Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah diketahui selaku salalh satu Wali Songo. Beliau berperan besar dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa terutama di Cirebon. Ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam pendidikan dan strategi. Disebut sebagai Sunan Gunung Jati alasannya adalah ia dimakamkan di bukit Gunung Jati. Di masanya, agama Islam berkembang dengan pesat.
Nama aslinya ialah Syekh Syarif Hidayatullah yang dilahirkan Tahun 1448 Masehi. Ayahanda Syekh Syarif Hidayatullah adalah Syarief Abdullah, seorang dari Mesir keturunan ke 17 Rosulullah SAW, bergelar Sultan Maulana Muhamad, Ibunda Syech Syarief Hidayatullah ialah Nyai Rara Santang dan sehabis masuk Islam berubah nama menjadi Syarifah Muda’im ialah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran.
Syech Syarief Hidayatullah berkelana untuk berguru Agama Islam dan hingga di Cirebon pada tahun 1470 Masehi. Syech Syarief Hidayatullah dengan didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan disokong Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479.
Sejak itu pembangunan insfrastruktur Kerajaan Cirebon kemudian dibangun dengan dibantu oleh Sunan Kalijaga, Arsitek Demak Raden Sepat, ialah Pembangunan Keraton Pakungwati, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, jalan pinggir maritim antara Keraajaan Pakungwati dan Amparan Jati serta Pelabuhan Muara Jati.
Menyebarkan Islam Di Jawa
Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada Tahun 1526 Masehi mulai membuatkan Islam sampai Banten dan menjadikannya Daerah Kerajaan Cirebon. Dan pada Tahun 1526 Masehi juga tentara Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Demak dipimpin oleh Panglima Perang bernama Fatahillah merebut Sunda Kelapa dan Portugis, dan diberi nama baru yaitu Jayakarta.
Pada tahun 1533 Masehi, Banten menjadi Kesultanan Banten dengan Sultannya ialah Putra dari Syekh Syarif Hidayatullah yaitu Sultan Hasanuddin. Syekh Syarif Hidayatullah salah seorang Wali Sanga yang mempekenalkan visi gres bagi masyarakat perihal apa arti menjadi Pemimpin, apa makna Masyarakatm, apa Tujuan, Masyarakat, bagaimana semestinya berkiprah di dalam dunia ini melalui Proses Pemberdyaan.
Sunan Gunung Jati melakukan tugas dakwah menyebarkan Agama Islam ke banyak sekali lapisan Masyarakat dengan sumbangan personel dan bantuan aspek organisasi golongan Forum Walisango, dimana forum Walisango secara efektif dijadikan selaku organisasi dan alat kepentingan dakwah, ialah siasat yang tepat untuk mempercepat teresebarnya Agama Islam.
Sunan Gunung Jati Wafat
Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati wafat pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1568 Masehi. Tanggal Jawanya yaitu 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka. Meninggal dalam usia 120 tahun.
Putra dan Cucunya tidak sempat memimpin Cirebon alasannya meninggal terlebih dulu. Sehingga cicitnya yang memimpin sehabis Syekh Syarif Hidayatullah. Syech Syarief Hidayatullah kemudian dikenal dengan Sunan Gunung Jati sebab dimakamkan di Bukit Gunung Jati.
Raden Patah diketahui sebagai pendiri kerajaan Demak yang ialah kerajaan islam pertama di Jawa. Raden Patah atau yang diketahui memiliki nama Tionghoa yakni Jin Bun atau yang lalu diketahui dengan Senapati Jimbun atau Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Ia merupakan Sultan Demak dan penguasa kerajaan Islam yang mempunyai garis keturunan Tionghoa.
Raden Patah selaku pendiri kerajaan Demak sudah memerintah kerajaan Demak semenjak tahun 1500 sampai tahun 1518. Untuk itu, bagi anda yang ingin untuk mengenali biografi Raden Patah secara singkat, maka anda pun bisa menyimak ulasannya berikut ini.
Jin Bun, Senapati Jimbun, Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah
Lahir
Palembang, Majapahit, 1455
Wafat
Demak, Demak Bintoro, 1518
Agama
Islam
Dikenal
Pendiri Kerajaan Demak
Biografi Raden Patah
Menurut Babad Tanah Jawi yang dilansir oleh wikipedia.com, Raden Patah diketahui lahir pada tahun 1455 di Palembang yang periode itu masih merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Ia merupakan seorang putra dari Brawijaya V yang ialah raja terakhir Majapahit.
Raden Patah juga merupakan anak dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini merupakan putri dari Kyai Batong atau yang dikenal juga dengan Tan Go Hwat. Hal tersebut terjadi dikarenakan Ratu Dwarawati yang ialah merasa cemburu, risikonya Raja Brawijaya pun terpaksa menunjukkan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yakni Arya Damar.
