TintaTeras

Biografi Harun Ar-Rasyid – Pemerintahan Emas Islam

Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Sejarah,  Tokoh Pemimpin

Profil dan Biografi Harun Ar-Rasyid. Dia populer sebagai salah satu pemimpin paling besar yang pernah hidup di abad kejayaan islam. Khalifah Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan. Harun Ar-Rasyid yaitu kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang ketiga.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman. Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal bersahabat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran). Di kala mudanya, Harun banyak mencar ilmu dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.

Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma’mun Ar-Rasyid, diketahui selaku periode keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana ketika itu Baghdad menjadi salah satu sentra ilmu wawasan dunia.

    Harun Al-Rasyid Bukanlah Khalifah Yang Suka Foya-Foya!!

    Banyak orang meyakini bahwa khalifah Bani ‘Abbas, Harun al-Rasyid yaitu seorang yang suka hura-hura dan foya-foya, hidup dalam gelamour kehidupan. Namun bergotong-royong, tidaklah demikian. Harun al-Rasyid amat berlainan dari keadaan seperti itu sama sekali. Beliau yaitu Abu Ja’far, Harun bin al-Mahdi, Muhammad bin al-Manshur, salah seorang khalifah Daulah Bani ‘Abbasiah di Iraq, yang lahir tahun 148 H.

    Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H. Beliau ialah khalifah paling baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau biasa menunaikan haji setahun dan berperang setahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah, ia masih sempat shalat yang kalau dijumlah setiap harinya mencapai seratus rakaat sampai dia wafat. Beliau tidak meninggalkan hal itu kecuali kalau ada uzur. Demikian pula, ia biasa bederma dari harta pribadinya setiap harinya sebesar 1000 dirham.

    Beliau orang yang mencintai ilmu dan para penuntut ilmu, mengagungkan kehormatan Islam dan tidak suka debat kusir dalam agama dan perkataan yang berlawanan dengan Kitabullah dan as-Sunnah an-Nabawiyyah. Beliau berumrah tahun 179 H di bulan Ramadhan, dan terus dalam keadaan ihram hingga melaksanakan kewajiban haji. Beliau berjalan kaki dari Mekkah ke padang Arafah.

    Di kala pemerintahannya, Harun Ar-Rasyid berhasil :

    • Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kemakmuran rakyat.
    • Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
    • Membangun banyak daerah-kawasan peribadatan.
    • Membangun fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
    • Mendirikan Baitul Hikmah, selaku lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai akademi tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
    • Membangun majelis Al-Muzakarah, yaitu forum pengkajian persoalan-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.

    Beliau sukses menguasai kota Hiracle dan berbagi pasukannya di bumi Romawi sampai tidak tersisa lagi seorang Muslim pun yang menjadi tawanan di kerajaan mereka. Beliau mengirimkan pasukannya yang lalu menaklukkan benteng Cicilia, Malconia dan Cyprus, lalu menawan penduduknya yang berjumlah 16000 orang. Harun al-Rasyid wafat dalam usia 45 tahun atau 46 tahun dalam perangnya di Khurasan tahun 193 H. Semoga Allah merahmati Harun al-Rasyid. TintaTeras.com

    Biografi Ibnu Taimiyyah – Sang Mujahid Besar

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Ilmuwan Terkenal,  Profil

    Biografi Ibnu Taimiyyah. Namanya sungguh terkenal dikalangan kaum muslimin. Ia ialah salah satu ulama terbesar yang pernah di lahirkan, Sang mujahid Besar. Ibnu Taimiyyah Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiu`ul Awal tahun 661H. Beliau yaitu imam, Qudwah, `Alim, Zahid dan Da`i ila Allah, baik dengan kata, langkah-langkah, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah daan penghidup sunah Rasul shalallahu`alaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy Al-Harrany Ad-Dimasyqy.

    Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bareng orang tua dan keluarganya dikala umurnya masih kecil, disebabkan serbuan prajurit Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret suatu gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang embel-embel atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka.

    Suatu ketika gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan urusan) terhadap Allah Ta`ala. Akhirnya mereka bersama kitab-kitabnya mampu selamat.

    PERTUMBUHAN DAN GHIRAHNYA KEPADA ILMU

    Semenjak kecil telah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu datang di Damsyik beliau secepatnya menghafalkan Al-Qur`an dan mencari banyak sekali cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan jago-mahir hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya menciptakan para tokoh ulama tersebut tercengang.

    Ketika umur dia belum meraih belasan tahun, beliau telah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab. Pada komponen-komponen itu, ia sudah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai berulang kali, lalu kitabu-Sittah dan Mu`jam At-Thabarani Al-Kabir.

    Suatu kali, saat dia masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (sebuah kota lain di Syria kini, pen.) yang sengaja tiba ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah berjulukan Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, beliau menawarkan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan sempurna. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula bisa mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, pasti ia kelak memiliki kedudukan besar, karena belum pernah ada seorang bocah mirip ia.

    Sejak kecil dia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, memiliki peluang untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk mencar ilmu dan mencar ilmu, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahu`alaihi wa sallam.

    Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah diputuskan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu dilema, sedangkan hal itu ialah duduk perkara yang muskil bagiku, maka saya akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar sampai terpenuhi cita-citaku.

    Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu betul-betul dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun ia telah menjadi tokoh fuqaha` dan ilmu serta dinnya telah meraih tataran tertinggi.

    PUJIAN ULAMA

    Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (kebanggaan terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang memperlihatkan pujian terhadap (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain.

    Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah.. dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih arif terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam serta lebih ittiba` dibandingkan ia.

    Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied menyampaikan: Setelah saya berkumpul dengannya, kulihat ia adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja ia menginginkannya, dia tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku tidak pernah menduga akan tercipta manasia mirip anda.

    Al-Qadli Ibnu Al-Hariry menyampaikan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, kemudian siapa beliau ini ?

    Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, sehabis beliau berkumpul dengan Ibnu Taimiyah berkata: Belum pernah sepasang mataku menyaksikan orang mirip beliau ….. Kemudian lewat bait-bait syairnya, dia banyak menawarkan kebanggaan kepadanya.

    Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sungguh sempurna, yaitu dalam tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan aneka macam cabang ilmu wawasan Islam yang lain, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya. Al-`Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: Apakah ia ditanya ihwal sebuah bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa ia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Para Fuqaha dari aneka macam golongan, jikalau duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran berguna bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum pernah dimengerti. Belum pernah terjadi, dia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau tidak pernah berkata ihwal sebuah cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai ukiran tinta indah, perumpamaan-ungkapan, susunan, pembagian kata dan penjelasannya sungguh cantik dalam penyusunan buku-buku.

    Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) juga berkata: Dia adalah lambang kecerdasan dan kecepatan mengerti, paling mahir pemahamannya kepada Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan usulan, dan lautan dalil naqli. Pada zamannya, beliau ialah satu-satunya baik dalam hal ilmu, zuhud, keberanian, kemurahan, amar ma`ruf, nahi mungkar, dan banyaknya buku-buku yang disusun dan amat menguasai hadits dan fiqh.

    Pada umurnya yang ke tujuh belas dia sudah siap mengajar dan berfatwa, amat mencolokdalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-pokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya. Pada sisi lain Adz-Dzahabi mengatakan: Dia memiliki wawasan yang tepat mengenai rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Ta`dil, Thabaqah-Thabaqah sanad, pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits yang menyendiri padanya .. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang mampu menyamai atau mendekati tingkatannya .. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: Setiap hadits yang tidak dikenali oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist.

    DA`I, MUJAHID, PEMBASMI BID`AH DAN PEMUSNAH MUSUH

    Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah selaku da`i yang tabah, liat, wara`, zuhud dan andal ibadah, tetapi ia juga seorang pemberani yang mahir berkuda. Beliau yaitu pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman lawan dengan pedannya, seperti halnya beliau yaitu pembela aqidah umat dengan lidah dan penanya.

    Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak menawarkan komando kepada umat Islam untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar saat menyerang Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran. Sampai ada salah seorang amir yang memiliki diin yang baik dan benar, menawarkan kesaksiannya: datang-tiba (ditengah kancah peperangan) terlihat dia bareng saudaranya berteriak keras menawarkan komando untuk menyerbu dan memperlihatkan perayaan keras agar tidak lari. Akhirnya dengan izin Allah Ta`ala, pasukan Tartar sukses dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz.

    Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan dia dalam mengajak kepada al-haq, akhirnya justru aben kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-orang yang tidak bahagia kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut kemudian meniupkan racun-racun fitnah hingga alhasil beliau mesti mengalami banyak sekali tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa.

    KEHIDUPAN PENJARA

    Hembusan-hembusan fitnah yang ditiupkan kaum munafiqin serta antek-anteknya yang menyebabkan beliau mengalami tekanan berat dalam aneka macam penjara, justru dihadapi dengan tabah, hening dan bangga. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qal`ah di Dimasyq. Dan ia berkata: Sesungguhnya aku menanti saat mirip ini, sebab di dalamnya terdapat kebaikan besar.

    Dalam syairnya yang populer ia juga berkata:


    Apakah yang diperbuat musuh padaku !!!!

    Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku

    Kemanapun ku pergi, beliau selalu bersamaku

    dan tiada pernah lewati aku.

