TintaTeras

Biografi Houtman Zainal Arifin – Kisah Office Boy Menjadi Vice President Citibank

Biografi Tokoh Indonesia,  Featured,  Feed,  Kisah Inspiratif,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

TintaTeras.com – Profil dan Biografi dari Houtman Zainal Arifin. Kisahnya memang sungguh inspiratif. Sebuah dongeng perjuangan bagaimana seorang office boy mampu menduduki jabatan puncak sebagai Vice President Citibank. Pengalaman hidupnya yang amat inspiratif layak untuk disimak. Berikut cerita dan serta biografi dari Houtman Zainal Arifin

biografi houtman zainal arifin

Biografi Houtman Zainal Arifin

Sosok Houtman Zainal Arifin dilahirkan pada tanggal 27 Juli 1950 di Kota Kediri Jawa Timur. Beliau meninggal pada hari Kamis, 20 Desember 2012.

Masa Muda

Houtman Zainal Arifin dilahirkan dari keluarga pas-pasan. Kisah hidup beliau dimulai dikala lulus dari Sekolah Menengan Atas, Hotman merantau ke Jakarta dan tinggal di kawasan Kampung Bali dari tahun 1951-1974.

Houtman menenteng mimpi di Jakarta untuk hidup berkecukupan dan menjadi orang berhasil di Ibukota. Namun apa daya Di Jakarta ternyata Houtman mesti menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sungguh keras dan tidak gampang. Tidak ada opsi bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh.

Menjadi Pedagang Asongan

Sewaktu tinggal di tanah kakak, ayah Houtman Zainal Arifin sakit keras. Orang tuanya ingin berobat, namun tidak mempunyai ongkos yang cukup. Melihat kondisi mirip itu, ia tidak mau mengalah.

Dengan bermodal hanya Rp 2.000,- hasil santunan dari temannya, beliau menjadi penjualasongan menjajakan aksesori palsu dari jalan raya hingga ke kolong jembatan mengarungi kerasnya kehidupan ibukota.

Usaha dagangannya kemudian laris keras, tetapi dikala beliau sudah menuai hasil dari bisnisnya. Ternyata Tuhan memberinya cobaan, ketika petugas penertiban datang, dagangannya Houtman Zainal Arifin di injak sampai jatuh ke lumpur.

Ketika semua barang jualan ia telah rusak bercampur lumpur, ternyata sahabat-temannya yang dari kawula rendah seperti tukang sepatu, tukang sayur, dan lain-lain, beramai-ramai membersihkan dagangan beliau. Disini beliau mulai mendapatkan pengalaman berharga wacana kerasnya kehidupan Ibukota.

Tetapi keadaan seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan harapan. Suatu ketika Houtman beristirahat di suatu kolong jembatan.

Dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang kendaraan beroda empat tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi.

Houtman dewasa pun ingin mirip mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan pastinya mempunyai uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah impian dan tekad diazamkan dalam hatinya.

Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin secepatnya merubah nasib. Tanpa menanti waktu usang Houtman secepatnya mengawali mengantarkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang beliau pahami.

Bila ada gedung yang menurutnya elok maka pasti dengan segera dikirimkannya suatu lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berjualan asongan dipakai untuk membiayai lamaran kerja.

Diterima Sebagai OB (Office Boy)

Sampai di rumah, beliau melihat ada orang gila wara-wiri di sekeliling rumah dia. Orang asing itu hampir tidak pakai baju. Beliau pada saat itu hanya punya baju 3 pasang. Hebatnya, dia tulus memberi ke orang ajaib itu sepasang baju plus sabun plus sisir.

Tuhan memang Maha Adil, Pada hari ketiga setelah kejadian tersebut, Tiba-datang tiba surat yang menyatakan bila dia diterima menjadi OB di Citibank. Sebuah perusahaan yang sungguh terkenal dan ternama di Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA.

Houtman pun diterima melakukan pekerjaan selaku seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan yang lain.

biografi houtman zainal arifin

Waktu jadi OB, beliau melihat training. Karena jabatan ia hanya OB, ia pasti tidak dianggap. Bahasa Inggris beliau pun cuma sekedar yes-no.

Tapi Houtman Zainal Arifin berprinsip, “Saya harus berbuat. Saya mesti berilmu.” Setiap hari selama pembinaan itu, dia ada di depan pintu dan mencatat semuanya.

Training officer-nya usang-usang jadi menyuruh beliau masuk (namun secara kasar). Si training officer memberitahukan pada para trainer, “Pengumuman, ia tidak terdaftar dan dia tidak akan diuji,” kata pembinaan officer.

Mendengarnya, Houtman tidak terima. Dia sudah berada di ruangan yang sama berarti dia telah menjadi salah satu trainer juga dan juga harus diuji.

Pak Houtman lalu menantang diri beliau sendiri, “Saya mesti lulus!” batin beliau. Padahal saingan ia adalah lulusan UI, Michigan, Ohio, ITB dan banyak universitas TOP lainnya.

Sementara dia, SMA bisa lulus aja udah untung. “Pokoknya harus lulus dan gak boleh jadi yang terakir,” tekad dia. Tuhan memang Maha Besar, dari 34 orang beliau tergolong 4 besar dan beliau pada tahun 1978 diantarke Eropa.

Tekun Dalam Belajar dan Berusaha

Sebagai Office Boy, Houtman Zainal Arifin senantiasa melakukan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela menolong para staf dengan sukarela. Selepas sore dikala seluruh pekerjaan sudah usai Houtman berusaha memperbesar wawasan dengan bertanya tanya kepada para pegawai.

