudul Suharto and His Generals: Indonesia’s Military Politics (1984) mengisahkan Alex Kawilarang ketika menjabat selaku Panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur pernah menampar Soeharto yang era itu sebagai bawahannya.

Biografi Alex Kawilarang

Hal ini terjadi sebab Kawilarang marah besar sebab dikala itu Soeharto yang memimpin brigade Mataram tidak mampu menjaga Makassar yang pada kesannya diduduki oleh pasukan KNIL. Soeharto dan pasukannya bahkan melarikan diri ke lapangan udara Mandai.

Pendiri Kopassus

Alex Kawilarang dikenal selaku pendiri pasukan khusus Kopassus. Pengalamannya dalam peperangan di Maluku membuat dia berpikir perlunya Indonesia memiliki satuan pasukan khusus. Dari situ, beliau lalu mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) di Batujajar, Jawa Barat.

Dalam buku biografi Alex Kawilarang yang berjudul A.E. Kawilarang: untuk Sang Merah Putih (1988) disebutkan bahw ia meminta Moh. Idjon Djanbi, mantan pasukan Belanda yang mempunyai pengalaman pasukan khusus untuk melatih satuan tersebut.

Idjon Djanbi lalu diketahui selaku komandan pertama dari Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT). Kesatuan ini kemudian berganti nama menjadi RPKAD. Dan kelak dikenal sebagai komando pasukan khusus atau Kopassus.

Atase Militer di Amerika Serikat

Tahun 1956, Alex Kawilarang ditunjuk selaku Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat oleh Panglima Angkatan Darat abad itu adalah AH Nasution. Namun berdasarkan Ruth Vey (1971) dalam bukunya yang berjudul The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army menyebutkan bahwa penunjukan ini bertujuan untuk melenyapkan pengaruh Alex Kawilarang di Angkatan Darat dan orang-orang di tubuh angkata darat yang kontra kepada Nasution.

Namun dalam Biografi Alex Kawilarang yang ditulis oleh Ramadhan Karta Hadimadja (1988) menyebutkan bahwa Kawilarang mendapatkan posisi Atase Militer di Amerika karena ingin memperbesar pengalamannya dalam bidang militer di mancanegara.

Pemberontakan Permesta

Pemberontakan Permesta pecah pada tanggal 2 Maret 1957. Ini bermula ketika Ventje Sumual yang merupakan panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta yang kemudian dikenal dengan Permesta di Manado dan Minahasa.

Gerakan ini kemudian disertai dengan gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera. Pemberontakan ini timbul sebab kekecewaan kepada pemerintah sentra di Jawa dan menghendaki Indonesia Timur mampu mendapatkan hak otonomi daerah untuk memperbaiki nasib mereka.

Alex Kawilarang yang berada di Amerika terus mengikuti kemajuan Permesta dan kemudian menetapkan kembali ke Indonesia dan meninggalkan jabatannya. Setibanya di Sulawesi utara, Alex Kawilarang kemudian bergabung dengan PRRI/Permesta dan diangkat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI di tahun 1958.

Pemberontakan PRRI/Permesta merupakan pemberontakan yang besar dan berjalan dari tahun 1958 sampai 1961. Dalam beberapa kali pertempuran Alex Kawilarang sebagaipimpinan militer Permesta berjumpa dan melawan bekas anak buahnya baik dari militer Siliwangi dan satuan RPKAD (Kopassus) yang ia bentuk.

Pada tahun 1961, Pemberontakan Permesta berhasil dipadamkan. Alex Kawilarang sendiri bareng dengan pasukan permesta yang lain kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Ini ditandai dengan upacara tanggal upacara pada tanggal 14 April di Tomohon, Sulawesi Utara.

Pensiun dari TNI

Pada tahun 1961 juga, Alex Kawilarang mendapatkan amnesti (pengampunan) dan pembatalan dari Presiden Soekarno. Namun sesudah itu, Kawilarang tidak pernah menerima penghargaan militer alasannya adalah keterlibatannya dalam Permesta.

Walaupun begitu, Alex Kawilarang bisa pensiun dari TNI meski pangkaktnya diturunkan menjadi Letnan Kolonel. Pasca pensiun, Kawilarang bekerja sempat bekerja selaku wakil manajer lazim Jakarta Racing Management tahun 1972.

