TintaTeras

Biografi Kh Hasyim Asy’Ari, Ulama Kuat Dan Pendiri Nahdlatul Ulama (Nu)

Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed

KH Hasyim Asy’ari diketahui selaku salah satu ulama paling kuat di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri dari Nahdatul Ulama yang kemudian dikenal menjadi salah satu organisasi islam paling besar di Indonesia dan juga besar lengan berkuasa. Sepak terjangnya dalam melaksanakan perlawanan dengan penjajahan Belanda dan Jepang menjadikannya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah. Bagaimana kisahnya?

Biografi KH Hasyim Asy’ari

KH Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau wafat pada tanggal 25 Juli 1947 yang lalu dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang.

Biografi KH Hasyim Asy'ariMasa Kecil

KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari ialah seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.

KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari menerima pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kuat.

Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH Hasyim Ashari memang telah nampak. Di antara sobat sepermainannya, beliau kerap tampil sebagai pemimpin.

Dalam usia 13 tahun, ia sudah menolong ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain.

Mula-mula dia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang.

Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, dia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kyai Cholil.

KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di banyak sekali pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Tak usang di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa betul-betul memperoleh sumber Islam yang dikehendaki.

Kyai Ya’qub diketahui selaku ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup usang lima tahun Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri menggemari cowok yang cerdas dan alim itu.

Maka, Hasyim bukan saja menerima ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang gres berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub.

Tidak usang setelah menikah, Hasyim bareng istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sehabis istri dan anaknya meninggal.

Belajar di Mekah, Arab Saudi

Tahun 1893, Hasyim Asy’ari berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudh At Tarmisi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi.

Biografi KH Hasyim Ashari

Mendirikan Pesantren Tebuireng

Tahun 1899 pulang ke Tanah Air, KH Hasyim Asy’ari mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian beliau mendirikan Pesantren Tebuireng. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses.

Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam sepekan, biasanya KH Hasyim Asy’ari istirahat tidak mengajar. Saat itulah beliau menilik sawah-sawahnya.

Kadang juga pergi Surabaya berjualan kuda, besi dan memasarkan hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, KH Hasyim Asy’ari menghidupi keluarga dan pesantrennya.

Tahun 1899, Kyai Hasyim berbelanja sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat Pabrik Gula Cukir, pabrik yang sudah berdiri sejak tahun 1870.

Dukuh Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana ia membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa: tratak) selaku kawasan tinggal.

Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren Tebuireng dimulai. KH Hasyim Asy’ari mengajar dan salat berjamaah di tratak bab depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat tinggal.

Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan lalu meningkat menjadi 28 orang. Setelah dua tahun membangun Tebuireng, Kyai Hasyim kembali harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah.

Saat itu usaha mereka telah menampakkan hasil yang menggembirakan. Kyai Hasyim lalu menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun.

Dari pernikahan ini Kyai Hasyim dikaruniai 10 anak, yakni: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf.

Pada tamat dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga KH Hasyim Asy’ari menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari akad nikah ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, ialah: (1) Abdul Qodir, (2) Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.

Pesantren Terbesar di Jawa

Maka tak aneh jika pesertanya tiba dari aneka macam kawasan di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, Kyai Cholil. Ribuan santri belajar kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim lalu tampil selaku tokoh dan ulama beken dan kuat luas.

KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq ialah beberapa ulama populer yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim.

Tak pelak lagi pada kurun 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan terpenting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng yaitu sumber ulama dan pemimpin forum-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya lalu memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim.

Perjuangan Melawan Belanda

Karena pengaruhnya yang demikian besar lengan berkuasa itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya beliau pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, namun ditolaknya.

Justru Kyai Hasyim sempat menciptakan Belanda kelimpungan. Pertama, dia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda ialah jihad (perang suci). Belanda lalu sangat kewalahan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana.

Kedua, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji menggunakan kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi resah. Karena banyak ummat Islam yang sudah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.

Dalam biografi KH Hasyim Asy’ari, tetapi sempat juga Kyai Hasyim merasakan penjara 3 bulan pada 1942. Tidak terperinci argumentasi Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin, alasannya sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya terhadap gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama Kyainya itu.

Masa permulaan perjuangan KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng berbarengan dengan semakin represifnya perlakuan penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Pasukan Belanda tidak segan-segan membunuh masyarakatyang dianggap menentang undang-undang penjajah. Pesantren Tebuireng pun tak luput dari sasaran represif Belanda.

Pada tahun 1913 M., intel Belanda mengantarseorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Namun beliau tertangkap dan dihajar beramai-ramai oleh santri hingga tewas.

Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menangkap KH Hasyim Asy’ari dengan tuduhan pembunuhan. Dalam pemeriksaan, Kyai Hasyim yang sangat piawai dengan hukum-hukum Belanda, bisa menepis semua tuduhan tersebut dengan taktis.

Akhirnya dia dilepaskan dari jeratan hukum. Belum puas dengan cara memecah-belah, Belanda lalu mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk memporak-porandakan pesantren yang gres bangkit 10-an tahun itu.

Akibatnya, nyaris seluruh bangunan pesantren porak-poranda, dan kitab-kitab dihancurkan serta dibakar. Perlakuan represif Belanda ini terus berlangsung sampai masa-kurun revolusi fisik Tahun 1940an.

Pada bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, bersahabat Bandung, sehingga secara de facto dan de jure, kekuasaan Indonesia berpindah tangan ke tentara Jepang.

Perlawanan Kepada Belanda

Pendudukan Dai Nippon menandai datangnya kala gres bagi kelompok Islam. Berbeda dengan Belanda yang represif terhadap Islam, Jepang memadukan antara kebijakan represi dan kooptasi.

Ini selaku upaya untuk mendapatkan bantuan para pemimpin Muslim. Salah satu perlakuan represif Jepang yaitu penahanan kepada Hadratus Syaikh beserta sejumlah putera dan kerabatnya.

Dalam biografi KH Hasyim Asy’ari, dikenali hal tersebut dikerjakan karena KH Hasyim Asy’ari menolak melakukan seikerei. Yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan tubuh ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan terhadap Dewa Matahari (Amaterasu Omikami).

Aktivitas ini juga wajib dikerjakan oleh seluruh warga di wilayah pendudukan Jepang, setiap kali berpapasan atau melintas di depan tentara Jepang.

Dipenjara oleh Jepang

Kyai Hasyim Asy’ari menolak hukum tersebut. Sebab cuma Allah lah yang wajib disembah, bukan manusia. Akibatnya, Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara berpindah–pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian Mojokerto, dan balasannya ke penjara Bubutan, Surabaya.

Karena kesetiaan dan iktikad bahwa Hadratus Syaikh berada di pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut ditahan. Selama dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak mampu digerakkan.

Setelah penahanan Hadratus Syaikh, segenap aktivitas mencar ilmu-mengajar di Pesantren Tebuireng vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai Masruroh, mesti mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota Jombang.

Tanggal 18 Agustus 1942, sesudah 4 bulan dipenjara, KH Hasyim Asy’ari dibebaskan oleh Jepang alasannya banyaknya protes dari para Kyai dan santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat perjuangan dari Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah dalam menghubungi pembesar-pembesar Jepang, terutama Saikoo Sikikan di Jakarta.

Tanggal 22 Oktober 1945, ketika serdadu NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melaksanakan aksi ke tanah Jawa (Surabaya). Dengan argumentasi mengurus tawanan Jepang, KH Hasyim Asy’ari bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan campuran NICA dan Inggris tersebut.

Perlawanan Dengan Belanda Pasca Kemerdekaan

Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya. Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945 yang bersejarah itu.

Umat Islam yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari kampung-kampung dengan menjinjing senjata apa adanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati selaku Hari Pahlawan Nasional.

Mendirikan Masyumi

Pada tanggal 7 Nopember 1945 tiga hari sebelum meletusnya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya. Umat Islam membentuk partai politik berjulukan Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi).

Pembentukan Masyumi ialah salah satu langkah konsolidasi umat Islam dari aneka macam faham. KH Hasyim Asy’ari diangkat selaku Ro’is ‘Am (Ketua Umum) pertama kala tahun 1945-1947.

Selama kurun perjuangan menghalau penjajah, KH Hasyim Asy’ari diketahui sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.

Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh Mahfudh At Tarmisi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim belajar terhadap Syaikh terkemuka asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh Mahfudh, Hasyim juga menuntut ilmu terhadap Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabau.

Kepada dua guru besar itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, belajar. Kaprikornus, antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru.

Yang perlu ditekankan, saat KH Hasyim Asy’ari mencar ilmu di Mekkah, Muhammad Abduh sedang ulet-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan fatwa Islam.

Dan sebagaimana dimengerti, buah anggapan Abduh itu sungguh mempengaruhi proses perjalanan ummat Islam berikutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar Noer, inspirasi-ilham reformasi Islam yang disarankan oleh Abduh yang dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah.

Termasuk KH Hasyim Asy’ari tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang bahu-membahu bukan berasal dari Islam.

Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali kepercayaan Islam untuk diadaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan keempat, menjaga Islam.