    Aku, terpenjaraku yaitu khalwat

    Kematianku yaitu mati syahid

    Terusirku dari negeriku ialah rekreasi.

    Beliau pernah berkata dalam penjara:

    Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya,

    Orang yang tertawan adalah orang yang ditawan orang oleh hawa nafsunya.

    Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah islahiyah-nya, tidak menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku wacana aqidah, tafsir dan kitab-kitab bantahan terhadap mahir-mahir bid`ah.

    Pengagum-pengagum beliau diluar penjara bertambah banyak. Sementara di dalam penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid ia, diajarkannya oleh dia biar mereka iltizam terhadap syari`at Allah, senantiasa beristighfar, tasbih, berdoa dan melaksanakan amalan-amalan shahih. Sehingga situasi penjara menjadi ramai dengan situasi beribadah terhadap Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang telah menerima hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara bersamanya. Akhirnya penjara menjadi sarat dengan orang-orang yang mengaji.

    Tetapi realita ini mengakibatkan musuh-lawan ia dari kalangan munafiqin serta ahlul bid`ah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berusaha agar penguasa memindahkan dia dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun menyebabkan dia kian terkenal. Pada hasilnya mereka menuntut terhadap pemerintah biar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka. Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah.

    Namun dia tetap berupaya menulis di kawasan-daerah yang memungkinkan dengan arang. Beliau tulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sobat dan murid-muridnya. Semua itu memperlihatkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi, sampai keleluasaan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menawarkan betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surganya.

    WAFATNYA

    Beliau wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya yang menonjol, Al-`Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah. Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara dia senantiasa beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca Al-Qur`an. Dikisahkan, dalam tiap harinya beliau baca tiga juz. Selama itu pula ia sempat menghatamkan Al-Qur`an delapan puluh atau delapan puluh satu kali.

    Perlu dicatat bahwa selama ia dalam penjara, tidak pernah mau menerima santunan apa pun dari penguasa. Jenazah ia dishalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sehabis shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang bisa) hadir untuk menshalatkan jenazahnya, termasuk para Umara`, Ulama, prajurit dan sebagainya, sampai kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Dimasyq (Damaskus) renta, muda, laki, wanita, bawah umur keluar untuk menghormati kepergian ia.

    Seorang saksi mata pernah berkata: Menurut yang saya ketahui tidak ada seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang lawan utamanya. Ketiga orang ini pergi menyembunyikan diri alasannya takut dikeroyok masa. Bahkan berdasarkan jago sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal.

    Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin. Semoga Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, da`i, mujahidd, pembasmi bid`ah dan pemusnah lawan. Wallahu a`lam. www.biografiku.com

    Biografi Ibnu Khaldun – Peletak Dasar Ilmu Sosial Dan Politik Islam

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Ilmuwan Terkenal,  Profil

    Nama lengkapnya yakni Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang lalu masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. lahir di Tunisia pada 1 bulan puasa 732 H./27 Mei 1332 M. ialah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Quran sejak usia dini. Sebagai jago politik Islam, beliau pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, alasannya pedoman-pemikirannya perihal teori ekonomi yang logis dan kongkret jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan saat memasuki usia sampaumur, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana.

    Tulisan-goresan pena dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir alasannya adalah studinya yang sungguh dalam, observasi terhadap aneka macam masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan wawasan yang luas, serta beliau hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.

    Selain itu dalam peran-tugas yang diembannya sarat dengan aneka macam kejadian, baik suka dan murung. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fes, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah dia melahirkan karya-karya yang monumental sampai saat ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di aneka macam penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara ihwal biografi Ibnu Khaldun, tetapi ada tiga kurun yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup ia. Periode pertama, kala dimana Ibnu Khaldun menuntut aneka macam bidang ilmu wawasan. Yakni, ia belajar Quran, tafsir, hadis, permintaan fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.

    Dalam semua bidang studinya menerima nilai yang sangat membuat puas dari para gurunya. Namun studinya terhenti sebab penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat aneka macam posisi penting kenegaraan mirip qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-musuh politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.

    SETELAH keluar dari penjara, dimulailah masa ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, adalah berkonsentrasi pada bidang observasi dan penulisan, dia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang sudah ia revisi dan ditambahnya bagian-bagian gres di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.

    Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya gres terlihat sesudah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, adalah saat pendapat-pertimbangan Ibnu Khaldun dikaji dan disesuaikan oleh sosiolog-sosiolog German dan

    Austria yang menunjukkan pencerahan bagi para sosiolog terbaru.

    Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sungguh tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (suatu kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (suatu kitab wacana urusan dan usulan-pendapat teologi, yang ialah ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).

    DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of

    Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari perihal karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-goresan pena sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun cuma satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama andal-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat mencolokdan populer yaitu muqaddimah (pendahuluan) yang ialah buku paling penting ihwal ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.

    Bahkan buku ini sudah diterjemahkan dalam aneka macam bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘tanda-tanda-tanda-tanda sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk logika yang dapat kita lihat bahwa dia menguasai dan mengerti akan gejala-tanda-tanda sosial tersebut. Pada bagian ke dua dan ke tiga, ia mengatakan perihal gejala-gejala yang membedakan antara penduduk primitif dengan penduduk moderen dan bagaimana metode pemerintahan dan urusan politik di penduduk .

    Bab ke dua dan ke empat mengatakan ihwal gejala-gejala yang berhubungan dengan cara berkumpulnya manusia serta mengambarkan imbas aspek-aspek dan lingkungan geografis terhadap gejala-tanda-tanda ini. Bab ke empat dan ke lima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bagian ke enam mengatakan wacana paedagogik, ilmu dan wawasan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap membuktikan hal tentang sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan wawasan. Ia telah menerangkan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.

    Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang mempunyai tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kesejahteraan yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan tiba generasi ke tiga yang berkembang menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akhir kekurangan internal maupun alasannya serangan lawan-musuh yang kuat dari luar yang senantiasa mengawasi kelemahannya.

    ADA beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil materi pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan suatu sejarah. Ia yakni seorang peneliti yang tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas penduduk . Selain seorang pejabat penting, dia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan goresan pena-tulisannya yang telah dia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan membutuhkan waktu dan ketekunan. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di pembiasaan oleh situasi dan keadaan.

    Karena fatwa-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Quran yang dipraktekkan oleh ayahnya menimbulkan Ibnu Khaldun memahami wacana Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Quran, beliau menjunjung tinggi akan kedigdayaan Quran. Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran tergolong syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Quran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat dogma. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum menyebarkan ilmu-ilmu yang lain.”

    Kaprikornus, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya, disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, penduduk , atau pun secara individu mampu disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali selaku dasar untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan

    Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci bulan pahala tepatnya pada tanggal 25 bulan mulia 808 H./19 Maret 1406 M. TintaTeras.com

    Biografi Al Razi (865-925) – Sang Kimiawan

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Ilmuwan Terkenal,  Profil,  Sejarah,  Tokoh Kimia

    Salah satu ilmuwan muslim yang pernah hidup adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi atau diketahui selaku Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Beliau lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Di awal kehidupannya, al-Razi begitu tertarik dalam bidang seni musik. Namun al-Razi juga kepincut dengan banyak ilmu wawasan lainnya sehingga kebanyakan kala hidupnya dihabiskan untuk mengkaji ilmu-ilmu mirip kimia, filsafat, logika, matematika dan fisika.

    Walaupun pada alhasil ia diketahui sebagai mahir pengobatan seperti Ibnu Sina, pada mulanya al-Razi yaitu spesialis kimia.? Menurut suatu riwayat yang dikutip oleh Nasr (1968), al-Razi meninggalkan dunia kimia sebab penglihatannya mulai kabur balasan ekperimen-eksperimen kimia yang meletihkannya dan dengan bekal ilmu kimianya yang luas kemudian menggeluti dunia medis-kedokteran, yang rupanya mempesona minatnya pada waktu mudanya.? Beliau menyampaikan bahwa seorang pasien yang sudah sembuh dari penyakitnya ialah disebabkan oleh respon reaksi kimia yang terdapat di dalam tubuh pasien tersebut. Dalam waktu yang relatif cepat, beliau mendirikan rumah sakit di Rayy, salah satu rumah sakit yang populer sebagai pusat penelitian dan pendidikan medis.? Selang sementara waktu lalu, dia juga diandalkan untuk memimpin rumah sakit di Baghdad..

    Beberapa ilmuwan barat beropini bahwa ia juga merupakan penggagas ilmu kimia terbaru. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis maupun hasil penemuan eksperimennya.

    Al-Razi berhasil memperlihatkan berita lengkap dari beberapa reaksi kimia serta deskripsi dan rancangan lebih dari dua puluh instrument untuk analisis kimia. Al-Razi dapat memberikan deskripsi ilmu kimia secara sederhana dan rasional. Sebagai seorang kimiawan, ia ialah orang yang pertama bisa menciptakan asam sulfat serta beberapa asam yang lain serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis.

    Beberapa karya tulis ilmiahnya dalam bidang ilmu kimia adalah:

    1. Kitab al Asrar, yang membahas perihal teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
    2. Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam binatang, tanaman dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
    3. Sirr al-Asrar:
    4. Imu dan penelusuran obat-obatan dibandingkan dengan sumber tumbuhan, binatang, dan galian, serta simbolnya dan jenis terbaik bagi setiap satu untuk digunakan dalam rawatan.
    5. Ilmu dan peralatan yang penting bagi kimia serta apotek.
    6. Ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kimia yang melibatkan pemrosesan raksa, belerang (sulfur), arsenik, serta logam-logam lain mirip emas, perak, tembaga, timbal, dan besi.

