TintaTeras.com
Biografi Jenderal Mt Haryono, Pahlawan Revolusi Yang Pandai Diplomasi
TintaTeras.com
Biografi Alex Kawilarang, Dongeng Patriot Pendiri Kopassus
Profil dan biografi singkat Alex Kawilarang. Ia merupakan salah satu tokoh populer pada abad revolusi kemerdekaan. Bersama dengan Idjon Djanbi, Nama Kolonel Alex Kawilarang dikenal sebagai pendiri Kopassus yang lalu dikenal sebagai satuan pasukan khusus paling populer dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

Namun sayangnya, alasannya adalah perbedaan prinsip dengan pemerintah era itu, Kawilarang menentukan bergabung dengan Permesta dan melaksanakan pemberontakan. Bagaimana kisahnya? Berikut profil dan biografi Alex Kawilarang secara singkat sang pendiri Kopassus.
Biografi Alex Kawilarang
Tokoh populer dari Tentara Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama lengkap Alexander Evert Kawilarang. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1920. Ayahnya bernama Alexander Herman Hermanus Kawilarang diketahui selaku perwira KNIL atau Tentara Kerajaan Belanda. Sementara ibu Kawilarang bernama Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya ini berasal dari Sulawesi Utara (Ramadhan Karta Hadimadja, 1988).
Terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang militer, Kawilarang mengenyam pendidikan yang cantik untuk anak seusianya. Ia mengenyam pendidikan permulaan di Europeesche Lagere School (ELS) di Semarang dan pindah ke Cimahi, jawa Barat.
Setelah menyelesaikan sekolahnya disana, Kawilarang lalu melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burgerschool (HBS) di Bandung selama 5 tahun. Di tahun 1940, setelah menyelesaikan sekolahnya beliau memilih mengikuti jejak ayahnya yang berkarir di bidang militer.
Pendidikan militer pertamanya dia peroleh dengan bergabung dengan Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL. Setelah itu dia bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Belanda di Garut, Jawa Barat sampai tahun 1942. Disini Kawilarang berjumpa dengan AH Nasution dan TB Simatupang (Anderson, Benedict R. O’G, 1972).
Setelah lulus dari sana, dia eksklusif ditempatkan sebagai komandan peleton di Bandung. Tak beberapa usang beliau dikirim ke Jakarta untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando AD (SSKAD). Dimasa pendudukan Jepang, Kawilarang ditangkap dan disiksa sampai tahun 1944 oleh Polisi Militer Jepang (Kempeitai). Pasukan KNIL juga kurun itu dibubarkan.
Lebih menyedihkan lagi, ayahnya tewas saat menjadi tawanan Jepang diatas kapal bareng dengan para Romusha. Kapal mereka ditenggelamkan oleh kapal selam Inggris, HMS Tradewind (Simatupang, 1972). Kawilarang sendiri berhasil selamat namun menderita cacat seumur hidup sebab perlakuan Jepang.
Bebas dari Jepang, Kawilarang memilih bekerja sebagai kepala pabrik karet di Sumatera Selatan. Pasca kemerderkaan Indonesia, Kawilarang mmemilih bergabung dengan TNI dengan pangkat mayor. Tugasnya selaku perwira penghubung pasukan Inggris.
Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi
Sempat memimpin pasukan infanteri di Bogor dengan pangkat Letkol, Kawilarang lalu diserahi peran menjadi Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi ketika agresi militer Belanda I berjalan.

Saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, Kawilarang diandalkan menjadi panglima Tentara dan Teritorium I/Bukit Barisan di Medan. Namun pasca akreditasi kedaulatan Indonesia di Meja Bundar, Kawilarang ditarik ke Makassar menjadi panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur di tahun 1950.
Hanya setahun di Makassar, Kawilarang lalu ditarik kembali menjadi panglima Tentara dan Territorium III/Siliwangi yang berkedudukan di Jawa Barat (Indonesian Army Territorial Commanders, 1983).
Menikah
Pada tanggal 16 Oktober 1952, Alex Kawilarang dimengerti menikahi perempuan yang bernama Petronell Isabella van Emden. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua orang anak berjulukan Aisabella Nelly Kawilarang dan Alexander Edwin Kawilarang.
Namun pernikahan tersebut cuma berjalan bertahun-tahun saja dan bercerai di tahun 1958. Ia kemudian menikah lagi dengan wanita bernama Henny Olga Pondaag yang memberinya seorang anak bernama Pearl Hazel Kawilarang.
Menumpas Pemberontakan Andi Azis
Kawilarang menjadi seorang panglima di usia sangat muda yakni 30 tahun. Karena pengalamannya, dia ditugaskan selaku panglima operasi ke Makassar didampingi oleh Soeharto dalam menumpas pemberontakan Andi Azis.
Sukses memadamkan pemberontakan Andi Azis, Kawilarang kemudian memobilisasi pasukannya untuk menghadapi pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Menumpas Pemberontakan RMS
Selain itu, Kawilarang juga ditugaskan memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan melawan mantan pasukan KNIL yang tergabung dalam Green Caps (Conboy, 2003). Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dapat dipadamkan oleh Alex Kawilarang, namun bawahannya ialah kolonel Slamet Riyadi tewas dalam peperangan.
David Jenkis dalam bukunya yang berjudul Suharto and His Generals: Indonesia’s Military Politics (1984) mengisahkan Alex Kawilarang ketika menjabat selaku Panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur pernah menampar Soeharto yang era itu sebagai bawahannya.