Dia mengajukan pertanyaan perihal istilah istilah bank yang rumit, meskipun kadang-kadang dikala mengajukan pertanyaan dia menjadi materi tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya ungkapan bank segala, kayak ngerti aja”.

Sampai kesannya Houtman bertahap familiar dengan dengan istilah bank mirip Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll. Suatu ketika Houtman terpana dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (ketika ini dikenal dengan mesin photo copy).

Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, cuma perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya.

Setiap selesai pekerjaan sehabis jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun kesudahannya ahli mengoperasikan mesin foto kopi.

Dan tanpa di sadarinya pintu pertama kala depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan simpel cuma Houtman yang mampu menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi

Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman. Tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus memperbesar wawasan dan minat akan bidang lain.

Houtman terpana melihat salah seorang staf mempunyai setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menunjukkan pinjaman terhadap staf tersebut sampai membuat sang staf terkesima.

“bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener aku mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, bila salah tanggung jawab lo, mampu dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras.

Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, peran ia yakni membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen yang lain pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom dihentikan menyimpang atau keluar kolom.

Alhasil Houtman membutuhkan waktu beberapa jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sebab ia sungguh berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada.

Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai perumpamaan dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini menjinjing Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Diangkat Menjadi Pegawai Bank Citibank

Houtman cepat menguasai banyak sekali pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya.

Sampai sebuah dikala pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank sebab prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan Sekolah Menengan Atas. Kemudian dia pun di angkat menjadi pegawai di bank Citibank tersebut.

Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten.

Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “bila masuk OB, ya pensiun mesti OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir sobat-sobat bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keahlian dan membuatkan menolong rekan kerjanya lainnya.

Hanya membantulah yang mampu diberikan oleh Houtman, alasannya adalah materi tidak dia miliki. Houtman tidak pernah usang dalam memegang suatu jabatan, sama mirip ketika menjadi OB yang haus akan ilmu gres.

Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya perihal istilah bank.

Menjadi Vice President Citibank Indonesia

Sekitar 19 tahun kemudian sejak Houtman masuk selaku Office Boy di The First National City Bank. Houtman lalu meraih jabatan tertingginya ialah Vice President. Sebuah jabatan puncak Citibank di Indonesia.

Jabatan tertinggi Citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia. Sampai dengan dikala ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun selaku Vice President, dan hanya berpendidikan SMA.

Houtman pun sekarang pensiun dengan aneka macam jabatan pernah diembannya, menjadi staf mahir citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang.

Pada hari Kamis tepatnya pada tanggal 20 Desember 2012 Bapak Houtman Zainal Arifin berpulang ke pangkuan Rahmatullah pukul 14.20. Jenazahnya disemayamkan di Jln. H. Buang 33 Ulujami, Kebayoran Lama, Jakarta.

Pelajaran yang mampu dipetik yaitu kita tidak akan pernah kekurangan apa jika kita mau saling memberi, bila kita mau bersilaturahmi dan banyak berteman dengan siapa saja kita akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak, dan kalau kita tulus memberi Allah SWT pasti akan menawarkan kita sesuatu yang lebih. www.biografiku.com

Biografi Kh Hasyim Asy’Ari, Ulama Kuat Dan Pendiri Nahdlatul Ulama (Nu)

Biografi Tokoh Indonesia,  Biografi Tokoh Islam,  Feed

KH Hasyim Asy’ari diketahui selaku salah satu ulama paling kuat di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri dari Nahdatul Ulama yang kemudian dikenal menjadi salah satu organisasi islam paling besar di Indonesia dan juga besar lengan berkuasa. Sepak terjangnya dalam melaksanakan perlawanan dengan penjajahan Belanda dan Jepang menjadikannya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah. Bagaimana kisahnya?

Biografi KH Hasyim Asy’ari

KH Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau wafat pada tanggal 25 Juli 1947 yang lalu dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang.

Biografi KH Hasyim Asy'ariMasa Kecil

KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari ialah seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.

KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari menerima pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kuat.

Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH Hasyim Ashari memang telah nampak. Di antara sobat sepermainannya, beliau kerap tampil sebagai pemimpin.

Dalam usia 13 tahun, ia sudah menolong ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain.

Mula-mula dia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang.

Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, dia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kyai Cholil.

KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di banyak sekali pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Tak usang di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa betul-betul memperoleh sumber Islam yang dikehendaki.

Kyai Ya’qub diketahui selaku ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup usang lima tahun Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri menggemari cowok yang cerdas dan alim itu.

Maka, Hasyim bukan saja menerima ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang gres berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub.

Tidak usang setelah menikah, Hasyim bareng istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sehabis istri dan anaknya meninggal.

Belajar di Mekah, Arab Saudi

Tahun 1893, Hasyim Asy’ari berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudh At Tarmisi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi.

Biografi KH Hasyim Ashari

Mendirikan Pesantren Tebuireng

Tahun 1899 pulang ke Tanah Air, KH Hasyim Asy’ari mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian beliau mendirikan Pesantren Tebuireng. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses.

Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam sepekan, biasanya KH Hasyim Asy’ari istirahat tidak mengajar. Saat itulah beliau menilik sawah-sawahnya.

Kadang juga pergi Surabaya berjualan kuda, besi dan memasarkan hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, KH Hasyim Asy’ari menghidupi keluarga dan pesantrennya.