    Menurut H.G Wells (sarjana Barat terkenal), para ilmuwan muslim ialah kalangan pertama yang mengasas ilmu kimia. Makara tak aneh jika sekiranya mereka sudah membuatkan ilmu kimia selama sembilan periode bermula dari era kedelapan masehi.

    Biografi Dr. Cipto Mangunkusumo

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sejarah

    Nama tokoh ini sangat terkenal di Indonesia sebagai salah satu hero yang mempunyai andil penting dalam kebangkitan Indonesia dikala era kolonial. Cipto Mangunkusumo dilahirkan pada 4 Maret 1886 di desa Pecagakan Jepara. Ia yakni putera tertua dari Mangunkusumo, seorang bangsawan rendahan dalam struktur penduduk Jawa. Karir Mangunkusumo diawali sebagai guru bahasa Melayu di sebuah sekolah dasar di Ambarawa, lalu menjadi kepala sekolah pada sebuah sekolah dasar di Semarang dan berikutnya menjadi pembantu manajemen pada Dewan Kota di Semarang. Sementara, sang ibu adalah keturunan dari tuan tanah di Mayong, Jepara.

    Meskipun keluarganya tidak termasuk golongan bangsawan birokratis yang tinggi kedudukan sosialnya, Mangunkusumo sukses menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang yang tinggi. Cipto beserta adik-adiknya yakni Gunawan, Budiardjo, dan Syamsul Ma’bakir bersekolah di Stovia, sementara Darmawan, adiknya bahkan sukses menemukan beasiswa dari pemeintah Belanda untuk mempelajari ilmu kimia industri di Universitas Delf, Belanda. Si bungsu, Sujitno terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta.

    Ketika menempuh pendidikan di Stovia, Cipto mulai memperlihatkan perilaku yang berlawanan dari sahabat-temannya. Teman-sobat dan guru-gurunya menilai Cipto selaku pribadi yang jujur, berpikiran tajam dan tekun. “Een begaald leerling”, atau murid yang berbakat yaitu julukan yang diberikan oleh gurunya kepada Cipto. Di Stovia Cipto juga mengalami perpecahan antara dirinya dan lingkungan sekolahnya. Berbeda dengan teman-temannya yang suka pesta dan bermain bola sodok, Cipto lebih senang menghadiri ceramah-ceramah, baca buku dan bermain catur. Penampilannya pada acara khusus, tergolong eksentrik, dia senantiasa memakai surjan dengan materi lurik dan merokok kemenyan. Ketidakpuasan kepada lingkungan sekelilingnya, senantiasan menjadi topik pidatonya. Baginya, Stovia adalah kawasan untuk mendapatkan dirinya, dalam hal keleluasaan berpikir, lepas dari tradisi keluarga yang berpengaruh, dan berkenalan dengan lingkungan gres yang diskriminatif.

    Beberapa Peraturan-peraturan di Stovia menyebabkan ketidak puasan pada dirnya, seperti semua mahasiswa Jawa dan Sumatra yang bukan Katolik diharuskan memakai busana tadisional jika sedang berada di sekolah. Bagi Cipto, peraturan berpakaian di Stovia merupakan perwujudan politik kolonial yang angkuh dan melestarikan feodalisme. Pakaian Barat cuma boleh dipakai dalam hirarki administrasi kolonial, ialah oleh pribumi yang berpangkat bupati. Masyarakat pribumi dari wedana ke bawah dan yang tidak melakukan pekerjaan pada pemerintahan, dihentikan menggunakan pakaian Barat. Implikasi dari kebiasaan ini, rakyat condong untuk tidak menghargai dan menghormati penduduk pribumi yang menggunakan pakaian tradisional.

    Keadaan ini selalu digambarkannya melalui De Locomotief, pers kolonial yang sangat progresif pada waktu itu, di samping Bataviaasch Nieuwsblad. Sejak tahun 1907 Cipto telah menulis di harian De Locomotief. Tulisannya berisi kritikan, dan menentang keadaan kondisi masyarakat yang dianggapnya tidak sehat. Cipto sering mengkritik relasi feodal maupun kolonial yang dianggapnya sebagai sumber penderitaan rakyat. Dalam tata cara feodal terjadi kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Rakyat biasanya terbatas ruang gerak dan aktivitasnya, alasannya adalah banyak kesempatan yang tertutup bagi mereka. Keturunanlah yang menentukan nasib seseorang, bukan kemampuan atau kesanggupan. Seorang anak “biasa” akan tetap tinggal terbelakang dari anak bupati atau kaum ningrat lainnya.

    Kondisi kolonial lainnya yang ditentang oleh Cipto ialah diskriminasi ras. Sebagai teladan, orang Eropa menerima honor yang lebih tinggi dari orang pribumi untuk suatu pekerjaan yang serupa. Diskriminasi menenteng perbedaan dalam banyak sekali bidang contohnya, peradilan, perbedaan pajak, keharusan kerja rodi dan kerja desa. Dalam bidang pemerintahan, politik, ekonomi dan sosial, bangsa Indonesia menghadapi garis batas warna. Tidak semua jabatan negeri terbuka bagi bangsa Indonesia. Demikian juga dalam jual beli, bangsa Indonesia tidak mendapat peluang berjualan secara besar-besaran, tidak sembarang anak Indonesia mampu bersekolah di sekolah Eropa, tidak ada orang Indonesia yang berani masuk kamar bola dan sociteit. Semua diukur menurut warna kulit.

    Tulisan-tulisannya di harian De Locomotief, menjadikan Cipto sering menerima teguran dan perayaan dari pemerintah. Untuk menjaga keleluasaan dalam berpendapat Cipto lalu keluar dari dinas pemerintah dengan konsekuensi mengembalikan sejumlah duit ikatan dinasnya yang tidak sedikit.

    Selain dalam bentuk goresan pena, Cipto juga sering melancarkan protes dengan bertingkah melawan arus. Misalnya larangan memasuki sociteit bagi bangsa Indonesia tidak diindahkannya. Dengan pakaian khas adalah kain batik dan jas lurik, dia masuk ke sebuah sociteit yang sarat dengan orang-orang Eropa. Cipto kemudian duduk dengan kaki dijulurkan, hal itu mengundang kegaduhan di sociteit. Ketika seorang opas (penjaga) mencoba mengusir Cipto untuk keluar dari gedung, dengan lantangnya Cipto menghujat-maki sang opas serta orang-orang berada di dekatnya dengan memanfaatkan bahasa Belanda. Kewibawaan Cipto dan penggunaan bahasa Belandanya yang fasih menciptakan orang-orang Eropa terperangah.

    Terbentuknya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 disambut baik Cipto selaku bentuk kesadaran pribumi akan dirinya. Pada kongres pertama Budi Utomo di Yogyakarta, jatidiri politik Cipto kian nampak. Walaupun kongres diadakan untuk memajukan perkembangan yang serasi bagi orang Jawa, tetapi pada kenyataannya terjadi keretakan antara kaum konservatif dan kaum progesif yang diwakili oleh kalangan muda. Keretakan ini sungguh ironis memulai sebuah perpecahan ideology yang terbuka bagi orang Jawa.

    Dalam kongres yang pertama terjadi perpecahan antara Cipto dan Radjiman. Cipto menghendaki Budi Utomo sebagai organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan terbuka bagi semua rakyat Indonesia. Organisasi ini harus menjadi pimpinan bagi rakyat dan jangan mencari hubungan dengan atasan, bupati dan pegawai tinggi lainnya. Sedangkan Radjiman ingin menjadikan Budi Utomo selaku suatu gerakan kebudayaan yang bersifat Jawa.

    Cipto tidak menolak kebudayaan Jawa, tetapi yang ia tolak ialah kebudayaan keraton yang feodalis. Cipto mengemukakan bahwa sebelum duduk perkara kebudayaan mampu dipecahan, apalagi dulu terselesaikan masalah politik. Pernyataan-pernyataan Cipto bagi jamannya dianggap radikal. Gagasan-ide Cipto menunjukkan rasionalitasnya yang tinggi, serta analisis yang tajam dengan jangkauan era depan, belum mendapat jawaban luas. Untuk membuka jalan bagi timbulnya persatuan di antara seluruh rakyat di Hindia Belanda yang mempunyai nasib sama di bawah kekuasaan abnormal, beliau tidak dapat diraih dengan mengusulkan kebangkitan kehidupan Jawa. Sumber keterbelakangan rakyat adalah penjajahan dan feodalisme.

    Meskipun diangkat sebagai pengurus Budi Utomo, Cipto balasannya mengundurkan diri dari Budi Utomo yang dianggap tidak mewakili aspirasinya. Sepeninggal Cipto tidak ada lagi perdebatan dalam Budi Utomo akan tetapi Budi Utomo kehilangan kekuatan progesifnya.