Hal ini terjadi sebab Kawilarang marah besar sebab dikala itu Soeharto yang memimpin brigade Mataram tidak mampu menjaga Makassar yang pada kesannya diduduki oleh pasukan KNIL. Soeharto dan pasukannya bahkan melarikan diri ke lapangan udara Mandai.
Pendiri Kopassus
Alex Kawilarang dikenal selaku pendiri pasukan khusus Kopassus. Pengalamannya dalam peperangan di Maluku membuat dia berpikir perlunya Indonesia memiliki satuan pasukan khusus. Dari situ, beliau lalu mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) di Batujajar, Jawa Barat.
Dalam buku biografi Alex Kawilarang yang berjudul A.E. Kawilarang: untuk Sang Merah Putih (1988) disebutkan bahw ia meminta Moh. Idjon Djanbi, mantan pasukan Belanda yang mempunyai pengalaman pasukan khusus untuk melatih satuan tersebut.
Idjon Djanbi lalu diketahui selaku komandan pertama dari Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT). Kesatuan ini kemudian berganti nama menjadi RPKAD. Dan kelak dikenal sebagai komando pasukan khusus atau Kopassus.
Atase Militer di Amerika Serikat
Tahun 1956, Alex Kawilarang ditunjuk selaku Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat oleh Panglima Angkatan Darat abad itu adalah AH Nasution. Namun berdasarkan Ruth Vey (1971) dalam bukunya yang berjudul The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army menyebutkan bahwa penunjukan ini bertujuan untuk melenyapkan pengaruh Alex Kawilarang di Angkatan Darat dan orang-orang di tubuh angkata darat yang kontra kepada Nasution.
Namun dalam Biografi Alex Kawilarang yang ditulis oleh Ramadhan Karta Hadimadja (1988) menyebutkan bahwa Kawilarang mendapatkan posisi Atase Militer di Amerika karena ingin memperbesar pengalamannya dalam bidang militer di mancanegara.
Pemberontakan Permesta
Pemberontakan Permesta pecah pada tanggal 2 Maret 1957. Ini bermula ketika Ventje Sumual yang merupakan panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta yang kemudian dikenal dengan Permesta di Manado dan Minahasa.
Gerakan ini kemudian disertai dengan gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera. Pemberontakan ini timbul sebab kekecewaan kepada pemerintah sentra di Jawa dan menghendaki Indonesia Timur mampu mendapatkan hak otonomi daerah untuk memperbaiki nasib mereka.
Alex Kawilarang yang berada di Amerika terus mengikuti kemajuan Permesta dan kemudian menetapkan kembali ke Indonesia dan meninggalkan jabatannya. Setibanya di Sulawesi utara, Alex Kawilarang kemudian bergabung dengan PRRI/Permesta dan diangkat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI di tahun 1958.
Pemberontakan PRRI/Permesta merupakan pemberontakan yang besar dan berjalan dari tahun 1958 sampai 1961. Dalam beberapa kali pertempuran Alex Kawilarang sebagaipimpinan militer Permesta berjumpa dan melawan bekas anak buahnya baik dari militer Siliwangi dan satuan RPKAD (Kopassus) yang ia bentuk.

Pada tahun 1961, Pemberontakan Permesta berhasil dipadamkan. Alex Kawilarang sendiri bareng dengan pasukan permesta yang lain kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Ini ditandai dengan upacara tanggal upacara pada tanggal 14 April di Tomohon, Sulawesi Utara.
Pensiun dari TNI
Pada tahun 1961 juga, Alex Kawilarang mendapatkan amnesti (pengampunan) dan pembatalan dari Presiden Soekarno. Namun sesudah itu, Kawilarang tidak pernah menerima penghargaan militer alasannya adalah keterlibatannya dalam Permesta.
Walaupun begitu, Alex Kawilarang bisa pensiun dari TNI meski pangkaktnya diturunkan menjadi Letnan Kolonel. Pasca pensiun, Kawilarang bekerja sempat bekerja selaku wakil manajer lazim Jakarta Racing Management tahun 1972.
Di tahun 1999, Alex Kawilarang gres memperoleh penghargaan atas jasa-jasanya dalam sebagai pendiri Kopassus. Ia mendapatkan gelar Warga Kehormatan Kopassus dalam upacara di markas Kopassus di Cijantung, Jakarta.
Alex Kawilarang Wafat
Pendiri Kopassus Alex Kawilarang meninggal dunia karena penyakit komplikasi pada tanggal 6 Juni 2000 di rumah sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Markas Kodam III/Siliwangi dan dimakamkan di taman makam hero Cikutra, Bandung.
Biografi Alex Kawilarang, Dongeng Patriot Pendiri Kopassus
Profil dan biografi singkat Alex Kawilarang. Ia merupakan salah satu tokoh populer pada abad revolusi kemerdekaan. Bersama dengan Idjon Djanbi, Nama Kolonel Alex Kawilarang dikenal sebagai pendiri Kopassus yang lalu dikenal sebagai satuan pasukan khusus paling populer dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