Tahun 1899, Kyai Hasyim berbelanja sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat Pabrik Gula Cukir, pabrik yang sudah berdiri sejak tahun 1870.

Dukuh Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana ia membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa: tratak) selaku kawasan tinggal.

Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren Tebuireng dimulai. KH Hasyim Asy’ari mengajar dan salat berjamaah di tratak bab depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat tinggal.

Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan lalu meningkat menjadi 28 orang. Setelah dua tahun membangun Tebuireng, Kyai Hasyim kembali harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah.

Saat itu usaha mereka telah menampakkan hasil yang menggembirakan. Kyai Hasyim lalu menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun.

Dari pernikahan ini Kyai Hasyim dikaruniai 10 anak, yakni: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf.

Pada tamat dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga KH Hasyim Asy’ari menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari akad nikah ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, ialah: (1) Abdul Qodir, (2) Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.

Pesantren Terbesar di Jawa

Maka tak aneh jika pesertanya tiba dari aneka macam kawasan di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, Kyai Cholil. Ribuan santri belajar kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim lalu tampil selaku tokoh dan ulama beken dan kuat luas.

KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq ialah beberapa ulama populer yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim.

Tak pelak lagi pada kurun 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan terpenting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng yaitu sumber ulama dan pemimpin forum-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya lalu memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim.

Perjuangan Melawan Belanda

Karena pengaruhnya yang demikian besar lengan berkuasa itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya beliau pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, namun ditolaknya.

Justru Kyai Hasyim sempat menciptakan Belanda kelimpungan. Pertama, dia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda ialah jihad (perang suci). Belanda lalu sangat kewalahan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana.

Kedua, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji menggunakan kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi resah. Karena banyak ummat Islam yang sudah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.

Dalam biografi KH Hasyim Asy’ari, tetapi sempat juga Kyai Hasyim merasakan penjara 3 bulan pada 1942. Tidak terperinci argumentasi Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin, alasannya sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya terhadap gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama Kyainya itu.

Masa permulaan perjuangan KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng berbarengan dengan semakin represifnya perlakuan penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Pasukan Belanda tidak segan-segan membunuh masyarakatyang dianggap menentang undang-undang penjajah. Pesantren Tebuireng pun tak luput dari sasaran represif Belanda.

Pada tahun 1913 M., intel Belanda mengantarseorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Namun beliau tertangkap dan dihajar beramai-ramai oleh santri hingga tewas.

Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menangkap KH Hasyim Asy’ari dengan tuduhan pembunuhan. Dalam pemeriksaan, Kyai Hasyim yang sangat piawai dengan hukum-hukum Belanda, bisa menepis semua tuduhan tersebut dengan taktis.

Akhirnya dia dilepaskan dari jeratan hukum. Belum puas dengan cara memecah-belah, Belanda lalu mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk memporak-porandakan pesantren yang gres bangkit 10-an tahun itu.

Akibatnya, nyaris seluruh bangunan pesantren porak-poranda, dan kitab-kitab dihancurkan serta dibakar. Perlakuan represif Belanda ini terus berlangsung sampai masa-kurun revolusi fisik Tahun 1940an.

Pada bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, bersahabat Bandung, sehingga secara de facto dan de jure, kekuasaan Indonesia berpindah tangan ke tentara Jepang.

Perlawanan Kepada Belanda

Pendudukan Dai Nippon menandai datangnya kala gres bagi kelompok Islam. Berbeda dengan Belanda yang represif terhadap Islam, Jepang memadukan antara kebijakan represi dan kooptasi.

Ini selaku upaya untuk mendapatkan bantuan para pemimpin Muslim. Salah satu perlakuan represif Jepang yaitu penahanan kepada Hadratus Syaikh beserta sejumlah putera dan kerabatnya.

Dalam biografi KH Hasyim Asy’ari, dikenali hal tersebut dikerjakan karena KH Hasyim Asy’ari menolak melakukan seikerei. Yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan tubuh ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan terhadap Dewa Matahari (Amaterasu Omikami).

Aktivitas ini juga wajib dikerjakan oleh seluruh warga di wilayah pendudukan Jepang, setiap kali berpapasan atau melintas di depan tentara Jepang.

Dipenjara oleh Jepang

Kyai Hasyim Asy’ari menolak hukum tersebut. Sebab cuma Allah lah yang wajib disembah, bukan manusia. Akibatnya, Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara berpindah–pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian Mojokerto, dan balasannya ke penjara Bubutan, Surabaya.

Karena kesetiaan dan iktikad bahwa Hadratus Syaikh berada di pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut ditahan. Selama dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak mampu digerakkan.

Setelah penahanan Hadratus Syaikh, segenap aktivitas mencar ilmu-mengajar di Pesantren Tebuireng vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai Masruroh, mesti mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota Jombang.

Tanggal 18 Agustus 1942, sesudah 4 bulan dipenjara, KH Hasyim Asy’ari dibebaskan oleh Jepang alasannya banyaknya protes dari para Kyai dan santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat perjuangan dari Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah dalam menghubungi pembesar-pembesar Jepang, terutama Saikoo Sikikan di Jakarta.

Tanggal 22 Oktober 1945, ketika serdadu NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melaksanakan aksi ke tanah Jawa (Surabaya). Dengan argumentasi mengurus tawanan Jepang, KH Hasyim Asy’ari bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan campuran NICA dan Inggris tersebut.

Perlawanan Dengan Belanda Pasca Kemerdekaan

Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya. Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945 yang bersejarah itu.

