TintaTeras

Biografi Supriyadi, Dongeng Hero Nasional Yang Menjadi Misteri

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Supriyadi. Nama tokoh pahlawan nasional ini sangat terkenal sebab selain berjasa bagi Indonesia, keberadaannya sampai sekarang masih menjadi misteri sampai kini. Artikel kali ini akan membahas tentang biografi dan profil dari Supriyadi atau yang lebih diketahui dengan nama Sodancho Soeprijadi.

Biografi Supriyadi - Pahlawan Nasional Yang Menjadi Misteri

Profil dan biografi Supriyadi

Supriyadi dimengerti lahir pada tanggal 13 april 1923 di Jawa Timur yang dikala itu masih dalam kala kependudukan Hindia Belanda. Ayahnya berjulukan Raden Darmadi yang dikenal sebagai Bupati Blitar dikala kemerdekaan Indonesia.

Ibu Supriyadi berjulukan Raden Roro Rahayu yang merupakan keturunan ningrat yang wafat saat Supriyadi masih kecil dan kemudian diasuh oleh ibu tirinya yang berjulukan Susilih.

Masa Kecil Supriyadi

Supriyadi dimengerti merupakan putra pertama dari pasangan Raden Darmadi dan Raden Roro Rahayu. dan ia masih mempunyai dua belas saudara lagi. Supriyadi mulai mengenyam pendidikan pertamanya dengan bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) yang setara dengan sekolah dasar.

Tamat dari sana, beliau lalu masuk sekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setingkat SMP. Dari situ ia lalu melanjutkan pendidikannya di MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) yang ialah sekolah untuk kaum bangsawan.

Sekolah ini untuk mendididik untuk menjadi pegawai pemerintahan atau pamong praja pada periode kolonial Belanda. Namun belum lulus dari sekolah tersebut, prajurit Jepang kemudian menduduki Indonesia.

Supriyadi Bergabung Dengan Tentara PETA

Supriyadi kemudian bersekolah di SMT (Sekolah Menengah Tinggi) dan juga ikut dalam latihan militer yang diadakan oleh Jepang yang dikenal dengan nama Seinindojo di kawasan Tangerang. Tahun 1943, Ketika Jepang mulai membentuk pasukan PETA (Pembela Tanah Air) yang pasukannya berisikan pemuda Indonesia, Supriyadi lalu ikut masuk.

Dengan latihan militer yang keras yang diikuti oleh Supriyadi, membuat dia lalu mendapat pangkat sebagai Komandan Peleton atau Shodancho yang lalu diketahui dengan sebutan Shodancho Supriyadi.

Biografi Supriyadi - Pahlawan Nasional Yang Menjadi MisteriOleh Jepang, Supriyadi lalu ditugaskan di Blitar, Jawa Timur. Ia membawahi pasukan Peleton I dan Kompi III yang bertugas memberi pemberian senjata berat. Selain itu Supriyadi juga diperintahkan untuk mengawasi para pekerja paksa romusha.

Melihat penderitaan berat rakyat Indonesia yang dipaksa melakukan pekerjaan sebagai Romusha menciptakan Supriyadi lalu nekat untuk menyelenggarakan pemberontakan yang kemudian dikenal dengan nama pemberontakan PETA di Blitar.

Mulai Mengadakan Rencana Pemberontakan

Supriyadi lalu mulai menyelenggarakan rencana pemberontakan. Hal pertama yang dia lakukan yakni dengan menelepon kawan-kawannya sesama serdadu PETA untuk mendakan pertemuan rahasia untuk merencanakan pemberontakan pada bulan september 1944. Kawan-kawan supriyadi ketika itu yang ikut mirip Halir Mangkudijaya, Muradi dan Sumanto. Supriyadi sempat berkata dalam pertemuan tersebut :

….Kita selaku bangsa yang ingin merdeka tidak mampu membiarkan tentara Jepang terus menerus bertindak sewenang-wenang menindas dan memeras rakyat Indonesia. Tentara Jepang yang kian merajaiela itu harus dilawan dengan kekerasan. Apa pun dan bagaimana pun pengorbanan yang diminta untuk meraih kemerdekaan In­donesia kita mesti rela memberikannya.

….Akibat dan resiko dari usaha kita sudah pasti. Paling ringan dihukum tahanan dan paling berat dihukum mati. Kita yang berjuang jangan sekali-kali menginginkan pangkat, kedudukan atau pun honor yang tinggi. Bagaimana jikalau kita mengadakan pemberontakan melawan tentara Jepang?

Dari konferensi tersebut dikerjakan antisipasi dengan menghubungi serdadu PETA lainnya yang berada di Blitar untuk diajak memberontak. Persiapan yang dikerjakan oleh Supriyadi menciptakan banyak prajurit PETA yang ikut untuk memberontak kepada Jepang. Supriyadi juga meminta pertolongan tokoh penduduk untuk membantunya.

Pertemuan untuk merencanakan pemberontakan dilaksanakan berulang kali sesuai yang ditulis dalam buku yang berjudul “Tentara Gemblengan Jepang” yang tulis oleh Joyce J Lebra. Segala persiapan dilakukan mirip pembentukan pasukan pemberontakan, pembagian peran, antisipasi logistik, dan lain lain. Semua dijalankan dari tahun 1944 sampai 1945.

Supriyadi bahkan sempat menginformasikan tentang rencana pemberontakan prajurit PETA tersebut kepada Ir. Soekarno dikala beliau tiba ke Blitar namun Soekarno saat itu menasehati Supriyadi untuk mempertimbangkannya baik-baik karena resikonya sungguh besar.

Namun Supriyadi sungguh percaya bahwa pemberontakan tersebut niscaya sukses. Setelah dilakukan beberapa kali konferensi dengan serdadu PETA lainnya maka ditetapkanlah waktu dan tempat pemberotakan akan dilakukan di Tuban, Jawa Timur.

Jepang Yang Mulai Curiga

Namun pada permulaan tahun 1945, Jepang melaui meragukan bahwa akan ada pemberontakan yang mau dikerjakan oleh serdadu PETA dibawah pimpinan Supriyadi.

Oleh alhasil, jepang lalu membuat berbagi peraturan ketat untuk prajurit PETA dan juga memantau Supriyadi dan pasukannya. Mengetahui hal tersebut, konferensi terakhir perencanaan pemberontakan dijalankan. Supriyadi lalu menggatakan :

…Lebih baik kita mati terhormat melawan prajurit Jepang yang telah jelas bertindak adikara terhadap bangsa Indonesia. Lebih baik kita melakukan pemberontakan melawan Jepang sekarang juga. Dengan terjadinya pemberontakan ini besar kemungkinan kemerdeka-an Indonesia akan lebih cepat datangnya.

….Kita mengadakan pemberontakan kini juga, tidak lain untuk mencapai kemerdekaan tanah air dengan secepat-cepatnya. Kemerdekaan Indonesia harus kita rebut dengan kekerasan senjata. Sebagai bangsa yang ingin merdeka kita harus berani berjuang dan rela berkorban untuk menghentikan penindasan dan pemerasan yang diktatorial kepada rakyat Indonesia.

…Akibat dari pemberontakan paling ringan kita dieksekusi atau disiksa, dan paling berat dibunuh. Dan kita mesti menghalangi sejauh mungkin jangan sampai berhadapan dengan bangsa sendiri.

Meletusnya Pemberontakan Tentara PETA di Blitar

Semua yang hadir saat itu kemudian oke. Bahwa pemberontakan mesti segera dilakukan. Pada tanggal 14 februari pukul 03.00 pemberontakan PETA yang dipimpin oleh Supriyadi meletus di Blitar. Tembakan pertama dilakukan dengan menembakkan mortir ke hotel Sakura dimana tempat tersebut banyak terdapat perwira Jepang.

Pasukan PETA yang lain yang ikut memberontak lalu memutuskan kabel telepon dan kemudian menembaki prajurit Jepang yang mereka temui di kota Blitar.

Tak ketinggalan markas Kenpetai yang banyak berisi perwira Jepang ditembaki dengan memakai senapan mesin, namun markas tersebut sudah dikosongkan.

Rupanya Jepang telah mengenali bahwa serdadu PETA pimpinan Supriyadi akan memberontak. Pemerintah Jepang dikala itu kemudian memerintahkan pesawat terbang Jepang untuk melaksanakan pengintaian.

Langkah berikutnya Jepang kemudian mempergunakan para pemimpin tentara PETA yang tidak ikut memberontak untuk membujuk Supriyadi supaya mengalah. Dan kemudian mengantarkan pasukan Jepang untuk memadamkan pemberontakan yang dipimpin oleh Supriyadi.

Biografi Supriyadi - Pahlawan Nasional Yang Menjadi MisteriMelihat para pemberontak yang makin terdesak hingga ke hutan Ngancar, Jepang lalu memerintahkan seorang pimpinan tentara jepang berjulukan Kolonel Katagiri untuk menemui pimpinan pemberontakan.

Katagiri kemudian menemui Muradi pimpinan pemberontakan PETA selain Supriyadi di Sumber Lumbu, Kediri. Katagiri lalu meminta terhadap Muradi biar menyuruh para pemberontak untuk menghentikan pemberontakan kembali ke markas.

Muradi lalu mengajukan tolok ukur bahwa para pemberontak tersebut diampuni dan senjata mereka tidak dilucuti. Katagiri kemudian baiklah dan sebagai janjinya Katagiri memperlihatkan pedangnya kepada Muradi selaku bukti kesepakatan seorang samurai.

Pemberontakan Yang Gagal dan Janji Yang Tak Ditepati

Pemberontakan kemudian berhasil dipadamkan oleh jepang, tetapi Jepang tidak menepati janjinya. Sebanyak 78 perwira PETA yang terlibat dalam pemberontakan diusut oleh Polisi Militer Jepang (Kenpetai) dan senjata mereka kemudian dilucuti Jepang.