    Setelah mengundurkan diri dari Budi Utomo, Cipto membuka praktek dokter di Solo. Meskipun demikian, Cipto tidak meninggalkan dunia politik sama sekali. Di sela-sela kesibukkannya melayani pasiennya, Cipto mendirikan Raden Ajeng Kartini Klub yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat. Perhatiannya pada politik makin menjadi-jadi setelah dia berjumpa dengan Douwes Dekker yang tengah berpropaganda untuk mendirikan Indische Partij. Cipto menyaksikan Douwes Dekker selaku mitra seperjuangan. Kerjasama dengan Douwes Dekker telah memberinya peluang untuk melakukan cita-citanya, ialah gerakan politik bagi seluruh rakyat Hindia Belanda. Bagi Cipto Indische Partij ialah upaya mulia mewakili kepentngan-kepentingan semua penduduk Hindia Belanda, tidak menatap suku, kelompok, dan agama.

    Pada tahun 1912 Cipto pindah dari Solo ke Bandung, dengan dalih supaya akrab dengan Douwes Dekker. Ia lalu menjadi anggota redaksi penerbitan harian de Expres dan majalah het Tijdschrijft. Perkenalan antara Cipto dan Douwes Dekker yang sehaluan itu bantu-membantu sudah dijalin dikala Douwes Dekker melakukan pekerjaan pada Bataviaasch Nieuwsblad. Douwes Dekker sering berafiliasi dengan murid-murid Stovia.

    Pada Nopember 1913, Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari Perancis. Peringatan tersebut dirayakan secara besar-besaran, juga di Hindia Belanda. Perayaan tersebut menurut Cipto selaku suatu penghinaan kepada rakyat bumi putera yang sedang dijajah. Cipto dan Suwardi Suryaningrat kemudian mendirikan suatu komite perayaan seratus tahun kemerdekaan Belanda dengan nama Komite Bumi Putra. Dalam komite tersebut Cipto diandalkan untuk menjadi ketuanya. Komite tersebut menyiapkan akan mengumpulkan uang untuk mengirim telegram terhadap Ratu Wihelmina, yang isinya meminta semoga pasal pembatasan kegiatan politik dan membentuk parlemen dicabut. Komite Bumi Putra juga menciptakan selebaran yang bertujuan menyadarkan rakyat bahwa upacara peringatan kemerdekaan Belanda dengan mengerahkan duit dan tenaga rakyat ialah suatu penghinaan bagi bumi putera.

    Aksi Komite Bumi Putera meraih puncaknya pada 19 Juli 1913, dikala harian De Express menerbitkan sebuah postingan Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Als Ik Nederlands Was” (Andaikan Saya Seorang Belanda). Pada hari berikutnya dalam harian De Express Cipto menulis postingan yang mendukung Suwardi untuk memboikot perayaan kemerdekaan Belanda. Tulisan Cipto dan Suwardi sangat memukul Pemerintah Hindia Belanda, pada 30 Juli 1913 Cipto dan Suwardi dipenjarakan, pada 18 Agustus 1913 keluar surat keputusan untuk membuang Cipto bareng Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker ke Belanda alasannya kegiatan propaganda anti Belanda dalam Komite Bumi Putera.

    Selama masa pembuangan di Belanda, bersama Suwardi dan Douwes Dekker, Cipto tetap melancarkan aksi politiknya dengan melakukan propaganda politik menurut ideologi Indische Partij. Mereka mempublikasikan majalah De Indier yang berusaha menyadarkan masyarakat Belanda dan Indonesia yang berada di Belanda akan suasana di tanah jajahan. Majalah De Indier menerbitkan artikel yang menyerang budi Pemerintah Hindia Belanda.

    Kehadiran tiga pemimpin tersebut di Belanda ternyata telah menjinjing dampak yang cukup bermakna kepada organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda. Indische Vereeniging, pada awalnya adalah perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia, sebagai tempat saling memberi berita tentang tanah airnya. Akan tetapi, kedatangan Cipto, Suwardi dan Douwes Dekker berpengaruh pada konsep-desain gres dalam gerakan organisasi ini. Konsep “Hindia bebas dari Belanda dan pembentukan sebuah negara Hindia yang diperintah rakyatnya sendiri mulai dicanangkan oleh Indische Vereeniging. Pengaruh mereka semakin terasa dengan diterbitkannya jurnal Indische Vereeniging yakni Hindia Poetra pada 1916.

    Oleh sebab argumentasi kesehatan, pada tahun 1914 Cipto diperbolehkan pulang kembali ke Jawa dan sejak saat itu ia bergabung dengan Insulinde, sebuah asosiasi yang menggantikan Indische Partij. Sejak itu, Cipto menjadi anggota pengurus pusat Insulinde untuk sementara waktu dan melancarkan propaganda untuk Insulinde, terutama di daerah pesisir utara pulau Jawa. Selain itu, propaganda Cipto untuk kepentingan Insulinde dilakukan pula lewat majalah Indsulinde yaitu Goentoer Bergerak, lalu surat kabar berbahasa Belanda De Beweging, surat kabar Madjapahit, dan surat kabar Pahlawan. Akibat propaganda Cipto, jumlah anggota Insulinde pada tahun 1915 yang semula berjumlah 1.009 meningkat menjadi 6.000 orang pada tahun 1917. Jumlah anggota Insulinde meraih puncaknya pada Oktober 1919 yang mencapai 40.000 orang. Insulinde di bawah imbas berpengaruh Cipto menjadi partai yang radikal di Hindia Belanda. Pada 9 Juni 1919 Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal-Indische Partij (NIP).

    Pada tahun 1918 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat). Pengangkatan anggota Volksraad dilakukan dengan dua cara. Pertama, kandidat-calon yang dipilih melalui dewan perwakilan kota, kabupaten dan propinsi. Sedangkan cara yang kedua melalui pengangkatan yang dikerjakan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Gubernur jenderal Van Limburg Stirum mengangkat beberapa tokoh radikal dengan maksud biar Volksraad dapat menampung banyak sekali pemikiran sehingga sifat demokratisnya mampu ditonjolkan. Salah seorang tokoh radikal yang diangkat oleh Limburg Stirum yaitu Cipto.

    Bagi Cipto pembentukan Volksraad merupakan suatu pertumbuhan yang memiliki arti, Cipto mempergunakan Volksraad selaku tempat untuk menyatakan pemikiran dan kritik terhadap pemerintah perihal masalah sosial dan politik. Meskipun Volksraad dianggap Cipto selaku sebuah pertumbuhan dalam tata cara politik, tetapi Cipto tetap menyatakan kritiknya terhadap Volksraad yang dianggapnya sebagai lembaga untuk mempertahankan kekuasaan penjajah dengan kedok demokrasi.

    Pada 25 Nopember 1919 Cipto berpidato di Volksraad, yang isinya mengemukakan dilema perihal persekongkolan Sunan dan residen dalam membohongi rakyat. Cipto menyatakan bahwa santunan 12 gulden dari sunan ternyata harus dibayar rakyat dengan bekerja sedemikian usang di perkebunan yang bila dikonversi dalam duit ternyata menjadi 28 gulden.

    Melihat kenyataan itu, Pemerintah Hindia Belanda menilai Cipto sebagai orang yang sungguh berbahaya, sehingga Dewan Hindia (Raad van Nederlandsch Indie) pada 15 Oktober 1920 memberi masukan terhadap Gubernur Jenderal untuk menghalau Cipto ke tempat yang tidak berbahasa Jawa. Akan namun, pada kenyataannya pembuangan Cipto ke tempat Jawa, Madura, Aceh, Palembang, Jambi, dan Kalimantan Timur masih tetap membahayakan pemerintah. Oleh alasannya itu, Dewan Hindia berdasarkan surat kepada Gubernur Jenderal merekomendasikan pengusiran Cipto ke Kepulauan Timor. Pada tahun itu juga Cipto dibuang dari tempat yang berbahasa Jawa namun masih di pulau Jawa, ialah ke Bandung dan dihentikan keluar kota Bandung. Selama tinggal di Bandung, Cipto kembali membuka praktek dokter. Selama tiga tahun Cipto mengabdikan ilmu kedokterannya di Bandung, dengan sepedanya ia masuk keluar kampung untuk mengobati pasien.

    Di Bandung, Cipto dapat bertemu dengan kaum nasionalis yang lebih muda, mirip Sukarno yang pada tahun 1923 membentuk Algemeene Studie Club. Pada tahun 1927 Algemeene Studie Club diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Meskipun Cipto tidak menjadi anggota resmi dalam Algemeene Studie Club dan PNI, Cipto tetap diakui selaku penyumbang anutan bagi generasi muda. Misalnya Sukarno dalam sebuah wawancara pers pada 1959, saat ditanya siapa di antara tokoh-tokoh pemimpin Indonesia yang paling banyak menunjukkan efek kepada ajaran politiknya, tanpa tidak yakin Sukarno menyebut Cipto Mangunkusumo.

    Pada tamat tahun 1926 dan tahun 1927 di beberapa daerah di Indo-nesia terjadi pemberontakan komunis. Pemberontakan itu menemui ke-gagalan dan ribuan orang ditangkap atau dibuang karena terlibat di dalamnya. Dalam hal ini Cipto juga ditangkap dan didakwa turut serta dalam perlawanan kepada pemerintah. Hal itu disebabkan suatu peristiwa, saat pada bulan Juli 1927 Cipto kedatangan tamu seorang militer pribumi yang berpangkat kopral dan seorang kawannya. Kepada Cipto tamu tersebut mengatakan rencananya untuk melaksanakan sabotase dengan meledakkan persediaan-persediaan mesiu, namun dia bermaksud mengunjungi keluarganya di Jatinegara, Jakarta, apalagi dulu. Untuk itu dia membutuhkan uang untuk biaya perjalanan. Cipto menasehatkan agar orang itu tidak melakukan langkah-langkah sabotase, dengan argumentasi kemanusiaan Cipto lalu menunjukkan uangnya sebesar 10 gulden kepada tamunya.