Ia pun menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Sehingga Ia alhasil kabur ke pulau Jawa dan ditemani oleh Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya pun langsung mencar ilmu pada Sunan Ampel di Surabaya. Kemudian Raden Kusen mengabdi ke Majapahit, sedangkan Ia pindah ke Jawa Tengah dan membuka hutan Glagahwangi menjadi suatu pesantren.
Perjalanan Hidup
Setelah mendirikan pesantren ternyata pesantren yang diresmikan olehnya pun semakin mengalami pertumbuhan. Hal ini pun mengakibatkan kekawatiran bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi kalau ketika waktu Raden Patah berencana untuk melaksanakan upaya pemberontakan. Sehingga Raden Kusen yang waktu itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.
Raden Kusen pun risikonya menghadapkannya ke Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi ialah Brawijaya V merasa terkesan oleh hal yang dilaksanakan oleh pendiri kesultanan Demak ini. Sehingga ia pun akhirnya mau mengakuinya selaku putranya.
Mendirikan Kesultanan Demak
Di dalam biografi Raden Patah, dia pun lalu diangkat selaku bupati. Selanjutnya pesantren Glagahwangi yang diresmikan olehnya diubah namanya menjadi Demak dengan ibu kota yang berjulukan Bintara.
Menurut kronik Tiongkok, pendiri kerajaan Demak ini sudah pindah dari Surabaya ke Demak di tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang pada tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu membuat Kung-ta-bu-mi atau Bhre Kertabhumi yang ada di Majapahit menjadi bingung dan juga khawatir.
Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo yang merupakan Sunan Ampel, akibatnya Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun selaku anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo yang merupakan ejaan Tionghoa untuk Bintoro. Untuk model perang dari Demak dan Majapahit terdapat beberapa versi. Untuk yang diberitakan di dalam naskah Babad dan serat, utamanya yaitu Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Perang Antara Kerajaan Demak dan Majapahit
Dikatakan bahwa Sunan Ampel melarang pendiri kesultanan Demak ini untuk memberontak pada Majapahit. Hal ini dikarenakan walaupun mempunyai agama yang berbeda, tetapi Raja Brawijaya tetaplah ayah dari Raden Patah.
Ketika sunan Ampel sudah tiada, Ia kesudahannya pun tetap melakukan penyerangan ke Majapahit. Sehingga untuk menetralisasi imbas agama lama, Sunan Giri lalu menduduki takhta Majapahit selama 40 hari.
Dikatakan pula dalam biografi Raden Patah tentang perang yang terjadi antara Demak melawan Majapahit yakni model Kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong. Dimana ia juga memberitakan bahwa adanya perang yang terjadi antara Jin Bun melawan Kung-ta-bu-mi (Kertabumi) di tahun 1478.
Perang tersebut terjadi sehabis ajal dari Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel. Dimana disini, Jin Bun menggempur ibu kota Majapahit. Menurut versi Tiongkok dikatakan bahwa Perang berakhir antara Demak dan Majapahit selsai dengan tertangkapnya Kung-ta-bu-mi alias Bhre Kertabhumi.
Ia dipindahkan ke Demak secara hormat. Sejak itu, Majapahit menjadi bawahan Demak dengan dipimpin seorang Tionghoa muslim berjulukan Nyoo Lay Wa sebagai bupatinya. Di tahun 1485, Nyoo Lay Wa tewas karena pemberontakan yang dilancarkan oleh kaum pribumi yang tidak baiklah dengan kepemimpinan Nyoo Lay Wa.
Ia lalu mengangkat Prabhu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Pa-bu-ta-la yang juga merupakan menantu kertabumi selaku penguasa Majapahit.
Menurut catatan bangsa Portugis dan naskkah Tiongkok, Perang antara Demak dan Majapahit terjadi kembali takkala Pa-bu-ta-la melakukan pekerjaan sama dengan Portugis di Malaka yang menciptakan Raden Patah tidak senang.
Pemerintahan Raden Patah
Majapahit mengalami kekalahan melawan Demak, tetapi Pa-bu-ta-la diampuni alasannya adalah dia ialah menantunya. Kerajaan Demak dibawah pemerintahan Raden Patah mengalami perkembangan pesat. Pemerintahannya dikenal sungguh menjunjung tinggi toleransi beragama dikala beliau berkuasa.
Ini dibuktikan dengan tidak menyerang umat hindu dan budha. Walaupun sempat menyerang majapahit ini bukan dilatarbelakangi alasannya adalah agama melainkan sebab politik.
Raden Patah juga dimengerti mendirikan Masjid Agung Demak yang menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Ia juga menjadikan masjid Agung Demak jadikan selaku pusat pemerintahan dari kerajaan Demak.
Raden Patah Wafat
Pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Raden Patah dikenali wafat pada tanggal 1518 di Demak, Jawa Tengah dalam usia 63 tahun. Posisinya sebagai sultan demak lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus atau yang diketahui dengan Pangeran Sabrang Lor atau dalam naskah Tiongkok diketahui sebagai Yat Sun.