Usaha Abduh merumuskan keyakinan-keyakinan Islam untuk menyanggupi kebutuhan kehidupan modern pertama dimaksudkan semoga supaya Islam mampu memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan.

Dengan alasan inilah Abduh melancarkan wangsit semoga ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mereka terhadap contoh anggapan para mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.

Syaikh Ahmad Khatib mendukung beberapa aliran Abduh, meskipun dia berlainan dalam beberapa hal. Beberapa santri Syaikh Khatib saat kembali ke Indonesia ada yang menyebarkan ilham-inspirasi Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah.

Tidak demikian dengan KH Hasyim Asy’ari. Ia bahwasanya juga menerima pandangan baru-pandangan baru Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia menolak asumsi Abduh biar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mazhab.

Ia berkeyakinan bahwa yaitu mustahil untuk mengetahui maksud yang bergotong-royong dari ajaran-ajaran Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari usulan-usulan para ulama besar yang tergabung dalam tata cara mazhab.

Untuk menafsirkan Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan menciptakan pemutarbalikan saja dari anutan-fatwa Islam yang sebetulnya, demikian tulis Dhofier.

Dalam hal tarekat, KH Hasyim Asy’ari tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah dan berlawanan dengan anutan Islam.

Hanya, beliau berpesan semoga ummat Islam waspada kalau memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya, benturan usulan antara golongan bermazhab yang diwakili golongan pesantren (sering disebut kelompok tradisional), dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan.

Awal Mula Terbentuknya Nahdatul Ulama

Puncaknya yaitu ketika Kongres Al Islam IV yang diselenggarakan di Bandung. Kongres itu diadakan dalam rangka mencari masukan dari aneka macam golongan ummat Islam, untuk dibawa ke Kongres Ummat Islam di Mekkah.

Karena aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya daerah-tempat penting, mulai makam Rasulullah hingga para sahabat) golongan ini lalu membentuk Komite Hijaz.

Komite yang dipelopori KH Abdullah Wahab Chasbullah ini bertugas menyampaikan aspirasi golongan tradisional terhadap penguasa Arab Saudi. Atas restu KH Hasyim Asy’ari, Komite inilah yang pada 31 Februari l926 berubah menjadi jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama.

Setelah NU bangun posisi kelompok tradisional makin berpengaruh. Terbukti, pada 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk tubuh federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang populer dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) KH Hasyim Asy’ari diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, membangkitkan kesadaran kaum akil untuk memperjuangkan martabat bangsa, lewat jalan pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional.

Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana, sehingga muncullah aneka macam organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran).

Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.

Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi golongan studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sungguh pesat dan mempunyai cabang di beberapa kota.

Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar ialah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama kepada tantangan zaman di era itu, baik dalam duduk perkara keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik.

Pada kurun itu, Raja Saudi Arabia, Ibnu Saud, berniat menimbulkan madzhab Salafi-Wahabi selaku madzhab resmi Negara. Dia juga berencana merusak semua peninggalan sejarah Islam yang selama ini banyak diziarahi kaum Muslimin, sebab dianggap bid’ah.

Di Indonesia, planning tersebut mendapat sambutan hangat kalangan modernis mirip Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, golongan pesantren yang menghormati keberagaman menolak dengan alasan itu ialah pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban itu.

Akibatnya, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam serta tidak dilibatkan selaku delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah, yang akan mengesahkan keputusan tersebut.

Didorong oleh semangat untuk membuat kebebasan bermadzhab serta rasa kepedulian kepada pelestarian warisan peradaban, maka KH Hasyim Asy’ari bareng para pengasuh pesantren lainnya, membuat utusan yang dinamai Komite Hijaz. Komite yang diketuai KH. Wahab Hasbullah ini datang ke Saudi Arabia dan meminta Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya.

Pada ketika yang hampir serempak, tiba pula tantangan dari berbagai penjuru dunia atas rencana Ibnu Saud, sehingga rencana tersebut digagalkan. Hasilnya, hingga dikala ini umat Islam bebas melakukan ibadah di Mekah sesuai dengan madzhab masing-masing.

Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang sukses memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan sukses menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sungguh berguna.

Mendirikan Nahdatul Ulama (NU)

Biografi KH Hasyim Ashari

Tahun 1924, kelompok diskusi Taswirul Afkar ingin membuatkan sayapnya dengan mendirikan sebuah organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi diresmikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama.

KH Hasyim Asy’ari dipercaya sebagai Rais Akbar pertama. Kelak, jam’iyah ini menjadi organisasi dengan anggota paling besar di Indonesia, bahkan di Asia.

Sebagaimana dimengerti, ketika itu (bahkan hingga sekarang) dalam dunia Islam terdapat pertentangan faham, antara faham pembaharuan yang dilancarkan Muhammad Abduh dari Mesir dengan faham bermadzhab yang mendapatkan praktek tarekat.

Ide reformasi Muhammad Abduh antara lain bermaksud memurnikan kembali anutan Islam dari dampak dan praktek keagamaan yang bukan berasal dari Islam, mereformasi pendidikan Islam di tingkat universitas, dan mengkaji serta merumuskan kembali iman Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan terbaru.

Dengan ini Abduh melancarakan ilham semoga umat Islam terlepas dari contoh ajaran madzhab dan meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.

Semangat Abduh juga menghipnotis penduduk Indonesia, pada umumnya di kawasan Sumatera yang dibawa oleh para mahasiswa yang belajar di Mekkah.

Sedangkan di Jawa dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah (bangun tahun 1912). Kyai Hasyim pada prinsipnya mendapatkan pandangan baru Muhammad Abduh untuk menghidupkan kembali pemikiran Islam, akan namun menolak melepaskan diri dari keterikatan madzhab.

Sebab dalam pandangannya, umat Islam sungguh sulit mengetahui maksud Al Alquran atau Hadits tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama madzhab. Pemikiran yang tegas dari KH Hasyim Asy’ari ini memperoleh pertolongan para Kyai di seluruh tanah Jawa dan Madura.

KH Hasyim Asy’ari yang dikala itu menjadi ”kiblat” para Kyai, berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama’ ini. Pada ketika pendirian organisasi pergerakan kebangsaan membentuk Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI), Kyai Hasyim dengan putranya Kyai Wahid Hasyim, diangkat sebagai pimpinannya (masa tahun 1937-1942). TintaTeras.com

Biografi Professor Abdus Salam – Fisikawan Muslim

Biografi,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Ilmuwan Terkenal,  Profil,  Tokoh Fisika

Biografi Professor Abdus SalamBiografi Prof. Abdus Salam. Beliau dilahirkan pada tanggal 29 Januari 1926 di Jhang, sebuah kota kecil di Pakistan, pada tahun 1926. Ia ialah fisikawan muslim terbaik periode 21. Ayahnya ialah pegawai dalam Dinas Pendidikan dalam tempat pertanian. Kelurga Abdus Salam mempunyai tradisi pembelajaran dan alim. Hanya sayangnya, dia memasuki Jamaah Muslim Ahmadiyyah dari Qadian, yang mempercayai kehadiran kedua dari Almasih, Nabi Isa yang kedua kalinya yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu pula sebagai Mujaddid pada masa ke 14 H dalam Kalender Islam dalam wujud Mirza Ghulam Ahmad, sehingga pedoman ini dianggap sebagai minoritas non-Muslim di Pakistan. Akibatnya, hingga dikala meninggalnya pada 1996, beliau tidak pernah diberi penghargaan resmi oleh pemerintah Pakistan.

Dalam usia sungguh muda (22 tahun) Salam meraih doktor fisika teori dengan predikat summa cumlaude di University of Cambridge, sekaligus meraih Profesor fisika di Universitas Punjab, Lahore. Khusus untuk pelajaran matematika ia bahkan menjangkau nilai rata-rata 10 di St.John’s College, Cambridge. Salam yaitu satu dari empat muslim yang pernah menjangkau Hadiah Nobel. Tiga lainnya adalah Presiden Mesir Anwar Sadat (Nobel Perdamaian 1978), Naguib Mahfoud (Nobel Sastra 1988), Presiden Palestina Yasser Arafat (bersama dua rekannya dari Israel, Nobel Perdamaian 1995).

Penerima gelar Doktor Sains Honoris Causa dari 39 universitas/lembaga ilmiah dari seluruh dunia ini, yang sekali waktu pernah menyebut dirinya selaku penerus ilmuwan muslim seribu tahun yang silam, sudah menyatakan dengan tegas: harga diri sebuah umat sekarang tergantung pada penciptaan prestasi ilmiah dan teknologis.Harga diri itu, mirip yang telah dibuktikan oleh Salam sendiri bukan saja dapat mengangkat sebuah masyarakat sejajar dengan masyarakat lain. Gerakan dan keikutsertaan mencipta sains teknologi akan memberikan donasi pada peningkatan harkat seluruh umat insan, tanpa melihat agama dan asal-ajakan kebangsaannya. Itulah rahmatan lil alaamin.