Namun sayangnya, alasannya adalah perbedaan prinsip dengan pemerintah era itu, Kawilarang menentukan bergabung dengan Permesta dan melaksanakan pemberontakan. Bagaimana kisahnya? Berikut profil dan biografi Alex Kawilarang secara singkat sang pendiri Kopassus.
Biografi Alex Kawilarang
Tokoh populer dari Tentara Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama lengkap Alexander Evert Kawilarang. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1920. Ayahnya bernama Alexander Herman Hermanus Kawilarang diketahui selaku perwira KNIL atau Tentara Kerajaan Belanda. Sementara ibu Kawilarang bernama Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya ini berasal dari Sulawesi Utara (Ramadhan Karta Hadimadja, 1988).
Terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang militer, Kawilarang mengenyam pendidikan yang cantik untuk anak seusianya. Ia mengenyam pendidikan permulaan di Europeesche Lagere School (ELS) di Semarang dan pindah ke Cimahi, jawa Barat.
Setelah menyelesaikan sekolahnya disana, Kawilarang lalu melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burgerschool (HBS) di Bandung selama 5 tahun. Di tahun 1940, setelah menyelesaikan sekolahnya beliau memilih mengikuti jejak ayahnya yang berkarir di bidang militer.
Pendidikan militer pertamanya dia peroleh dengan bergabung dengan Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL. Setelah itu dia bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Belanda di Garut, Jawa Barat sampai tahun 1942. Disini Kawilarang berjumpa dengan AH Nasution dan TB Simatupang (Anderson, Benedict R. O’G, 1972).
Setelah lulus dari sana, dia eksklusif ditempatkan sebagai komandan peleton di Bandung. Tak beberapa usang beliau dikirim ke Jakarta untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando AD (SSKAD). Dimasa pendudukan Jepang, Kawilarang ditangkap dan disiksa sampai tahun 1944 oleh Polisi Militer Jepang (Kempeitai). Pasukan KNIL juga kurun itu dibubarkan.
Lebih menyedihkan lagi, ayahnya tewas saat menjadi tawanan Jepang diatas kapal bareng dengan para Romusha. Kapal mereka ditenggelamkan oleh kapal selam Inggris, HMS Tradewind (Simatupang, 1972). Kawilarang sendiri berhasil selamat namun menderita cacat seumur hidup sebab perlakuan Jepang.
Bebas dari Jepang, Kawilarang memilih bekerja sebagai kepala pabrik karet di Sumatera Selatan. Pasca kemerderkaan Indonesia, Kawilarang mmemilih bergabung dengan TNI dengan pangkat mayor. Tugasnya selaku perwira penghubung pasukan Inggris.
Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi
Sempat memimpin pasukan infanteri di Bogor dengan pangkat Letkol, Kawilarang lalu diserahi peran menjadi Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi ketika agresi militer Belanda I berjalan.

Saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, Kawilarang diandalkan menjadi panglima Tentara dan Teritorium I/Bukit Barisan di Medan. Namun pasca akreditasi kedaulatan Indonesia di Meja Bundar, Kawilarang ditarik ke Makassar menjadi panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur di tahun 1950.
Hanya setahun di Makassar, Kawilarang lalu ditarik kembali menjadi panglima Tentara dan Territorium III/Siliwangi yang berkedudukan di Jawa Barat (Indonesian Army Territorial Commanders, 1983).
Menikah
Pada tanggal 16 Oktober 1952, Alex Kawilarang dimengerti menikahi perempuan yang bernama Petronell Isabella van Emden. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua orang anak berjulukan Aisabella Nelly Kawilarang dan Alexander Edwin Kawilarang.
Namun pernikahan tersebut cuma berjalan bertahun-tahun saja dan bercerai di tahun 1958. Ia kemudian menikah lagi dengan wanita bernama Henny Olga Pondaag yang memberinya seorang anak bernama Pearl Hazel Kawilarang.
Menumpas Pemberontakan Andi Azis
Kawilarang menjadi seorang panglima di usia sangat muda yakni 30 tahun. Karena pengalamannya, dia ditugaskan selaku panglima operasi ke Makassar didampingi oleh Soeharto dalam menumpas pemberontakan Andi Azis.
Sukses memadamkan pemberontakan Andi Azis, Kawilarang kemudian memobilisasi pasukannya untuk menghadapi pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Menumpas Pemberontakan RMS
Selain itu, Kawilarang juga ditugaskan memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan melawan mantan pasukan KNIL yang tergabung dalam Green Caps (Conboy, 2003). Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dapat dipadamkan oleh Alex Kawilarang, namun bawahannya ialah kolonel Slamet Riyadi tewas dalam peperangan.
David Jenkis dalam bukunya yang berjudul Suharto and His Generals: Indonesia’s Military Politics (1984) mengisahkan Alex Kawilarang ketika menjabat selaku Panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur pernah menampar Soeharto yang era itu sebagai bawahannya.