Raden Patah diketahui memiliki istri bernama Putri Solekha, Randu Singa dan Putri Dipati Jipang. Dari pernikahannya tersebut Raden Patah mempunyai anak berjulukan Raden Surya atau Pati Unus, Raden Trenggono, Raden Kanduruwan, Raden Kikin dan Ratu Nyawa.
Raden Patah diketahui sebagai pendiri kerajaan Demak yang ialah kerajaan islam pertama di Jawa. Raden Patah atau yang diketahui memiliki nama Tionghoa yakni Jin Bun atau yang lalu diketahui dengan Senapati Jimbun atau Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Ia merupakan Sultan Demak dan penguasa kerajaan Islam yang mempunyai garis keturunan Tionghoa.
Raden Patah selaku pendiri kerajaan Demak sudah memerintah kerajaan Demak semenjak tahun 1500 sampai tahun 1518. Untuk itu, bagi anda yang ingin untuk mengenali biografi Raden Patah secara singkat, maka anda pun bisa menyimak ulasannya berikut ini.
Jin Bun, Senapati Jimbun, Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah
Lahir
Palembang, Majapahit, 1455
Wafat
Demak, Demak Bintoro, 1518
Agama
Islam
Dikenal
Pendiri Kerajaan Demak
Biografi Raden Patah
Menurut Babad Tanah Jawi yang dilansir oleh wikipedia.com, Raden Patah diketahui lahir pada tahun 1455 di Palembang yang periode itu masih merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Ia merupakan seorang putra dari Brawijaya V yang ialah raja terakhir Majapahit.
Raden Patah juga merupakan anak dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini merupakan putri dari Kyai Batong atau yang dikenal juga dengan Tan Go Hwat. Hal tersebut terjadi dikarenakan Ratu Dwarawati yang ialah merasa cemburu, risikonya Raja Brawijaya pun terpaksa menunjukkan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yakni Arya Damar.
Ia pun menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Sehingga Ia alhasil kabur ke pulau Jawa dan ditemani oleh Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya pun langsung mencar ilmu pada Sunan Ampel di Surabaya. Kemudian Raden Kusen mengabdi ke Majapahit, sedangkan Ia pindah ke Jawa Tengah dan membuka hutan Glagahwangi menjadi suatu pesantren.
Perjalanan Hidup
Setelah mendirikan pesantren ternyata pesantren yang diresmikan olehnya pun semakin mengalami pertumbuhan. Hal ini pun mengakibatkan kekawatiran bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi kalau ketika waktu Raden Patah berencana untuk melaksanakan upaya pemberontakan. Sehingga Raden Kusen yang waktu itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.
Raden Kusen pun risikonya menghadapkannya ke Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi ialah Brawijaya V merasa terkesan oleh hal yang dilaksanakan oleh pendiri kesultanan Demak ini. Sehingga ia pun akhirnya mau mengakuinya selaku putranya.
Mendirikan Kesultanan Demak
Di dalam biografi Raden Patah, dia pun lalu diangkat selaku bupati. Selanjutnya pesantren Glagahwangi yang diresmikan olehnya diubah namanya menjadi Demak dengan ibu kota yang berjulukan Bintara.
Menurut kronik Tiongkok, pendiri kerajaan Demak ini sudah pindah dari Surabaya ke Demak di tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang pada tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu membuat Kung-ta-bu-mi atau Bhre Kertabhumi yang ada di Majapahit menjadi bingung dan juga khawatir.
Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo yang merupakan Sunan Ampel, akibatnya Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun selaku anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo yang merupakan ejaan Tionghoa untuk Bintoro. Untuk model perang dari Demak dan Majapahit terdapat beberapa versi. Untuk yang diberitakan di dalam naskah Babad dan serat, utamanya yaitu Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Perang Antara Kerajaan Demak dan Majapahit
Dikatakan bahwa Sunan Ampel melarang pendiri kesultanan Demak ini untuk memberontak pada Majapahit. Hal ini dikarenakan walaupun mempunyai agama yang berbeda, tetapi Raja Brawijaya tetaplah ayah dari Raden Patah.
Ketika sunan Ampel sudah tiada, Ia kesudahannya pun tetap melakukan penyerangan ke Majapahit. Sehingga untuk menetralisasi imbas agama lama, Sunan Giri lalu menduduki takhta Majapahit selama 40 hari.
Dikatakan pula dalam biografi Raden Patah tentang perang yang terjadi antara Demak melawan Majapahit yakni model Kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong. Dimana ia juga memberitakan bahwa adanya perang yang terjadi antara Jin Bun melawan Kung-ta-bu-mi (Kertabumi) di tahun 1478.
Perang tersebut terjadi sehabis ajal dari Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel. Dimana disini, Jin Bun menggempur ibu kota Majapahit. Menurut versi Tiongkok dikatakan bahwa Perang berakhir antara Demak dan Majapahit selsai dengan tertangkapnya Kung-ta-bu-mi alias Bhre Kertabhumi.