Abdus Salam yaitu fisikawan muslim yang paling menonjol masa ini. Dia termasuk orang pertama yang mengubah pandangan parsialisme para fisikawan dalam menyaksikan kelima gaya dasar yang berperan di alam ini. Yaitu, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, gaya kuat yang menahan proton dan neutron tetap berdekatan dalam inti, serta gaya lemah yang antara lain bertanggung jawab terhadap lambatnya reaksi peluruhan inti radioaktif. Selama berabad-kala kelima gaya itu dipahami secara terpisah menurut kerangka dalil dan postulatnya yang berlawanan-beda.

Adanya kesatuan dalam interaksi gaya-gaya dirumuskan oleh trio Abdus Salam-Sheldon Lee Glashow-Steven Weinberg dalam teori “Unifying the Forces”. Menurut teori yang diumumkan 1967 itu, arus lemah dalam inti atom diageni oleh tiga partikel yang masing-masing memancarkan arus atau gaya berpengaruh. Dua belas tahun lalu hukum itulah yang melahirkan Nobel Fisika 1979.

Eksistensi tiga partikel itu telah dibuktikan secara eksperimen tahun 1983 oleh tim riset yang dipimpin Carlo Rubia eksekutif CERN (Cetre Europeen de Recherche Nucleaire) di Jenewa, Swiss. Ternyata, rintisan Salam itu lalu mengilhami para fisikawan lain dikala mengembangkan teori-teori kosmologi mutakhir mirip Grand Theory (GT) yang dicanangkan ilmuwan AS dan Theory of Everything-nya Stephen Hawking. Melalui dua teori itulah, para fisikawan dan kosmolog dunia kini berambisi untuk menjelaskan rahasia penciptaan alam semesta dalam satu teori tunggal yang utuh. Karena kecerdasannya yang hebat, Salam pernah dipanggil pulang oleh Pemerintah Pakistan. Selama sebelas tahun semenjak 1963 dia menjadi penasihat Presiden Pakistan Ayub Khan khusus untuk menangani pengembangan iptek di negaranya. Ia mengundurkan diri dari posisinya di pemerintah saat Zulfiqar Ali Bhutto naik menjadi PM Pakistan. Profesor Salaam tak mampu mendapatkan perlakuan Ali Bhutto yang mengeluarkan Undang-Undang minoritas non Muslim terhadap Jemaat Ahmadiyah- komunitas Islam daerah dirinya lahir dan dibesarkan.

Tak ada dendam yang sanggup melahirkan perasaan Permusuhan Salam pada Negerinya Pakistan. Ia menentukan pergi dengan hening untuk menyebarkan Ilmu Pengetahuan bagi Dunia dan seluruh Umat Manusia. Itu dibuktikannya dengan sebagian besar usianya dihabiskan selaku guru besar fisika di Imperial College of Science and Technology, London, dari 1957-1993. Sejak 1964 ia menjadi peneliti senior di International Centre for Theoretical Physics (ICTP) di Trieste, Italia, sekaligus menjadi direkturnya selama 30 tahun.

Hingga simpulan hayatnya, putra terbaik Pakistan itu mendapat tak kurang dari 39 gelar doktor honoris causa. Antara lain dari Universitas Edinburgh (1971), Universitas Trieste (1979), Universitas Islamabad (1979), dan universitas bergengsi di Peru, India, Polandia, Yordania, Venezuela, Turki, Filipina, Cina, Swedia, Belgia dan Rusia. Ia juga menjadi anggota dan anggota kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional 35 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.

Abdus Salam termasuk duta Islam yang baik. Sebagai pola, dalam pidato penganugerahan Nobel Fisika di Karolinska Institute, Swedia, Abdus Salam mengawalinya dengan ucapan basmalah. Di situ ia mengaku bahwa riset itu didasari oleh akidah terhadap kalimah tauhid. “Saya berharap Unifying the Forces dapat memberi landasan ilmiah terhadap kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa,” kata penulis 250 makalah ilmiah fisika partikel itu.

Jenazah Abdus Salam dikala di Shalatkan

Prof.Abdus Salam, wafat Kamis 21 Nov 1996 di Oxford, Inggris, dalam usia 70 tahun dan meninggalkan seorang istri serta enam anak (dua laki-laki dan empat wanita). Salam sudah berangkat menuju Yang Maha Esa di usia 70 tahun. Ia dimakamkan di tanah air yang teramat sungguh dicintainya,dikota Rabwah- Pakistan. Kita yang ditinggalkannya kini hanya dapat bertanya, benarkah kita juga punya rasa harga diri religius, mirip rasa harga diri yang menggerakkan tokoh yang teramat dihormati oleh komunitas sains internasional ini? Yang niscaya, peserta gelar Doktor Sains Honoris Causa dari 39 universitas/forum ilmiah dari seluruh dunia ini, yang sekali waktu pernah menyebut dirinya selaku penerus ilmuwan muslim seribu tahun yang silam, sudah menyatakan dengan tegas: harga diri suatu umat sekarang tergantung pada penciptaan prestasi ilmiah dan teknologis.

Biografi Raja Abdullah – Raja Arab Saudi

Biografi Tokoh Dunia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Tokoh Pemimpin

Biografi Raja AbdullahProfil dan Biografi Raja Abdullah. Nama lengkap beliau yaitu Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1924, Ia adalah salah satu dari 37 putra Raja Abdulaziz bin Abdulrahman Al-Saud (pendiri Arab Saudi modern) yang lahir dari rahim Fahada binti Asi-al Syuraim yang ialah istri kedelapan Abdul Aziz dari keluarga Rasyid. Ia menerima pendidikan di Sekolah Kerajaan Prince’s School dari pejabat-pejabat dan tokoh-tokoh intelektual keagamaan dan dibesarkan di bawah pengawasan ketat Raja Abdul Aziz yang yakni ayahnya. Pangeran Abdullah diketahui sangat besar lengan berkuasa memegang ajaran agama dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar kepada rakyat dan Tanah Air. Ia langsung mendapat pendidikan dari para ulama senior Arab Saudi di bidang agama, sejarah, politik, dan sosiologi.

Abdullah juga pernah menjabat Perdana Menteri dan Komandan Dewan Garda Nasional. Ia juga pimpinan Supreme Economic Council, Wakil Presiden High Council for Petroleum and Minerals, Presiden King Abdulaziz Centre for National Dialogue, Wakil Pimpinan Council of Civil Service, dan anggota Military Service Council. Pada tahun 1962, ia ditunjuk sebagai komandan satuan elit Pengawal Nasional karena pengalamannya yang luas dalam permasalahan Badui dan kabilah di padang pasir semenanjung Jazirah Arab. Sejak menjabat komandan dan Pengawal Nasional, sosoknya sudah tak mampu dipisahkan dari kesatuan elite tersebut. Pada anggota Pengawal Nasional berasal khusus dari anak cucu Mujahidin yang pernah berjuang bersama Raja Abdul Aziz dalam menyatukan Jazirah Arab dan kemudian mendirikan negara Arab Saudi.

Pangeran Abdullah sukses memimpin Pengawal Nasional bukan semata selaku forum militer namun juga wadah sosial dan budaya anggotanya. Semenjak dia diandalkan sebagai komandan pengawal nasional sudah dikerjakan restrukturisasi dan resionalisasi sesuai dengan manajemen militer terbaru. Sebagai bentuknya, ia mendirikan perguruan tinggi militer untuk mendidik dan menempa kandidat anggota dan perwira pengawal nasional. Akademi militer tersebut dinamakan Institut Militer Raja Khalid bin Abdul Aziz. Institut ini diresmikan olehnya pada 18 Desember 1982.

Ia menanggulangi sendiri mega-proyek pengembangan pengawal nasional. Karena, lembaga itu ialah titik balik sejarah lembaga satuan elite pengawal nasional. Di antara mega-proyek itu mirip pembentukan divisi campuran dalam jajaran pengawal nasional yang terdiri dari satuan logistik, intelijen, dan infanteri. Pangeran Abdullah juga mendirikan kompleks militer dan daerah latihan khusus untuk satuan elite pengawal nasional.

Pada 29 Maret 1975, dia ditunjuk selaku Deputi Kedua Dewan Kabinet Arab Saudi. Selain ditunjuk oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz sebagai putra mahkota pada 13 Juni 1982. Pada hari itu juga, Pangeran Abdullah dipromosikan selaku Deputi Utama Dewan Kabinet Arab Saudi. Sejak kesehatan Raja Fahd bin Abdul Aziz menurun, mudah secara de facto mengatur kekuasaan dan kebijakan dalam dan mancanegara. Ia diangkat sebagai bupate de facto regent pada tahun 1996. Ia amat meletakkan perhatian pada upaya pelestarian budaya dan khazanah yang melibatkan para ulama dari dunia Arab dan Islam.