Di tahun 1999, Alex Kawilarang gres memperoleh penghargaan atas jasa-jasanya dalam sebagai pendiri Kopassus. Ia mendapatkan gelar Warga Kehormatan Kopassus dalam upacara di markas Kopassus di Cijantung, Jakarta.

Alex Kawilarang Wafat

Pendiri Kopassus Alex Kawilarang meninggal dunia karena penyakit komplikasi pada tanggal 6 Juni 2000 di rumah sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Markas Kodam III/Siliwangi dan dimakamkan di taman makam hero Cikutra, Bandung.

Biografi Alex Kawilarang, Dongeng Patriot Pendiri Kopassus

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Militer

Profil dan biografi singkat Alex Kawilarang. Ia merupakan salah satu tokoh populer pada abad revolusi kemerdekaan. Bersama dengan Idjon Djanbi, Nama Kolonel Alex Kawilarang dikenal sebagai pendiri Kopassus yang lalu dikenal sebagai satuan pasukan khusus paling populer dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

Biografi Alex Kawilarang

Namun sayangnya, alasannya adalah perbedaan prinsip dengan pemerintah era itu, Kawilarang menentukan bergabung dengan Permesta dan melaksanakan pemberontakan. Bagaimana kisahnya? Berikut profil dan biografi Alex Kawilarang secara singkat sang pendiri Kopassus.

Biografi Alex Kawilarang

Tokoh populer dari Tentara Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama lengkap Alexander Evert Kawilarang. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1920. Ayahnya bernama Alexander Herman Hermanus Kawilarang diketahui selaku perwira KNIL atau Tentara Kerajaan Belanda. Sementara ibu Kawilarang bernama Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya ini berasal dari Sulawesi Utara (Ramadhan Karta Hadimadja, 1988).

Terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang militer, Kawilarang mengenyam pendidikan yang cantik untuk anak seusianya. Ia mengenyam pendidikan permulaan di Europeesche Lagere School (ELS) di Semarang dan pindah ke Cimahi, jawa Barat.

Setelah menyelesaikan sekolahnya disana, Kawilarang lalu melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burgerschool (HBS) di Bandung selama 5 tahun. Di tahun 1940, setelah menyelesaikan sekolahnya beliau memilih mengikuti jejak ayahnya yang berkarir di bidang militer.

Pendidikan militer pertamanya dia peroleh dengan bergabung dengan Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL. Setelah itu dia bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Belanda di Garut, Jawa Barat sampai tahun 1942. Disini Kawilarang berjumpa dengan AH Nasution dan TB Simatupang (Anderson, Benedict R. O’G, 1972).

Setelah lulus dari sana, dia eksklusif ditempatkan sebagai komandan peleton di Bandung. Tak beberapa usang beliau dikirim ke Jakarta untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando AD (SSKAD). Dimasa pendudukan Jepang, Kawilarang ditangkap dan disiksa sampai tahun 1944 oleh Polisi Militer Jepang (Kempeitai). Pasukan KNIL juga kurun itu dibubarkan.

Lebih menyedihkan lagi, ayahnya tewas saat menjadi tawanan Jepang diatas kapal bareng dengan para Romusha. Kapal mereka ditenggelamkan oleh kapal selam Inggris, HMS Tradewind (Simatupang, 1972). Kawilarang sendiri berhasil selamat namun menderita cacat seumur hidup sebab perlakuan Jepang.

Bebas dari Jepang, Kawilarang memilih bekerja sebagai kepala pabrik karet di Sumatera Selatan. Pasca kemerderkaan Indonesia, Kawilarang mmemilih bergabung dengan TNI dengan pangkat mayor. Tugasnya selaku perwira penghubung pasukan Inggris.

Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi

Sempat memimpin pasukan infanteri di Bogor dengan pangkat Letkol, Kawilarang lalu diserahi peran menjadi Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi ketika agresi militer Belanda I berjalan.

Biografi Alex Kawilarang

Saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, Kawilarang diandalkan menjadi panglima Tentara dan Teritorium I/Bukit Barisan di Medan. Namun pasca akreditasi kedaulatan Indonesia di Meja Bundar, Kawilarang ditarik ke Makassar menjadi panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur di tahun 1950.

Hanya setahun di Makassar, Kawilarang lalu ditarik kembali menjadi panglima Tentara dan Territorium III/Siliwangi yang berkedudukan di Jawa Barat (Indonesian Army Territorial Commanders, 1983).