Hal ini terjadi sebab Kawilarang marah besar sebab dikala itu Soeharto yang memimpin brigade Mataram tidak mampu menjaga Makassar yang pada kesannya diduduki oleh pasukan KNIL. Soeharto dan pasukannya bahkan melarikan diri ke lapangan udara Mandai.
Pendiri Kopassus
Alex Kawilarang dikenal selaku pendiri pasukan khusus Kopassus. Pengalamannya dalam peperangan di Maluku membuat dia berpikir perlunya Indonesia memiliki satuan pasukan khusus. Dari situ, beliau lalu mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) di Batujajar, Jawa Barat.
Dalam buku biografi Alex Kawilarang yang berjudul A.E. Kawilarang: untuk Sang Merah Putih (1988) disebutkan bahw ia meminta Moh. Idjon Djanbi, mantan pasukan Belanda yang mempunyai pengalaman pasukan khusus untuk melatih satuan tersebut.
Idjon Djanbi lalu diketahui selaku komandan pertama dari Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT). Kesatuan ini kemudian berganti nama menjadi RPKAD. Dan kelak dikenal sebagai komando pasukan khusus atau Kopassus.
Atase Militer di Amerika Serikat
Tahun 1956, Alex Kawilarang ditunjuk selaku Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat oleh Panglima Angkatan Darat abad itu adalah AH Nasution. Namun berdasarkan Ruth Vey (1971) dalam bukunya yang berjudul The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army menyebutkan bahwa penunjukan ini bertujuan untuk melenyapkan pengaruh Alex Kawilarang di Angkatan Darat dan orang-orang di tubuh angkata darat yang kontra kepada Nasution.
Namun dalam Biografi Alex Kawilarang yang ditulis oleh Ramadhan Karta Hadimadja (1988) menyebutkan bahwa Kawilarang mendapatkan posisi Atase Militer di Amerika karena ingin memperbesar pengalamannya dalam bidang militer di mancanegara.
Pemberontakan Permesta
Pemberontakan Permesta pecah pada tanggal 2 Maret 1957. Ini bermula ketika Ventje Sumual yang merupakan panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta yang kemudian dikenal dengan Permesta di Manado dan Minahasa.
Gerakan ini kemudian disertai dengan gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera. Pemberontakan ini timbul sebab kekecewaan kepada pemerintah sentra di Jawa dan menghendaki Indonesia Timur mampu mendapatkan hak otonomi daerah untuk memperbaiki nasib mereka.
Alex Kawilarang yang berada di Amerika terus mengikuti kemajuan Permesta dan kemudian menetapkan kembali ke Indonesia dan meninggalkan jabatannya. Setibanya di Sulawesi utara, Alex Kawilarang kemudian bergabung dengan PRRI/Permesta dan diangkat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI di tahun 1958.
Pemberontakan PRRI/Permesta merupakan pemberontakan yang besar dan berjalan dari tahun 1958 sampai 1961. Dalam beberapa kali pertempuran Alex Kawilarang sebagaipimpinan militer Permesta berjumpa dan melawan bekas anak buahnya baik dari militer Siliwangi dan satuan RPKAD (Kopassus) yang ia bentuk.

Pada tahun 1961, Pemberontakan Permesta berhasil dipadamkan. Alex Kawilarang sendiri bareng dengan pasukan permesta yang lain kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Ini ditandai dengan upacara tanggal upacara pada tanggal 14 April di Tomohon, Sulawesi Utara.
Pensiun dari TNI
Pada tahun 1961 juga, Alex Kawilarang mendapatkan amnesti (pengampunan) dan pembatalan dari Presiden Soekarno. Namun sesudah itu, Kawilarang tidak pernah menerima penghargaan militer alasannya adalah keterlibatannya dalam Permesta.
Walaupun begitu, Alex Kawilarang bisa pensiun dari TNI meski pangkaktnya diturunkan menjadi Letnan Kolonel. Pasca pensiun, Kawilarang bekerja sempat bekerja selaku wakil manajer lazim Jakarta Racing Management tahun 1972.
Di tahun 1999, Alex Kawilarang gres memperoleh penghargaan atas jasa-jasanya dalam sebagai pendiri Kopassus. Ia mendapatkan gelar Warga Kehormatan Kopassus dalam upacara di markas Kopassus di Cijantung, Jakarta.
Alex Kawilarang Wafat
Pendiri Kopassus Alex Kawilarang meninggal dunia karena penyakit komplikasi pada tanggal 6 Juni 2000 di rumah sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Markas Kodam III/Siliwangi dan dimakamkan di taman makam hero Cikutra, Bandung.
Biografi Bob Sadino, Cerita Penjual Telur Dan Sayur Menjadi Pebisnis Berhasil
TintaTeras.com
Biografi Bob Sadino, Cerita Penjual Telur Dan Sayur Menjadi Pebisnis Berhasil
TintaTeras.com
Biografi Dn Aidit, Pimpinan Pki Yang Tewas Dengan Kontroversi
TintaTeras.com
Biografi Dn Aidit, Pimpinan Pki Yang Tewas Dengan Kontroversi
TintaTeras.com
Biografi Kartosuwiryo, Dongeng Perjalanan Pendiri Negara Islam Indonesia
Kartosuwiryo diketahui selaku tokoh pendiri Negara Islam Indonesia. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Kartosuwiryo juga dicap selaku seorang pemberontak. Hal ini sebab ia memimpin pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) melawan pemerintah Indonesia.