Ia dipindahkan ke Demak secara hormat. Sejak itu, Majapahit menjadi bawahan Demak dengan dipimpin seorang Tionghoa muslim berjulukan Nyoo Lay Wa sebagai bupatinya. Di tahun 1485, Nyoo Lay Wa tewas karena pemberontakan yang dilancarkan oleh kaum pribumi yang tidak baiklah dengan kepemimpinan Nyoo Lay Wa.
Ia lalu mengangkat Prabhu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Pa-bu-ta-la yang juga merupakan menantu kertabumi selaku penguasa Majapahit.
Menurut catatan bangsa Portugis dan naskkah Tiongkok, Perang antara Demak dan Majapahit terjadi kembali takkala Pa-bu-ta-la melakukan pekerjaan sama dengan Portugis di Malaka yang menciptakan Raden Patah tidak senang.
Pemerintahan Raden Patah
Majapahit mengalami kekalahan melawan Demak, tetapi Pa-bu-ta-la diampuni alasannya adalah dia ialah menantunya. Kerajaan Demak dibawah pemerintahan Raden Patah mengalami perkembangan pesat. Pemerintahannya dikenal sungguh menjunjung tinggi toleransi beragama dikala beliau berkuasa.
Ini dibuktikan dengan tidak menyerang umat hindu dan budha. Walaupun sempat menyerang majapahit ini bukan dilatarbelakangi alasannya adalah agama melainkan sebab politik.
Raden Patah juga dimengerti mendirikan Masjid Agung Demak yang menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Ia juga menjadikan masjid Agung Demak jadikan selaku pusat pemerintahan dari kerajaan Demak.
Raden Patah Wafat
Pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Raden Patah dikenali wafat pada tanggal 1518 di Demak, Jawa Tengah dalam usia 63 tahun. Posisinya sebagai sultan demak lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus atau yang diketahui dengan Pangeran Sabrang Lor atau dalam naskah Tiongkok diketahui sebagai Yat Sun.
Raden Patah diketahui memiliki istri bernama Putri Solekha, Randu Singa dan Putri Dipati Jipang. Dari pernikahannya tersebut Raden Patah mempunyai anak berjulukan Raden Surya atau Pati Unus, Raden Trenggono, Raden Kanduruwan, Raden Kikin dan Ratu Nyawa.
TintaTeras.com – Profil dan biografi Basuki Abdullah. Indonesia pernah melahirkan sejumlah pelukis besar yang kecemerlangan karya-karyanya tidak cuma dikagumi di negeri sendiri tetapi juga di banyak negara lain. Salah satu pelukis besar yang lewat sejumlah karya monumental yang menciptakan berbagai dalam dunia seni rupa terbaru Indonesia yakni Basuki Abdullah.
Ia ialah seorang maestro pelukis pengusung gaya naturalis. Ia dikenal luas bumi Indonesia lewat sejumlah lukisan potret yang ikonik seperti lukisan Nyi Roro Kidul dan Pangeran Diponegoro. Ia juga melukis sejumlah lukisan wajah pahlawan nasional dan tokoh-tokoh terkemuka dalam perjalanan sejarah dan politik nasional
Basuki Abdullah yaitu pelukis besar Indonesia yang kualitas karya-karyanya menerima apresiasi luas. Tak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Karya-karya.
Seniman yang pernah diangkat menjadi pelukis istana di lima negara tidak hanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain. Lukisannya juga menjadi barang koleksi yang terpajang di banyak tempat di berbagai penjuru dunia
Raden Basuki Abdullah atau Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 25 Januari 1915. Sejak belia Basuki Abdullah sudah memperlihatkan minat dan bakatnya yang besar untuk menjadi pelukis.
Sejak umur 10 tahun Basuki Abdullah mulai gemar melukis. Ia melukis beberapa tokoh terkenal mirip Mahatma Gandhi, Yesus Kristus dan Bunda Maria.
Bakat melukis Basuki Abdullah terwarisi dari ayahnya Abdullah suriosubroto. Ia merupakan seorang pelukis terkemuka pada zamannya. Basuki Abdullah merupakan cucu dari dr. Wahidin Sudirohusodo, tokoh pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada permulaan tahun 1900-an.
Pada tahun 1933 Basuki Abdullah mendapatkan beasiswa untuk mencar ilmu di Akademi Seni Rupa di Den Haag, Belanda. Ia menuntaskan studinya dalam waktu 3 tahun. Pada periode pemerintahan Jepang, Basuki Abdullah bergabung dalam gerakan Putera atau Pusat Tenaga Rakyat.
Organisasi ini yang dibuat Jepang pada tanggal 19 Maret 1943. Dalam gerakan Putera ini, Basuki mendapat tugas mengajar seni lukis. Ia juga aktif dalam Keimin Bunka Shidoso atau pusat kebudayaan. Disana ia bareng Affandi, Soedjojono, Otojaya dan Basuki Resobowo.