Menikah

Pada tanggal 16 Oktober 1952, Alex Kawilarang dimengerti menikahi perempuan yang bernama Petronell Isabella van Emden. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua orang anak berjulukan Aisabella Nelly Kawilarang dan Alexander Edwin Kawilarang.

Namun pernikahan tersebut cuma berjalan bertahun-tahun saja dan bercerai di tahun 1958. Ia kemudian menikah lagi dengan wanita bernama Henny Olga Pondaag yang memberinya seorang anak bernama  Pearl Hazel Kawilarang.

Menumpas Pemberontakan Andi Azis

Kawilarang menjadi seorang panglima di usia sangat muda yakni 30 tahun. Karena pengalamannya, dia ditugaskan selaku panglima operasi ke Makassar didampingi oleh Soeharto dalam menumpas pemberontakan Andi Azis.

Sukses memadamkan pemberontakan Andi Azis, Kawilarang kemudian memobilisasi pasukannya untuk menghadapi pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.

Menumpas Pemberontakan RMS

Selain itu, Kawilarang juga ditugaskan memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan melawan mantan pasukan KNIL yang tergabung dalam Green Caps (Conboy, 2003). Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dapat dipadamkan oleh Alex Kawilarang, namun bawahannya ialah kolonel Slamet Riyadi tewas dalam peperangan.

David Jenkis dalam bukunya yang berjudul Suharto and His Generals: Indonesia’s Military Politics (1984) mengisahkan Alex Kawilarang ketika menjabat selaku Panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur pernah menampar Soeharto yang era itu sebagai bawahannya.

Biografi Alex Kawilarang

Hal ini terjadi sebab Kawilarang marah besar sebab dikala itu Soeharto yang memimpin brigade Mataram tidak mampu menjaga Makassar yang pada kesannya diduduki oleh pasukan KNIL. Soeharto dan pasukannya bahkan melarikan diri ke lapangan udara Mandai.

Pendiri Kopassus

Alex Kawilarang dikenal selaku pendiri pasukan khusus Kopassus. Pengalamannya dalam peperangan di Maluku membuat dia berpikir perlunya Indonesia memiliki satuan pasukan khusus. Dari situ, beliau lalu mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) di Batujajar, Jawa Barat.

Dalam buku biografi Alex Kawilarang yang berjudul A.E. Kawilarang: untuk Sang Merah Putih (1988) disebutkan bahw ia meminta Moh. Idjon Djanbi, mantan pasukan Belanda yang mempunyai pengalaman pasukan khusus untuk melatih satuan tersebut.

Idjon Djanbi lalu diketahui selaku komandan pertama dari Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT). Kesatuan ini kemudian berganti nama menjadi RPKAD. Dan kelak dikenal sebagai komando pasukan khusus atau Kopassus.

Atase Militer di Amerika Serikat

Tahun 1956, Alex Kawilarang ditunjuk selaku Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat oleh Panglima Angkatan Darat abad itu adalah AH Nasution. Namun berdasarkan Ruth Vey (1971) dalam bukunya yang berjudul The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army menyebutkan bahwa penunjukan ini bertujuan untuk melenyapkan pengaruh Alex Kawilarang di Angkatan Darat dan orang-orang di tubuh angkata darat yang kontra kepada Nasution.

Namun dalam Biografi Alex Kawilarang yang ditulis oleh Ramadhan Karta Hadimadja (1988) menyebutkan bahwa Kawilarang mendapatkan posisi Atase Militer di Amerika karena ingin memperbesar pengalamannya dalam bidang militer di mancanegara.

Pemberontakan Permesta

Pemberontakan Permesta pecah pada tanggal 2 Maret 1957. Ini bermula ketika Ventje Sumual yang merupakan panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta yang kemudian dikenal dengan Permesta di Manado dan Minahasa.

Gerakan ini kemudian disertai dengan gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera. Pemberontakan ini timbul sebab kekecewaan kepada pemerintah sentra di Jawa dan menghendaki Indonesia Timur mampu mendapatkan hak otonomi daerah untuk memperbaiki nasib mereka.

Alex Kawilarang yang berada di Amerika terus mengikuti kemajuan Permesta dan kemudian menetapkan kembali ke Indonesia dan meninggalkan jabatannya. Setibanya di Sulawesi utara, Alex Kawilarang kemudian bergabung dengan PRRI/Permesta dan diangkat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI di tahun 1958.