Mereka kemudian diadili secara militer dan beberapa pimpinannya dijatuhi hukuman mati oleh Jepang yakni Muradi, Sunanto, Sudarmo, Suparyono, dan Halir Mangkudijaya yang kemudian dieksekusi mati oleh jepang di pantai Ancol, Jakarta.

Sebagian lagi yang memberontak lalu dipenjara tetapi Supriyadi tidak dieksekusi mati oleh Jepang sebab ia tidak menyerahkan diri setelah pemberontakan.

Nasib Supriyadi Setelah Pemberontakan Selesai

Setelah pemberontakan prajurit PETA sukses dipadamkan, tidak ada yang mengenali nasib atau keberadaan Supriyadi, dia menghilang bagai ditelan bumi sesudah pemberontakan.

Terakhir kali dia tampakdi Dukuh Panceran, Ngancar saat negosiasi antara pemberontak dan tentara Jepang menghasilkan janji. Namun banyak yang meyakini bahwa Supriyadi masih hidup namun bersembunyi dari kejaran serdadu Jepang.

Biografi Supriyadi - Pahlawan Nasional Yang Menjadi Misteri

Ada juga yang menyampaikan bahwa Supriyadi tewas tertembak oleh tentara Jepang saat pemberontakan berlangsung namun jasadnya tidak pernah didapatkan sama sekali. Inilah yang lalu masih menjadi misteri hingga sekarang tentang keberadaan dari Supriyadi yang dikenal sebagai otak atau pimpinan dari pemberontakan serdadu PETA di Blitar.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada bulan agustus 1945, pada bulan september, presiden Soekarno kemudian mengangkat Supriyadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat hingga kemudian posisinya digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo selaku Menteri Keamanan Rakyat.

Dalam biografi Supriyadi dikenali bahwa Ir. Soekarno dikala itu menunjuk Supriyadi selaku Panglima Tentara Indonesia namun ia tak pernah muncul dan digantikan oleh Jenderal Sudirman dan keberadaannya masih menjadi misteri.

Untuk menghormati jasa-jasanya, lalu pemerintah Indonesia melalui presiden Soeharto mengangkat Supriyadi sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Kepres No. 063/TK/1975 yang ditetapkan pada tanggal 9 agustus 1975.

Misteri Keberadaan Supriyadi

Dimana Supriyadi sekarang? Sampai ketika ini eksistensi dan nasib dari Supriyadi masih belum dikenali. Namun beberapa orang yang mengaku pernah melihat Supriyadi dan bahkan menyembunyikan Supriyadi saat pemberontakan final.

Seperti akreditasi Harjosemiarso yang merupakan kepala desa di Sumberagung mengaku pernah menyembunyikan Supriyadi di rumahnya ketika itu dan Ronomejo yang merupakan warga desa Ngliman di Nganjuk yang juga mengaku menyembunyikan Supriyadi di sebuah gua di penderasan Sedudo.

Bahkan pelatih Supriyadi di PETA yang berjulukan Nakajima mengaku bertemu dan menyembunyikan Supriyadi pada bulan maret 1945 di Salatiga dan kemudian Supriyadi pamit menuju ke Banten.

Kemudian seseorang berjulukan H. Mukandar di Bayah, Banten Selatan mengaku pernah berjumpa Supriyadi bahkan merawatnya di rumahnya karena dikala itu Supriyadi terkena penyakit Disentri dan lalu meninggal dan dimakamkan di Bayah, Banten Selatan. H. Mukandar bahkan menunjuk foto Supriyadi secara tepat di saat ditunjukan foto para taruna PETA  ketika berfoto di Tangerang.

Biografi Supriyadi - Pahlawan Nasional Yang Menjadi Misteri

Namun ada juga beberapa orang yang mengaku sebagai Supriyadi, Salah satunya legalisasi dari seseorang bernama Andaryoko Wisnu Prabu yang mengaku selaku Supriyadi. Namun banyak pihak yang kemudian meragukan pengakuannya sebab tidak sesuai dengan fakta sejarah seperti Wisnu Prabu mengaku selaku pengerek bendera saat proklamasi kemerdekaan padahal pengerek bendera saat itu ialah Latief Hendradinigrat.

Wisnu Prabu juga mengaku ikut hadir saat supersemar diserahkan di Istana Bogor. Akhirnya pengakuannya selaku Supriyadi mulai disangsikan banyak orang, kemungkinan besar ia hanya seorang prajurit PETA saja.

Hingga sekarang makam atau pusara dari Supriyadi tidak dimengerti sama sekali. Jasadnya bahkan tidak pernah ditemukan hingga kini. Namun jasa-jasa Supriyadi dalam melawan penjajah sangat dihormati sehingga beliau ditetapkan selaku Pahlawan Nasional Indonesia.

Semoga postingan mengenai profil dan biografi Supriyadi sebagai hero nasional mampu berfaedah dan menjadi referensi bagi para pembaca www.biografiku.com. Salam sukses.

Biografi Dan Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Madji

Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed,  Profil,  Tokoh Pemimpin

TintaTeras.com– Nama Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Madji atau lebih diketahui dengan Tuan Guru Bajang mulai mencuat sebagai calon alternatif di tengah ramainya pembicaraan bursa capres dan cawapres tahun 2019.

Bukan tanpa alasan nama Tuan Guru Bajang masuk sebagai salah satu calon alternatif diantara banyak kandidat lainnya mirip Gatot Nurmantyo atau Agus Harimurti Yudhoyono, mengenang banyak prestasi dari Tuan Guru Bajang atau TGB Zainul Madji dalam mengembangkan NTB selama dua periode kepemimpinannya sebagai Gubernur NTB.

Biografi dan Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Madji

Biografi dan Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Madji

Nama lengkapnya adalah Dr. Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Madji, Lc,. M.A atau TGB Zainul Madji lahir pada tanggal 31 Mei 1972 di Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Mengenai latar belakang keluarga, TGB Zainul Madji ialah anak dari HM Djalaluddin, yang dulu pernah melakukan pekerjaan sebagai birokrat di Pemda NTB serta Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madji yang merupakan puteri dari M. Zainuddin Abdul Madjid seorang ulama besar di Lombok, NTB yang mendirikan organisasi Nahdatul Wathan.

TGB Zainul Madji memrupakan anak ketiga. Ia memiliki lima orang saudara berjulukan Ir. Hj. Siti Rohmi Jalilah, H. Muhammad Syamsul Luthfi, SE., Muhammad Jamaluddin, BE., Siti Soraya, dan Siti Hidayati.

Masa Kecil TGB Zainul Madji

Tumbuh di tengah-tengah keluarga ulama, pastinya pendidikan agama ialah prioritas utama bagi TGB Zainul Madji. Ia mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 3 Mataram. Setelah lulus pada tahun 1986, dia lalu melanjutkan sekolahnya di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor yag beliau tuntaskan dalam kurun waktu hanya 2 tahun saja karena kecerdasannya. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di jenjang selanjutnya di Madrasah Aliyah di yayasan yang sama dan selesai pada tahun 1991.

TGB Zainul Madji memperdalam ilmu agamanya selama abad waktu satu tahun (1991-1992) dengan menghafal alquran 30 juz di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor.

Menimba Ilmu di Kairo, Mesir

Setelah menuntaskan hafalan alqurannya, TGB Zainul Madji kemudian berangkat ke Kairo, Mesir untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi di Universitas Al Azhar pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.

Ia menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1996 dengan gelar Lc (License) dari Universitas Al Azhar. Selajutnya, beliau menempuh pendidikan masternya di Universitas yang sama dana mendapatkan gelar Master of Arts dengan predikat Jayyid Jidan.

Pada tahun 1997, TGB Zainul Madji menikah dengan perempuan berjulukan Rabiatul Adawiyah, puteri dari ulama terkenal di Betawi. Dari pernikahannya tersebut, TGB Zainul Madji dan Rabiatul Adawiyah dikaruniai empat orang anak.

Tak lama kemudian ia melanjutkan kembali pendidikannya dengan mengambil S3 di Universitas yang sama yaitu Al Azhar dan menerima gelar doktor dengan predikat summa cumlade pada tahun 2011. TGB Zainul Madji menyelesaikan pendidikan S1 sampai S3 nya selama 10 tahun di Kairo, Mesir.

Terjun Ke Dunia Politik

Bagaimana seorang ulama mirip TGB Zainul Madji mampu terjuan ke dunia politik? Mungkin jawabannya adalah sebab Yusril Ihza Mahendra. TGB Zainul Madji sangat mengenal Yusril Ihza Mahendra yang ketika itu selaku ketua lazim dari Partai Bulan Bintang (PBB).

Awalnya Yusril mengajak TGB Zainul Madji untuk ikut mendaftar menjadi anggota dewan perwakilan rakyat RI kala 2004 sampai 2009. Pada peluang ini, TGB Zainul Madji sukses terpilih selaku anggota dewan perwakilan rakyat RI di dari NTB. Namun tak usang menjabat sebagai anggota dewan perwakilan rakyat RI, TGB Zainul Madji banyak menerima proposal untuk maju sebagai wakil gubernur mengingat pengaruhnya sungguh besar di Lombok, NTB.

Menjadi Gubernur Nusa Tenggara Barat Dua Periode

Namun Yusril Ihza Mahendra lalu tiba dan kembali meyakinkan TGB Zainul Madji untuk maju sebagai kandidat Gubernur NTB dimana PBB dan PKS sebagai partai pengusung TGB Zainul Madji. Berpasangan dengan Badrul Munir, TGB Zainul Madji sukses keluar selaku Gubernur terpilih NTB abad 2008 – 2013.

Walaupun abad itu lawannya Lalu Serinata selaku Gubernur Incumbent menggugat hasil penyeleksian tersebut tetapi oleh MA gugatan tersebut ditolak. Akhirnya, TGB Zainul Madji dilantik pada tanggal 17 September 2008 sebagai Gubernur NTB. Ini juga membuat TGB selaku Gubernur Termuda di Indonesia yang berumur 36 tahun saat menjabat sebagai gubernur.