    Setelah pemberontakan komunis gagal dan dibongkarnya kasus peledakan gudang mesiu di Bandung, Cipto dipanggil pemerintah untuk menghadap pengadilan sebab dianggap sudah memberikan andil dalam menolong anggota komunis dengan memberi duit 10 gulden dan diketemukannya nama-nama kepala pemberontakan dalam daftar tamu Cipto. Sebagai hukumannya Cipto kemudian dibuang ke Banda pada tahun 1928.

    Dalam pembuangan, penyakit asmanya kambuh. Beberapa kawan Cipto kemudian merekomendasikan kepada pemerintah semoga Cipto dibebaskan. Ketika Cipto diminta untuk menandatangani sebuah kontrakbahwa dia dapat pulang ke Jawa dengan melepaskan hak politiknya, Cipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda daripada melepaskan hak politiknya. Cipto kemudian dialihkan ke Makasar, dan pada tahun 1940 Cipto dipindahkan ke Sukabumi. Kekerasan hati Cipto untuk berpolitik dibawa sampai meninggal pada 8 Maret 1943.

    Referensi :

    • Balfas. 1952. Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo: Demokrat Sejati. Jakarta: Pradjaparamita.
    • Kartodirdjo, Sartono. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru. Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: Gramedia.
    • Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918. Jakarta: Grafitipers.
    • Notosutanto Nugroho.Et al. 1977. Sejarah Nasional Indonesia. Jilid V. Jakarta: balai Pustaka.
    • Mulyono, Slamet. 1968. Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan Bangsa Indonesia. Jilid I. Jakarta: Balai Pustaka.
    • Tashadi. 1984. Dr. D.D. Setiabudhi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional

    Biografi Saddam Husein

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Sejarah,  Tokoh Diktator

    Saddam Husein lahir pada tahun 1937di Tikrit. Kehidupan di Desanya teramat sangat keras, pada kurun kecilnya saddam seringkali keluar rumah dengan membekali diri dengan senjata selaku alat bela diri dikarenakan kerap kali terjadi bentrokan antar dengan sahabat sebayanya. Pada usia 16 Tahun Saddam sudah menjadi ketua geng jalanan. Pada Usia 17 Tahun Saddam membunuh salah seorang tentangan pamanya hingga dipenjara 6 bulan. Pada Usia 19 Tahun telah berkomplot untuk menumbangkan monarki yang berkuasa dan pada usia 21 tahun melaksanakan percobaan pembunuhan dengan menembak perdana menteri Irak dengan senapan Mesin.

    Saddam Husein Menjadi Presiden Irak

    Pada usia 20 tahun beliau terjun dalam dunia politik dengan bergabung dalam Partai Baath. Saddam memainkan peran penting dalam perebutan kekuasaan yang dikerjakan Partai Baath terhadap Presiden Irak dikala itu, Abdul Rahman Arif pada tahun 1968. Kudeta tersebut dipimpin oleh ketua Partai Baath, Hasan Al Bakr, yang setelah kudeta mengangkat diri selaku presiden. Saddam pun diangkat sebagai wakil Hasan Al Bakr dan menduduki posisi itu selama 15 tahun. Selama itu pula, Saddam melaksanakan berbagai agresi represif terhadap rakyat Irak. Setelah semakin berkuasa, Sadam pun menyingkirkan Hasan Al Bakr dan merebut posisi selaku presiden dan pemimpin Partai Baath.

    Tak usang sesudah Sadam menjadi pemimpin partai Baath, dia melaksanakan pembersihan besar-besaran dalam tubuh partai. Para penentangnya dibunuh. Para ulama penentang Saddam juga dibunuh atau disiksa dalam penjara. Selama 35 tahun menjadi pemimpin Partai Baath, beliau melaksanakan banyak sekali pembunuhan massal terhadap rakyat Kurdi di utara Irak dan rakyat Syiah di selatan Irak.

    Sebagian sejarawan meyakini, semenjak sebelum kudeta tahun 1968, bergotong-royong Saddam sudah menjalin kekerabatan dengan AS. Menurut mereka, Saddam sehabis pembunuhan terhadap Abdul Karim Qasim tahun 1959 melarikan ke Mesir dan di negara ini ia menjalin hubungan dengan biro-distributor CIA. Empat tahun kemudian, Saddam pun kembali ke Irak.

    Pelayanan sarat Saddam kepada Gedung Putih mulai tampakmenonjol di hadapan opini umum sejak ia menjadi wakil presiden Hasan Al Bakr. Setelah dia menyingkirkan Hasan Al Bakr yang tak lain sepupunya sendiri, dan meraih tampuk kepresidenan, Saddam makin memajukan kerjasamanya dengan Gedung Putih. Pelayanan paling besar yang dilaksanakan Saddam kepada kehendak para penguasa AS yakni invasinya ke Iran pada tahun 1980, segera sehabis kemenangan revolusi Islam Iran. Revolusi Islam Iran telah menumbangkan raja boneka Amerika, Shah Pahlevi. AS juga tidak mampu lagi mengeksploitasi kekayaan alam Iran sebagaimana yang sudah dilakukannya selama abad pemerintahan Pahlevi. Itulah sebabnya AS mendalangi serangan Saddam kepada Iran.

    Selain menawarkan santunan politik dan dana, negara-negara Barat itu juga menolong Saddam dalam memproduksi senjata pembunuh massal yang digunakan dalam menyerang Iran.

    Menurut data, selama abad perang itu, AS dan negara-negara Barat lain, serta negara-negara Arab, telah memberikan derma sebesar 120 milyar dollar terhadap Saddam. Periode perang delapan tahun Irak-Iran yakni kurun keemasan hubungan antara Saddam dan AS. Donald Rumsfeld pada tahun 1983 datang ke Irak untuk berjumpa dengan Saddam dan menjanjikan perlindungan keuangan. Robert Fisk wartawan terkemuka dari AS menulis, “Pada zaman dikala Irak berbelanja gas kimia dari AS, aku dengan mata kepala sendiri menyaksikan bahwa Rumsfeld bersalaman dengan Saddam.

    Selama perang delapan tahun Iran-Irak itu, bangsa Iran sudah kehilangan nyawa puluhan ribu warganya, mengalami kerugian materil ratusan milyar dollar, dan mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa tahun. Selama perang, Saddam juga menggunakan senjata dan bom kimia yang menimbulkan kematian puluhan ribu orang. Hari ini, terdapat sekitar 45.000 orang Iran yang masih hidup dengan menanggung aneka macam penyakit akhir tercemar senjata kimia. Setiap tahunnya, pemerintah Iran mengeluarkan dana 37 juta dollar AS untuk merawat para korban senjata kimia itu, namun tiap tahun pula banyak di antara mereka yang karenanya gugur syahid. Namun, berkat tunjangan Tuhan dan kegigihan bangsa Iran dalam membela tanah air mereka, usaha Saddam dan negara-negara Barat untuk menganeksasi Iran alhasil menemui kegagalan.

    Menyerang Kuwait

    Setelah kalah dalam bisnisnya untuk menguasai Iran, Saddam pun mulai dikhianati oleh sekutunya itu. Atas lampu hijau dari AS, pada tahun 1991 Saddam menyerang Kuwait dengan tujuan menguasai ladang-ladang minyak di negeri itu. Namun, segera setelah serbuan Saddam ke Kuwait, AS malah menggalang pasukan multinasional untuk membela Kuwait. Tentu saja, pasukan Saddam yang memang telah lemah alasannya adalah delapan tahun bertempur dengan Iran, dengan gampang mampu dipukul mundur oleh AS dan sekutu-sekutunya. Kelemahan posisi Saddam dimanfaatkan oleh sebagian bangsa Irak untuk memberontak dari diktator yang selama ini sudah menyengsarakan mereka itu. Namun, lagi-lagi, Saddam berkonspirasi dengan AS.

    Saddam Husein Digulingkan

    Tiba-tiba serangan pasukan AS terhadap Saddam dihentikan sehingga Saddam bisa berkonsentrasi merepresi warganya yang memberontak. Namun tak usang lalu, AS memimpin gerakan internasional untuk mengembargo Irak. Tentu saja, yang sengsara akhir embargo ini adalah rakyat kecil. Mereka kelemahan makan dan obat-obatan sementara Saddam dan para penguasa tetap hidup sejahtera. Setelah 12 tahun menderita balasan embargo itu, rakyat Irak pada tahun 2003 menghadapi penderitaan baru lagi, ialah agresi AS ke kawasan mereka dengan argumentasi untuk menggulingkan Saddam. Setelah Saddam terguling pun, sampai hari ini AS dan Inggris tetap bercokol di negeri itu dan menimpakan penderitaan tak terkira bagi rakyat Irak.