Umat Islam yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari kampung-kampung dengan menjinjing senjata apa adanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati selaku Hari Pahlawan Nasional.

Mendirikan Masyumi

Pada tanggal 7 Nopember 1945 tiga hari sebelum meletusnya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya. Umat Islam membentuk partai politik berjulukan Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi).

Pembentukan Masyumi ialah salah satu langkah konsolidasi umat Islam dari aneka macam faham. KH Hasyim Asy’ari diangkat selaku Ro’is ‘Am (Ketua Umum) pertama kala tahun 1945-1947.

Selama kurun perjuangan menghalau penjajah, KH Hasyim Asy’ari diketahui sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.

Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh Mahfudh At Tarmisi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim belajar terhadap Syaikh terkemuka asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh Mahfudh, Hasyim juga menuntut ilmu terhadap Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabau.

Kepada dua guru besar itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, belajar. Kaprikornus, antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru.

Yang perlu ditekankan, saat KH Hasyim Asy’ari mencar ilmu di Mekkah, Muhammad Abduh sedang ulet-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan fatwa Islam.

Dan sebagaimana dimengerti, buah anggapan Abduh itu sungguh mempengaruhi proses perjalanan ummat Islam berikutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar Noer, inspirasi-ilham reformasi Islam yang disarankan oleh Abduh yang dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah.

Termasuk KH Hasyim Asy’ari tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang bahu-membahu bukan berasal dari Islam.

Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali kepercayaan Islam untuk diadaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan keempat, menjaga Islam.

Usaha Abduh merumuskan keyakinan-keyakinan Islam untuk menyanggupi kebutuhan kehidupan modern pertama dimaksudkan semoga supaya Islam mampu memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan.

Dengan alasan inilah Abduh melancarkan wangsit semoga ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mereka terhadap contoh anggapan para mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.

Syaikh Ahmad Khatib mendukung beberapa aliran Abduh, meskipun dia berlainan dalam beberapa hal. Beberapa santri Syaikh Khatib saat kembali ke Indonesia ada yang menyebarkan ilham-inspirasi Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah.

Tidak demikian dengan KH Hasyim Asy’ari. Ia bahwasanya juga menerima pandangan baru-pandangan baru Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia menolak asumsi Abduh biar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mazhab.

Ia berkeyakinan bahwa yaitu mustahil untuk mengetahui maksud yang bergotong-royong dari ajaran-ajaran Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari usulan-usulan para ulama besar yang tergabung dalam tata cara mazhab.

Untuk menafsirkan Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan menciptakan pemutarbalikan saja dari anutan-fatwa Islam yang sebetulnya, demikian tulis Dhofier.

Dalam hal tarekat, KH Hasyim Asy’ari tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah dan berlawanan dengan anutan Islam.

Hanya, beliau berpesan semoga ummat Islam waspada kalau memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya, benturan usulan antara golongan bermazhab yang diwakili golongan pesantren (sering disebut kelompok tradisional), dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan.

Awal Mula Terbentuknya Nahdatul Ulama

Puncaknya yaitu ketika Kongres Al Islam IV yang diselenggarakan di Bandung. Kongres itu diadakan dalam rangka mencari masukan dari aneka macam golongan ummat Islam, untuk dibawa ke Kongres Ummat Islam di Mekkah.

Karena aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya daerah-tempat penting, mulai makam Rasulullah hingga para sahabat) golongan ini lalu membentuk Komite Hijaz.

Komite yang dipelopori KH Abdullah Wahab Chasbullah ini bertugas menyampaikan aspirasi golongan tradisional terhadap penguasa Arab Saudi. Atas restu KH Hasyim Asy’ari, Komite inilah yang pada 31 Februari l926 berubah menjadi jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama.

Setelah NU bangun posisi kelompok tradisional makin berpengaruh. Terbukti, pada 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk tubuh federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang populer dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) KH Hasyim Asy’ari diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, membangkitkan kesadaran kaum akil untuk memperjuangkan martabat bangsa, lewat jalan pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional.

Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana, sehingga muncullah aneka macam organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran).

Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.

Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi golongan studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sungguh pesat dan mempunyai cabang di beberapa kota.

Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar ialah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama kepada tantangan zaman di era itu, baik dalam duduk perkara keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik.

Pada kurun itu, Raja Saudi Arabia, Ibnu Saud, berniat menimbulkan madzhab Salafi-Wahabi selaku madzhab resmi Negara. Dia juga berencana merusak semua peninggalan sejarah Islam yang selama ini banyak diziarahi kaum Muslimin, sebab dianggap bid’ah.

Di Indonesia, planning tersebut mendapat sambutan hangat kalangan modernis mirip Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, golongan pesantren yang menghormati keberagaman menolak dengan alasan itu ialah pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban itu.

Akibatnya, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam serta tidak dilibatkan selaku delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah, yang akan mengesahkan keputusan tersebut.

Didorong oleh semangat untuk membuat kebebasan bermadzhab serta rasa kepedulian kepada pelestarian warisan peradaban, maka KH Hasyim Asy’ari bareng para pengasuh pesantren lainnya, membuat utusan yang dinamai Komite Hijaz. Komite yang diketuai KH. Wahab Hasbullah ini datang ke Saudi Arabia dan meminta Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya.

Pada ketika yang hampir serempak, tiba pula tantangan dari berbagai penjuru dunia atas rencana Ibnu Saud, sehingga rencana tersebut digagalkan. Hasilnya, hingga dikala ini umat Islam bebas melakukan ibadah di Mekah sesuai dengan madzhab masing-masing.

Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang sukses memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan sukses menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sungguh berguna.

Mendirikan Nahdatul Ulama (NU)

Biografi KH Hasyim Ashari

Tahun 1924, kelompok diskusi Taswirul Afkar ingin membuatkan sayapnya dengan mendirikan sebuah organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi diresmikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama.

KH Hasyim Asy’ari dipercaya sebagai Rais Akbar pertama. Kelak, jam’iyah ini menjadi organisasi dengan anggota paling besar di Indonesia, bahkan di Asia.

Sebagaimana dimengerti, ketika itu (bahkan hingga sekarang) dalam dunia Islam terdapat pertentangan faham, antara faham pembaharuan yang dilancarkan Muhammad Abduh dari Mesir dengan faham bermadzhab yang mendapatkan praktek tarekat.

Ide reformasi Muhammad Abduh antara lain bermaksud memurnikan kembali anutan Islam dari dampak dan praktek keagamaan yang bukan berasal dari Islam, mereformasi pendidikan Islam di tingkat universitas, dan mengkaji serta merumuskan kembali iman Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan terbaru.

Dengan ini Abduh melancarakan ilham semoga umat Islam terlepas dari contoh ajaran madzhab dan meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.

Semangat Abduh juga menghipnotis penduduk Indonesia, pada umumnya di kawasan Sumatera yang dibawa oleh para mahasiswa yang belajar di Mekkah.

Sedangkan di Jawa dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah (bangun tahun 1912). Kyai Hasyim pada prinsipnya mendapatkan pandangan baru Muhammad Abduh untuk menghidupkan kembali pemikiran Islam, akan namun menolak melepaskan diri dari keterikatan madzhab.

Sebab dalam pandangannya, umat Islam sungguh sulit mengetahui maksud Al Alquran atau Hadits tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama madzhab. Pemikiran yang tegas dari KH Hasyim Asy’ari ini memperoleh pertolongan para Kyai di seluruh tanah Jawa dan Madura.

KH Hasyim Asy’ari yang dikala itu menjadi ”kiblat” para Kyai, berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama’ ini. Pada ketika pendirian organisasi pergerakan kebangsaan membentuk Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI), Kyai Hasyim dengan putranya Kyai Wahid Hasyim, diangkat sebagai pimpinannya (masa tahun 1937-1942). TintaTeras.com

Biografi Yusril Ihza Mahendra – Pakar Aturan Indonesia

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

Yusril Ihza MahendraBiografi Yusril Ihza Mahendra. Beliau diketahui sebagai pakar hukum tata negara di Indonesia. Saat ini beliau merupakan Ketua Dewan Syuro PBB (Partai Bulan Bintang), dia juga ialah seorang politikus dan seorang negarawan Indonesia. Itulah Yusril Ihza Mahendra yang digadang-gadang akan maju sebagai Capres pada tahun 2014 dari Partai Bulan Bintang. Yusril Ihza Mahendra dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1956 di Lalang, Manggar, Belitung Timur. Ia merupakan seorang Pakar Hukum Tata Negara. Yusril Izha Mahendra ialah anak dari pasangan Idris dan Nursiha. Ibunya berasal dari Bangkinang lalu menetap di Belitung, dan dikemudian hari sesuai dengan budbahasa Minangkabau, dia pun menyandang gelar sako (pusaka) sukunya ialah Datuk Maharajo Palinduang. Sejak era sekolahnya dulu Yusril Izha Mahendra sudah aktif berorganisasi, dikala bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Yusril Izha Mahendra menjadi Ketua OSIS kemudian lalu jabatan ketua OSIS masih dipegangnya di SMA selain di KAPPI tingkat Rayon. Kemudian setelah lulus Sekolah Menengan Atas Yusril Izha Mahendra melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia mengambil ilmu filsafat fakultas sastra dan juga Hukum Tata Negara.

Saat kuliah di UI Yusril Izha Mahendra juga terpilih menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UI dan bergabung ke Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Badan Komunikasi Pemuda Masjid Indonesia (BKPMI) saat kuliah. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia, Yusril Izha Mahendra melanjutkan S-2 ke University of the Punjab (India) untuk mengambil gelar master lalu melanjutkan lagi S-3 mengambil keutamaan Perbandingan Politik Masyarakat-Masyarakat Muslim di University Sains Malaysia dengan bidang University Sains Malaysia dan sukses menerima gelar Doctor of Philosophy dalam Ilmu Politik. Di dunia pendidikan Yusril Izha Mahendra dikenal sebagai Professor dan Pakar Hukum Tata negara, beliau berprofesi selaku dosen di beberapa universitas seperti dosen di fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), lalu dosen di Akademi Ilmu Pemasyarakatan, Departemen Kehakiman pada tahun 1983, serta Guru besar di Program Pascasarjana UI dan juga Fakultas Hukum UI. Ia diangkat sebagai Guru Besar Ilmu Hukum di Universitas Indonesia dan mengajar Hukum Tata Negara, Teori Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum pada acara pascasarjana.