Selama memimpin NTB, TGB Zainul Madji bisa dibilang sukses dalam memajutan Nusa Tenggara Barat. Misalnya dalam hal pertanian, pendidikan pariwisa serta pengelolaan keuangan dan pemerintahan yang baik menciptakan TGB Zainul Madji diganjar penghargaan Leadership Award oleh Menteri Dalam Negeri pada tahun 2012.

Pada tahun 2013, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Madji bercerai dengan istrinya Rabiatul Adawiyah sesudah membangun rumah tangga selama 17 tahun. TGB Zainul Madji saat ini diketahui berjulukan Erica Zainul Madji yang dari pernikahannya dengan TGB Zainul Madji dikaruniai dua orang anak.

Track record yang bagus dalam memimpin Nusa Tenggara Barat, menciptakan TGB Zainul Madji terpilih kembali sebagai Gubernur NTB era 2013 – 2018. Di periode kepemimpinannya yang kedua ini, TGB Zainul Madji berhasil meminimalisir tingkat kemiskinan dan meningkatkan buatan atau ketahanan pangan di wilayahnya sehingga membuat Nusa Tenggara Barat keluar sebagai Provinsi terbaik dalam hal tingkat pembangunan manusia.

Biografi dan Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Madji

Sehingga sangat wajar jika pada tahun 2017, TGB Zainul Madji kembali mendapatkan penghargaan Leadership Award dari Menteri Dalam Negeri. Selain itu sudah puluhan penghargaan diterima oleh TGB Zainul Madji selama kurun 2008 hingga 2018 dalam memimpin Nusa Tenggara Barat.

Masuk Dalam Bursa Calon Presiden dan Wapres 2019

Puluhan Prestasi dan serta kesuksesannya selama memimpin Nusa Tenggara Barat menciptakan TGB Zainul Madji mulai dilirik oleh beberapa partai selaku salah satu kandidat Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019. Bahkan dalam survei PolCoMM, elektabilitas TGB Zainul Madji mengalahkan beberapat tokoh yang telah terkenal seperti Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono.

Mengapa diundang Tuan Guru Bajang

Banyak yang mengajukan pertanyaan mengapa Muhammad Zainul Madji dipanggil Tuan Guru Bajang? Di Lombok, Muhammad Zainul Madji dikenal selaku salah satu tokoh agama disana. Sehingga oleh penduduk Lombok, Zainul Madji kemudian diundang dengan sebutan Tuan Guru Bajang. ‘Tuan Guru’ memiliki arti tokoh agama dan ‘Bajang’ mempunyai arti Muda. Sehingga Sebutan Tuan Guru Bajang Zainul Madji melekat besar lengan berkuasa kepadanya.

Biografi Teuku Umar, Dongeng Heroik Perjuangan Pahlawan Nasional Dari Aceh

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Sejarah,  Tokoh Pemimpin

Teuku Umar populer sebagai salah satu hero Nasional yang berasal dari Aceh. Teuku Umar merupakan tokoh pejuang yang gigih melaksanakan perlawanan dikala era penjajahan Belanda. Ia diketahui berjuang bersama Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia. Berikut profil dan biografi Teuku Umar dan kisah perjuangannya melawan belanda di tanah Aceh.

Biografi Teuku Umar

Profil dan Biografi Teuku Umar

Beliau dilahirkan pada tahun 1854 tanggal dan bulannya tidak diketahui, ia lahir di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia. Ia merupakan salah seorang pahlawan nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh semenjak tahun 1873 sampai tahun 1899.

Kakeknya yakni keturunan Minangkabau, ialah Datuk Makdum Sati yang pernah berjasa terhadap Sultan Aceh. Datuk Makdum Sati memiliki dua orang putra, yaitu Nantan Setia dan Achmad Mahmud. Teuku Achmad Mahmud merupakan bapak Teuku Umar.

Perjuangan Teuku Umar di Perang Aceh

Ketika perang aceh meletus pada 1873, Ia ikut serta berjuang bareng pejuang-pejuang Aceh yang lain, padahal umurnya gres menginjak19 tahun.

Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri yang lalu dilanjukan ke Aceh Barat. Pada umur ini, Ia juga sudah diangkat selaku keuchik (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh.

Kepribadiaan Teuku Umar semenjak kecil diketahui selaku anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka tabrak dengan sobat-teman sebayanya.

Ia juga mempunyai sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Ia tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, dia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani.

Pernikahan Teuku Umar tidak sekali dijalankan. Ketika umurnya telah menginjak usia 20 tahun, Ia menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang.

Untuk meningkatkan derajat dirinya, Ia kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim. Sejak ketika itu, beliau mulai menggunakan gelar Teuku.

Menikah Dengan Cut Nyak Dien

Pada tahun 1880, Ia menikahi janda Cut Nyak Dien, puteri pamannya. Sebenarnya Cut Nyak Dien sudah memiliki suami (Teuku Ibrahim Lamnga) tetapi telah meninggal dunia pada Juni 1978 dalam pertempuran melawan Belanda di Gle Tarun.

Setelah itu, Cut Nyak Dien bertemu dan jatuh cinta dengan Teuku Umar. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng.

Hasil perkawinan keduanya yakni anak perempuan berjulukan Cut Gambang yang lahir di daerah pengungsian alasannya orang tuanya tengah berjuang dalam medan tempur.

Belanda sempat berdamai dengan pasukan Aceh pada tahun 1883. Satu tahun lalu (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar lalu mencari taktik bagaimana dirinya dapat mendapatkan senjata dari pihak musuh (Belanda).

Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki tangan) Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat resah, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga berniat memanfaatkannya sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh.

Gelar Johan Pahlawan

Teuku Umar lalu masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894, Ia sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 prajurit dengan senjata lengkap.

Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dikerjakan secara pura-pura. Sebab, sebelumnya dia telah memberitahukan terlebih dulu terhadap para pejuang Aceh.

Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, Gubernur Belanda di Aceh berjulukan Deykerhorf lalu mengabulkan undangan suami Cut Nyak Dien itu dengan menambah 17 orang panglima dan 120 orang serdadu, termasuk seorang Pangleot sebagai tangan kanannya.

Pada tanggal 30 Maret 1896, dia kemudian keluar dari dinas militer Belanda dengan menenteng pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan duit 18.000 dollar.

Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Ia bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan strategi perang yang amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan Belanda pada dikala itu yang amat besar lengan berkuasa dan sangat sukar ditaklukkan.

Pada saat itu, perjuangan Teuku Umar menerima bantuan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud yang bareng 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dalam peperangan tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka di pihak Belanda.

Gubernur Deykerhorf merasa tersakiti dengan apa yang dijalankan oleh suami Cut Nyak Dien itu. Van Heutsz diperintahkan supaya mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap pemimpin pasukan Aceh ini.

Serangan secara mendadak ke kawasan Meulaboh menimbulkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal10 Februari 1899.

Pemikiran Teuku Umar

Sejak kecil, Ia bekerjsama memiliki aliran yang kerap susah dimengerti oleh sobat-temannya. Ketika beranjak dewasa pun pemikirannya juga masih susah dipahami.

Sebagaimana sudah diulas di atas bahwa seni manajemen Teuku Umar yang berpura-pura menjadi antek Belanda yakni selaku bentuk “kerumitan” pemikiran dalam dirinya. Beragam tafsir timbul dalam mengetahui pemikirannya wacana taktik kepura-puraan tersebut.

Meski demikian, yang niscaya bahwa strategi dan taktik tersebut dinilai sangat jitu dalam menghadapi gempuran kolonial Belanda yang memiliki pasukan serta senjata sangat lengkap. Ia memandang bahwa “cara yang negatif” boleh-boleh saja dilakukan asalkan untuk meraih “tujuan yang aktual”.

Jika dirunut pada konteks fatwa kontemporer, anutan seperti itu kedengarannya lebih erat dengan komunisme yang juga menghalalkan segala cara. Semangat usaha Teuku Umar dalam menghadapi kolonialisme Belanda yang pada akhirnya mendorong pemikiran semacam itu.

Kepahlawanan Teuku Umar

Kepahlawanan Teuku Umar dapat dilihat dari keberhasilan dirinya dalam menghadapi lawan. Sebagai teladan, pada tanggal 14 Juni 1886, Ia pernah menyerang kapal Hok Centon, milik Belanda.

Kapal tersebut berhasil dikuasai pasukan perlawanan Aceh. Nahkoda kapalnya, Hans (asal Denmark) tewas dan kapal diserahkan kepada Belanda dengan meminta tebusan sebesar 25.000 ringgit. Keberanian tersebut sangat dikagumi oleh rakyat Aceh.

Karya yang lain ialah berupa keberhasilannya saat mendapatkan banyak senjata selaku hasil dari pengkhianatan dirinya kepada Belanda.

Penghargaan Teuku Umar

Berdasarkan SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Nama Teuku Umar juga diabadikan selaku nama jalan di sejumlah kawasan di tanah air, salah satunya yang populer yaitu terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Selain itu, namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah lapangan di Meulaboh, Aceh Barat.

Biografi Muhammad Yamin, Dongeng Sastrawan Dan Jagoan Nasional Indonesia

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Muhammad Yamin. Dikenal sebagai salah satu budayawan dan sastrawan Indonesia. Muhammad Yamin merupakan jagoan nasional yang dikenal selaku tokoh yang ikut merumuskan Sumpah Pemuda yang mengilhami perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Berikut profil dan biografi Muhammad Yamin.

Biografi Muhammad Yamin

Profil dan Biografi Muhammad Yamin

Prof. Mr. Muhammad Yamin, S.H dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus 1903. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmadjo. Salah seorang anaknya yang diketahui , adalah Rahadijan Yamin.