    Berbagai aksi AS ini, baik dikala mendukung Saddam dalam Perang Iran-Irak, membela Kuwait dalam Perang Teluk, kemudian kembali mendukung Saddam dalam menghentikan pemberontakan warga Irak, lalu datang ke Irak untuk menggulingkan Saddam, menunjukkan jatidiri para penguasa AS. Mereka sama sekali tidak memikirkan apapun selain kepentingan mereka sendiri. Dalam Perang Teluk, contohnya, AS berbalik memusuhi Saddam dengan tujuan menekan negara-negara Teluk. Akibat perang Teluk, negara-negara Teluk banyak yang membeli senjata dari AS alasannya adalah takut diserang Saddam. Kuwait pun dipaksa membiayai peralatan perang yang didatangkan AS. Semua itu memperlihatkan bahwa AS sengaja mendorong Saddam menyerang Kuwait demi laba pabrik-pabrik senjata milik AS.

    Demi meraih keuntungan eksklusif, para penguasa AS memakai aneka macam macam cara, dan salah satunya, mencari sekutu mirip Saddam Husein. Saddam Husein yang dibutakan oleh hawa nafsu dan ambisinya, tunduk patuh melayani impian AS. Kemudian, sehabis Saddam dianggap tidak berguna lagi, AS pun berusaha mencari simpati rakyat Irak dengan menggulingkannya. Namun, saat situasi di Irak menjadi semakin tidak terkontrol oleh AS, AS pun melakukan langkah lain, dengan menuduh Iran di balik segala kesemrawutan di Irak. Eksekusi Saddam pun dimanfaatkan untuk menekan Iran. Saddam diposisikan selaku hero Arab dan dengan cara itu, sentimen antar mazhab dan anti Iran dibesar-besarkan. Melalui cara ini, AS berharap mampu terjadi perang saudara di Irak dan AS dengan gampang bisa menguasai negara itu. Namun, tentu saja, rakyat Irak dan opini dunia yang sadar dan berhati-hati, tidak akan termakan propaganda AS ini.

    Biografi Taufik Ismail

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sejarah,  Seniman

    Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk Sekolah Menengah Pertama di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Pada tahun 1956–1957 ia mengungguli beasiswa American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (kini IPB), dan selesai pada tahun1963.

    Pada tahun 1971–1972 dan 1991–1992 beliau mengikuti International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Ia juga berguru pada Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir, pada tahun 1993. Karena pecah Perang Teluk, Taufiq pulang ke Indonesia sebelum simpulan studi bahasanya.

    Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai aktivitas. Tercatat, beliau pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (1960–1961) dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (1960–1962).

    Ia pernah mengajar sebagai guru bahasa di Sekolah Menengan Atas Regina Pacis, Bogor (1963-1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962), dan ajudan dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB (1961-1964). Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang dinyatakan terlarang oleh Presiden Soekarno, dia batal diantaruntuk studi lanjutan ke Universitas Kentucky dan Florida. Ia lalu dipecat selaku pegawai negeri pada tahun 1964.Taufiq menjadi kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970. Kemudian, Taufiq bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison (1966). Sampai kini ini dia memimpin majalah itu.

    Taufiq ialah salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (1968). Di ketiga forum itu Taufiq mendapat berbagai peran, adalah Sekretaris Pelaksana DKJ, Pj. Direktur TIM, dan Rektor LPKJ (1968–1978). Setelah berhenti dari tugas itu, Taufiq melakukan pekerjaan di perusahaan swasta, sebagai Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990).

    Pada tahun 1993 Taufiq dipanggil menjadi pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagai penyair, Taufiq telah membacakan puisinya di banyak sekali kawasan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang bersejarah di Indonesia Taufiq senantiasa tampil dengan membacakan puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti, dan insiden Pengeboman Bali.

    Atas kolaborasi dengan musisi semenjak 1974, khususnya dengan Himpunan Musik Bimbo (Hardjakusumah bersaudara), Chrisye, Ian Antono, dan Ucok Harahap, Taufiq telah menciptakan sebanyak 75 lagu. Ia pernah mewakili Indonesia baca puisi dan ekspo sastra di 24 kota di Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika semenjak 1970. Puisinya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina.

    Kegiatan kemasyarakatan yang dilakukannnya, antara lain menjadi pengurus perpustakaan PII, Pekalongan (1954-56), bersama S.N. Ratmana merangkap sekretaris PII Cabang Pekalongan, Ketua Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1984-86), Pendiri Badan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya (1985) dan kini menjadi ketuanya, serta melakukan pekerjaan sama dengan tubuh beasiswa American Field Service, AS menyelenggarakan pertukaran pelajar. Pada tahun 1974–1976 dia terpilih selaku anggota Dewan Penyantun Board of Trustees AFS International, New York.

    Ia juga membantu LSM Geram (Gerakan Antimadat, pimpinan Sofyan Ali). Dalam kampanye antinarkoba ia menulis puisi dan lirik lagu “Genderang Perang Melawan Narkoba” dan “Himne Anak Muda Keluar dari Neraka” dan digubah Ian Antono). Dalam kegiatan itu, bersama empat tokoh masyarakat lain, Taufiq menerima penghargaan dari Presiden Megawati (2002). Kini Taufiq menjadi anggota Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan konsultan Balai Pustaka, di samping aktif selaku redaktur senior majalah Horison.

    Hasil karya:

    • Tirani, Birpen KAMI Pusat (1966)
    • Benteng, Litera ( 1966)
    • Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
    • Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
    • Kenalkan, Saya Hewan (sajak bawah umur), Aries Lima (1976)
    • Puisi-puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
    • Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang campuran) (1993)
    • Prahara Budaya (bareng D.S. Moeljanto), Mizan (1995)
    • Ketika Kata Ketika Warna (editor bareng Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI), Yayasan Ananda (1995)
    • Seulawah — Antologi Sastra Aceh (editor bareng L.K. Ara dan Hasyim K.S.), Yayasan Nusantara berafiliasi dengan Pemerintah Daerah Khusus spesial Aceh (1995)
    • Malu (Aku) Makara Orang Indonesia, Yayasan Ananda (199 8)
    • Dari Fansuri ke Handayani (editor bareng Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam acara SBSB 2001), Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2001)
    • Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek (2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bareng Hamid Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-2001, Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002)

    Karya terjemahan:

    1. Banjour Tristesse (terjemahan novel karya Francoise Sagan, 1960)
    2. Cerita tentang Atom (terjemahan karya Mau Freeman, 1962)
    3. Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of Religious Thought in Islam, M. Iqbal (bareng Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas (1964)

    Anugerah yang diterima:

    • Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970)
    • Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
    • South East Asia (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
    • Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994)
    • Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor, Malaysia (1999)
    • Doctor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003)

    Taufiq Ismail menikah dengan Esiyati Yatim pada tahun 1971 dan dikaruniai seorang anak laki-laki, Bram Ismail. Bersama keluarga dia tinggal di Jalan Utan Kayu Raya 66-E, Jakarta 13120.

    Biografi Debu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin Bin Nuh Al-Albani

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Sejarah

    Nama ia yakni Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H di kota Ashqodar ibu kota Albania yang lampau. Beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya, lantaran kecintaan terhadap ilmu dan hebat ilmu. Ayah al Albani ialah Al Haj Nuh adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu- ilmu syari’at di ibukota negara dinasti Utsmaniyah (kini Istambul), yang saat Raja Ahmad Zagho naik tahta di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, maka Syeikh Nuh amat mencemaskan dirinya dan diri keluarganya. Akhirnya beliau menetapkan untuk berhijrah ke Syam dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Beliau sekeluargapun menuju Damaskus.

    Setiba di Damaskus, Syeikh al-Albani kecil mulai aktif mempelajari bahasa arab. Beliau masuk sekolah pada madrasah yang dikelola oleh Jum’iyah al-Is’af al-Khairiyah. Beliau terus berguru di sekolah tersebut tersebut sampai kelas terakhir tingkat Ibtida’iyah. Selanjutnya beliau meneruskan belajarnya pribadi kepada para Syeikh. Beliau mempelajari al-Qur’an dari ayahnya sampai final, disamping itu mempelajari pula sebagian fiqih madzab Hanafi dari ayahnya. Syeikh al-Albani juga mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga ia menjadi seorang ahli yang mahsyur. Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya. Pada umur 20 tahun, perjaka al-Albani ini mulai mengkonsentrasi diri pada ilmu hadits lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahsan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini adalah

    menyalin suatu kitab berjudul “al-Mughni ‘an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ishabah min al-Akhbar”. Sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya’ Ulumuddin al-Ghazali. Kegiatan Syeikh al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya seraya berkomentar. “Sesungguhnya ilmu hadits yakni pekerjaan orang-orang pailit (bangkrut)”. Namun Syeikh al-Albani justru makin cinta kepada dunia hadits.

    Pada pertumbuhan selanjutnya, Syeikh al-Albani tidak mempunyai cukup duit untuk membeli kitab-kitab. Karenanya, beliau memanfaatkan Perpustakaan adh-Dhahiriyah di sana (Damaskus). Di samping juga meminjam buku-buku dari beberapa perpustakaan khusus. Begitulah, hadits menjadi aktivitas rutinnya, sampai-hingga beliau menutup kios reparasi jamnya. Beliau lebih betah berlama-usang dalam perpustakaan adh-Dhahiriyah, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mentelaah kitab-kitab hadits, kecuali kalau waktu sholat datang. Untuk makannya, kadang kala cuma sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan. Akhirnya kepala kantor perpustakaan menawarkan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuk ia. Bahkan kemudiaan ia diberi wewenang untuk menenteng kunci perpustakaan. Dengan demikian, ia menjadi leluasa dan sudah biasa datang sebelum yang lainnya tiba. Begitu pula pulangnya dikala orang lain pulang pada waktu dhuhur, beliau justru pulang setelah sholat isya. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-tahun.