Pasca Kemerdekaan, Basuki Abdullah yang menikah dengan Maria Michel, seorang seniman Perempuan Belanda. Basuki memilih tinggal di negara kincir angin tersebut. Meski tidak berada di tanah air, pada tanggal 6 September 1948 Basuki Abdullah mengagetkan publik Seni Indonesia.
Sang Pelukis Ratu Yuliana
Basuki Abdullah keluar sebagai pemenang sayembara melukis untuk Ratu Yuliana yang digelar untuk merayakan penobatan ratu Belanda tersebut.
Sejak kemenangannya dalam sayembara melukis di Belanda, pada tahun 1948 nama Basuki Abdullah mulai diketahui luas. Selama di Belanda, Basuki kerap berkeliling Eropa dan memperdalam keterampilan melukisnya dengan menjelajah Italia dan Prancis.
Nama besar Basuki Abdullah diketahui luas selaku seorang pelukis potret. Ia khususnya sangat dikenal karena lukisan-lukisan wanita-wanita bagus, keluarga kerajaan dan kepala negara serta sejumlah tokoh ternama. Bertolak pada opsi gaya melukisnya yang naturalis. Lukisan-lukisan Basuki Abdullah cenderung menghiasatau memperindah paras seseorang.
Selain ulung sebagai pelukis potret Basuki Abdullah juga kena pelukis panorama alam, tanaman dan fauna, tema-tema perjuangan, dan sebagainya. Dalam kapasitasnya sebagai pelukis potret, Basuki Abdullah tidak hanya melukis wajah wajah orang yang masih hidup.
Ia juga melukis tampang-tampang orang yang mampu dilihat rujukan fisik wajahnya semisal melalui foto atau kesaksian. Namun Ia juga melukis wajah muka figur atau abjad terkenal yang secara fisik tidak memiliki rujukan fisik.
Karya-Karya Lukisan Basuki Abdullah
Atas pesanan pemerintah misalnya, Basuki Abdullah pernah melukis beberapa tokoh hero nasional yang telah usang meninggal.
Ketika teknologi foto belum banyak dikenal di Indonesia, Basuki Abdullah pernah melukis figur Pangeran Diponegoro, Cut Meutia, Teuku Cik Ditiro, Sisingamangaraja, Pattimura dan lain-lain.
Basuki Abdullah juga dikenal melalui lukisan lukisan naturalisnya yang menggambarkan tampang huruf-aksara mitos. Seperti lukisan Nyai Roro Kidul, Bunda Maria, Jaka Tarub sampai sejumlah figur pewayangan. Karena sifat lukisan yang sungguh natural, lukisan lukisan figur mitos karya Basuki melahirkan mitos-mitos baru.
Reputasi Basuki Abdullah selaku pelukis ternama berkualitas tinggi. Hal ini membuatnya berkesempatan menggelar ekspo tunggal baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sejak tahun 1940an karya-karya Basuki Abdullah sudah pernah dipamerkan secara tunggal di Belanda, Thailand, Malaysia, Jepang, Inggris, Portugal dan negara-negara lain.
Hingga kini karya karya Basuki Abdullah di koleksi di lebih kurang 22 negara. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari riwayat hidup Basuki Abdullah sendiri.
Hampir separuh hidupnya beliau jalani di luar negeri. Basuki Abdullah contohnya pernah menetap beberapa tahun di Thailand dan diangkat sebagai pelukis kerajaan Thailand.
Kritik Lukisan Basuki Abdullah
Basuki Abdullah diketahui selaku pelukis aliran naturalis yang dikagumi banyak orang. Namun tak sedikit karya Basuki Abdullah yang menjadi sasaran kritik. Tidak sedikit pula seniman atau pengamat seni rupa yang mengkritik gaya dan pendekatan yang diseleksi Basuki Abdullah dalam melahirkan karya-karyanya.
Novelis Trisno sumardjo sebagaimana dikutip dalam buku R. Basoeki Abdullah ‘Sebuah biografi dan pengabdiannya dalam bidang seni lukis’ misalnya mengkritik karya karya Basuki Abdullah cuma memancarkan pesan dangkal romantis dan mengumbar erotika.
Kritik tajam juga pernah dilontarkan golongan Persagi atau Persatuan hebat gambar Indonesia. Mereka menilai lukisan lukisan Basuki Abdullah cuma Unggul dalam sisi teknik tetapi kurang kuat dalam memperlihatkan konteks zaman atau situasi sosial dari subjek lukisan-lukisannya.
Basuki Abdullah Meninggal Dunia
Basuki Abdullah meninggal dunia pada 5 November 1993. Ia ditemukan tewas di rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Ia meninggal balasan pukulan popor senapan angin di kepala yang dilakukan seorang perampok yang datang rumahnya.
Sebagian dari jejak karya dan fragmen narasi kehidupan Basuki Abdullah saat ini mampu kita saksikan di Museum basoeki Abdullah yang menempati bekas rumah mendiang Sang Maestro dibilangan Cilandak Jakarta Selatan.