Uniknya, Kartosuwiryo ialah sahabat bersahabat Soekarno dan Musso ketika masih tinggal bersama di rumah HOS Cokroaminoto. Namun siapa sangka, diakhir hidupnya Kartosuwiryo dihukum mati di depan regu tembak ketika Soekarno berkuasa. Bagaimana kisahnya? Berikut profil dan biografi Kartosuwiryo.
Biodata Kartosuwiryo
Nama Lengkap | Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo |
Nama Panggilan | Kartosoewirjo |
Lahir | Cepu, Blora, 7 Januari 1905 |
Wafat | Pulau Ubi, Jakarta, 5 September 1962 |
Dikenal | Pendiri Negara Islam Indonesia (DI/TII) |
Biografi Kartosuwiryo
Tokoh populer DI/TII ini terlahir dengan nama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ia dilahirkan di Cepu, Jawa Tengah pada tanggal 7 Januari 1907. Ia sendiri ialah anak dari 7 bersaudara.
Ayahnya yang bernama Kartosuwiryo melakukan pekerjaan sebagai seorang mantri candu. Jabatan tersebut dikenali cukup tinggi bagi seorang pribumi pada periode kolonial.
Dilihat dari latar belakang keluarganya, Kartosuwiryo tidak dilahirkan dari keluarga islam yang taat. Mengingat ayahnya merupakan mantri candu. Namun untuk pendidikan, Ia mendapatkannya dengan pantas.
Pendidikan Kartosuwiryo
Selain itu, ia pun ialah salah satu anak yang bisa dan mempunyai peluang untuk mengenal pendidikan di sekolah modern.
Dimana pada tahun 1901, Belanda memutuskan politik etis yang merupakan politik balas budi. Ia menjadi salah satu anak yang sukses untuk mengenyam pendidikan tersebut.
Dimasa kecilnya, Kartosuwiryo diketahui memulai pendidikannya di Tweede Inlandsche School. Tamat dari sana, dia lalu diantarke Rembang, Jawa Tengah di Hollandsch Inlandsche School.
Tak lama kemudian orang tuanya kemudian menyekolahkan pemimpin Darul Islam itu di Europeesche Lagere School. Itu ialah sebuah sekolah elit untuk anak belanda dan para aristokrat di Bojonegoro, Jawa Timur.
Masuk Sekolah Kedokteran
Tamat dari sana, orang tuanya kemudian menyekolahkannya di Nederlandsch Indische Artsen School, sekolah kedokteran yang berada di Surabaya. Disinilah beliau kemudian mulai mengenal dan terpesona dengan dunia pergerakan.

Dikutip dari buku Seri Tempo: Kartosuwiryo yang ditulis oleh Tim Buku Tempo (2016), disebutkan bahwa ilham-inspirasi kebangsaan bahkan cenderung ‘kiri’ diperolehnya dari buku bacaan sosialisme milik pamannya yang berjulukan Mas Marco Kartodikromo. Pamannya ini dikenal sebagai tokoh Sarekat Islam ‘Merah’. Ia juga melakukan pekerjaan selaku seorang wartawan.
Dari pamannya juga dia lalu menggeluti ke dunia politik pergerakan. Pada awalnya, beliau bergabung dengan Jong Java setelah itu Jong Islamieten Bond. Dalam organisasi perhimpunan perjaka islam ini, pengetahuan akan keislaman banyak beliau baca dari buku-buku.
Ia juga mencar ilmu pada beberapa kiai-kiai. Ia dimengerti mempunyai guru mengaji berjulukan Notodiharjo yang diketahui selaku tokoh sarekat islam indonesia yang berasal dari Jawa Timur.
Berguru Kepada HOS Cokroaminoto
Pengetahuan akan dunia pergerakan dan keislaman lebih banyak dia dapat dari guru besarnya yang berjulukan HOS Cokroaminoto. Ia dikenal sebagai pentolan atau tokoh terkenal dari organisasi berjulukan Sarekat Islam.
Ia kesannya menentukan untuk indekos di rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya sembari belajar. Di rumah Cokroaminoto juga, Kartosuwiryo berjumpa dan tinggal bareng dengan Soekarno, Musso, Semaun, Alimin, Darsono sampai Tan Malaka.
Soekarno kelak melahirkan ideologi Pancasila yang nasionalis. Sementara Musso, Alimin dan Darsono memilih berhaluan kiri atau Komunis. Sementara Kartosuwiryo memilih Islam sebagai ideologinya.
Kartosuwiryo menjadi ajun bagi Cokroaminoto. Untuk mengeluarkan uang sewa tempat tinggal, Ia meniti karier selaku pimpinan redaksi koran Harian Fadjar Asia yang dimiliki oleh Cokroaminoto. Di koran tersebut, beliau pun pernah membuat goresan pena yang berisi wacana penentangan terhadap aristokrat Jawa.
Dalam hal ini pun dia bekerja sama dengan Belanda. Dalam isi dari artikelnya tersebut, beliau mengatakan ihwal pandangan politiknya yang cenderung radikal. Di dalam biografi Kartosuwiryo yang singkat ini pun, beliau juga pernah untuk menyerukan supaya buruh bangun. Dengan tujuan yaitu untuk memperbaiki kondisi kehidupan bagi kaum buruh.
Selain itu, lewat artikel yang dibuatnya ia pun juga terkadang untuk mengkritik pihak nasionalis. Perlu dimengerti bahwa karier dari Kartosuwiryo ini pun terbilang melejit dikala beliau menjabat selaku sekretaris jenderal Partai Serikat Islam Indonesia atau PSII.
Disini ia pun lalu mempunyai cita cita untuk mendirikan negara Islam atau Daulah Islamiyah. Dimana ketika dia berada di PSSI pun, Ia juga bertemu dengan jodohnya yang ialah anak dari seorang tokoh PSII yang ada di Malangbong. Ketika menikah ini, Kartosuwiryo juga dikaruniai banyak anak yakni sejumlah 12 orang.
Kader Partai Serikat Islam Indonesia
Tidak mampu disangkal bahwa Cokroaminoto merupakan seseorang yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan maupun aliran dan agresi politiknya.
Hal ini menjadikan dia pun tumbuh menjadi seseorang yang mempunyai kesadaran politik yang cukup tinggi dan juga integritas dalam keislaman. Kartosuwiryo menjadi kader muda Partai Serikat Islam tahun 1927. Beberapa tahun lalu, ia diangkat sebagai ketua muda Partai Serikat Islam Indonesia.
Selanjutnya ia kemudian diangkat menjadi sekjen dari Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) yang menjadi kelanjutan dari Sarekat Islam Cokroaminoto. PSII ini menolak segala bentuk kerjasama yang disediakan oleh Belanda. Mereka berpegangan pada tafsir Alquran dan semangat jihad.
Pendiri Partai Masyumi
Kartosuwiryo dikenali merupakan salah satu pendiri Masyumi bersama dengan KH Wachid Hasyim dan Mohammad Natsir. Masyumi pada mulanya menjadi organisasi berhaluan Islam yang bertujuan melawan penjajahan Belanda untuk merdeka lewat politik.