Ketika kecil , Muhammad Yamin oleh orang tuanya diberi pendidikan budbahasa dan agama hingga tahun 1914. Di zaman penjajahan, ia tergolong segelintir orang yang mujur alasannya adalah dapat menikmati pendidikan menengah dan tinggi. Lewat pendidikan itulah, ia sempat menyerap kesusastraan aneh, utamanya kesusastraan Belanda.

Dengan demikian, dapat dibilang bahwa tradisi sastra Belanda diserapnya selaku seorang intelektual sehingga dia tidak menyerap mentah-mentah apa yang didapatnya itu. Dia menerima desain sastra Barat, dan memadukannya dengan ide budaya yang nasionalis.

Riwayat Pendidikan Muhammad Yamin

Pendidikan yang sempat diterima oleh Muhammad Yamin, antara lain, Hollands inlands School (HIS) di Palembang, tercatat sebagai peserta kursus pada Lembaga Pendidikan Peternakan dan Pertanian di Cisarua, Bogor, Algemene Middelbare School (AMS) ‘Sekolah Menengah Umum’ di Yogya, dan HIS di Jakarta.

Muhammad Yamin menempuh pendidikan di AMS sesudah menuntaskan sekolahnya di Bogor yang dijalaninya selama lima tahun. Studi di AMS Yogya sesungguhnya ialah persiapannya untuk mempelajari kesusastraan Timur di Universitas Leiden, Belanda.

Di AMS, ia mempelajari bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Kaei, dan sejarah purbakala. Dalam waktu tiga tahun saja beliau sukses menguasai keempat mata pelajaran tersebut, suatu prestasi yang jarang dicapai oleh otak manusia biasa.

Dalam mempelajari bahasa Yunani, ia banyak menerima sumbangan dari pastor-pastor di Seminari Yogya, sedangkan dalam bahasa Latin beliau dibantu Prof. H. Kraemer dan Ds. Backer.

Setamat AMS Yogya, Ia bersiap-siap berangkat ke Leiden. Akan tetapi, sebelum sempat berangkat sebuah telegram dari Sawahlunto mengabarkan bahwa ayahnya meninggal dunia.

Karena itu, kandaslah keinginan Yamin untuk mencar ilmu di Eropa alasannya adalah uang peninggalan ayahnya hanya cukup untuk berguru lima tahun di sana. Padahal, mencar ilmu kesusastraan Timur memerlukan waktu tujuh tahun.

Ia akibatnya melanjutkan kuliah di Recht Hogeschool (RHS) di Jakarta dan sukses mendapatkan gelar Meester in de Rechten ‘Sarjana Hukum’ pada tahun 1932.

Riwayat Organisasi Muhammad Yamin

Sebelum selesai dari pendidikan tinggi, Muhammad Yamin telah aktif terjun dalam usaha kemerdekaan. Berbagai organisaasi yang bangun dalam rangka mencapai Indonesia merdeka yang pernah dipimpinnya antara lain, adalah, Yong Sumatramen Bond ‘Organisasi Pemuda Sumatera’ (1926–1928).

Peran Muhammad Yamin bisa dilihat dalam Kongres Pemuda II. Muhammad Yamin tergolong tokoh yang ikut merumuskan sumpah cowok. Disana disepakati penggunaan bahasa Indonesia

Pada tahun 1938 sampai 1942, dia tercatat sebagai anggota Pertindo, yang merangkap sebagai anggota Volksraad ‘Dewan Perwakilan Rakyat’.

Setelah kemerdekaan Indonesia terwujud, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Muhammad Yamin dalam pemerintahan Indonesia antara lain sebagai Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (1953-1955), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961-1962).

Dari riwayat pendidikan Muhammad Yamin dan dari keterlibatannya dalam organisasi politik maupun usaha kemerdekaan, tampaklah bahwa ia termasuk seorang yang berwawasan luas.

Walaupun pendidikannya pendidikan Barat, beliau tidak pernah menerima mentah-mentah apa yang diperolehnya itu sehingga ia tidak menjadi kebarat-baratan. Ini merupakan salah satu sifat teladan Muhammad Yamin.

Ia tetap membawakan nasionalisme dan rasa cinta tanah air dalam karya-karyanya. Barangkali hal ini ialah dampak lingkungan keluarganya alasannya adalah ayah ibunya yakni keturunan kepala adab di Minangkabau.

Dengan demikian, mampu diketahui kalau ia tidak terhanyut begitu saja oleh hal-hal yang pernah diterimanya, baik itu berupa karya-karya sastra Barat yang pernah dinikmatinya maupun metode pendidikan Barat yang pernah dialaminya.

Karya Sastra Muhammad Yamin

Umar Junus dalam bukunya Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern (1981) menyatakan bahwa puisi Yamin terasa masih berkisah, bahkan bentul-betul terasa selaku sebuah kisah.

Dengan demikian, puisi Yamin memang akrab sekali dengan syair yang memang merupakan puisi untuk mengisahkan sesuatu.”Puisi Yamin itu mampu dinikmati sebagai syair dalam bentuk yang bukan syair”, demikian Umar Junus.

Karena itu, sajak-sajak Yamin mampu dibilang lebih merupakan sebuah pembaruan syair daripada suatu bentuk puisi baru. Akan tetapi, pada puisinya sering kali bagian pertamanya merupakan lukisan alam, yang membawa pembaca terhadap suasana pantun sehingga puisi Yamin tidak dapat dianggap selaku syair baru begitu saja.

Umar Junus mengira bahwa dalam penulisan sajak-sajaknya, Yamin memakai pantun, syair, dan puisi Barat sebagai sumber. Perpaduan ketiga bentuk itu adalah hal lazim terjadi terjadi pada permulaan perkembangan puisi terbaru di Indonesia.

Jika Umar Junus menyaksikan adanya kedekatan untuk soneta yang dipergunakan Yamin dengan bentuk pantun dan syair, bantu-membantu hal itu tidak dapat dipisahkan dari tradisi sastra yang melingkunginya pada waktu masih amat dipengaruhi pantun dan syair.

Soneta yang diketahui Yamin lewat kesusastraan Belanda ternyata hanya menyentuhnya pada sisi isi dan semangatnya saja. Karena itu, Junus menangkap kesan berkisah dari sajak-sajak Yamin itu terpancar sifat melankolik, yang kebetulan ialah sifat dan pembawaan soneta.

Sifat soneta yang melankolik dan kecenderungan berkisah yang terdapat didalamnya tidak berlawanan jauh dengan yang terdapat dalam pantun dan syair. Dua hal yang disebut terakhir, yakni sifat melankolik dan kecenderungan berkisah, kebetulan sesuai untuk gejolak perasaan Yamin pada periode remajanya.

Karena itu, soneta yang baru saja diketahui Yamin dan yang kemudian digunakannya selaku bentuk pengungkapan estetiknyha mengesankan bukan bentuk soneta yang murni.

Keith Robert Foulcher (1974) dalam disertasinyha mengemukakan bahwa konsepsi Yamin ihwal soneta dipengaruhi sastra Belanda dan tradisi kesusastraan Melayu.

Karena itu, soneta Yamin bukanlah suatu adopsi bentuk eropa dalam keseluruhan kompleksitas strukturalnya, tetapi lebih merupakan suatu pengungkapan yang visual, sesuatu yang bersifat permukaan saja dari soneta Belanda, yang masih mempunyai ekspresi puitis yang khas Melayu.

Berikut ini ditampilkan suatu soneta Yamin yang masih dilekati tradisi sastra Melayu dan yang menggambarkan kerinduan dan kecitaan penyair pada tanah kelahiran.

Di Lautan Hindia

Mendengarkan ombak pada hampirku

Debar-mendebar kiri dan kanan

Melagukan nyanyi sarat bantuan

Terbitlah rindu ke tempat lahirku

Sebelah Timur pada pinggirku

Diliputi langit berawan-awan 

Kelihatan pulau penuh keheranan

Itulah gerangan tanah airku

Di mana laut debur-mendebur

Serta mendesir tiba di papsir

Di sanalah jiwaku, mula bertabur

Di mana ombak sembur-menyembur

Membasahi barissan sebuah pesisir

Di sanalah hendaknya, aku berkubur

Dalam biografi Muhammad Yamin diketahui bahwa pada tahun 1928, dia mempublikasikan kumpulan sajaknya yang berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Penerbitan itu bertepatan dengan Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda yang terkenal itu.

Dalam kumpulan sajak ini, Yamin tidak lagi menyanyikan Pulau Perca atau Sumatera saja, melainkan telah menyanyikan kebesaran dan keagungan Nusantara.

Kebesaran sejarah berbagai kerajaan dan suku bangsa di Nusantara seperti kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Pasai terlukis dalam sajak-sajaknya. Dalam salah satu sajaknya, dia mengatakan demikian: ‘….. kita sedarah sebangsa/Bertanah air di Indonesia’.

Keagungan dan keluhuran periode silam bangsanya menyebabkan pula kesadaran pada diri Yamin bahwa:

Buat kami anak sekarang 

Sejarah demikian tanda nan jelas 

Kami berpoyong asal nan gadang

Bertenaga tinggi petang dan pagi

Di atas terbaca warna nasionalisme dalam sajak-sajak Muhammad Yamin. Warna nasionalisme dalam kepenyairan Yamin agaknya tidak mampu dipisahkan dari peranan Yamin sebagai pejuang dalam abad-era mencapai kemerdekaank.

Di samping itu, adanya Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda itu juga memegang peranan yang amat penting. Dengan adanya sumpah pemuda itu kesadaran nasional kian meningkat dan organisasi-organisasi cowok yang semula bersifat kedaerahan mulai mengganti dirinya ke arah nasionalistis.