Sejak 1997, dia telah meluncurkan acara privatisasi dengan meniadakan daftar larangan berusaha dan membiarkan perusahaan publik tumbuh secara bebas. Kebijakan luar negerinya lebih pro-Arab daripada Barat. Pada 1980, beliau berhasil sebagai mediator perundingan dalam pertentangan Suriah-Yordania. Ia juga menjadi arsitek Perjanjian Taif 1989 yang menuntaskan perang sipil di Lebanon pada masa 1975-1990. Selain, memajukan kembali korelasi bilateral dengan Mesir, Suriah, dan Iran. Pada April 2001, Pangeran Abdullah menyelenggarakan pelatihan perihal sejarah hubungan Arab Saudi dan Palestina. Seminar itu menghadirkan tokoh-tokoh Arab. Dalam pelatihan itu dibahas isu dukungan Arab Saudi terhadap perjuangan rakyat Palestina sepanjang sejarahnya dan dalam banyak sekali faktor. Dari pelatihan tersebut ditarik kesimpulan bahwa Arab Saudi telah memberi pinjaman besar usaha rakyat Palestina meskipun Arab Saudi tidak termasuk negara Arab garis depan yang memiliki batas eksklusif dengan Israel.

Dengan bobot kapasitasnya di dunia Arab dan Islam, Arab Saudi senantiasa hadir secara berpengaruh dalam kancah konflik Arab-Israel. Pemerintah Arab Saudi ikut menjadi perantara konflik militer Palestina-Yordania pada September 1970. Konflik ini diketahui dengan Black September. Konflik itu rampung dengan keluarnya Yasser Arafat (1929-2005) dari Yordania menuju Lebanon. Arab Saudi juga tampil selaku mediator dalam upaya menengahi perbedaan pertimbangan antara Suriah dan Palestina dengan Mesir. Di pihak lain menyusul meletusnya perang saudara di Lebanon tahun 1975. Upaya tenang tersebut dimaksudkan untuk memelihara kesatuan potensi kekuatan Arab dalam menghadapi Israel, sehingga menjadi kekuatan tawar-menawar dalam negosiasi tenang dengan Israel. Upaya hening Arab Saudi yang terkenal adalah inisiatif hening yang disediakan Raja Fahd bin Abdul Aziz pada forum KTT Arab tahun 1982 di Fez (Maroko).

Biografi Raja Abdullah
Raja Abdullah dan Presiden Mahmoud Ahmadinejjad

Ia kian leluasa melaksanakan pemerintahan sehabis dinyatakan secara resmi sebagai raja Arab Saudi semenjak wafatnya Raja Fahd bin Abdul Aziz pada 1 Agustus 2005. Sementera, Menteri Pertahanan Sultan bin Abdul Aziz dinyatakan sebagai putra mahkota. Raja Abdullah bin Abdul Aziz dikenal selaku pemimpin Arab yang nasionalis juga modernis. Di bidang sosial-politik, Abdullah menyelenggarakan obrolan nasional yang melibatkan aneka macam kelompok penduduk dan menggelar pemilihan eksklusif anggota kota praja(Dewan Konsultatif) secara nasional awal tahun 2005. Ia juga membuka peluang kepada para pemodal asing untuk menanamkan investasi di bidang eksplorasi dan bikinan gas.

Ia didirikan menjadi Raja pada 3 Agustus 2005. Abdullah juga menjabat selaku Perdana Menteri dan Komandan Garda Nasional Saudi. Dia diberikan jabatan Komandan Garda Nasional Saudi pada tahun 1963 dan jabatan Wakil Perdana Menteri pada Juni 1982. Dari empat istrinya lahir sepuluh putra dan 10 putri. Sebelum menjadi komandan Garda Nasional, ia menjabat Wali Kota Mekkah. Ia diketahui alim dan sederhana. Ia tidak pernah diterpa masalah korupsi atau pun terlibat pola hidup para pangeran negeri Arab yang biasanya lekat dengan banyak perempuan dan kehidupan gemerlap. www.biografiku.com

Biografi Muhammad Syafii Antonio

Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Motivator Terkenal

Biografi Muhammad Syafii AntonioBiografi Muhammad Syafii Antonio. Beliau lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 mei 1965. Nama aslinya Nio Cwan Chung (sekarang M. Syafii Antonio) . Muhammad Syafii Antonio ialah WNI keturunan Tionghoa, ia merupakan pakar ekonomi islam. Sejak kecil Muhammad Syafii Antonio mengenal dan menganut pedoman Konghucu, alasannya adalah ayah Muhammad Syafii Antonio seorang pendeta Konghucu. Selain mengenal pemikiran Konghucu, Muhammad Syafii Antonio juga mengenal pemikiran Islam lewat pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Muhammad Syafii Antonio sering mengamati cara-cara ibadah orang-orang muslim. Kerena terlalu sering mengamati tanpa sadar Muhammad Syafii Antonio diam-diam suka melaksanakan shalat. Kegiatan ibadah orang lain ini Muhammad Syafii Antonio kerjakan walaupun Muhammad Syafii Antonio belum mengikrarkan diri menjadi seorang muslim.

Kehidupan keluarga Muhammad Syafii Antonio sangat memberikan kebebasan dalam memilih agama. Sehingga saya menentukan agama Kristen Protestan menjadi agama Muhammad Syafii Antonio. Setelah itu Syafii Antonio berubah nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. Kepindahan Muhammad Syafii Antonio ke agama Nasrani Protestan tidak membuat ayah Muhammad Syafii Antonio murka. Ayah akan sungguh kecewa bila Muhammad Syafii Antonio sekeluarga menentukan Islam selaku agama. Sikap ayah Muhammad Syafii Antonio ini berangkat dari image citra buruk kepada pemeluk Islam. Ayah Muhammad Syafii Antonio bekerjsama menyaksikan pemikiran Islam itu anggun. Apalagi dilihat dari sisi Al Qur’e2’80’99an dan hadits. Tapi, ayah Muhammad Syafii Antonio sangat heran pada pemeluknya yang tidak mencerminkan kesempurnaan fatwa agamanya.

Biografi Muhammad Syafii Antonio
Syafii Antonio Ketika Menjadi Pembicara Dalam Seminar

Gambaran buruk tentang kaum muslimin itu menurut ayah Muhammad Syafii Antonio terlihat dari banyaknya umat Islam yang berada dalam kemiskinan,keterbelakangan,dan kebodohan. Bahkan, hingga mencuri sandal di mushola pun dikerjakan oleh umat Islam sendiri. Kaprikornus keindahan dan kebagusan anutan Islam dinodai oleh prilaku umatnya yang kurang baik. Kendati demikian buruknya gambaran kaum muslimin di mata ayah, tak membuat Muhammad Syafii Antonio kendur untuk mengetahui lebih jauh wacana agama islam. Untuk mengetahui agama Islam, Muhammad Syafii Antonio mencoba mengkaji Islam secara komparatif (perbandingan) dengan agama-agama lain. Dalam melaksanakan studi perbandingan ini Muhammad Syafii Antonio menggunakan tiga pendekatan, ialah pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan akal rasio biasa. Sengaja Muhammad Syafii Antonio tidak menggunakan pendekatan kitab-kitab suci supaya dapat secara obyektif mengenali akibatnya.

Berdasarkan tiga pendekatan itu, Muhammad Syafii Antonio menyaksikan Islam betul-betul agama yang mudah dipahami dibandingkan dengan agama-agama lain. Dalam Islam Muhammad Syafii Antonio temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke paras bumi mengajarkan risalah yang satu, yaitu Tauhid. Selain itu, Muhammad Syafii Antonio sungguh terpesona pada kitab suci umat Islam, adalah Al-Qur’e2’80’99an. Kitab suci ini sarat dengan kemukjizatan, baik ditinjau dari segi bahasa, tatanan kata, isi, isu, keteraturan sastra, data-data ilmiah, dan aneka macam faktor yang lain. Ajaran Islam juga mempunyai system nilai yang sangat lengkap dan komprehensif, mencakup system tatanan akidah, iman, dan tidak perlu mediator dalam beribadah. Dibanding agama lain, ibadah dalam islam diartikan secara universal. Artinya, semua yang dijalankan baik ritual, rumah tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk meninggikan siar Allah, nilainya yakni ibadah.

Selain itu,disbanding agama lain, terbukti tidak ada agama yang memiliki system selengkap agama Islam.Hasil dari studi banding inilah yang memantapkan hati Muhammad Syafii Antonio untuk segera menetapkan bahwa Islam yakni agama yang mampu menjawab duduk perkara hidup. Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati, maka di dikala Muhammad Syafii Antonio berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengan Atas, Muhammad Syafii Antonio putuskan untuk memeluk agama Islam. Oleh K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali Muhammad Syafii Antonio dibimbing untuk mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat pada tahun 1984. Nama Muhammad Syafii Antonio lalu diganti menjadi Syafii Antonio.

Keputusan yang Muhammad Syafii Antonio ambil untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Ternyata menerima tantangan dari pihak keluarga. Muhammad Syafii Antonio dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika Muhammad Syafii Antonio pulang, pintu senantiasa tertutup dan terkunci. Bahkan pada waktu shalat, kain sarung Muhammad Syafii Antonio sering diludahi. Perlakuan keluarga kepada diri Muhammad Syafii Antonio tak Muhammad Syafii Antonio hadapi dengan wajah marah, tapi dengan ketabahan dan sikap yang santun. Ini telah konsekuensi dari keputusan yang Muhammad Syafii Antonio ambil.