Oragnisasi Masyumi yang dibuat oleh Karosoewirjo berkembang menjadi salah satu partai politik yang cukup mayoritas pasca kemerdekaan. Bahkan anggotanya sempat mengisi kursi dalam kabinet pemerintahan.
Pasca kemerdekaan, Ia mulai bertolak belakang dengan pemerintah Indonesia yang periode itu dipimpin oleh Soekarno. Ia kerap menetang apa yang menjadi kebijakan pemerintah kurun itu terutama penolakan saat pasukan Divisi Siliwangi ditugaskan long march ke Jawa Tengah.
Ia menganggap bahwa aksi long march ini cuma merugikan rakyat dan menciptakan belanda menang atas Indonesia dalam perjanjian Renville. Pemerintah Indonesia lewat Soekarno dan perdana menteri Amir Sjarifuddin memberikan Kartosuwiryo jabatan selaku menteri dalam kabinet.
Namun anjuran itu ditolak Kartosuwiryo selama dasar negara Indonesia bukan Islam. Di tahun 1949, Kekecewaan terhadap pemerintah Indonesia kian memuncak.
Mendirikan Negara Islam Indonesia
Tanggal 7 Agustus 1949, Ia resmi memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII). Dimana bagian NII ini meliputi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Negara Islam Indonesia bentukannya kemudian resmi mengobarkan pemberontakan yang kemudian diketahui dengan nama Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia).
Di Jawa Barat, pemberontakan DI/TII dipimpin sendiri oleh Kartosuwiryo. Di Sulawesi Selatan, Pemberontakan DI/TII sendiri dipimpin oleh Kahar Muzakkar. Sementara di Aceh, dipimpin oleh Daud Beureueh.
Pemberontakan DI/TII merupakan salah satu pemberontakan bersenjata di Indonesia yang paling lama dipadamkan. Perlawanan atau pemberontakan Kartosuwiryo itu terjadi dari tahun 1949 hingga 1962.
Perintah Membunuh Soekarno
Pemberontakan DI/TII terhadap pemerintahan Indonesia merupakan sebuah permusuhan dua sobat lama, Kartosuwiryo dan Soekarno yang meruncing. Dalam biografi Kartosuwiryo dalam buku yang ditulis Holk H. Dengel berjudul Darul Islam NII dan Kartosuwiryo (1995) disebutkan bahwa bagaimana dia memerintahkan ajudannya untuk membunuh Soekarno tahun 1961.
Percobaan pembunuhan kepada Soekarno oleh DI/TII sendiri terjadi pada tahun 1962. Kala itu, anggota DI/TII yang terdiri dari Mardjuk, Sanusi, Abudin, Djaja, Napdi, dan Kamil ditugaskan untuk membunuh Soekarno. Kemudian anggota berjulukan Sanusi menjajal menembak Soekarno dari jarak 7 meter ketika shalat Idul Adha berlangsung dihalaman istana kepresidenan.
Upaya pembunuhan itu gagal. Mardjuk, Abudin, Djaja, Napdi, Kamil dan Sanusi lalu ditangkap dan dijatuhi eksekusi mati. Perlawanan Kartosuwiryo sendiri selsai tepatnya pada tanggal 6 juni 1962. Ia tertangkap oleh pasukan Kompi C Batalion 328/Kujang II Divisi Siliwangi sesudah bersembunyi di gunung Rakutak, Jawa Barat.
Dijatuhi Hukuman Mati
Setelah ditangkap, Ia lalu diadili dalam sidang Pengadilan Mahkamah Darurat Perang. Ia didakwa melaksanakan pemberontakan dan penghianatan terhadap pemerintahan yang sah.

Hasil persidangan memutuskan Kartosuwiryo, pentolan DI/TII ini dijatuhi eksekusi mati. Ia sempat melaksanakan upaya meminta grasi atau pengampunan terhadap Presiden Soekarno yang menjadi temannya di saat masih tolong-menolong di rumah HOS Cokroaminoto.
Namun upayanya tersebut ditolak oleh Soekarno. Akhirnya hukuman mati terhadapnya dijalankan pada tanggal 5 September 1962 beberapa bulan sesudah ia tertangkap. Lokasi eksekusi mati Kartosuwiryo dijalankan di Pulau Ubi di kawasan kepulauan Seribu, Jakarta. Ia juga dimakamkan disana.
Biografi Kartosuwiryo, Dongeng Perjalanan Pendiri Negara Islam Indonesia
Kartosuwiryo diketahui selaku tokoh pendiri Negara Islam Indonesia. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Kartosuwiryo juga dicap selaku seorang pemberontak. Hal ini sebab ia memimpin pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) melawan pemerintah Indonesia.