Pemberontakan PRRI/Permesta merupakan pemberontakan yang besar dan berjalan dari tahun 1958 sampai 1961. Dalam beberapa kali pertempuran Alex Kawilarang sebagaipimpinan militer Permesta berjumpa dan melawan bekas anak buahnya baik dari militer Siliwangi dan satuan RPKAD (Kopassus) yang ia bentuk.

Pada tahun 1961, Pemberontakan Permesta berhasil dipadamkan. Alex Kawilarang sendiri bareng dengan pasukan permesta yang lain kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Ini ditandai dengan upacara tanggal upacara pada tanggal 14 April di Tomohon, Sulawesi Utara.

Pensiun dari TNI

Pada tahun 1961 juga, Alex Kawilarang mendapatkan amnesti (pengampunan) dan pembatalan dari Presiden Soekarno. Namun sesudah itu, Kawilarang tidak pernah menerima penghargaan militer alasannya adalah keterlibatannya dalam Permesta.

Walaupun begitu, Alex Kawilarang bisa pensiun dari TNI meski pangkaktnya diturunkan menjadi Letnan Kolonel. Pasca pensiun, Kawilarang bekerja sempat bekerja selaku wakil manajer lazim Jakarta Racing Management tahun 1972.

Di tahun 1999, Alex Kawilarang gres memperoleh penghargaan atas jasa-jasanya dalam sebagai pendiri Kopassus. Ia mendapatkan gelar Warga Kehormatan Kopassus dalam upacara di markas Kopassus di Cijantung, Jakarta.

Alex Kawilarang Wafat

Pendiri Kopassus Alex Kawilarang meninggal dunia karena penyakit komplikasi pada tanggal 6 Juni 2000 di rumah sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Markas Kodam III/Siliwangi dan dimakamkan di taman makam hero Cikutra, Bandung.

Biografi Tito Karnavian, Perjalanan Spesialis Anti Teror Menjadi Menteri

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Militer,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Tito Karnavian. Saat ini diketahui sebagai Menteri Dalam Negeri di masa pemerintahan Joko Widodo dalam kabinet kerja jilid II. Sebelumnya beliau usang menjabat selaku Kapolri. Di kepolisian, ia diketahui mempunyai segudang prestasi dalam bidang penanggulangan terorisme di Indonesia. Berikut Biografi, profil dan biodata Tito Karnavian.

Biodata Tito Karnavian

Biografi Tito Karnavian - Profil dan Biodata Lengkap Kapolri

Nama Lengkap : Muhammad Tito Karnavian

Lahir : Palembang, Sumatera Utara, 26 oktober 1964

Orang Tua : H Achmad Saleh (ayah), Hj Kardiah (ibu)

Saudara : Iwan Dakota, Donny Akbar, Dian Marelia, Fifa Argentina, Diah Natalisa

Istri : Tri Suswati

Anak : Via, Opan, Angga

Agama : Islam

Pangkat : Jenderal Polisi Bintang Empat

Biografi Tito Karnavian

Beliau dilahirkan dengan nama lengkap Muhammad Tito Karnavian pada tanggal 26 oktober 1964 di Palembang, Sumatera Utara. Ayahnya bernama H Achmad Saleh dan ibunya bernama Hj Kardiah yang melakukan pekerjaan selaku bidan.

Masa Kecil

Ia mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Xaverius 4 Palembang, dan lalu sehabis itu masuk di Sekolah Menengah Pertama Xaverius 2 Palembang. Tamat dari SMP, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Palembang.

Sewaktu bersekolah, Tito Karnavian diketahui sebagai siswa yang pandai. Terbukti dikala beliau ikut ujian perintis, ia sukses lulus di banyak tes yang diadakan oleh lembaga negara dan universitas.

Lulus di Berbagai Test dan Masuk AKABRI

Ia sukses lulus tes di AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, lulus di kedokteran universitas Sriwijaya, ia juga lulus di jurusan HI (Hubungan Internasional) Universitas Gajah Mada dan lulus di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Ibunya menghendaki Tito Karnavian mampu menjadi seorang dokter namun dari Tito lalu lebih menentukan masuk di AKABRI.