Hal ini dapat dibilang besar lengan berkuasa pada persepsi Yamin selaku penyair dan peranannya yang ingin disumbangkannya untuk kejayaan bangsa dan negaranya. Sebagai perjaka yang mencita-citakan kejayaan era depan bangsanya, beliau tetap mengenang kegemilangan kala silam bangsanya:

Tiap gelombang di lautan berdesir

Sampai ke pantai tanah pesisir

Setiap butir berbisik di pasir

Semua itu terdengar bagiku

Menceriterakan hikayat zaman yang kemudian

Peninggalan bangsaku segenap waktu

Berkat cahaya pelita poyangku

Penggalan sajak berikut ini juga memperlihatkan adanya kesadaran untuk memelihara hasi-hasil yang pernah dicapai oleh para pendahulu bangsa dan menjadikannya sebagai modal untuk meraih kegemilangan masa depan:

Adapun kami anak sekarang 

Mari berjejrih berbanting tulang 

Menjaga kemegahan jangalah hilang, 

Supaya lepas ke padang yang bebas 

Sebagai poyangku kurun dahulu, 

Karena bangsaku dalam hatiku 

Turunan Indonesia darah Melayu

Patriotisme Yamin yang juga mengilhami untuk menumbuhkan kecintaan pada bangsa dan sastra. Ia menyaksikan adanya relasi pribadi antara patriotisme atau semangat kebangsaan yang diwujudkan lewat kecintaan pada bahasa dan pengembangan sastra Indonesia. Ini mungkin merupakan salah satu bentuk usaha Muhammad Yamin.

Sebagai penyair yang kecintaannya pada bahasa nasionalnya berkobar-kobar, beliau cenderung mengekspresikan rasa estetisnya dalam bahasa nasionalnya dengan harapan kesusastraan gres akan berkembang lebih pesat. Hal ini tampak dalam baik berikut ini:

Apabila perasaan baru sudah mendirikan pustaka

baru dalam bahasa tumpah tempat kita, maka

lahirlah zaman yang mulia, selaku pertandaan

peradaban baru, yaitu peradaban Indonesia-Raya

Muhammad Yamin wafat pada tanggal tanggal 17 Oktober 1962 di Jakarta. Atas tugas dan jasa Muhammad Yamin maka pemerintah kemudian menunjukkan gelar Pahlawan Nasional.

Walaupun pada periode dewasanya ia mudah meninggalkan lapangan sastra dan lebih banyak berkecimpung dalam lapangan politik dan kenegaraan beliau sudah meninggalkan karya-karya yang mempunyai arti dalam perkembangan sastra Indonesia.

Di samping menulis sajak, misalnya Ken Arok dan Ken Dedes (1943) dan Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (1932?). Yamin memang banyak meletakkan minat pada sejarah, terutama sejarah nasional.

Baginya sejarah ialah salah satu cara dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia Raya. Dengan fantasi seorang pengarang roman dan dengan bahasa yang liris, beliau pun menulis Gadjah Mada (1946) dan Pangeran Diponegoro (1950).

Ia banyak pula menerjemahkan karya sastra aneh ke dalam bahasa Indonesia, antara lain karya sastrawan Inggris William Shakespeare (1564–1616) berjudul Julius Caesar (1952) dan dari pengarang India Rabindranath Tagore (1861–1941) berjudul Menantikan Surat dari Raja dan Di Dalam dan Di Luar Lingkungan Rumah Tangga

Karya Muhammad Yamin

  • Puisi : Indonesia, Tumpah Darahku
  • Drama :Ken Arok dan Ken Dedes, Kalau Dewa Tara Sudah Berkata.
  • Terjemahan : Julius Caesar karya Shakspeare, Menantikan Surat dari Raja, Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga, Tan Malaka.
  • Sejarah :Gadjah Mada, Sejarah Pangerah Dipenogoro.

Biografi Haji Agus Salim, Cerita Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil

TintaTeras.com – Biografi Haji Agus Salim. Ia diketahui selaku salah satu tokoh pejuang kemerdekaan indonesia yang dijuluki ‘The Grand Old Man’. Haji Agus Salim merupakan tokoh dari partai islam ialah Sarekat Islam pada abad pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Biografi Haji Agus Salim

Haji Agus Salim juga merupakan sosok yang diketahui andal dalam diplomasi memperjuangkan kedaulatan Indonesia dimata Internasioanl, baik sebelum Indonesia merdeka maupun setelah Indonesia merdeka. Tak heran kalau pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Indonesia kepada Haji Agus Salim. Berikut profil dan biografi Haji Agus Salim.

Biografi Haji Agus Salim Singkat

Haji Agus Salim lahir dengan nama orisinil Mashudul Haq yang bermakna “pembela kebenaran”. Ia Lahir di Kota Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884.

Agus Salim ialah anak keempat Sultan Moehammad Salim yang bekerja selaku seorang jaksa di suatu pengadilan ketika masa pemerintahan kolonial Belanda.

Riwayat Pendidikan Haji Agus Salim

Karena kedudukan ayahnya Agus Salim mampu berguru di sekolah-sekolah Belanda dengan lancar, selain sebab beliau anak yang pintar.

Biografi Haji Agus Salim

Dalam usia muda, ia sudah menguasai sedikitnya tujuh bahasa abnormal; Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman. Pada 1903 beliau lulus HBS (Hogere Burger School) atau sekolah menengah atas 5 tahun pada usia 19 tahun dengan predikat lulusan terbaik di tiga kota, ialah Surabaya, Semarang, dan Jakarta.

R.A Kartini dan Haji Agus Salim 

Karena itu, Agus Salim berharap pemerintah mau mengabulkan permohonan beasiswanya untuk melanjutkan sekolah kedokteran di Belanda. Tapi, permohonan itu ternyata ditolak. Dia patah arang.

Tapi, kecerdasannya menarik perhatian Kartini, anak Bupati Jepara. Sebuah cuplikan dari surat Kartini ke Ny. Abendanon, istri pejabat yang menentukan pemberian beasiswa pemerintah pada Kartini:

[pullquote]…Kami terpesona sekali terhadap seorang anak muda, kami ingin menyaksikan beliau dikarunia bahagia. Anak muda itu namanya Salim, ia anak Sumatera asal Riau, yang dalam tahun ini, mengikuti cobaan penghabisan sekolah menengah HBS, dan dia keluar sebagai juara. Juara pertama dari ketiga-tiga HBS! Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk mencar ilmu menjadi dokter. Sayang sekali, kondisi keuangannya tidak memungkinkan. – Surat R.A Kartini tertanggal 24 Juli 1903[/pullquote]

Lalu, R.A Kartini merekomendasikan Agus Salim untuk mengambil alih dirinya berangkat ke Belanda, sebab pernikahannya dan etika Jawa yang tak memungkinkan seorang puteri bersekolah tinggi.

Caranya dengan mengalihkan beasiswa sebesar 4.800 gulden dari pemerintah ke Agus Salim. Pemerintah akhirnya setuju. Tapi, ia menolak. Dia berasumsi pertolongan itu karena permintaan orang lain, bukan alasannya adalah penghargaan atas kecerdasan dan jerih payahnya.

Salim tersinggung dengan sikap pemerintah yang diskriminatif. Apakah alasannya adalah Kartini berasal dari keluarga ningrat Jawa yang memiliki relasi baik dan akrab dengan pejabat dan tokoh pemerintah Belanda sehingga Kartini mudah menemukan beasiswa?

Karir Politik Haji Agus Salim

Belakangan, Agus Salim memilih berangkat ke Jedah, Arab Saudi, untuk melakukan pekerjaan selaku penerjemah di konsulat Belanda di kota itu antara 1906-1911. Di sana, ia memperdalam ilmu agama Islam pada Syech Ahmad Khatib, imam Masjidil Haram yang juga pamannya.

Di Arab Saudi juga ia mempelajari diplomasi. Sepulang dari Jedah, ia mendirikan sekolah HIS (Hollandsche Inlandsche School), dan kemudian masuk dunia pergerakan nasional.

Dalam biografi Haji Agus Salim dikenali bahwa Haji Agus Salim menikah dengan Zainatun Nahar pada tahun 1912. Dari pernikahannya dengan Zainatun Nahar, Haji Agus Salim mempunyai sepuluh anak, walaupun dua di antaranya meninggal waktu bayi.

Anaknya berjulukan Theodora Atia, Jusuf Taufik, Violet Hanifah, Maria Zenobia, Ahmad Sjauket, Islam Basari, Abdul Hadi, Siti Asia, Zuchra Adiba, Sidik Salim.

Bergabung Dalam Sarekat Islam

Karir politik Agus Salim berawal di SI, bergabung dengan HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis pada 1915. Ketika kedua tokoh itu mengundurkan diri dari Volksraad selaku wakil SI balasan ketidakpuasan mereka kepada pemerintah Belanda.

Agus Salim kemudian mengambil alih mereka selama empat tahun (1921-1924) di forum itu. Tapi, sebagaimana pendahulunya, beliau merasa usaha “dari dalam” tak membawa faedah. Dia keluar dari Volksraad dan berfokus di SI.

Pada 1923, benih perpecahan mulai timbul di SI. Semaun dan kawan-mitra menginginkan SI menjadi organisasi yang cenderung ke kiri, sedangkan Agus Salim dan HOS Cokroaminoto menolaknya.

Buntutnya SI terbelah dua: Semaun membentuk Sarekat Rakyat yang lalu bermetamorfosis PKI, sedangkan Agus Salim tetap bertahan di SI. Karier politiknya bantu-membantu tidak begitu mulus.

Biografi Haji Agus Salim

Dia pernah dicurigai rekan-rekannya sebagai kepetangan karena pernah bekerja pada pemerintah. Apalagi, ia tak pernah ditangkap dan dipenjara mirip Tjokroaminoto.

Tapi, beberapa tulisan dan pidato Agus Salim yang menyinggung pemerintah mematahkan tuduhan-tuduhan itu. Bahkan beliau sukses menggantikan posisi HOS Cokroaminoto selaku ketua sehabis pendiri SI itu meninggal dunia pada 1934.