TintaTeras.com – Profil dan Biografi Khalid Bin Walid singkat. Pada ketika Nabi Muhammad SAW diutus di Mekkah untuk menjadi nabi yang terakhir, Ia tak serta merta mendapat sambutan baik dari penduduk Quraisy.
Mereka justru yang paling durhaka terhadap dakwah Nabi. Bani Makhzum menjadi salah satu penentang yang paling keras dan timbul nama-nama bandel Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam seperti Abu Jahal dan Al Walid Bin Mughirah termasuk Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid merupakan orang yang sungguh menguasai medan pertempuran kalau perang berlangsung. Saat masuk Islam, ia dikenal dengan julukan Pedang Allah Yang Terhunus alasannya adalah kecerdikannya dalam berperang. Berikut profil dan biografi Khalid bin Walid secara singkat dan kisah perjuangannya dalam menegakkan agama Islam.
Nama lengkapnya ialah Abū Sulaymān Khālid bin al-Walīd bin al-Mughīrah al-Makhzūmī. Ia dimengerti lahir pada tahun 585 Masehi. Ayahnya berjulukan Walid bin al-Mughirah. Ibunya bernama Lubabah as-Saghirah. Khalid bin Walid berasal dari Bani Makhzum yang termasuk sebuah suku besar penduduk Quraisy. Bani Makhzum mempunyai tugas mengurus persoalan pertempuran.
Ditambah lagi Ayah Khalid Bin Walid ialah seorang yang kaya raya di Mekkah sehingga kedigdayaan dan fasilitas yang dimiliki keluarganya begitu menonjol. Khalid yang semenjak permulaan menaruh minat besar pada dunia pertempuran. Ia tidak bekerja sebagaimana perjaka lainnya.
Tak hanya itu dikala trend jualan ke negeri Syam datang, Khalid bin Walid tak pernah mangkir untuk pergi bersama kafilah dagang Mekkah ke Syam. Di sana beliau justru mempergunakan potensi untuk berguru taktik perang pada Romawi. Inilah yang menciptakan Khalid begitu hebat dalam bidang pertempuran dan persenjataan.
Kecerdikan Khalid Dalam Perang Uhud
Pada tahun ketiga Hijriah, Keahlian Khalid bin Walid dalam berperang pun mulai tampakPada ketika Perang Uhud. Dalam rangka untuk membalaskan dendamnya atas kekalahan kaum Quraisy pada saat Perang Badar, saat itu kaum Quraisy hampir saja menelan kekalahan untuk kedua kalinya.
Akan namun pasukan pemanah kaum Muslimin yang berada di atas bukit menghianati amanah yang telah diberikan Rasulullah SAW. Mereka berfikir bahwa kaum Quraisy sehabis mundur dari pertempuran. Hingga balasannya mereka turun dari bukit untuk mengambil harta rampasan perang.
Di sinilah tugas Khalid bin Walid sebagai sang pemimpin pasukan berkuda pun melihat menonjol. Celah yang terbuka yang ada di barisan kaum Muslimin dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Khalid bin Walid.
Ia lalu memimpin pasukan berkuda kaum Quraisy berbalik menyerang. Khalid mengambil arah memutar balik di balik bukit. Ia kemudian mampu menyerang pasukan Muslimin dari belakang. Hal yang dikerjakan oleh Khalid bin Walid ini kemudian sukses menekan pasukan muslimin.
Sejak saat itu kehebatan Khalid bin Walid dalam berperang mulai diakui. Ia pun mulai menerima perhatian dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini terlihat pada ketika umrah Qadha.
Khalid bin Walid Masuk Islam
Pada tahun 7 Hijriyah, Nabi Muhammad SAW menawarkan komentar kepada saudara Khalid yang telah memeluk Islam. Setelah itu tercatat Khalid sering bertukar kabar dengan saudaranya. Inilah salah satu faktor yang menjadikan masuk Islamnya Khalid bin Walid. Rasulullah mengatakan kepada Al Walid yang menjadi saudara Khalid.
…Andai saudaramu Khalid masuk Islam maka kami akan jadikan dia pemimpin. – Rasulullah SAW
Al-walid kemudian mengantarkan surat kepada Khalid bin Walid yang terdiri dari perihal pedoman-aliran Islam dan kemuliaan Islam yang lalu memotivasi Khalid.
Maka di tahun selanjutnya sempurna pada bulan Safar pada tahun 8 Hijriyah, Khalid bin Walid menjemput hidayahnya. Seorang diri dia berangkat ke Madinah untuk bersyahadat pribadi di hadapan Nabi Muhammad SAW.
Di tengah perjalanan, ia berjumpa sahabatnya Amr Bin Ash yang juga ingin memeluk Islam. Maka Madinah begitu bergembira menyambut keislaman sang idola perang kota Mekah. Menyadari ketertinggalannya dalam menerima hidayah Islam, Khalid pun tidak ingin tertinggal oleh sahabat yang lain dalam menjangkau pahala dan Ridha Allah SWT.