Biografi Muhammad Syafii Antonio

Perlakuan dan sikap Muhammad Syafii Antonio terhadap mereka membuahkan hasil. Tak usang lalu mama menyusul jejak Muhammad Syafii Antonio menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Setelah mengikrarkan diri, Muhammad Syafii Antonio terus mempelajari Islam, mulai dari membaca buku, diskusi, dan sebagainya. Kemudian Muhammad Syafii Antonio mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, dibawah pimpinan K.H.Abdullah Muchtar. Lulus SMA Muhammad Syafii Antonio melanjutkan ke ITB dan IKIP, tetapi lalu pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itupun tidak lama, kemudian Muhammad Syafii Antonio melanjutkan sekolah ke University of yourdan (Yordania). Selesai studi S1 Muhammad Syafii Antonio melanjutkan program S2 di international Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam.

Selesai studi, Muhammad Syafii Antonio bekerja dan mengajar pada beberapa universitas. Segala acara Muhammad Syafii Antonio sengaja Muhammad Syafii Antonio arahkan pada bidang agama. Untuk menolong saudara-kerabat muslim Tionghoa, Muhammad Syafii Antonio aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat gosip dan pembinaan. Mulai dari panduan shalat, membaca Al-Qur’e2’80’99an, diskusi, ceramah, dan kajian Islam, sampai informasi mengenai agama Islam.

Biografi Nurcholish Madjid – Cendekiawan Muslim

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil

Biografi Nurcholish Madjid Prof. Dr. Nurcholish Madjid atau populer diundang Cak Nur lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939. Dia ialah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada era mudanya selaku aktifis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), pandangan baru dan gagasannya ihwal sekularisasi dan pluralisme pernah mengakibatkan kontroversi dan mendapat banyak perhatian dari aneka macam kalangan masyarakat. Nurcholish pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan selaku Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya pada tahun 2005. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di Mojoanyar, Mojokerto, Jawa Timur. Ayahnya, KH Abdul Madjid, dikenal selaku pendukung Masyumi.

Setelah melewati pendidikan di aneka macam pesantren, tergolong Gontor, Ponorogo, menempuh studi kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968), tokoh HMI ini menjalani studi doktoralnya di Universitas Chicago, Amerika Serikat (1978-1984), dengan disertasi wacana filsafat dan kalam Ibnu Taimiyah. Mengajar di IAIN Syarif Hidayatullah, 1972-1976; dosen pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1985-kini; peneliti pada LIPI, 1978-kini; guru besar tamu pada Universitas McGill, Montreal, Canada, 1991-1992. Fellow dalam Eisenhower Fellowship, bersama isteri, 1990. Ia banyak menulis makalah-makalah yang diterbitkan dalam berbagai majalah, surat kabar dan buku suntingan, beberapa diantaranya berbahasa Inggris. Buku-bukunya yang sudah terbit yakni Khazanah Intelektual Islam (Jakarta, Bulan Bintang/Obor, 1984) dan Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, suntingan Agus Edy Santoso (Bandung, Mizan, 1988)

Sejak 1986, bersama mitra-mitra di ibukota, mendirikan dan memimpin Yayasan Wakaf Paramadina, dengan acara-aktivitas yang mengarah kepada gerakan intelektual Islam di Indonesia. Buku ini adalah salah satu hasil aktivitas itu. Dan semenjak 1991 menjabat Wakil Ketua Dewan pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI).

Cak Nur dianggap selaku salah satu tokoh pembaruan fatwa dan gerakan Islam di Indonesia. Cak Nur dikenal dengan desain pluralismenya yang mengakomodasi keberagaman/ke-bhinneka-an akidah di Indonesia. Menurut Cak Nur, dogma ialah hak primordial setiap manusia dan akidah meyakini eksistensi Tuhan yaitu iktikad yang fundamental. Cak Nur mendukung konsep keleluasaan dalam beragama, namun bebas dalam konsep Cak Nur tersebut dimaksudkan sebagai keleluasaan dalam mengerjakan agama tertentu yang disertai dengan tanggung jawab penuh atas apa yang dipilih. Cak Nur meyakini bahwa manusia sebagai individu yang paripurna, dikala menghadap Tuhan di kehidupan yang akan tiba akan bertanggung jawab atas apa yang ia kerjakan, dan keleluasaan dalam menentukan ialah

desain yang logis.

 Nurcholish Madjid bareng Gusdur

Sebagai tokoh pembaruan dan cendikiawan Muslim Indonesia, seperti halnya K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Cak Nur sering mengutarakan ide-ide yang dianggap kontroversial utamanya ide perihal pembaruan Islam di Indonesia. Pemikirannya dianggap selaku mendorong pluralisme dan keterbukaan tentang pemikiran Islam di Indonesia, terutama sesudah berkiprah dalam Yayasan Paramadina dalam berbagi aliran Islam yang moderat.

Namun demikian, dia juga berjasa saat bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan pada tahun 1998. Cak Nur sering diminta hikmah oleh Presiden Soeharto terutama dalam menangani gejolak pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta sehabis Indonesia dilanda krisis ahli yang merupakan efek krisis 1997. Atas nasehat Cak Nur, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya untuk menghindari gejolak politik yang lebih parah.

”Jadilah bambu. Jangan jadi pisang. Daunnya lebar menciptakan anaknya tidak kebagian sinar matahari. Bambu lain rela telanjang asal anaknya, rebung, pakaiannya lengkap.”

Metafora itu berulang kali dilontarkan cendekiawan Nurcholish Madjid (66) dalam aneka macam kesempatan. Mengingatkan bangsa ini betapa pentingnya menunda kesenangan untuk hari esok yang lebih baik. Menahan diri dari kemewahan dan mementingkan pendidikan. ”Bila perlu orangtua bangkrut, tetapi anaknya sekolah dengan baik,” pesannya. Cak Nur tidak hanya berpesan, tetapi menyatakannya dalam kehidupan. Kedua anaknya melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat sampai jenjang master. Kesederhanaan menempel berpengaruh dalam keseharian kehidupannya.

Dia bukan hanya cendekiawan, tetapi pemberi ilham bagi bangsanya, dengan pemikiran yang sering kali mendahului zamannya. Tahun 1970, dikala semangat penduduk berpartai menggebu, putra sulung almarhum Abdul Madjid ini timbul dengan jargon ”Islam Yes, Partai Islam No”, untuk melepaskan Islam dari klaim satu golongan tertentu, dan menjadi milik nasional. Namun, sedikit yang paham dengan pemikiran ini, menganggap Cak Nur berbagi sekularisme.

Tahun 1980-an, Cak Nur mendorong terjadinya check and balance dengan munculnya wangsit oposisi loyal. Guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini juga melontarkan ihwal Pancasila sebagai ideologi terbuka, yang juga kembali menuai pro dan kontra. Cak Nur tak pernah surut menyebarkan intelektualitasnya. Lewat Paramadina, dikembangkan komunitas intelektual dan merengkuh kelas menengah Muslim Indonesia untuk lebih intensif mengkaji Islam. Dengan caranya, Cak Nur membuka jalan terwujudnya reformasi dengan menolak anjuran duduk di Komite Reformasi, yang akan dibentuk Presiden Soeharto untuk menghadapi permintaan reformasi (1998). Penolakan itu meruntuhkan planning Soeharto bertahan sebagai presiden.

Kegundahan terhadap kehidupan politik bangsa mendorong Cak Nur menyatakan siap mengikuti penyeleksian presiden pada Pemilu 2004, dan lahirlah 10 program membangun Indonesia. Cak Nur meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 balasan penyakit sirosis hati yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata walaupun ialah warga sipil sebab dianggap telah banyak berjasa kepada negara. www.biografiku.com

Biografi Debu Nawas

Biografi,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Sejarah

Biografi Abu NawasBiografi Abu Nawas. Nama asli Abu Nawas yaitu Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran kini), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Abu Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap selaku salah satu penyair paling besar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga timbul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam. Ayahnya, Hani al-Hakam, ialah anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya berjulukan Jalban, wanita Persia yang bekerja selaku pencuci kain wol. Sejak kecil beliau sudah yatim. Sang ibu lalu membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar aneka macam ilmu wawasan.

Masa mudanya penuh sikap kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil selaku tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas berguru sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga mencar ilmu Al-Quran terhadap Ya’qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, beliau belajar terhadap Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa’ad as-Samman.

Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sungguh kesengsem pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar memerintahkan Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bareng orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.

Kemudian beliau pindah ke Baghdad. Di sentra peradaban Dinasti Abbasyiah inilah beliau berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para aristokrat. Namun sebab kedekatannya dengan para aristokrat inilah puisi-puisinya pada kala itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.

Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan gres. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang diketahui di dunia intelektual. Ia cuma dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak biasa . Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya’irul bilad).

Sikapnya yang jenaka mengakibatkan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu dikala Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, beliau berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad sehabis keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu beliau pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad sesudah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.

Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berganti, menjadi religius. Jika sebelumnya dia sungguh pongah dengan kehidupan duniawi yang sarat mewah dan hura-hura, sekarang dia lebih pasrah terhadap kekuasaan Allah.

Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melaksanakan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas mendapatkan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya mampu ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski akrab dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang justru menenteng keberkahan tersendiri.

Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, ajal Abu Nawas sangat diwarnai dengan aktivitas ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan perumpamaan rasa sesal yang amat dalam akan abad lalunya. Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berlawanan. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal alasannya adalah dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang meletakkan dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad. www.biografiku.com

Biografi Bilal Bin Rabah – Muazin Rasulullah Saw

Biografi,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Sejarah,  Tokoh Agama

Profil dan Biografi Bilal Bin Rabah – Muazin Rasulullah SAW. Bilal Bin Rabah Al-Habasyi lahir di kawasan as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya berjulukan Rabah, sedangkan ibunya berjulukan Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang mengundang Bilal dengan istilah ibnus-Sauda’ (putra perempuan hitam). Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Makah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abdud-dar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan terhadap Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir Quraisy.

Ketika Makah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan usul kalimat tauhid, Bilal yakni tergolong orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini cuma ada beberapa orang yang sudah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, ‘Ammar bin Yasir bareng ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari semua orang. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun dia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah yang lain, tetap tabah menghadapi cobaan di jalan Allah itu dengan ketekunan yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa saja.

Orang-orang Islam mirip Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa saja, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menimbulkan penyiksaan atas mereka sebagai acuan dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti anutan Muhammad.

Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sungguh kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang sudah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat mencemooh dan mencaci-maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah sampai menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.

Sementara itu, kerabat-saudara seperjuangan Sumayyah, khususnya Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari sempurna di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah menjelma perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk badan mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.

Adakalanya, ketika siksaan terasa begitu berat dan kekuatan badan orang-orang Islam yang tertindas itu kian lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah terhadap Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, supaya Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan bila daripada kecintaannya terhadap Allah dan usaha di jalan-Nya.

Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, tetapi Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun cuma berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka makin mengembangkan penyiksaannya, tetapi Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tetapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!” Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Apabila merasa letih dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang bernafsu lalu menyerahkannya terhadap sejumlah orang tak berbudi dan bawah umur agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah1 Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya sebab membela pemikiran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.

Suatu ketika, Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah memaksimalkan harga berlipat ganda. Ia menduga Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar baiklah, walaupun mesti mengeluarkan sembilan uqiyah emas2. Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, jika engkau menawar hingga satu uqiyah-pun, maka saya tidak akan ragu untuk menjualnya.” Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka saya tidak akan ragu untuk membelinya.”

Ketika Abu Bakar menginformasikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia sudah berbelanja sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata terhadap Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan saya bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.” Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Aku sudah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”

Bilal tinggal di Madinah dengan damai dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun dia pergi. Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mirip bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam simpulan membangun Masjid Nabawi di Madinah dan memutuskan adzan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan (muadzin) dalam sejarah Islam.

Biasanya, setelah mengumandangkan adzan, Bilal bangkit di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melakukan shalat, mari menjangkau laba….)” Lalu, dikala Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal menyaksikan dia, Bilal segera melantunkan iqamat.

Suatu saat, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang tergolong barang-barang paling istimewa miliknya terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tetapi tidak lama lalu, ia menunjukkan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam peluang dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan ia dikala melakukan shalat di luar masjid.

Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi komitmen-Nya dan membantu serdadu-Nya. Ia juga menyaksikan langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan ahli. Ia menyaksikan Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras alasannya adalah bacokan tombak orang-orang yang mereka siksa dulu.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Makkah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama “sang pengumandang panggilan langit”, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, dia hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang diketahui selaku kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muadzin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekeliling Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, tergolong orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam ketika itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya melihat pemandangan yang agung itu. Pada ketika-ketika yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah biar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melakukan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan adzan dengan suaranya yang higienis dan terperinci.

Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan pengecap mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di segi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.

Saat adzan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah delegasi Allah)”. Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tetapi demi Allah, kami tidak menggemari orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, yakni ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur terhadap Allah yang sudah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan insiden hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Makah. Sementara Al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum menyaksikan Bilal naik ke atas Ka’bah.” Al-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini bencana alam yang sungguh besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”

Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka cuma berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, alasannya adalah jika saya menciptakan pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan hingga kepada Muhammad bin Abdullah.” Bilal menjadi muadzin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sungguh menggemari bunyi yang ketika disiksa dengan siksaan yang begitu berat di periode kemudian, dia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”

Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan nafas terakhir, waktu shalat datang. Bilal bangkit untuk mengumandangkan adzan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad yakni utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang datang di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah bunyi isak tangis yang menciptakan situasi semakin mengharu biru.

Sejak kepergian Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam, Bilal cuma sanggup mengumandangkan adzan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah delegasi Allah)”, beliau langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.

Karena itu, Bilal memohon terhadap Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan adzan lagi, alasannya adalah tidak mampu melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke daerah Syam.

Awalnya, Ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permintaan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, tetapi Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, namun jika engkau sudah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju terhadap-Nya.”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, saya betul-betul membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga sebab Allah.” Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan adzan untuk siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.” Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bareng pasukan pertama yang diantaroleh Abu Bakar. Ia tinggal di tempat Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal sungguh-sungguh tidak inginmengumandangkan adzan hingga kehadiran Umar ibnul Khaththab ke kawasan Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Radhiyallahu ‘anhu setelah terpisah cukup usang.

Umar sungguh merindukan konferensi dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga kalau ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar secepatnya menimpali (yang artinya), “Abu Bakar yaitu tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”

Dalam potensi konferensi tersebut, sejumlah teman mendesak Bilal agar mau mengumandangkan adzan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika bunyi Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan adzan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian dibarengi oleh seluruh sahabat yang hadir sampai janggut mereka lembap dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka terhadap kurun-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal, “pengumandang usul langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.

Biografi Kh Zainuddin Mz – Da’I Sejuta Ummat

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sejarah

Profil dan Biografi K.H. Zainuddin MZ.  Nama lengkapnya Kiai Haji Zainuddin Hamidi. Ia lahir di Jakarta, 2 Maret 1952, Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta pasangan Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli. Sejak kecil memang telah nampak ahli berpidato. Udin -nama panggilan keluarganya- suka naik ke atas meja untuk berpidato di depan tamu yang berkunjung ke rumah kakeknya. ‘Kenakalan’ berpidatonya itu tersalurkan saat mulai masuk Madrasah Tsanawiyah sampai selesai Madrasah Aliyah di Darul Ma’pandai, Jakarta. Di sekolah ini ia mencar ilmu pidato dalam forum Ta’limul Muhadharah (belajar berpidato).

Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus meningkat . Setiap kali tampil, ia mempesona sahabat-temannya. Kemampuannya itu terus terasah, serempak permintaan ceramah yang terus mengalir. Karena ceramahnya sering didatangi puluhan ribu ummat, maka tak salah jika pers menjulukinya ‘Da’i Sejuta Umat’. Suami Hj. Kholilah ini makin dikenal penduduk ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh pelosok TautanNusantara, namun juga ke beberapa negara Asia. Sejak itu, da’i yang punya hobi menyimak lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta bersafari bareng artis ke berbagai tempat yang disebut “Nada dan Dakwah”.

Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin ke dunia politik. Pada tahun 1977-1982 dia bergabung dengan partai berlambang Ka’bah (PPP). Jabatannya pun bertambah, selain da’i juga sebagai politikus. Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak mampu dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua lazim PBNU itu salah seorang deklarator PPP. Dia mengaku usang nyantri di Ponpes Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik selaku kubu dalam NU.

KH Zainuddin MZ

Sebelum masuk DPP, dia telah menjadi pengelola aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta. Lebih jauh lagi, berkat kelihaiannya mengomunikasikan aliran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu jauh-jauh hari (semenjak Pemilu 1977) sudah memanfaatkannya selaku vote-getter. Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, Zainuddin berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan partai yang dikala itu bergambar Ka’bah -sebelum berganti gambar bintang. Hasil yang diperoleh sungguh signifikan dan memengaruhi dominasi Golkar. Tak ayal, kondisi itu menciptakan penguasa Orde Baru waswas. Totalitas Zainuddin untuk PPP bisa dirunut dari latar belakangnya. Pertama, secara kultural ia warga nahdliyin, atau menjadi bagian dari keluarga besar NU. Dengan posisinya tersebut, beliau ingin memperjuangkan NU yang ketika itu menjadi bagian dari fusi PPP yang dipaksakan Orde Baru pada 5 Januari 1971. Untuk diketahui, ormas lain yang menjadi bab fusi itu, antara lain, Muslimin Indonesia (MI), Perti, dan PSII.

Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak mampu dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PB NU itu salah seorang deklarator PPP. Pada 20 Januari 2002 K.H. Zainudiin M.Z. bersama rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan selaku kandidat presiden oleh partai ini. Zainuddin MZ menjabat sebagai Ketua umum PBR hingga tahun 2006. Zainuddin kembali fokus untuk menebarkan dakwah dan kembali berada ditengah-tengah umat.