Selain menjadi tokoh SI, dia juga merupakan salah satu pendiri Jong Islamieten Bond. Di sini dia membuat gebrakan untuk meluluhkan kepercayaan keagamaan yang kaku.

Dalam kongres Jong Islamieten Bond ke-2 di Yogyakarta pada 1927, Agus Salim dengan persetujuan pengurus Jong Islamieten Bond menyatukan daerah duduk perempuan dan laki-laki.

Ini berlawanan dari kongres dua tahun sebelumnya yang dipisahkan tabir; wanita di belakang, pria di depan. ”Ajaran dan semangat Islam memelopori emansipasi wanita,” ungkapnya.

Agus Salim pernah menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada final kekuasaan Jepang. Ketika Indonesia merdeka, dia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung oleh Pemerintahan Ir Soekarno.

Menteri Di Kabinet Republik Indonesia

Kepiawaiannya berdiplomasi membuat Sutan Syahrir mempercayai Haji Agus Salim menjabat dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Mohammad Hatta. Sesudah legalisasi kedaulatan Agus Salim ditunjuk selaku penasehat Menteri Luar Negeri.

Biografi Haji Agus Salim

Dengan badannya yang kecil, di kelompok diplomatik Agus Salim diketahui dengan julukan The Grand Old Man, selaku bentuk akreditasi atas prestasinya di bidang diplomasi. Sebagai langsung yang diketahui berjiwa bebas.

Dia tak pernah mau dikekang oleh batas-batas-batas-batas, bahkan ia berani mendobrak tradisi Minang yang berpengaruh. Tegas selaku politisi, namun sederhana dalam sikap dan keseharian.

Dia berpindah-pindah rumah kontrakan saat di Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Di rumah sederhana itulah dia menjadi pendidik bagi anak-anaknya, kecuali si bungsu, bukan memasukkannya ke pendidikan formal.

Haji Agus Salim Wafat

Haji Agus Salim wafat pada 4 November 1954 dalam usia 70 tahun. Ia lalu dimakamkan di taman makam satria Kalibata, Jakarta.

Atas Jasa jasa agus Salim kepada Negara maka pemerintah Indonesia lalu memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Haji Agus Salim pada tanggal 27 Desember 1961 lewat Keppres nomor 657 tahun 1961.

Biografi Idjon Djanbi, Kisah Pendiri Kopassus Yang Terlalaikan

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Mochammad Idjon Djanbi, dongeng pendiri Kopassus yang terlewatkan. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ialah satuan pasukan elit militer Indonesia yang diakui kehebatannya.

Pasukan dengan baret merahnya yang khas ini berdiri pada tahun 1952. Kopassus didirikan oleh Kolonel A.E Kawilarang dan Idjon Djanbi yang merupakan mantan pasukan Belanda yang membelot ke Indonesia.

Namun siapa yang sangka, walaupun diketahui selaku pendiri Kopassus, diakhir karirnya Idjon Djanbi dilupakan selaku pendiri Kopassus dan Komandan pertama pasukan baret merah tersebut.

Biografi Idjon Djanbi Pendiri Kopassus

Biografi Idjon djanbi

Mochammad Idjon Djanbi lahir di Kanada sekitar tahun 1915 dengan nama asli Rokus Bernardus Visser. Dia adalah mantan anggota Korps Speciale Troepen KNIL dan salah satu pendiri dan komandan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) pertama.

Terlahir selaku putra seorang petani Tulip yang sukses. Selepas menyelesaikan kuliahnya, Visser muda menolong ayahnya berdagang bola lampu di London.

Ketika itu perang dunia kedua dimulai dan sebab tidak mampu pulang ke Belanda yang dikuasai oleh Jerman, Visser mendaftarkan pada dinas Ketentaraan Belanda yang mengungsi ke Britania. Di Inggris, Belanda membentuk kekuatan gres disana. Setelah itu dia ditugaskan menjadi sopir Ratu Wilhelmina.

Karir Militer Idjon Djanbi

Setelah setahun di post tersebut ia mengundurkan diri dan mendaftarkan diri di selaku operator radio (Radioman) di pasukan Belanda ke 2 (2nd Dutch Troop).

Bersama dengan pasukan sekutu, Visser mencicipi operasi tempurnya yang pertama, yaitu Operasi Market Garden pada bulan September 1944 dimana saat itu pasukan Belanda ke 2 bab dimana Visser berada lalu dimasukan dalam Divisi Lintas Udara 82 Amerika Serikat.

Diterjunkan melalui pesawat layang Visser dan teman-sobat Amerikanya mendarat di wilayah fokus pasukan Jerman yang tinggi. Dua bulan kemudian dikala dikumpulkan kembali, Visser digabungkan dengan pasukan Sekutu lainnya. Ia dan pasukan sekutu melaksanakan operasi pendaratan amphibi di Walcheren, suatu daerah pantai di Belanda bagian selatan.

Karena dianggap berprestasi maka ia disekolahkan di Sekolah Perwira sebelum di kirim ke Asia. Selanjutnya Viser dikirmkan ke Sekolah Pasukan Para di India dan dimaksudkan bergabung dengan pasukan untuk memukul kekuatan Jepang di Indonesia.

Biografi Idjon Djanbi

Kekalahan pasukan Jepang pada 1945 mengakhiri perang dunia ke 2. Jepang kemudian mundur dari Indonesia sebelum pasukan Visser sempat diantarkan ke Indonesia.

Mundurnya Jepang dari Indonesia membuka kesempatan terhadap Belanda untuk kembali menguasai Indonesia. Karena kondisi di Belanda sedang berantakan dan mereka tidak bisa mengantarkan pasukan dari Eropa ke Indonesia.

Belanda lalu berusaha membentuk kesatuan unit khusus di India dengan mendirikan School voor Opleiding van Parachutisten (sekolah pasukan menggeluti payung) dan pasukan ini dikirim ke Jakarta pada 1946.

Dibawah pimpinan Letnan Visser, sekolah ini lalu di pindah ke Jayapura (Hollandia) di Irian Jaya yang waktu itu dinamakan Dutch West Guinea oleh Belanda. Disana mereka menempati suatu bangunan rumah sakit Amerika yang sudah ditinggalkan oleh pasukan Douglas MacArthur.

Memilih Menetap di Indonesia

Dengan segala kondisi yang ada, Visser ternyata menggemari hidup di Asia. Sehingga dia meminta istrinya (perempuan Inggris yang dinikahinya semasa perang dunia 2) dan keempat anaknya untuk ikut dengannya ke Indonesia.

Ketika istrinya menolak, Visser memilih untuk bercerai. Saat kembali ke Indonesia pada 1947, Sekolah pimpinannya sudah dipindah ke Cimahi, Bandung dan Viser dipromosikan naik pangkat menjadi Kapten.

Selama tahun 1947 hingga akhir 1949 , Sekolah pimpinan Kapten Visser terus melahirkan prajurit terjun payung sampai ketika dimana Belanda mesti menyerahkan kekuasaaanya kepada Republik Indonesia.

Karena sudah merasa tenteram dengan gaya hidup Asia, maka Kapten Visser menetapkan untuk tinggal di Indonesia selaku warga sipil. Keputusan ini sungguh berisiko, alasannya adalah meskipun dia bukan tergolong pasukan baret hijau belanda yang diketahui sungguh kejam (Visser sendiri berbaret merah).

Tapi tidak ada yang mampu meramalkan bagaimana keamanan seorang mantan perwira penjajah di negara jajahanya yang gres saja merdeka. Akhirnya ia menetapkan keputusannya untuk tinggal di Indonesia, pindah ke Bandung.

Biografi Idjon Djanbi

Disana, Visser kemudian memilih bertani bunga di Pacet, Lembang. Ia lalu memeluk agama islam dan menjadi seorang muallaf dan menikahi wanita Indonesia berjulukan Suyatni. Visser kemudian mengganti namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi.

Mendirikan Pasukan Komando RPKAD (Kopassus)

Pengalaman Idjon Djanbi selaku anggota pasukan komando pada Perang Dunia II telah menarik minatKolonel Alex  Kawilarang yang juga dikenal sebagai pendiri Kopassus.

Alex Kawilarang yang era itu menjabat selaku Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi meminta Idjon Djanbi membantunya merintis pasukan komando. Idjon Djanbi kemudian aktif di TNI dengan pangkat Mayor.

Idjon Djanbi lalu secepatnya melatih kader perwira dan bintara untuk menyusun pasukan. Kemudian pada tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan istimewa tadi dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi).

Biografi Idjon Djanbi

Adapun Mochammad Idjon Djanbi menjadi komandan Kesko Tentara dan Teritorium III/Siliwangi. Karena satuan Komando ini perlu didukung dengan akomodasi dan sarana yang lebih mencukupi.

Dan operasional satuan ini diperlukan dalam lingkup yang lebih luas oleh Angkatan Darat, maka Kesko TT. III/Siliwangi beralih kedudukan pribadi dibawah komando KSAD bukan dibawah Teritorium lagi.

Dan pada bulan Januari tahun 1953 berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Pada tanggal 29 September 1953, KSAD mengeluarkan Surat Keputusan tentang pengesahan pemakaian baret sebagai tutup kepala serdadu yang lulus pelatihan Komando.

Latihan lanjutan Komando dengan bahan Pendaratan Laut (Latihan Selundup) baru bisa dikerjakan pada tahun 1954 di Pantai Cilacap Jawa Tengah.

Komandan Pertama Kopassus

Pada tanggal 25 Juli 1955 KKAD berubah namanya menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Yang menjadi komandan ialah Mayor Mochammad Idjon Djanbi. Untuk memajukan kemampuan prajuritnya, tahun 1956 RPKAD menyelenggarakan training penerjunan yang pertama kalinya di Bandung.

Mengingat Indonesia yaitu negara kepulauan, maka Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi mengharapkan semoga serdadu RPKAD memiliki kemampuan sebagai peterjun.