Panglima Perang di Pertempuran Yarmuk
Maka tak ada jalan bagi Khalid selain menyumbangkan kemampuan yang paling beliau kuasai untuk membela Islam. Dua bulan sesudah keislaman Khalid, Pada tahun 8 hijriyah untuk pertama kalinya kaum muslimin berperang melawan kekuatan besar Romawi Timur. Kaum muslimin berhadapan dengan para serdadu Romawi Timur di wilayah Yarmuk yang lalu diketahui dengan nama Pertempuran Yarmuk.
Tak tanggung-tanggung bahkan Rasulullah SAW menunjuk tiga orang panglima dalam perang ini. Pertempuran Yarmuk inilah yang diketahui selaku perang paling besar kaum muslimin yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Khalid bin Walid tak ingin melewatkan perannya bareng tiga ribu pasukan muslimin. Ia membulatkan tekadnya untuk berjihad dalam perang tersebut. Mendekati lokasi perang kaum muslimin pun gres mendapatkan informasi mereka akan menghadapi pasukan berjumlah 200 ribu orang.
Perang yang tidak berimbang, Namun kaum muslimin berjuang tak memperdulikan jiwa dan raganya. 3 ribu pasukan muslimin berhadapan dengan 200 ribu pasukan Romawi di kawasan Yarmuk.
Peperangan pun berlangsung begitu sulit, Tiga orang panglima Islam yang memegang komando panji usaha kaum muslimin satu persatu berguguran. Pasukan muslimin pun terdesak. Hingga karenanya Khalid bin Walid, seorang yang baru dua bulan memeluk Islam mengambil alih komando perang ini.
Khalid bin Walid, Sang Pedang Allah Yang Terhunus
Dalam biografi Khalid bin Walid dimengerti bahwa beliau sukses menyelamatkan pasukan muslimin dari kekalahan. Ia kemudian populer dengan julukan selaku atau Sayf Allāh al-Maslūl atau Pedang Allah Yang Terhunus.
Maka di malam harinya, Khalid berpikir keras untuk menyelamatkan pasukan Muslimin. Khalid sukses memperdaya musuh yang berpendapat bahwa kaum muslimin menerima pasukan komplemen.
Siasat Khalid bin Walid begitu aneh dan belum pernah terpikirkan. Pasukan kaum muslimin yang berada di sebelah kiri ia pindahkan ke kanan. Begitupun sebaliknya. Dan pasukan muslimin yang berada di bagian depan dia pindahkan ke bagian belakang dan sebaliknya.
Bahkan bendera-bendera dia tukar warnanya dan meminta pasukan muslimin supaya menciptakan kebisingan. Kuda dan Unta dibentuk terus bergerak hingga menciptakan banyak debu.
Hingga pada pagi hari, Tentara Romawi kaget alasannya adalah menyaksikan wajah baru dan warna bendera yang gres. Mereka juga mendengar ada bunyi gaduh mirip bala santunan yang tiba dan berpendapat bahwa di depan mereka yaitu pasukan yang baru.
Dan itulah hari yang hebat sehingga pasukan Romawi tidak berani mengejar-ngejar pasukan muslimin ketika kaum muslimin menyelamatkan diri ke belakang. Rasulullah SAW memuji apa yang dikerjakan Khalid sebab dia bukan lari dari medan peperangan.
Melainkan dia kembali ke daerah yang lebih kuat untuk menyiapkan taktik yang lebih berpengaruh dan matang. Sejak ketika itu Khalid terkenal sebagai Pedang Allah yang Terhunus.
Khalid bin Walid terus mengukir namanya pada ketika momen-momen berjihad. Pada peristiwa Fathul Mekkah, Khalid dipercaya menjinjing salah satu pasukan yang berhasil masuk ke pintu Mekkah. Maka hingga pada kesudahannya kaum muslimin sukses mengembalikan Mekah sebagai kota yang suci.
Panglima Perang Islam Terhebat
Pada dikala pemerintahan Abu Bakar As Shiddiq, Khalid bin Walid dengan mudahnya menumpas gerakan nabi artifisial dan memerangi nabi palsu yaitu Musailamah al-Kazzab.
Khalid terus mencetak prestasi prestasi gemilang di berbagai medan pertempuran . Kepercayaan kaum muslimin senantiasa meningkat dikala pertempuran yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.
Melihat kondisi ini, Khalifah Umar Bin Khattab justru mempunyai pendapatlain. Di perang Yarmuk, Khalifah Umar justru mencopot jabatan Khalid bin Walid sebagai panglima perang.
Ini bukan karena hal buruk yang dilakukan Khalid melainkan alasannya adalah sang khalifah tidak mau kaum muslimin terlampau memuja Khalid, sampai melupakan ada Allah SWT..