Yusril Ihza Mahendra ikut dalam kepanitiaan konfrensi internasional mirip Sidang AALCO, Konfrensi Internasional tentang Tsunami dan Konfrensi Tingkat Tinggi Asia Afrika. Bukan hanya dalam negeri Yusril Ihza Mahendra juga aktif di organisasi Internasional mirip di Regional Islamic Da’wah Council of Southeast Asia and the Pasific bermarkas di Kuala Lumpur dan diketuai oleh Tuanku Abdul Rahman Putra Al-Haj (Mantan Perdana Menteri Malaysia). Bahkan Yusril Ihza Mahendra pernah menjabat Vice President dan President Asian-African Legal Consultative Organization, bermarkas di New Delhi. Selain itu Yusril Ihza Mahendra ialah anggota dan Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam aneka macam negosiasi internasional termasuk sidang ASEAN, Organisasi Konfrensi Islam dan APEC, tergolong menjadi wakil Indoensia untuk mengatakan dan berpidato dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa, Komisi Hak Asasi Manusia PBB (United Nations) di Jenewa. Dan juga ikut menyusun Konvensi PBB serta menandatanganinya atas nama Pemerintah Republik Indonesia mirip UN Convention on Transnational Organized Crime di Palermo, Italia, dan UN Convention Against Corruption di Markas PBB New York.

Dalam bidang politik, Yusril Izha Mahendra pernah menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang sejak 1998 sampai 2005, karier politik Yusril Ihza Mahendra tersebut didasari dari keaktifannya di dunia pendidikan dan juga organisasi. Yusril Izha Mahendra juga pernah menjadi anggota organisasi yang berhubungan kepada Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) yang berjulukan Pemuda Muslimin. Lebih jauh lagi Yusril Izha Mahendra Izha Mahendra pernah menjadi pengelola Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Yusril Ihza Mahendra

Ketika Pemilihan Presiden di arena Sidang Umum MPR RI Oktober 1999 Yusril Izha Mahendra yang dikala itu Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) mendapatkan 232 suara, Abdurrahman Wahid yang dikala itu menjadi Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menemukan 185 suara dan Megawati Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati meraih 305 bunyi. Atas akad pentolan Poros Tengah, Amien Rais (PAN), Akbar Tandjung (Partai Golkar), Hamzah Haz (PPP), Matori Abdul Djalil (PKB), dan juga Yusril Izha Mahendra (PBB), alhasil Yusril Izha Mahendra sepakat mengundurkan diri dari arena penyeleksian presiden. Selanjutnya, Poros Tengah memperlihatkan pemberian sarat terhadap Gus Dur.

Yusril Ihza Mahendra

Dalam Pemerintahan, Yusril Ihza Mahendra pernah menjabat menteri di 3 kabinet, dalam Kabinet Pemerintahan Indonesia 21 Oktober 2004 – 9 Mei 2007 dengan Presiden Abdurrahman Wahid dipercaya menempati posisi Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, pada era Presiden Megawati Soekarnoputri Yusril Izha Mahendra menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Kabinet Gotong Royong 23 Oktober 1999 – 7 Februari 2001 lalu pada kurun Kabinet Indonesia Bersatu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 9 Agustus 2001 – 21 Oktober 2004 menjadi Menteri Sekretaris Negara hingga kesannya saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melaksanakan resuffle atau perombakan Kabinet yaitu Kabinet Indonesia Bersatu Yusril Ihza Mahendra digantikan Hatta Rajasa.

Yusril Ihza mahendra menikah dengan Kessy Sukaesih lalu bercerai dan lalu beliau menikah dengan seorang wanita keturunan Jepang berjulukan Rika Tolentino Kato, dari pernikahannya ia dikarunia empat orang anak bernama Yuri, Kenia, Meilan, dan Ali Reza. Itulah postingan perihal Biografi Yusril Ihza Mahendra seorang Pakar Hukum Tata Negara Indonesia dan juga seorang pakar politik yang bakal maju meramaikan kursi Calon Presiden Indonesia di tahun 2014. Semoga menjadi gosip yang berfaedah bagi pembaca sekalian. TintaTeras.com

Biografi Purdi E. Chandra – Pendiri Primagama

Biografi Pengusaha Sukses,  Biografi Tokoh Indonesia,  Enterpreneur,  Feed,  Pendiri Perusahaan,  Wirausahawan

Biografi Purdi E. Chandra - Pendiri PrimagamaProfil dan Biografi Purdi E. Chandra. Ia lahir di Lampung 9 September 1959. dia mulai berbisnis sejak dia masih duduk di kursi SMP di Lampung, yaitu saat dirinya mulai beternak ayam dan bebek, dan lalu memasarkan telurnya di pasar. Sosok Purdi E. Chandra sekarang dikenal sebagai pengusaha yang berhasil. Bisnis “resminya” sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, adalah dikala dia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan berguru). Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan masuk ke Museum Rekor Indonesia (MURI) lantaran mempunyai 181 cabang di 96 kota besar di Indonesia dengan 100 ribu siswa tiap tahun.

Waktu mendirikan usahanya tersebut Purdi masih tercatat selaku mahasiswa di 4 fakultas dari 2 PTN di Yogyakarta. Namun sebab merasa “tidak mendapat apa-apa” beliau nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menekuni dunia bisnis. Sejak awal Purdi muda sudah berani meninggalkan kota kelahirannya dan mencoba mampu berdiri diatas kaki sendiri dengan bersekolah di salah satu SMA di Yogyakarta. Ibunya, Siti Wasingah dan ayahnya, Mujiyono, merestui harapan berpengaruh anaknya untuk mandiri. Dengan merantau Purdi merasa tidak tergantung dan bisa menyaksikan berbagai kelemahan yang ia miliki. Pelan-pelan aneka macam kekurangan itu diperbaiki oleh Purdi. Hasilnya, Ia mengaku kian yakin diri dan tahan banting dalam setiap langkah dalam bisnisnya. Bukan sebuah kebetulan kalau usahawan berhasil identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah.