Tujuannya agar mampu digerakkan ke medan operasi dengan menggunakan pesawat melayang dan diterjunkan di sana. Lulusan pelatihan ini menjangkau kualifikasi sebagai peterjun militer dan berhak menyandang Wing Para.

Pada tanggal 25 Juli 1955, wakil presiden Mohammad Hatta meresmikan peningkatan KKAD menjadi RPKAD dan dikepalai tetap oleh Mayor Mochamad Idjon Djanbi. Adapun Mayor Djaelani yang juga merangkap sebagai Komandan SPKAD (sekolah Pasukan Komando Angkatan Darat) dibantu oleh Letnan Benny Moerdani selaku wakilnya.

Di bawah pimpinan Mayor Djaelani dan wakilnya Benny Moerdani, pendidikan komando mulai memberikan hasil yng cukup memadai. Walaupun banyak kekurangan tenaga pengajar maupun dana, dan tetapi tetap melipatgandakan keefektifan tempur pasukan.

Pasukan Kopassus

Pensiun Dari Militer

Pimpinan Angkatan Darat mengambil alih kepemimpinan di RPKAD dengan menyerahkan kepemimpinan RPKAD kepada orang asli pribumi. Namun belum ada kandidat besar lengan berkuasa yang bisa menyamai level dari Idjon Djambi di RPKAD. Setelah itu Idjon Djanbi lalu ditawarkan jabatan gres yang jauh dari pembinaan komando RPKAD. Idjon Djanbi tidak menerimanya dan meminta pensiun dari militer.

Menjadi Kepala Perkebunan

Kebetulan pada dikala itu pada tahun 1956, Indonesia sedang aktif menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik gila. Idjon Djanbi yang sudah menjadi WNI diberi jabatan mengepalai perkebunan milik gila yg dinasionalisasi.

Penggantinya Idjon Djanbi selaku Danjen Kopassus yaitu wakilnya yaitu Mayor Djaelani. Tak usang sehabis pensiun dari PT Perkebunan dan Tentara Nasional Indonesia, Idjon Djanbi lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya.

Idjon Djanbi Wafat

Pada tahun 1977, Idjon Djanbi bareng dengan keluarganya pergi mengunjungi saudara istrinya di Yogyakarta. Dari Subang sampai ke Yogya, Idjon Djanbi mengemudikan mobil seorang diri. Ditengah perjalanan, Idjon Djanbi mengeluhkan sakit perut yang hebat. Tak usang lalu, ia secepatnya dibawa ke RS Panti Rapih Yogyakarta.

Hasil pemeriksaan dokter menyebutkan bahwa Idjon Djanbi mengalami usus buntu. Setelah dijalankan operasi, penyakitnya tak kunjung sembuh alasannya adalah usus besarnya juga bermasalah.

Dua minggu kemudian tak usang setelah dirawat di rumah sakit, Mochammad Idjon Djanbi yang dikenal selaku salah satu pendiri Kopassus dan juga Komandan Pertama Kopassus tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 1 April 1977.

Jenazah Idjon Djanbi lalu dimakamkan di TPU Kuncen Yogyakarta. Ketika beliau dimakamkan, tak ada protokoler upacara militer TNI dan tembakan salvo sebagai penghormatan terakhir kepada mantan pendiri Kopassus dan Komandan pertama dari korps baret merah ini.

Walaupun begitu,  Nama Idjon Djanbi diabadikan selaku nama Kesatrian di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) di Batujajar, Jawa Barat.

Biografi W.R. Soepratman, Kisah Jagoan Pencipta Lagu Indonesia Raya

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Biografi W.R. Soepratman. Pahlawan Nasional ini diketahui oleh rakyat Indonesia sebagai orang yang membuat lagu kebangsaan Republik Indonesia. Selain sebagai seorang komponis, WR Supratman juga ialah seorang wartawan dan ikut terlibat dalam sumpah pemuda tahun 1928. Berikut profil dan biografi W.R Supratman.

Profil dan Biografi W.R Supratman

W.R. Supratman lahir dengan nama lengkap Wage Rudolf Supratman pada tanggal 9 Maret 1903 di Jatinegara, Jakarta. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, sersan di Batalyon VIII, KNIL Belanda. Ibunya bernama Siti Senen. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, yang lain wanita. Salah satunya bernama Roekijem.

Riwayat Pendidikan W.R Supratman

Pada tahun 1914, WR Supratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan didanai oleh suami Roekijem yang berkebangsaan Belanda berjulukan Willem van Eldik.

WR Supratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun, lalu melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar hingga simpulan. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2.

Dua tahun berikutnya dia mendapat ijazah Klein Ambtenaar. Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada suatu perusahaan jualan . Dari Makassar, beliau pindah ke Bandung dan melakukan pekerjaan selaku wartawan surat kabar Sin Po.

Pekerjaan itu tetap dilakukannya di saat sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu dia mulai terpesona kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Rasa tidak bahagia kepada penjajahan Belanda mulai tumbuh dan kesudahannya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dihentikan beredar oleh pemerintah Belanda.

Supratman dipindahkan ke kota Singkang. Di situ tidak lama kemudian minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem, sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer.

Selain itu Roekijem juga bahagia bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik

Sejarah Lagu Indonesia Raya

WR Soepratman tidak beristri serta tidak memiliki anak angkat. Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman menemukan pelajaran musik dari abang iparnya yakni Willem van Eldik, sehingga bakir bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu.

Ketika tinggal di Jakarta, pada sebuah kali dia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang hebat-hebat musik Indonesia untuk membuat lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.

Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan akseptor biasa (secara intrumental dengan biola atas usulan Soegondo berkaitan dengan kodisi dan suasana pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito).

Pada ketika itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional.

Apabila partai-partai politik menyelenggarakan kongres, maka lagu Indonesia Raya senantiasa dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan hasratuntuk merdeka.

Ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan pada hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia, lagu ciptaan WR Supratman tersebut lalu ditetapkan sebagai lagu kebangaaan Indonesia.

Sejak saat itu, Polisi Rahasia Belanda senantiasa memata-matai gerak-gerik dan kehidupan WR Supratman. Ini menciptakan kehidupannya tidak lagi nyaman.

Pada tahun 1930, dikala WR Supratman pergi ke Bandung menyaksikan sidang ketua PNI Ir. Soekarno dengan kawan-kawannya. Ketika bertemu Ir. Soekarno melihat WR Supratman, Soekarno berkata melihatnya dan spontan mengucapkan kata-kata:

…Daar hebt je de komponis van Indonesia Raya? Strijdt voort voor Onse Vrijheid Meneer Soepratman. Merdeka!” (Bukankah Anda pencipta lagu Indonesia Raya? Berjuang teruslah demi kemerdekaan kita Tuan Soepratman)

WR Supratman menggantungkan hidupnya dari mencari isu untuk harian Sin Po. Di Jakarta, WR Supratman dikenal dengan istilah Bapak Lagu Indonesia Raya.

Indonesia Raya Menjadi Lagu Kebangsaan Indonesia

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Rudolf Supratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.

Jatuh Sakit dan Wafat

Akibat membuat lagu Indonesia Raya, ia senantiasa dikejar oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir “Matahari Terbit” pada permulaan Agustus 1938, beliau ditangkap oleh Belanda.

Ini terjadi saat menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM jalan Embong Malang, Surabaya. Ia selanjutnya ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya.

Biografi WR Supratman

Dari penjara, WR Supratman yang mulai sakit-sakitan tinggal di rumah kakaknya, Roekijem Soepratijah van Eldik.

…Mas, nasibku telah begini. Inilah yang disukai Pemerintah Belanda. Biarlah saya meninggal, aku nrimo. Saya toh sudah bersedekah, berjuang dengan caraku, dengan biolaku. Saya yakin Indonesia niscaya Merdeka! – W.R. Supratman

Wage Rudolf Soepratman atau W.R. Supratman meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 di rumah kakaknya di jalan Jalan Mangga, Tambaksari, Surabaya.

W.R. Soepratman meninggal dunia, tanpa meninggalkan apa-apa, tanpa istri dan anak, juga tanpa meninggalkan harta. Ia hanya meninggalkan secarik kertas not-not musik, lagu ciptaannya yang terakhir terhadap bangsanya sebagai bentuk usaha WR Supratman.

Dalam buku biografi WR Supratman yang berjudul Meluruskan Sejarah dan Riwayat hidup Wage Rudolf Soepratman: Pencipta lagu kebangsaan Republik Indonesia “Indonesia Raya” dan jagoan nasional yang ditulis oleh Anthony C. Huutabarat dikatakan bahwa Jasad WR Supratman dimandikan dan disucikan secara agama Islam oleh keluarganya.

WR Supratman lalu dimakamkan di daerah peristirahatannya yang terakhir di Kuburan Umum Kapas, Jalan Kenjeran, Surabaya.

Hari Musik Nasional

Hari kelahiran WR Supratman, 9 Maret, oleh Megawati dikala menjadi presiden RI, didirikan sebagai Hari Musik Nasional. Namun tanggal kelahiran ini bantu-membantu masih diperdebatkan.

Hal ini alasannya adalah ada usulan yang menyatakan WR Supratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.  Pendapat ini didukung keluarga Supratman dan dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.

Biografi Tan Malaka, Kisah Bapak Pendiri Bangsa Yang Selsai Tragis Tanpa Peradilan

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

Tan Malaka dikenal sebagai salah satu jagoan Indonesia, dia ialah salah satu pejuang dari kemerdekaan Republik Indonesia. Jasa Tan Malaka bagi negara sungguh besar sebab yaitu yang pertama kali memperkenalkan gagasan Republik Indonesia yang menjadi ilham bagi Ir. Soekarno.