Di AKABRI, Tito Karnavian lulus pada tahun 1987 selaku lulusan terbaik dan mendapatkan penghargaan Bintang Adhi Makayasa. Di tahun yang sama, beliau lalu bertugas sebagai Perwira Samapta Polres Jakarta Pusat kemudian naik pangkat dan menjadi kanit reserse Polres Metro Jakarta Pusat hingga tahun 1991.

Di tahun itu juga Tito Karnavian lalu menikah dengan Tri Suswati yang merupakan pacarnya ketika bersekolah di Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Palembang yang lalu memberinya tiga orang anak.

Setelah itu ia kemudian naik jabatan menjadi wakapolsek mirip di Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat dan juga Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat.

Kemudian di tahun 1993, Tito Karnavian sukses menuntaskan pendidikan masternya (Master of Arts) di bidang Police Studies. Kemudian di tahun 1996, dia juga menyelesaikan pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta selaku lulusan terbaik.

Ia lalu menerima penghargaan Bintang wiyata Cendekia, di tahun itu juga, Tito kemudian menjabat selaku Sespri Kapolda Metro Jaya, tidak lama kemudian, ia menjabat sebagai Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat sampai tahun 1997.

Karena prestasinya yang cemerlang, tahun 1997 Tito Karnavian kemudian di promosikan selaku Sespri (Sekretaris Pribadi Kapolri) sampai tahun 1999.

Sebelumnya di tahun 1998, Tito sempat belajar di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand dan juga mendapatkan gelar Bachelor of Arts (B.A.) dalam bidang Strategic Studies di Massey University, New Zealand.

Menangkap Buronan Tommy Soeharto

Di periode reformasi, Tito Karnavian di rotasi di aneka macam jabatan kepolisian di kawasan jakarta mirip Menjadi Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya dari tahun 1999 sampai tahun 2000 kemudian Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya hingga tahun 2002.

Dalam biografi Tito Karnavian dimengerti bahwa salah satu prestasinya adalah dengan menangkap buronan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Suharto yang ialah putera mantan presiden Soeharto yang dikala itu menjadi Buronan atas perkara pembunuhan berniat Hakim Agung Syafiudin.

Biografi Tito Karnavian - Profil dan Biodata Lengkap Kapolri Ia kemudian mendapatkan peningkatan pangkat yang hebat dan tak lama berselang, Tito Karnavian lalu dipindahkan ke Makassar dan mengisi jabatan sebagai Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan.

Namun tak usang kemudian, beliau kembali di pindahkan ke Polda Metro Jaya untuk mengisi jabatan sebagai Koorsespri Kapolda Metro Jaya hingga tahun 2003.

Di tahun 2003, ia kemudian menjabat sebagai Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya. Kemudian di tahun selanjutnya adalah tahun 2004, Dibentuk Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 Anti Teror tahun oleh Kapolda Metro Jaya dikala itu Jenderal Firman Gani dan lalu Tito Karnavian ditunjuk sebagai Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya yang ketika itu berpangkat Ajun Komisaris Besar (AKBP).

Kepala Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88)

Bersama Tim Densus 88, Tito Karnavian sukses menangkap teroris terkenal ialah Dr. Azhari yang tewas tertembak di Malang pada tahun 2005. Dari insiden tersebut, Tito Karnavian lalu naik pangkat menjadi Kombes Polisi.

Di tahun 2005, beliau lalu dipindahkan ke Serang, Banten dan menjabat selaku Kapolres Serang Polda Banten. Namun tak usang kemudian, Tito Karnavian pindah peran ke Mabes Polisi Republik Indonesia dengan menjabat selaku Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri dan Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri di tahun 2006,

Setelah itu ia kemudian menjabat sebagai Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polisi Republik Indonesia dan sukses menangkap tersangka kerusuhan Poso lewat Densus 88 Anti Teror. Hingga tahun 2009, tahun dia dipromosikan sebagai Kadensus 88 Anti Teror Bareskrim Polri hingga tahun 2010 dan berhasil menangkap teroris populer adalah Noordin M Top.

Menjadi Kapolda Papua

Prestasinya yang bagus dalam menanggulangi teroris bareng Densus 88, Tito Karnavian kemudian dipromosikan sebagai Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di tahun 2011 hingga tahun 2012.