    Pengalaman Penjara

    Syeikh al-Albani pernah dipenjara dua kali. Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya dia berdakwah terhadap sunnah dan memerangi bid’ah sehingga orang-orang yang dengki kepadanya menebarkan fitnah.

    Beberapa Tugas yang Pernah Diemban

    Syeikh al-Albani Beliau pernah mengajar di Jami’ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun, semenjak tahun 1381-1383 H, mengajar tentang hadits dan ilmu-ilmu hadits. Setelah itu ia pindah ke Yordania. Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan meminta kepada Syeikh al-Albani untuk menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di suatu Perguruan Tinggi di kerajaan Yordania. Tetapi situasi dan kondisi dikala itu tidak memungkinkan ia menyanggupi usul itu. Pada tahun 1395 H hingga 1398 H dia kembali ke Madinah untuk bertugas selaku anggota Majelis Tinggi Jam’iyah Islamiyah di sana. Mandapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Saudi Arabia berbentukKing Faisal Fundation tanggal 14 Dzulkaidah 1419 H.

    Beberapa Karya Beliau

    Karya-karya dia amat banyak, diantaranya ada yang telah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang), semua berjumlah 218 judul. Beberapa Contoh Karya Beliau yaitu :

    • Adabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah
    • Al-Ajwibah an-Nafi’ah ‘ala as’ilah masjid al-Jami’ah
    • Silisilah al-Ahadits ash Shahihah
    • Silisilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wal maudhu’ah
    • At-Tawasul wa anwa’uhu
    • Ahkam Al-Jana’iz wabida’uha

    Di samping itu, ia juga memiliki kaset ceramah, kaset-kaset bantahan kepada berbagai aliran sesat dan kaset-kaset berisi tanggapan-jawaban wacana pelbagai dilema yang berguna. Selanjutnya Syeikh al-Albani berwasiat supaya perpustakaan pribadinya, baik berbentukbuku-buku yang sudah dicetak, buku-buku foto copyan, manuskrip-manuskrip (yang ditulis oleh ia sendiri ataupun orang lain) seluruhnya diserahkan ke perpustakaan Jami’ah tersebut dalam kaitannya dengan dakwah menuju al-Kitab was Sunnah, sesuai dengan manhaj salafush Shalih (sahabat nabi radhiyallahu anhum), pada ketika dia menjadi pengajar disana.

    Wafatnya Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani

    Beliau wafat pada hari Jum’at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yoradania. Rahimallah asy-Syaikh al-Albani rahmatan wasi’ah wa jazahullahu’an al-Islam wal muslimiina khaira wa adkhalahu fi an-Na’im al-Muqim.

    Hadist merupakan salah satu rujukan sumber hukum Islam di samping kitab suci Quran. Di dalam hadist Nabi Muhammad SAW itulah terkandung jawaban dan penyelesaian persoalan yang dihadapi oleh umat di berbagai bidang kehidupan. Berbicara perihal ilmu hadist, umat Islam tidak akan melewatkan jasa Al-Albani. Ia ialah salah satu tokoh pembaharu Islam era ini.

    Karya dan jasa-jasanya cukup banyak dan sangat menolong umat Islam utamanya dalam membangkitkan kembali ilmu hadits. Ia berjasa memurnikan fatwa Islam dari hadits-hadits lemah dan palsu serta meneliti derajat hadits.

    Biografi Nabi Ibrahim

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Sejarah,  Tokoh Pemimpin

    Biografi Nabi Ibrahim. Ibrahim (Abraham) dilahirkan tepatnya 2.166 Sebelum Masehi di tanah Ur-Kasdim yang letaknya sekarang ini disebelah selatan Irak. Nama aslinya yang diberikan dikala dia dilahirkan yakni Abram = Bapak Mulia. Disana ia hidup beserta orang renta dan kedua saudaranya maupun istrinya Sarai. Setelah Haran abang tuanya meninggal, ia bareng ayahnya dan Sarai istrinya. Mereka pindah ke Haran tempat timur selatan Turki. Jarak yang harus mereka tempuh cukup jauh; lebih dari 800 km walaupun dengan Unta sekalipun.

    Pada ketika beliau berusia 76 tahun dia mendengar panggilan Allah untuk pindah ke Betel – Kanaan. Beberapa tahun lalu untuk menghindari wabah kelaparan di Kanaan, mereka hijrah ke Mesir. Disana dia tidak mengakui Sarai selaku istrinya melainkan sebagai adiknya, hal inilah yang mendorong Firaun untuk menjadikan Sarai sebagai selirnya. Kebohongan ini risikonya terbongkar juga oleh Firaun dimana risikonya Sarai dikembalikan kepadanya dengan syarat beliau dan Sarai harus segera meninggalkan Mesir baca Deportasi.

    Ia kembali ke Betel. Disana dia mendapatkan komitmen dari Allah bahwa ia akan mempunyai seluruh tanah di Efrat dan mampu keturunan. Setelah perjanjian tersebut beliau mengganti namanya dari Abram menjadi Abraham = Bapa Banyak Bangsa, kata Raham itu sendiri diserap bukan dari bahasa Ibrani melainkan dari bahasa Arab “ruham”. Sarai juga merubah namanya menjadi Sarah.

    Sarah yang pada dikala itu usianya telah hampir meraih 80 tahun, ketawa ngakak alias tidak percaya bahwa beliau masih akan bisa melahirkan. Maka dari itulah beliau mengusulkan agar mengambil budaknya saja Hagar (Siti Hajar) selaku penggantinya. Dari Hagar beliau menerima seorang Putera yang diberi nama Ismail.

    Tiga belas tahun kemudian, Tuhan menepati janjinya dimana Sarah balasannya melahirkan seorang putera yang diberikan nama Isaak yang dalam bahasa Ibrani berarti “Tertawa”. Sebagai tanda ikatan dari persetujuanantara Allah dan Abraham, beliau diwajibkan disunat. Pada saat disunat usia Abraham sudah meraih 99 tahun sedangkan usia Ismail 13 tahun.

    Untuk menyingkir dari persaingan warisan dimana Ismail sebagai anak pertama, Sarah menuntut supaya Abraham mengusir Hagar dan Ismail ke padang pasir, dengan cita-cita disana mereka akan mati kehausan. Walaupun demikian risikonya atas petunjuk Malaikat mereka memperoleh mata air yang berada dibawah kakinya Ismail, daerah tersebut diberi nama Zam-zam

    Tuhan ingin menguji imannya Abraham dimana Tuhan menuntut supaya Ishak dibunuh untuk dijadikan korban persembahan. Abraham memperlihatkan kesetiaannya terhadap Tuhan, sehingga alhasil Tuhan memerintahan agar bukan Ishak yang dijadikan korban melainkan domba jantan yang kebenaran berada ditempat itu. Sebagai imbalan akan kepatuhannya ini;

    dia diberikan kesepakatan lain dimana ia akan mendapatkan keturunan sangat banyak, mirip juga bintang di langit dan pasir di tepi bahari. Tempat pengorbanan ini letaknya di gunung Moria, sekarang Yerusalem. Di daerah itu pula Bait Suci Salomon dibangun.

    Sarah meninggal dalam usia 126 tahun, sesudah Sarah meninggal Abraham mengambil istri gres, Keturah. Dari ia dia menerima enam putera. Sarah, Abraham maupun Ishak dikuburkan di makam keluarga mereka di Hebron, kawasan dimana kini ini di dirikan Mesjid Ibrahim. Abraham meninggal dunia dalam usia 175 tahun, konon ini adalah angka gaib. Tuhan membuat dunia 7 hari, sedangkan ada 5 rukun Islam jadi wajarlah jika ia meninggal dalam usia 7 x 5 x 5 = 175 tahun. Sedangkan Ishak maupun Ismail tidak setua mirip Abraham, Ishak meninggal dalam usia 76 tahun dan Ismail dalam usia 89 tahun.

    Abraham seperti juga Musa yakni manusia yang bisa berkomunikasi dua arah secara pribadi dengan Allah bahkan mampu bargaining – tawar menawar dengan Sang Pencipta.

    perjalanan Nabi ibrahim

    Perlu dimengerti bahwa yang tercantum diatas adalah model dari Agama Yahudi dan Kristen. Sedangkan menurut versi umat Muslim yang mau dijadikan kurban persembahan bukanlah Ishak melainkan Ismail, disamping itu lokasinya pun beda bukannya di Yerusalem (Bukit Moria) melainkan di Mekkah, daerah dimana adanya Ka’bah kini ini.

    Hari dimana Ismail akan dipersembahan selaku kurban, diperingati terus menerus hingga sekarang selaku hari raya Idul Adha dan merupakan puncaknya ibadah Haji yang dilakukan oleh umat Muslim. Rukun Islam yang kelima, ibadah Haji itu juga bantu-membantu untuk mengingatkan akan perjalanan Ibrahim dan Ismail ke daerah pengorbanan di Mekkah.