Seorang usahawan berhasil tidak diputuskan gelar sama sekali. Inilah yang diandalkan Purdi saat baru membangun usahanya. Kuliah di 4 jurusan yang berlawanan, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya menerangkan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja beliau merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya menjemukan. Ia percaya, gagal meraih gelar sarjana bukan bermakna gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang sarat keinginan dan idealisme ini pun nekad meninggalkan dingklik kuliah dan mulai serius untuk membuka usaha.

Sejak ketika itu pria kelahiran Punggur, Lampung Tengah ini mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia menyaksikan tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk akademi tinggi negeri yang punya nama, mirip UGM. Bagaimana bila mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal cobaan masuk sekolah tinggi tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan wangsit untuk mendirikan tutorial mencar ilmu yang diberi nama, Primagama. Purdi mengawali usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena tidak selesai kuliah itu yang memotivasi ia menjadi usahawan, cerita Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, beliau mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa kawasan kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.

Segala upaya dijalankan Purdi untuk membangun bisnisnya. Dua tahu setelah itu nama Primagama mulai diketahui . Muridnya semakin banyak. Setelah berhasil, banyak yang menjiplak nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk mengembangkan mutu forum pendidikannya ini. Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri, ujarnya soal rahasia sukses membuatkan Bimbel Primagama. Kalau ikut Primagama niscaya diterima di Universitas Negeri. Kalau nggak duit kembali. Supaya diterima murid-murid yang arif diangkat jadi pengajar. Karena yang membimbing pintar, maka 90% mampu lulus cobaan masuk perguruan tinggi tinggi negeri, lanjutnya.

Biografi Purdi E. Chandra - Pendiri Primagama

Dengan “jatuh bangun” Purdi melaksanakan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan cuma 2 murid, Primagama bertahap berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia).

Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk persoalan kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi panduan dan aba-aba. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan santunan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi senantiasa ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas sumbangan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.

Purdi yang lahir di Lampung ini memang jadi versi wirausaha jalanan, plus modal nekad. la lewati kuliahnya di empat fakultas di UGM dan IKIP Yogyakarta. Lalu dengan modal Rp.300 ribu beliau dirikan forum bimbingan tes Primagama 10 Maret 1982 di Yogyakarta. Sebuah potensi bisnis berpeluang yang masa itu tidak banyak dilirik orang. la sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 200 outlet di lebih dari 106 kota.

Kini Primagama telah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang mirip: Pendidikan Formal, Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan, Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.

Biografi Purdi E. Chandra - Pendiri Primagama

Walaupun kesibukannya selaku entrepreneur sungguh tinggi, namun jiwa organisatoris Purdi tetap disalurkan di berbagai organisasi. Tercatat Purdi pernah menjabat selaku Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogyakarta dan pengelola Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) DIY. Selain itu Purdi pernah juga tercatat selaku anggota MPR RI Utusan Daerah DIY.

Biografi Adisucipto – Bapak Penerbang Indonesia

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pahlawan Nasional,  Profil,  Sejarah

Biografi AdisuciptoAdisucipto (Adisutjipto) lahir tanggal 4 Juli 1916 di Salatiga, Jawa Tengah. Otaknya encer dan prestasinya di sekolah sungguh memuaskan. Lulus dari Algemene Middelbare School (AMS) Semarang tahun 1936, beliau ingin melanjutkan masuk Akademi Militer Belanda di Breda. Namun sang ayah menyarankan Adisutjipto masuk Geneeskundige Hooge Shool (Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta. Tjipto diam-diam mengikuti tes dan diterima di Militaire Luchtvaart Opleidings School atau Sekolah Penerbangan Militer di Kalijati Subang. Tjipto lulus lebih singkat dan mendapat nilai yang sangat bagus. Dia berhak menyandang pangkat letnan muda udara. Tjipto juga mendapat brevet penerbang kelas atas. Konon dialah satu-satunya orang Indonesia yang saat itu mempunyai brevet penerbang kelas atas.

Dalam buku Bakti TNI Angkatan Udara 1946-2003 ditulis Tjipto lalu menerima peran di Skadron Pengintai di Jawa. Saat Jepang mengalahkan Belanda, seluruh penerbang Belanda dibebastugaskan. Tjipto kembali ke Salatiga dan melakukan pekerjaan selaku juru tulis. Di kota ini pula Tjipto menyunting seorang gadis bernama Rahayu.

Setelah kemerdekaan, tanggal 5 Oktober 1945 juga dibentuk Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan. Surjadi Suryadarma yang memimpin jawatan ini memanggil Adisutjipto untuk membantu membentuk angkatan udara. Kondisi angkatan udara dikala itu sungguh memprihatinkan. Tidak ada pilot, tidak ada mekanik pesawat, tidak ada dana, hanya ada beberapa pesawat renta peninggalan Jepang.

Tapi Adisutjipto nekat menerbangkan pesawat-pesawat itu. Tanggal 10 Oktober 1945 ia sukses menerbangkan pesawat jenis Nishikoren yang dicat merah putih dari Tasikmalaya ke Maguwo, Yogyakarta. Tanggal 27 Oktober 1945 ia sukses menerbangkan pesawat Cureng berbendera merah putih di sekeliling Yogya. Bukan tanpa maksud Tjipto melakukan itu. Hal ini dilakukannya untuk memompa semangat usaha rakyat.