Uniknya, Kartosuwiryo ialah sahabat bersahabat Soekarno dan Musso ketika masih tinggal bersama di rumah HOS Cokroaminoto. Namun siapa sangka, diakhir hidupnya Kartosuwiryo dihukum mati di depan regu tembak ketika Soekarno berkuasa. Bagaimana kisahnya? Berikut profil dan biografi Kartosuwiryo.
Biodata Kartosuwiryo
Nama Lengkap | Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo |
Nama Panggilan | Kartosoewirjo |
Lahir | Cepu, Blora, 7 Januari 1905 |
Wafat | Pulau Ubi, Jakarta, 5 September 1962 |
Dikenal | Pendiri Negara Islam Indonesia (DI/TII) |
Biografi Kartosuwiryo
Tokoh populer DI/TII ini terlahir dengan nama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ia dilahirkan di Cepu, Jawa Tengah pada tanggal 7 Januari 1907. Ia sendiri ialah anak dari 7 bersaudara.
Ayahnya yang bernama Kartosuwiryo melakukan pekerjaan sebagai seorang mantri candu. Jabatan tersebut dikenali cukup tinggi bagi seorang pribumi pada periode kolonial.
Dilihat dari latar belakang keluarganya, Kartosuwiryo tidak dilahirkan dari keluarga islam yang taat. Mengingat ayahnya merupakan mantri candu. Namun untuk pendidikan, Ia mendapatkannya dengan pantas.
Pendidikan Kartosuwiryo
Selain itu, ia pun ialah salah satu anak yang bisa dan mempunyai peluang untuk mengenal pendidikan di sekolah modern.
Dimana pada tahun 1901, Belanda memutuskan politik etis yang merupakan politik balas budi. Ia menjadi salah satu anak yang sukses untuk mengenyam pendidikan tersebut.
Dimasa kecilnya, Kartosuwiryo diketahui memulai pendidikannya di Tweede Inlandsche School. Tamat dari sana, dia lalu diantarke Rembang, Jawa Tengah di Hollandsch Inlandsche School.
Tak lama kemudian orang tuanya kemudian menyekolahkan pemimpin Darul Islam itu di Europeesche Lagere School. Itu ialah sebuah sekolah elit untuk anak belanda dan para aristokrat di Bojonegoro, Jawa Timur.
Masuk Sekolah Kedokteran
Tamat dari sana, orang tuanya kemudian menyekolahkannya di Nederlandsch Indische Artsen School, sekolah kedokteran yang berada di Surabaya. Disinilah beliau kemudian mulai mengenal dan terpesona dengan dunia pergerakan.

Dikutip dari buku Seri Tempo: Kartosuwiryo yang ditulis oleh Tim Buku Tempo (2016), disebutkan bahwa ilham-inspirasi kebangsaan bahkan cenderung ‘kiri’ diperolehnya dari buku bacaan sosialisme milik pamannya yang berjulukan Mas Marco Kartodikromo. Pamannya ini dikenal sebagai tokoh Sarekat Islam ‘Merah’. Ia juga melakukan pekerjaan selaku seorang wartawan.
Dari pamannya juga dia lalu menggeluti ke dunia politik pergerakan. Pada awalnya, beliau bergabung dengan Jong Java setelah itu Jong Islamieten Bond. Dalam organisasi perhimpunan perjaka islam ini, pengetahuan akan keislaman banyak beliau baca dari buku-buku.
Ia juga mencar ilmu pada beberapa kiai-kiai. Ia dimengerti mempunyai guru mengaji berjulukan Notodiharjo yang diketahui selaku tokoh sarekat islam indonesia yang berasal dari Jawa Timur.
Berguru Kepada HOS Cokroaminoto
Pengetahuan akan dunia pergerakan dan keislaman lebih banyak dia dapat dari guru besarnya yang berjulukan HOS Cokroaminoto. Ia dikenal sebagai pentolan atau tokoh terkenal dari organisasi berjulukan Sarekat Islam.
Ia kesannya menentukan untuk indekos di rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya sembari belajar. Di rumah Cokroaminoto juga, Kartosuwiryo berjumpa dan tinggal bareng dengan Soekarno, Musso, Semaun, Alimin, Darsono sampai Tan Malaka.
Soekarno kelak melahirkan ideologi Pancasila yang nasionalis. Sementara Musso, Alimin dan Darsono memilih berhaluan kiri atau Komunis. Sementara Kartosuwiryo memilih Islam sebagai ideologinya.
Kartosuwiryo menjadi ajun bagi Cokroaminoto. Untuk mengeluarkan uang sewa tempat tinggal, Ia meniti karier selaku pimpinan redaksi koran Harian Fadjar Asia yang dimiliki oleh Cokroaminoto. Di koran tersebut, beliau pun pernah membuat goresan pena yang berisi wacana penentangan terhadap aristokrat Jawa.
Dalam hal ini pun dia bekerja sama dengan Belanda. Dalam isi dari artikelnya tersebut, beliau mengatakan ihwal pandangan politiknya yang cenderung radikal. Di dalam biografi Kartosuwiryo yang singkat ini pun, beliau juga pernah untuk menyerukan supaya buruh bangun. Dengan tujuan yaitu untuk memperbaiki kondisi kehidupan bagi kaum buruh.
Selain itu, lewat artikel yang dibuatnya ia pun juga terkadang untuk mengkritik pihak nasionalis. Perlu dimengerti bahwa karier dari Kartosuwiryo ini pun terbilang melejit dikala beliau menjabat selaku sekretaris jenderal Partai Serikat Islam Indonesia atau PSII.
Disini ia pun lalu mempunyai cita cita untuk mendirikan negara Islam atau Daulah Islamiyah. Dimana ketika dia berada di PSSI pun, Ia juga bertemu dengan jodohnya yang ialah anak dari seorang tokoh PSII yang ada di Malangbong. Ketika menikah ini, Kartosuwiryo juga dikaruniai banyak anak yakni sejumlah 12 orang.
Kader Partai Serikat Islam Indonesia
Tidak mampu disangkal bahwa Cokroaminoto merupakan seseorang yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan maupun aliran dan agresi politiknya.
Hal ini menjadikan dia pun tumbuh menjadi seseorang yang mempunyai kesadaran politik yang cukup tinggi dan juga integritas dalam keislaman. Kartosuwiryo menjadi kader muda Partai Serikat Islam tahun 1927. Beberapa tahun lalu, ia diangkat sebagai ketua muda Partai Serikat Islam Indonesia.
Selanjutnya ia kemudian diangkat menjadi sekjen dari Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) yang menjadi kelanjutan dari Sarekat Islam Cokroaminoto. PSII ini menolak segala bentuk kerjasama yang disediakan oleh Belanda. Mereka berpegangan pada tafsir Alquran dan semangat jihad.
Pendiri Partai Masyumi
Kartosuwiryo dikenali merupakan salah satu pendiri Masyumi bersama dengan KH Wachid Hasyim dan Mohammad Natsir. Masyumi pada mulanya menjadi organisasi berhaluan Islam yang bertujuan melawan penjajahan Belanda untuk merdeka lewat politik.