Di balik perintah tersebut, Khalid pun mengatakan hal yang begitu luar biasa, yaitu :
…Tidak dilema, Karena aku berjuang bukan sebab Umar, akan namun saya berjuang karena Allah SWT. Maka ujilah diri anda bila betul ikhlas maka berjuang di mana-mana pun anda tidak akan menjadi masalah. – Khalid bin Walid
Di bawah kepemimpinan panglima yang gres kali tetap memimpin pasukan muslimin dengan kecerdasannya beliau atur strategi perang hingga pasukan muslimin sukses menjatuhkan Imperium Romawi dan menguasai Al-Quds.
Tinggal di Suriah
Pasca penaklukan negeri Syam (Suriah), Khalid bin Walid lebih menentukan tinggal di Homs, Suriah tanpa mempunyai jabatan apapun. Walaupun telah berjasa terhadap kebesaran Islam, Ini menjadi suatu bukti usaha Khalid yang tidak menginginkan apapun selain ridho Allah SWT.
Tahun 21 Hijriah, Khalid bin Walid menghembuskan nafas terakhirnya dipembaringan. Khalid bin Walid yang dikenal sang anak kaya raya dengan julukan Pedang Allah Yang Terhunus wafat tanpa meninggalkan apapun selain senjata kuda dan pembantu yang diwakafkan untuk kepentingan Islam.
Imam Syafi’i dikenal oleh umat islam sebagai sebagai salah satu tokoh besar dalam islam. Ia ialah salah satu imam dari empat imam madzhab yang terkenal dalam Islam. Imam Syafi’i dikenal sebagai pendiri dari syafi’i yang terkenal. Ia juga merupakan mufti besar kaum Islam Sunni.
Ia berjulukan lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i. Ia lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M). Beliau berasal dari keturunan darah biru Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW.
Dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga rasulullah) dan dari ibunya masih ialah cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju palestina.
Masa Kecil Imam Syafi’i
Setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah. Kemudian ia diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam keadaan yang sungguh prihatin dan serba kekurangan.
Pada usia 2 tahun, beliau bersama ibunya kembali ke mekkah. Dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.
Kehidupan Imam Syafi’i
Saat berusia 9 tahun, dia sudah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan tanpa kendala. Ia bahkan sempat 16 kali khatam Al Alquran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah.
Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadist pilihan juga dihafalnya di luar kepala. Imam Syafi’i juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui Bani Hundail selama beberapa tahun.
Ia lalu kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada ketika itu yakni Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang menciptakan dirinya dalam usia yang sungguh muda (15 tahun) sudah duduk di bangku mufti kota Mekkah.
Namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas belajar alasannya adalah makin dalam beliau menekuni sebuah ilmu, bertambah banyak yang belum dia memahami. Kaprikornus tak aneh jika guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.
Ahli Ilmu Hadist
Meskipun Imam Syafi’i menguasai nyaris seluruh disiplin ilmu, tetapi beliau lebih dikenal sebagai mahir hadist dan hukum. Hal ini karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut.
Dikutip dari Wikipedia tentang biografi Imam Syafi’i dibilang bahwa sebab pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi sehingga ia digelari Nasurusunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi memiliki kedudukan yang sungguh tinggi. Malah beberapa kelompok menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Alquran dalam kaitannya sebagai sumber hukum islam.
Karena itu, berdasarkan ia setiap aturan yang ditetapkan oleh Rasulullah pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman yang diperoleh Nabi dari pemahamannya kepada Al Alquran.
Selain kedua sumber tersebut (Al Alquran dan Hadis), dalam mengambil sebuah ketetapan hukum, Imam Syafi’i juga memakai Ijma’, Qiyas dan istidlal (akal sehat) selaku dasar hukum islam.
Berkaitan dengan bid’ah, Imam Syafi’i berpendapat bahwa bid’ah itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bid’ah terpuji dan sesat. Dikatakan terpuji kalau bid’ah tersebut selaras dengan prinsip prinsip Al Quran dan Sunnah dan sebaliknya.
Dalam soal taklid, ia senantiasa memberikan perhatian terhadap murid muridnya agar tidak menerima begitu saja usulan pendapat dan hasil ijtihadnya. Beliau tidak senang murid muridnya bertaklid buta pada pertimbangan dan ijtihadnya.
Sebaliknya malah memerintahkan untuk bersikap kritis dan berhati hati dalam mendapatkan suatu usulan, sebagaimana istilah beliau ” Inilah ijtihadku, apabila kalian memperoleh ijtihad lain yang lebih baik dari ijtihadku maka ikutilah ijtihad tersebut “.
Karya Imam Syafi’i
Diantara karya karya Imam Syafi’i yaitu Al Risalah, Al Umm yang mencakup isi beberapa kitabnya, selain itu juga buku Al Musnad yang berisi perihal kumpulan hadist Rasulullah SAW yang dihimpun dalam kitab Umm serta ikhtilaf Al hadist.