Pada 2010, KH Zainuddin MZ dituduh oleh seorang gadis berjulukan Aida Saskia yang mengaku bahwa dirinya punya relasi erat dengan Zainuddin. Kasus ini masih dalam pengusutan. K.H. Zainudin MZ memperlihatkan penjelasan akan ketidakbenaran yang dituduhkan kepadanya itu lewat program Tokoh di tvOne. Zainuddin MZ meninggal dunia pada 5 Juli 2011 dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pusat Pertamina, karena serangan jantung dan gula darah. Beliau meninggal sehabis sarapan bareng keluarga di rumahnya Gandaria I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. TintaTeras.com

Biografi Mike Tyson – Petinju Kelas Berat

Atlet,  Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Olahraga,  Profil,  Sejarah

Biografi Mike Tyson. Nama lengkapnya Michael Gerard Tyson alias Malik Abdul Aziz atau Mike Tyson lahir 30 Juni 1966, New York City, Amerika Serikat, Tyson ialah salah seorang petinju paling ditakuti alasannya adalah kebrutalannya, dia diketahui sebagai salah satu petinju kelas berat terbaik pada masanya.Masa kecilnya beliau habiskan dengan keluar masuk penjara belum dewasa dan dikeluarkan dari sekolah. Ia lalu ditarik keluar dari sekolah anak pembangkang oleh pelatih tinju terkenal, Cus D’Amato, karena beliau menyaksikan kesempatandan talenta yang ada pada Michael Gerard Tyson. Dia yakni petinju profesional dan mantan juara kelas berat. Kariernya yang sungguh menjanjikan terhambat oleh banyak sekali perkara kriminal.

Julukan Mike Tyson secara internasional yaitu “Iron Mike”, merujuk pada postur tubuhnya yang berpengaruh bagaikan besi. Beberapa media massa lainnya lebih senang menyebutnya sebagai “The Baddest Man on Earth”, yang merujuk pada perangainya yang buruk, baik di dalam maupun di luar ring tinju. Sedangkan pers Indonesia lebih bahagia menyebut Tyson selaku “Si Leher Beton” merujuk pada bundar leher Tyson pada periode jayanya yang ekstra besar dari ukuran wajar , dan terlihat begitu kuat. Karier Mike Tyson berawal dari tinju amatir, sebelum menggeluti ke tinju profesional, setelah kalah angka dalam kualifikasi tinju amatir menuju Olimpiade dari Henry Tillman.

Mike Tyson bertanding secara profesional pertama kali pada tanggal 6 Maret 1985 di Albany, New York. Ia menang di ronde pertama. Ia lalu bertinju 15 kali lagi di 1985, mengungguli semua pertarungan dengan KO, dan hampir semuanya di ronde pertama. Ia bertanding 12 kali di 1986, melejit dalam peringkat para petinju dan menarik minatmedia massa. Pada tanggal 22 November 1986 Tyson mendapat potensi pertama untuk meraih gelar, melawan Trevor Berbick untuk kelas berat model WBC. Dua ronde kemudian, pada usia 20, Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda di dunia.

Di tahun 1987, Tyson menjaga gelar melawan James ‘Bonecrusher’ Smith pada tanggal 7 Maret di Las Vegas, Nevada. Ia menang angka dan menambahkan gelarnya WBA milik Smith menjadi koleksinya. ‘Tyson mania’ meledak di media massa. Ia mengalahkan Pinklon Thomas di bulan Mei dengan KO pada ronde keenam. Pada tanggal 1 Agustus ia merebut gelar IBF dari Tony Tucker dengan menang angka untuk menjadi “juara tinju dunia kelas berat sejati” (Catatan: “juara sejati” merujuk pada tiga gelar juara di tiga komisi tinju dunia: WBA, WBC dan IBF). Setelah itu beliau hanya bertinju sekali lagi di 1987 melawan juara Olimpiade 1984 Tyrell Biggs di bulan Oktober, menang KO di ronde ketujuh.

Tyson bertarung tiga kali di 1988, melawan petinju veteran dan mantan juara kelas berat Larry Holmes pada 22 Januari dengan kemenangan TKO ronde keempat; melawan Tony Tubbs di Tokyo di bulan Maret, KO ronde kedua; dan melawan Michael Spinks yang diramalkan menjadi lawan berat Tyson, pada 27 Juni, justru tersungkur KO cuma dalam 90 detik pada ronde pertama.

Selain prestasinya di dunia tinju, persoalan-persoalan eksklusif Tyson juga diekspos oleh pers. Pernikahannya dengan Robin Givens menuju pada perceraian, dalam suatu rumah tangga yang kurang serasi dan dibumbui aneka macam perkara kekerasan dalam rumahtangga. Kelak Tyson menikah lagi dengan Dr. Monica Turner yang memberinya beberapa anak, namun keluarga inipun berantakan. Banyak pula gosip perihal prasangka bahwa kontraknya dicurangi oleh Don King dan Bill Cayton, yang kesudahannya menenteng kepada perpecahan di antara mereka.

Mike Tyson dan Gelar Sabuk Tinjunya

Selama 1989, Tyson hanya bertarung dua kali: melawan Frank Bruno di mana ia menang di ronde kelima dan melawan Carl Williams di bulan Juli dengan KO di ronde pertama. Pada 1990 Tyson kehilangan orientasi, kehidupan pribadinya semrawut-balau, dan ia tidak berlatih dengan baik. Dalam suatu pertandingan pada 11 Februari dengan petinju yang tidak populer James ‘Buster’ Douglas beliau kalah dengan KO pada ronde ke-10, meskipun pada ronde ke-8 managernya memprotes wasit karena ‘hitungan yang terlalu lambat’. Akibatnya Tyson kehilangan sabuk juaranya yang direbut Douglas. Dua pertarungan selanjutnya dalam 1990 membangkitkan rasa percaya dirinya saat ia menang dengan KO dalam ronde pertama.

Pada 1991 Tyson bertarung dengan Donovan “Razor” Ruddock dua kali, sekali pada bulan Maret dan lalu Juni. Kedua pertarungan ini diingat karena ucapan “penjara” Tyson terhadap lawannya. Ia berkata terhadap Ruddock, “Setiap orang tahu kau waria, dan kau naksir aku. Saya akan menimbulkan kamu pacar aku. Saya tidak tahan untuk memukuli orang manis seperti kau”.

Pertarungan pertama yang dimenangkan Tyson dalam ronde ke-7 mengandung kontroversi namun pada pertarungan kedua, yang dilakkan Tyson sambil menanti pertarungan melawan ujuara baru Evander Holyfield, Tyson menang dengan angka.

Tyson diadili di Indiana dengan tuduhan perkosaan atas penerima pertarungan Miss Black America tahun 1991 yang berjulukan Desiree Washington pada 27 Januari 1992. Tyson dinyatakan bersalah melakukan perkosaan pada 10 Februari dan dipenjara selama 3 tahun. (Menurut hukum Indiana, seorang tertuduh yang dinyatakan bersalah melakukan kejahatan harus pribadi menjalani periode eksekusi di penjara segera setelah hukuman dijatuhkan).

Akibatnya, Tyson tidak bertarung lagi hingga 1995. Sebagai pertarungan pembukaan sehabis dia keluar dari penjara, beliau melawan Peter McNeeley pada Agustus dan mengalahkan Buster Mathis Jr. dalam tiga ronde pada Desember 1995. Pada Maret 1996 Tyson mengungguli sebuah sabuk kejuaraan saat merebut gelar WBC dari Frank Bruno yang berat langkah dalam tiga ronde.

Mike Tyson diatas Ring

Pada September 1996 Tyson memenangkan kembali gelar WBA dalam 93 detik dari Bruce Seldon, sehabis mengeluarkan uang Lennox Lewis $4 juta dolar AS untuk ‘menyingkir’. Tyson dikritik banyak orang sebab melawan petinju-petinju yang sungguh tidak berkualitas. Misalnya, dibilang bahwa “lawan-lawan” McNeeleys biasanya kalah dalam 3/4 pertandingan mereka. Mathis ialah lawan yang tidak bermutu, petinju yang pukulannya tidak keras dan kemasyhuran satu-satunya hanyalah bahwa ayahnya pun pernah menjadi petinju yang bertandingmelawan Joe Frazier dan Muhammad Ali.

Seldon dicemooohkan sebab kekalahannya pada ronde pertama melawan Tyson sebab dia dipukul oleh suatu pukulan yang sungguh ringan. Banyak yang menuduhnya cuma panik sehingga beliau mengalah begitu saja. Secara resmi, pada 1995, selepas dari penjara di Indiana, Mike Tyson memberitahukan sudah memeluk agama Islam yang sudah dipelajarinya selama di dalam penjara. Nama Muslim Tyson ialah Malik Abdul Aziz.

Pada 9 November, 1996 dia menghadapi tantangan yang lebih berat dari Evander Holyfield, dalam pertandingan yang lebih dari 11 ronde. Holyfield menang dengan TKO dan menjadi juara dunia tiga kali. Tyson tidak bertandinglagi sampai Juni 1997 saat terjadi pertarungan ulang yang sangat dinanti-nantikan melawan Holyfield pada 28 Juni untuk memperebutkan gelar WBA. Tyson didiskualifikasi dalam ronde ketiga, dikala beliau menjadi marah alasannya adalah terkena serudukan oleh Holyfield dan bertarung tanpa karet pelindung gusinya, ia menggigit sepotong dari pendengaran Holyfield. Ketika wasit Mills Lane memperingatkan ia, Tyson menyerang indera pendengaran yang lain Holyfield. Pada 9 Juli Tyson diskors selama setahun dari bertinju dan didenda $3 juta.