Oragnisasi Masyumi yang dibuat oleh Karosoewirjo berkembang menjadi salah satu partai politik yang cukup mayoritas pasca kemerdekaan. Bahkan anggotanya sempat mengisi kursi dalam kabinet pemerintahan.
Pasca kemerdekaan, Ia mulai bertolak belakang dengan pemerintah Indonesia yang periode itu dipimpin oleh Soekarno. Ia kerap menetang apa yang menjadi kebijakan pemerintah kurun itu terutama penolakan saat pasukan Divisi Siliwangi ditugaskan long march ke Jawa Tengah.
Ia menganggap bahwa aksi long march ini cuma merugikan rakyat dan menciptakan belanda menang atas Indonesia dalam perjanjian Renville. Pemerintah Indonesia lewat Soekarno dan perdana menteri Amir Sjarifuddin memberikan Kartosuwiryo jabatan selaku menteri dalam kabinet.
Namun anjuran itu ditolak Kartosuwiryo selama dasar negara Indonesia bukan Islam. Di tahun 1949, Kekecewaan terhadap pemerintah Indonesia kian memuncak.
Mendirikan Negara Islam Indonesia
Tanggal 7 Agustus 1949, Ia resmi memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII). Dimana bagian NII ini meliputi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Negara Islam Indonesia bentukannya kemudian resmi mengobarkan pemberontakan yang kemudian diketahui dengan nama Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia).
Di Jawa Barat, pemberontakan DI/TII dipimpin sendiri oleh Kartosuwiryo. Di Sulawesi Selatan, Pemberontakan DI/TII sendiri dipimpin oleh Kahar Muzakkar. Sementara di Aceh, dipimpin oleh Daud Beureueh.
Pemberontakan DI/TII merupakan salah satu pemberontakan bersenjata di Indonesia yang paling lama dipadamkan. Perlawanan atau pemberontakan Kartosuwiryo itu terjadi dari tahun 1949 hingga 1962.
Perintah Membunuh Soekarno
Pemberontakan DI/TII terhadap pemerintahan Indonesia merupakan sebuah permusuhan dua sobat lama, Kartosuwiryo dan Soekarno yang meruncing. Dalam biografi Kartosuwiryo dalam buku yang ditulis Holk H. Dengel berjudul Darul Islam NII dan Kartosuwiryo (1995) disebutkan bahwa bagaimana dia memerintahkan ajudannya untuk membunuh Soekarno tahun 1961.
Percobaan pembunuhan kepada Soekarno oleh DI/TII sendiri terjadi pada tahun 1962. Kala itu, anggota DI/TII yang terdiri dari Mardjuk, Sanusi, Abudin, Djaja, Napdi, dan Kamil ditugaskan untuk membunuh Soekarno. Kemudian anggota berjulukan Sanusi menjajal menembak Soekarno dari jarak 7 meter ketika shalat Idul Adha berlangsung dihalaman istana kepresidenan.
Upaya pembunuhan itu gagal. Mardjuk, Abudin, Djaja, Napdi, Kamil dan Sanusi lalu ditangkap dan dijatuhi eksekusi mati. Perlawanan Kartosuwiryo sendiri selsai tepatnya pada tanggal 6 juni 1962. Ia tertangkap oleh pasukan Kompi C Batalion 328/Kujang II Divisi Siliwangi sesudah bersembunyi di gunung Rakutak, Jawa Barat.
Dijatuhi Hukuman Mati
Setelah ditangkap, Ia lalu diadili dalam sidang Pengadilan Mahkamah Darurat Perang. Ia didakwa melaksanakan pemberontakan dan penghianatan terhadap pemerintahan yang sah.

Hasil persidangan memutuskan Kartosuwiryo, pentolan DI/TII ini dijatuhi eksekusi mati. Ia sempat melaksanakan upaya meminta grasi atau pengampunan terhadap Presiden Soekarno yang menjadi temannya di saat masih tolong-menolong di rumah HOS Cokroaminoto.
Namun upayanya tersebut ditolak oleh Soekarno. Akhirnya hukuman mati terhadapnya dijalankan pada tanggal 5 September 1962 beberapa bulan sesudah ia tertangkap. Lokasi eksekusi mati Kartosuwiryo dijalankan di Pulau Ubi di kawasan kepulauan Seribu, Jakarta. Ia juga dimakamkan disana.