    Versi mana yang benar aku serahkan sepenuhnya terhadap pembaca, maklum entah Kitab Perjanjian Lama maupun Al Alquran, merupakan Kitab Suci yang di ilhamkan atau dikte secara eksklusif dari Allah. Apakah Kitab Al Alquran itu ialah Revisi dari Kitab Pernjanjian Lama; dimana Allah mengganti isi model pertamaNya, entahlah !

    Apapun keputusan atau opsi Anda, tidak mampu disangkal bahwa Abraham/Ibrahim itu ialah manusia pertama yang memulai agama Monoteisme atau Tuhan itu tunggal adanya. Di India, Abraham lebih diketahui dengan nama Brahma sedangkan Sara lebih diketahui dengan nama Saraswati. Perlu dikenali berdasarkan hebat sejarah keberadaannya sosok figur Abraham ini tidak pernah mampu terbuktikan. Disamping itu hewan

    “unta” yang seyogiyanya dipakai oleh Abraham selaku kendaraan untuk meraih kawasan-kawasan yang jauh, hal ini bahwasanya berlawanan dengan fakta sejarah. Sebab terbuktikan bedasarkan observasi sejarah; binatang unta baru mulai dijinakkan dan dimanfaatkan oleh manusia pada 1000 tahun sebelum Masehi atau sekitar 1.200 tahun lalu setelah Abraham wafat.

    Biografi Quraish Shihab

    Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Sejarah

    Biografi Quraish Shihab. Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan. Ia berasal dari keluarga keturunan Arab yang cerdik. Ayahnya, Prof. KH. Abdurrahman Shihab yaitu seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang selaku salah seorang tokoh pendidik yang memiliki reputasi baik di golongan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari bisnisnya membina dua akademi tinggi di Ujungpandang, adalah Universitas Muslim Indonesia (UMI), suatu akademi tinggi swasta terbesar di daerah Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat selaku mantan rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959 – 1965 dan IAIN 1972 – 1977. Sebagai seorang yang berpikiran maju, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah ialah distributor pergeseran.

    Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’atul Khair, suatu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang mencar ilmu di lembaga ini diajari perihal gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan ajaran Islam. Hal ini terjadi alasannya lembaga ini memiliki hubungan yang akrab dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah mirip Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Banyak guru-guru yang di­datangkarn ke forum tersebut, di antaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan, Afrika.

    Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab menerima motivasi permulaan dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada ketika-saat seperti inilah sang ayah memberikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-ayat al-Qur’an. Quraish kecil sudah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur’an sejak umur 6-7 tahun. Ia mesti mengikuti pengajian al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca al-Qur’an, ayahnya juga menguraikan secara sepintas cerita-dongeng dalam al-Qur’an. Di sinilah, benih-benih kecintaannya kepada al-Qur’an mulai tumbuh.

    Pendidikan Quraish Shihab

    Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar di Ujungpandang. Setelah itu beliau melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di kota Malang sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Falaqiyah di kota yang sama. Untuk mendalami studi keislamannya, Quraish Shihab diantaroleh ayahnya ke al-Azhar, Cairo, pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua sanawiyah. Setelah itu, beliau melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC (setingkat sarjana S1). Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab sukses menjangkau gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur’an al-Karim (kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dari Segi Hukum)”.

    Pada tahun 1973 beliau dipanggil pulang ke Ujungpandang oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk menolong mengorganisir pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan hingga tahun 1980. Di samping mendududki jabatan resmi itu, dia juga sering memwakili ayahnya yang uzur alasannya usia dalam menjalankan tugas-peran pokok tertentu.

    Berturut-turut sesudah itu, Quraish Shihab diserahi banyak sekali jabatan, mirip koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bab timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang training mental, dan sederetan jabatan yang lain di luar kampus. Di celah-celah kesibukannya beliau masih sempat menyelesaikan beberapa tugas observasi, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).

    Untuk merealisasikan cita-citanya, ia mendalami studi tafsir, pada 1980 Quraish Shihab kembali berguru ke almamaternya, al-Azhar, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur’an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk menjangkau gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian kepada Kitab Nazm ad-Durar [Rangkaian Mutiara] karya al-Biqa’i)” sukses dipertahankannya dengan predikat summa cum laude dengan penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula (sarjana teladan dengan prestasi istimewa).

    Pendidikan Tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Cairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada ketika di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu dituntaskan di Barat. Mengenai hal ini dia mengatakan selaku berikut:

    Ketika meneliti bio­grafinya, aku menemukan bahwa beliau berasal dari Sulawesi Selatan, terdidik di pesantren, dan mendapatkan pendidikan ting­ginya di Mesir pada Universitas Al-Azhar, di mana dia mene­rima gelar M.A dan Ph.D-nya. Ini menimbulkan beliau terdidik lebih baik ketimbang hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Popular Indonesian Literature of the Alquran dan, lebih dari itu, tingkat pendidikan tingginya di Timur Tengah seperti itu mengakibatkan ia unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu dituntaskan di Barat. Dia juga mempunyai karier mengajar yang penting di IAIN Ujung Pandang dan Jakarta dan kini, bahkan, dia menjabat sebagai rektor di IAIN Jakarta. Ini ialah karier yang sangat menonjol.

    Tahun 1984 yakni babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu beliau pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-Alquran di Program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melakukan tugas pokoknya selaku dosen, beliau juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua abad (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu beliau dipercaya menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di permulaan tahun 1998, hingga kemudian ia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo.

    Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta sudah menawarkan situasi gres dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya banyak sekali kegiatan yang dijalankannya di tengah-tengah penduduk . Di samping mengajar, ia juga diandalkan untuk menduduki sejumlah jabatan. Di antaranya ialah selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashhih Al-Qur’an Departemen Agama semenjak 1989. Dia juga terlibat dalam beberapa organisasi profesional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), dikala organisasi ini didirikan. Selanjutnya dia juga tercatat sebagai Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aktivitas lainnya yang ia lakukan yakni sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian journal for Islamic Studies, Ulumul Qur ‘an, Mimbar Ulama, dan Refleksi jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.

    Di samping aktivitas tersebut di atas, H.M.Quraish Shihab juga diketahui selaku penulis dan penceramah yang tangguh. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang kuat yang dia tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya memberikan usulan dan ide dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional, dan kecenderungan anutan yang moderat, beliau tampil selaku penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kegiatan ceramah ini beliau kerjakan di sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid al-Tin dan Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah mirip pengajian Istiqlal serta di sejumlah stasiun televisi atau media elektronika, utamanya di.bulan Ramadhan. Beberapa stasiun televisi, seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program khusus selama Ramadhan yang diasuh olehnya. Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur’an di Indonesia, namun kemampuannya menerjemahkan dan meyampaikan pesan-pesan al-Qur’an dalam konteks periode kini dan abad terbaru menjadikannya lebih dikenal dan lebih unggul daripada pakar al-Qur’an yang lain.

    Tafsir Quraish Shihab

    Dalam hal penafsiran, beliau cenderung menekankan pentingnya penggunaan metode tafsir maudu’i (tematik), yakni penafsiran dengan cara mengumpulkan sejumlah ayat al-Qur’an yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas duduk perkara yang serupa, lalu menerangkan pemahaman menyeluruh dari ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menawan kesimpulan selaku balasan kepada duduk perkara yang menjadi pokok bahasan. Menurutnya, dengan tata cara ini mampu diungkapkan pendapat-usulan al-Qur’an wacana berbagai masalah kehidupan, sekaligus mampu dijadikan bukti bahwa ayat al-Qur’an sejalan dengan pertumbuhan iptek dan kemajuan peradaban masyarakat.

    Quraish Shihab banyak menekankan perlunya mengetahui wahyu Ilahi secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual semoga pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan faktual. Ia juga banyak memotivasi mahasiswanya, terutama di tingkat pasca sarjana, semoga berani menafsirkan al-Qur’an, tetapi dengan tetap berpegang ketat pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah dipandang baku. Menurutnya, penafsiran kepada al-Qur’an tidak akan pernah selsai. Dari abad ke abad senantiasa saja timbul penafsiran gres sejalan dengan pertumbuhan ilmu dan permintaan perkembangan. Meski begitu dia tetap mengingatkan perlunya perilaku teliti dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan al-Qur’an sehingga seseorang tidak gampang mengklaim sebuah pendapat sebagai pertimbangan al-Qur’an. Bahkan, menurutnya yaitu satu dosa besar kalau seseorang mamaksakan pendapatnya atas nama al-Qur’an.

    Quraish Shihab adalah spesialis tafsir yang pendidik. Keahliannya dalam bidang tafsir tersebut untuk diabdikan dalam bidang pendidikan. Kedudukannya selaku Pembantu Rektor, Rektor, Menteri Agama, Ketua MUI, Staf Ahli Mendikbud, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan, menulis karya ilmiah, dan ceramah amat dekat kaitannya dengan acara pendidikan. Dengan kata lain bahw beliau yakni seorang ulama yang mempergunakan keahliannya untuk mendidik umat. Hal ini dia lakukan pula melalui sikap dan kepribadiannya yang penuh dengan perilaku dan sifatnya yang patut diteladani. Ia memiliki sifat-sifat selaku guru atau pendidik yang patut diteladani. Penampilannya yang sederhana, tawadlu, sayang kepada siapa pun, jujur, amanah, dan tegas dalam prinsip adalah ialah bab dari perilaku yang seharusnya dimiliki seorang guru.