Selama hampir dua tahun BNPT, Tito Karnavian lalu dipromosikan sebagai Kapolda Papua di tahun 2012, dan di tahun 2013, Tito Karnavian sukses meraih gelar Ph.D di bidang Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore dengan predikat magna cum laude. Ia menjadi Kapolda Papua sampai tahun 2014.

Biografi Tito Karnavian - Profil dan Biodata Lengkap Kapolri

Polda Metro Jaya

Tanggal 16 juli 2014, Tito Karnavian lalu ditarik ke Mabes Polisi Republik Indonesia dan kemudian menjabat selaku Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) tahun 2015 dimana posisi tersebut ialah salah satu jabatan bergengsi di Mabes Polri. Tak lama lalu, Tito Karnavian kemudian dipromosikan sebagai Kapolda Metro Jaya.

Menjabat Sebagai Kapolri

Dalam biografi Tito Karnavian dikenali bahwa setahun lalu dia ditunjuk sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di bulan Maret 2016 yang membuat pangkatnya naik menjadi Komisaris Jendral Polisi Bintang Tiga.

Tak usang sesudah itu, pertengahan tahun 2016 Presiden Joko Widodo lalu menunjuk Tito Karnavian sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri berpangkat bintang empat menggantikan Jenderal Polisi Badrodin Haiti yang pensiun.

Menjabat Sebagai Menteri Dalam Negeri

Pada bulan oktober 2019, Tito Karnavian diberhentikan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri. Posisi Kapolri lalu digantikan oleh Jenderal Polisi Idham Azis

Setelah diberhentikan, Tito Karnavian lalu diangkat oleh Presiden Joko Widodo mengemban tugas baru selaku Menteri Dalam Negeri dalam kabinet Kerja jilid II.

Riwayat Pendidikan

  • Sekolah Dasar Xaverius 4 di Palembang (1976)
  • SMP Xaverius 2 di Palembang (1980)
  • Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Palembang (1983)
  • Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa selaku lulusan Akpol terbaik.
  • Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
  • Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik
  • Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
  • Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
  • Sespim Pol, Lembang (2000)
  • Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
  • Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013).

Penghargaan

  • Bintang Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) (1987)
  • Bintang Wiyata Cendekia (lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta) (1996)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Mayor ke Ajun Komisaris Besar (2001)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Ajun Komisaris Besar ke Komisaris Besar (2005)
  • Penghargaan memimpin operasi anti teror di kawasan konflik Poso Sulawesi Tengah (2007)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Komisaris Besar ke Brigadir Jenderal (2009)
  • Kenaikan Pangkat Luar Biasa Brigadir Jenderal ke Inspektur Jenderal (2011) (Penyesuaian kepangkatan BNPT)
  • Bintang Seroja Lulusan Terbaik Lemhanas PPSA 17 (2011)
  • Bintang Bhayangkara Utama dari Presiden RI
  • Bintang Bhayangkara Nararya
  • Bintang Bhayangkara Pratama dari Kapolri
  • Bintang Yudha Dharma Utama dari Panglima TNI
  • Bintang Eka Paksi Utama dari Tentara Nasional Indonesia AD
  • Bintang Jalasena Utama dari TNI AL
  • Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama dari TNI AU
  • Satyalencana Kesetiaan 8 Tahun
  • Satyalencana Kesetiaan 16 Tahun
  • Satyalencana Kesetiaan 24 Tahun
  • Satyalencana Dwidaya Sistha
  • Satyalencana Bhakti Buana
  • Satyalencana Bhakti Nusa
  • Satyalencana Darma Nusa
  • Satyalencana Dharma Phala
  • Satyalencana Jana Utama
  • Satyalencana Santi Dharma
  • Satyalencana Karya Bakti
  • Satyalencana Karya Satya
  • Satyalencana Seroja
  • Satyalencana Ksatria Tamtama
  • Satya Lencana Nararia
  • Satya Lencana UN Mission
  • The United Nation Medal (PBB)

Buku Karangan

  • Indonesian Top Secret: Membongkar Konflik Poso, Gramedia, Jakarta, 2008.
  • Regional Fraternity: Collaboration between Violent Groups in Indonesia and the Philippines, Bab dalam buku “Terrorism in South and Southeast Asia in the Coming Decade”, ISEAS, Singapura, 2009.
  • Bhayangkara di Bumi Cenderawasih, ISPI Strategic Series, Jakarta, 2013.
  • Explaining Islamist Insurgencies, Imperial College, London, 2014.