Pada Januari 1999 Tyson bertandingdengan Frans Botha, seorang petinju Afrika Selatan. Pada awalnya Botha mengontrol pertandingan, tetapi Tyson mendaratkan sebuah pukulan yang telak di ronde ke-5 yang menjatuhkan Botha. Pada 5 Februari Tyson dieksekusi satu tahun penjara, denda $5.000, dan diperintahkan menjalani dua tahun tahanan percobaan dan melakukan 200 jam pelayanan penduduk atas serangannya pada 31 Agustus 1998 kepada dua orang setelah kecelakaan mobilnya.

Ia menjalani 9 bulan abad tahanan. Ketika dikeluarkan, beliau bertarung dengan Orlin Norris pada Oktober. Dalam suatu adegan bohong, Norris mengaku pergelangan kakinya terkilir pada ronde pertama dan menolak untuk melanjutkan pertandingan.

Pada tahun 2000 Tyson bertandingtiga kali. Yang pertama dilakukan di Inggris melawan Julius Francis, meskipun sejumlah penggemar merasa bahwa Tyson mestinya argumen sebelum pertandingan, apakah Tyson mestinya dibolehkan masuk ke Inggris, lebih menarik daripada KO pada ronde kedua yang dialami Francis. Ia juga bertarung dengan Lou Savarese pada Juni di Glasgow, dan menang pada ronde pertama.

Lalu pada Oktober dia menang dalam ronde ke-3 melawan Andrew Golota, yang terkenal kotor. Hasil pertandingan kemudian dianggap batal dikala Tyson gagal dalam menjalani tes penggunaan obat perangsang yang berkaitan dengan pertarungannya. Pada tahun 2001 ia cuma bertarung sekali mengalahkan Brian Nielsen di Kopenhagen dengan TKO pada ronde ke-7.

Tyson berupaya bertandingdengan Lennox Lewis pada 2002 di Nevada, namun komisi tinju Nevada menolak memberikannya izin bertarung alasannya adalah beliau menghadapi kemungkinan tuduhan serangan seksual. Pernyataan Tyson terhadap Lewis jauh lebih memuakkan ketimbang yang pernah dikatakannya sebelumnya “Saya ingin menyantap jantungmu dan kemudian anak-anakmu juga,” teriaknya. Keributan pada suatu konferensi pers hasilnya menghapuskan kesempatan bertandingdi Nevada. Pertarungan itu kesannya berjalan bulan Juni di Memphis, Tennessee. Tyson kalah KO pada ronde ke-8.

Pada 22 Februari 2003, Tyson menghantam seorang penantang Clifford Etienne dalam 49 detik memasuki ronde pertama, juga di Memphis. Pertemuan sebelum pertarungan dicemari oleh desas-desus bahwa Tyson tidak cukup fit untuk bertandingdan bahwa beliau meninggalkan ketika latihan untuk berpesta di Las Vegas dan menciptakan tato baru di mukanya.

Pada Agustus 2003, setelah tahun-tahun perjuangan keuangan, Tyson karenanya gulung tikar. Rekening banknya sudah dibilang berjumlah hanya sekitar 5.000 dolar. Di tengah seluruh problem ekonominya, dia dinobatkan Majalah Ring di nomor 16 di antara seluruh pemukul terbaik sepanjang masa dalam sejarah tinju pada 2003. Pada 31 Juli 2004 Tyson menghadapi orang Inggris Danny Williams yang tak dipandang di pertarungan ‘come-back’ lainnya yang diadakan di Louisville, Kentucky.

Tyson mendominasi pembukaan 2 ronde. Ronde ke-3 lebih seri, dengan Williams yang menerima beberapa pukulan higienis dan juga sedikit yang tak sah, untuk yang mana beliau dipidanakan. Di ronde ke-4 Tyson secara mengejutkan dikalahkan. Ia sedang menjajal bertarung dengan 1 kaki karena ikat tulang kakinya robek. Williams melayangkan lebih dari 20 pukulan tak terbalas walau Tyson tampaknya tak luka oleh pukulan-pukulan itu. Sepertinya dia cuma terhuyung-huyung dan saat ia dipukul hingga jatuh, beliau tak mencoba kembali bangkit.

Inilah kekalahan karier ke-5 Tyson. Tyson menyobek ikat tulang di lututnya selama ronde pertama. Ia menjalani pembedahan 4 hari setelah pertarungan. Managernya Shelly Finkel menyatakan bahwa Tyson tak bisa melemparkan asisten yang mempunyai arti sesudah luka pada lutut.

Kariernya benar-benar habis setelah pada 11 Juni 2005 menyerah TKO ronde 7 atas Kevin McBride. Tyson menetapkan mengundurkan diri pada ronde 7, setelah mengalami frustrasi alasannya kesulitan menguasai Mc Bride yang dianggap lawan ringan. Sebelumnya, pada puncak frustrasinya, Tyson menanduk secara sengaja lawannya, dan berakibat nilainya dipotong 2 angka oleh wasit Joe Cortez. Setelah pertandingan ini, Tyson memberitahukan pengunduran dirinya dari dunia tinju.

Sempat tampil beberapa kali dalam pertandingan eksibisi empat rondean pada tahun 2006, bahkan sempat pula dilirik oleh promotor Muhammad Arsyad untuk bertarung eksibisi pada pertandingan Chris John, tetapi sampai kini kiprah Tyson jarang terdengar. Pada tahun 2015, dia timbul dalam film tubruk sebagai musuh main dari pemain drama Donny Yen dalam film Ip Man 3. 

Biografi Pangeran Antasari

Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Pemimpin

Biografi Pangeran Antasari. Beliau lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, 1797 atau 1809 dan meninggal di Bayan Begok, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun. Ia adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Sebagai seorang pangeran, beliau merasa prihatin melihat kesultanan Banjar yang ricuh sebab campur tangan Belanda pada kesultanan kian besar. Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar. Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak.

Ia meninggal karena penyakit paru-paru dan cacar di pedalaman sungai Barito, Kalimantan Tengah. Kerangkanya dipindahkan ke Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan dia dilanjutkan oleh puteranya Sultan Muhammad Seman dan mangkubumi Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said) serta cucunya Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) dan Ratu Zaleha.

Pada 14 Maret 1862, ia dinobatkan selaku pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa daerah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan adalah Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

Silsilah Pangeran Antasari 

Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ayah Pangeran Antasari ialah Pangeran Masohut (Mas’ud) bin Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aminullah. Ibunya Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Pangeran Antasari memiliki adik wanita yang berjulukan Ratu Antasari/Ratu Sultan yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman namun meninggal lebih dahulu sebelum memberi keturunan. Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia juga ialah pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.

Setelah Sultan Hidayatullah ditipu belanda dengan apalagi dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka usaha rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari. Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang sarat pengabdian maupun selaku sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bab utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan usul:

Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah!”

Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-ningrat Banjar; dengan suara lingkaran mengangkat Pangeran Antasari menjadi “Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin”, adalah pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.[6]

Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, beliau harus mendapatkan kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melakukan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.

Perlawanan kepada Belanda 

Lanting Kotamara semacam panser terapung di sungai Barito dalam peperangan dengan Kapal Celebes dekat pulau Kanamit, Barito Utara Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya pertempuran demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh daerah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.

Pertempuran yang berkecamuk semakin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berjalan terus di banyak sekali medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala derma dari Batavia dan persenjataan modern, risikonya berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan risikonya Khalifah memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, tetapi ia tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letkol Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.

….Dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju kepada seruan minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)”

Dalam peperangan, belanda pernah menunjukkan hadiah terhadap siapa saja yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang akhir tidak seorangpun mau menerima proposal ini. Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari lalu wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah mengalah, tertangkap, terlebih tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya sesudah terjadinya peperangan di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.

Makam Pangeran Antasari

Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di tempat hulu sungai Barito, atas keinginan rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dijalankan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Komplek Pemakaman Pahlawan Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.

Kompleks Makam Pangeran Antasari

Jika Pangeran Antasari senantiasa menekankan bahwa “Haram Menyerah” kepada lawan, maka seharusnya ini mampu kita jadikan pencerahan untuk diri kita. Bisa saja kita menyemangati diri kita dengan semangat “Haram Menyerah” terhadap kemiskinan, ketidak adilan atau apa saja yang hendak kita capai! Terkadang dengan kata semangat dan keingin dari diri sendiri, bukan mustahil ini mampu menjadi penambah kekuatan untuk diri kita dalam menggapai apa yang kita kehendaki-dalam arti tujuan yang mulia pastinya!!!

Pangeran Antasari sudah dianugerahi gelar selaku Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia menurut SK No. 06/Taman Kanak-kanak/1968 di Jakarta, tertanggal 23 Maret 1968. Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yakni Bumi Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan P. Antasari kepada penduduk nasional, Pemerintah lewat Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000. www.biografiku.com