Walaupun begitu, beliau diketahui selaku tokoh gerakan kiri yang banyak disanjung bahkan oleh Soekarno sampai Mohammad Hatta. Namun siapa sangka, hidupnya selsai tragis dihabisi tanpa peradilan sebab dianggap selaku pemberontak oleh pemerintah Indonesia. Bagaimana cerita Tan Malaka?  

Biografi Tan Malaka

Sejarah Tan Malaka diketahui juga sebagai pejuang yang berani dan berjiwa sosial. Ia ialah seorang pemikir besar. Seorang patriot yang gagasannya takkan pernah hilang dari negara ini bahkan mampu disebut selaku filsuf nya Indonesia. Berikut biografi Tan Malaka secara singkat yang diketahui sebagai salah satu bapak pendiri bangsa yang dilupakan.

Biografi Tan Malaka

Tan Malaka lahir dengan nama Sultan Ibrahim di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat pada 2 Juni 1897. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga islamis.

Biografi Tan Malaka

Ayahnya bernama HM Rasad yang melakukan pekerjaan sebagai pegawai pertanian sementara ibunya Rangkayo Sina merupakan orang yang disegani di desanya alasannya adalah berasal dari keluarga terpandang.

Saat berusia 16 tahun, Ia diminta untuk menerima dua anjuran dari keluarganya ialah diberi gelar Datuk atau dijodohkan dengan gadis yang dipilihkan oleh keluarganya. 

Namun beliau menjawab bahwa dirinya cuma mendapatkan satu dari dua proposal tersebut saja. Keluarganya akhirnya menentukan untuk memberinya gelar Datuk Tan Malaka daripada menjodohkannya. Sejak ketika itu Ibrahim dikenal dengan nama Tan Malaka. 

Sekolah ke Belanda

Selepas menuntaskan pendidikan di Kweekschool alias Sekolah Guru Negara di Bukittinggi pada tahun 1913, Ia melanjutkan pendidikannya ke Rijks Kwekschool di Haarlem, Belanda.

Di Belanda inilah beliau berkenalan dengan pemikiran ajaran komunisme dan sosialisme lewat karya Karl Marx, Engels hingga Lenin.

Beberapa waktu kemudian, beliau bertemu dengan Henk Sneevliet salah seorang pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging alias ISDV. ISDV ialah suatu organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia. Disinilah sejarah Tan Malaka dan komunis dimulai.

Kembali ke Indonesia

Tan Malaka kemudian kepincut dengan tawaran Sneevliet yang mengajaknya bergabung dengan Social Democratische-Onderwijzers Vereeniging alias Asosiasi Demokratik Sosial Guru. Setelah lulus dari SDOV, Ia lalu kembali ke desanya di Sumatera Barat.

Ia lalu menerima proposal untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Deli, Sumatera Utara. Di kala inilah ia mengamati dan mengetahui penderitaan kaum pribumi Sumatera serta terus melaksanakan kekerabatan ISDV dan menulis untuk media massa.

Tan Malaka sempat menjadi kandidat anggota Volksraad semacam dewan perwakilan rakyat bentukan pemerintah Hindia Belanda dalam pemilihan tahun 1920 mewakili kaum kiri. Namun dia hasilnya mengundurkan diri setahun tanpa karena yang terperinci.

Dekat Dengan Darsono dan Semaun

Kiprahnya lalu dilanjutkan dengan membuka sekolah di Semarang atas pinjaman Darsono yang merupakan tokoh dari Sarekat Islam Merah (SI Merah). Sekolah itu disebut selaku sekolah rakyat dan mempunyai kurikulum yang sama dengan sekolah di Uni Soviet.

Kedekatan Tan Malaka dengan tokoh mirip Semaun dan Darsono pada akhirnya menciptakan dirinya kian bersahabat dengan gerakan komunisme sesudah Sarekat Islam pecah menjadi SI Merah dan SI Putih. 

Semaun kemudian mengajaknya untuk bergabung dengan PKI. Selain aktif dalam berpolitik, ia juga bersungguh-sungguh menulis dan menerbitkan beberapa buku. Bukunya yang berjudul Parlemen atau Soviet? yang dipublikasikan secara berseri oleh PKI.

Karena sosoknya dianggap radikal, Pemerintah Hindia Belanda menangkapnya di Bandung pada Februari 1922. Ia lalu hendak dibuang ke Kupang namun meminta untuk diasingkan ke Belanda.

Di Belanda beliau bergabung dengan Communist Party of the Netherlands atau CPN dengan motif untuk membawa gosip kemerdekaan Indonesia di dalamnya.

Mengikuti Konferensi Komunis Internasional (Komintern)

Tan Malaka kemudian pergi ke Jerman dan kemudian ke Uni Soviet untuk mengikuti konferensi komunis internasional atau Komintern. Di Soviet, Ia memberikan proposal kerja sama antara komunisme dengan pan islamisme meskipun kemudian ditolak.

Selama beberapa tahun dia aktif selaku distributor Komintern distributor Timur dan bahkan sempat menjadi perwakilan Komintern Asia Tenggara. Ia sempat berpindah-pindah mirip ke Kanton, Hongkong, Singapura, Filipina dan beberapa wilayah yang lain untuk peran yang tersebut.

Menulis Buku Naar De Republik Indonesia (Menuju Republik Indonesia)

Pada tahun 1924 saat masih dalam pelarian, Tan Malaka menulis salah satu buku yang paling terkenal yang pernah dibuatnya berjudul Naar De Republik Indonesia atau Menuju Republik Indonesia.

Buku tersebut dianggap sebagai karya yang fenomenal dan melebihi zamannya. Hal ini sebab buku Naar De Republik Indonesia atau Menuju Republik Indonesia telah membicarakan ihwal bentuk negara Indonesia selaku Republik Indonesia.  

Buku karya Tan Malaka ini disebut-sebut selaku sumber wangsit Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dalam merumuskan mirip apa Indonesia di lalu hari.

Pada tahun 1927, Tan Malaka mendirikan partai Republik Indonesia (PARI), ini akibat ketidakpuasan kepada strategi yang diambil oleh PKI dalam perjuangannya. 

Menulis Buku Madilog

Dalam biografi Tan Malaka dikenali bahwa selanjutnya pada tahun 1942, beliau datang kembali di Jakarta. Tak usang kemudian beliau menulis buku berjudul Madilog : Materialisme Dialektika dan Logika.

Biografi Tan Malaka

Ia juga mulai menghitung-hitung potensi Indonesia untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang pada hasilnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Namun diplomasi Indonesia kepada Belanda dinilainya terlalu lemah pasca proklamasi kemerdekaan tersebut. Ia kemudian mendirikan Persatuan Perjuangan yang beranggotakan 140 organisasi politik laskar dan partai politik. 

Didalamnya termasuk juga Masyumi dan PNI yang tidak puas dengan lambannya diplomasi yang dikerjakan oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Tan Malaka sempat dipenjara alasannya dituduh sebagai otak penculikan Sutan Syahrir di tahun 1948. Namun beliau lalu dibebaskan dikala pemberontakan PKI meletus di bulan september tahun 1948. 

Mendirikan Partai Murba

Setelah keluar dari penjara, Tan Malaka lalu mendirikan Partai Musyawarah Rakyat Banyak atau MURBA, suatu partai politik dengan ideologi nasionalis komunis.

Sejarawan Hari Poeze dalam yang menulis perihal biografi Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia jilid 4 menyebutkan bahwa tokoh garis kiri ini menolak menjadi ketua partai tersebut.

Ia kemudian masih terus secara rutin mengecam politik diplomasi yang dijalankan oleh Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta yang dia sebut telah menyia-nyiakan hak-hak mereka selaku pemimpin.

Akibatnya propagandanya, Ia lalu menjadi tokoh yang anti politik diplomasi Soekarno-Hatta dianggap sebagai bahaya bagi pemerintah Indonesia. Gerakannya dianggap oleh beberapa pihak mesti ditumpas.

Tan Malaka Tertangkap dan Dieksekusi Mati

Dalam persembunyiannya, Tan Malaka kemudian ditangkap di Gunung Wilis, Selopanggung, Kediri. Ia ditangkap oleh Letnan Dua Sukotjo dari Batalyon Sikatan Divisi Brawijaya pada 21 Februari 1949. 

Atas perintah Sukotjo, Tan Malaka lalu dieksekusi mati di Kediri yang dilaksanakan oleh Suradi Tekebek, orang yang diberi peran Sukotjo. Ia pun dimakamkan disana.

Kematian tokoh pendiri bangsa Indonesia ini tanpa dibuatkan laporan maupun investigasi lebih lanjut. Lokasi makamnya bahkan dirahasiakan. Lokasi makamnya lalu didapatkan oleh Harry Poeze melalui serangkaian wawancara yang dilakukan pada era 1986 hingga dengan 2005 dengan para pelaku sejarah yang berada gotong royong dengan tokoh kiri ini pada tahun 1949.

Sejarawan Harry Poeze menyebutkan bahwa ihwal hukuman mati Tan Malaka bahkan dirahasiakan selama beberapa tahun. Pada tahun 1963, Presiden Soekarno memperlihatkan gelar pendekar nasional untuk Tan Malaka. Walaupun demikian makamnya baru dipindahkan secara simbolik ke Sumatera Barat pada tahun 2017.

Fakta Unik Tan Malaka 

Tan Melaka dikenali pernah dipenjara sebanyak kurang lebih 13 kali. Ia bahkan pernah diburuoleh Polisi Rahasia di 11 negara dan dua benua alasannya sepak terjangnya.

Selama hidupnya, Tan Malaka memiliki 23 nama samaran dan hidup 20 tahun dalam pelarian. Ia juga menguasai 8 bahasa mulai dari Minang, Indonesia, Tagalog, Mandarin, Jerman, Belanda, Rusia dan Inggris.

Karena dianggap sebagai tokoh kiri selama kala Orde Baru Presiden Soeharto, Nama Tan Malaka salah dihilangkan dari buku-buku sejarah walaupun jasanya juga besar bagi Indonesia.