Biografi Adisucipto

Tanggal 1 Desember 1945, Adisutjipto dan Surjadi Suryadarma mendirikan sekolah penerbang. Lagi-lagi dalam situasi serba kelemahan. Tjipto menjadi instruktur, sementara Surjadi mengorganisir manajemen. Angkatan pertama, ada 31 siswa yang mengikuti sekolah penerbangan itu. Hanya bermodal pesawat renta tidak menyurutkan langkah para perintis TNI AU ini untuk mencar ilmu.

“Kalian menerbangkan peti mati,” ujar para penerbang Kerajaan Inggris yang mengunjungi Lanud Maguwo Yogyakarta tahun 1945. Para penerbang itu geleng-geleng melihat formasi pesawat Cureng bikinan Jepang yang jumlahnya tidak seberapa di landasan pacu. Pesawat Cureng itu produksi tahun 1933, beberapa kondisinya jauh dari pantas. Karena itu tidak salah jika pilot Inggris menyebutnya peti mati melayang.

Biografi Adisucipto

Tapi Kepala Sekolah Penerbang Maguwo, Komodor Adisutjipto, acuh taacuh saja mendengar ucapan prajurit Inggris itu. Kadet-kadet sekolah penerbang itu mencatat prestasi membanggakan. Bukan hanya mencatat zero accident, Suharnoko, Harbani, Soetardjo Sigit dan Moeljono berhasil mengebom tangsi-tangsi Belanda di Salatiga, Ambarawa dan Semarang.

Tahun 1947, Adisutjipto dan rekan-rekannya ditugasi pemerintah RI untuk mencari sumbangan obat-obatan bagi Palang Merah Indonesia. Bantuan didapat dari Palang merah Malaya, sementara pesawat angkut Dakota VT-CLA merupakan pinjaman dari saudagar di India. Penerbangan dijalankan secara terbuka. Misi kemanusiaan ini sudah mendapat kesepakatan dari Belanda dan Inggris.

Namun tanggal 29 Juli 1947, saat pesawat hendak mendarat di Maguwo, datang-datang dua pesawat pemburu Kitty Hawk milik Belanda muncul. Pesawat pemburu tersebut langsung menembaki Dakota yang ditumpangi Tjipto dan rekan-rekannya. Pesawat jatuh dan terbakar, Tjipto dan tujuh rekannya gugur. Hanya satu yang berhasil selamat. Entah apa maksud Belanda melanggar janji, namun disangka sebab ingin membalas serangan kadet-kadet Indonesia yang mengebom tangsi Belanda.

Biografi Adisucipto

Biografi Adisucipto

Adisutjipto gres berumur 31 tahun dikala gugur. Keberanian dan semangatnya terus diceritakan dari generasi ke generasi. Memotivasi para penerbang TNI AU untuk melaksanakan hal serupa. Atas jasa-jasanya pemerintah menunjukkan gelar Bapak Penerbang Republik Indonesia pada Adisutjipto. Lapangan Udara Maguwo pun diubah namanya menjadi Lanud Adisutjipto. TintaTeras.com

Biografi Pk Ojong – Pendiri Surat Kabar Kompas

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Pendiri Perusahaan,  Sejarah

Biografi PK OjongBiografi PK Ojong. Nama lengkapnya Petrus Kanisius Ojong atau Auwjong Peng Koen Lahir di Bukittinggi, 25 Juli 1920, dengan nama Auw Jong Peng Koen ia adalah salah satu pendiri surat kabar Kompas selain Jakob Oetama. Ayahnya, Auw Jong Pauw, sejak dini giat membisikkan kata ekonomis, disiplin, dan tekun kepadanya. Auw Jong Pauw awalnya petani di Pulau Quemoy (sekarang kawasan Taiwan) yang lalu merantau ke Sumatra Barat. Ojong sudah dikaruniai anugerah tak terkira. Kelak, meski sudah menjadi juragan tembakau, trilogi ekonomis, disiplin, dan bersungguh-sungguh tetap dipedomani keluarga besar (11 anak dari dua istri; istri pertama Jong Pauw meninggal sehabis melahirkan anak ke-7. Peng Koen anak sulung dari istri kedua) yang menetap di Payakumbuh ini. Saat Peng Koen kecil, jumlah kendaraan beroda empat di Payakumbuh tak sampai sepuluh, salah satunya milik ayahnya. Artinya, mereka hidup berkecukupan.

Tapi, Sang Ayah, Jong Pauw selalu berpesan, nasi di piring harus dihabiskan sampai butir terakhir. Sampai kematian, Peng Koen tak pernah menyentong nasi lebih dari yang kira-kira mampu dihabiskan. Ojong memiliki enam anak, empat di antaranya laki-laki. P.K. Ojong saat bersekolah di Hollandsch Chineesche School (HCS, sekolah dasar khusus warga Tionghoa) Payakumbuh. Di periode ini, beliau berkenalan dengan aliran agama Kristen. Beberapa waktu kemudian, ia masuk Kristen dan mendapat nama baptis Andreas. Ia gemar membaca koran dan majalah yang dilanggani asosiasi penghuni asrama. Kalau murid lain hanya memperhatikan isi tajuk planning, Auwjong menelaah juga cara penulisan dan penyajian gagasan. Sifat-sifat itu membentuk aksara Auwjong. Kebiasaan hemat membuatnya hati-hati dan teliti. Disiplin dan rajin membentuk ia jadi orang yang lurus dan serius.

Walau semenjak di HCK Meester Cornelis ia telah mulai menulis, pekerjaan pertama Auwjong adalah guru. Mudah dimengerti alasannya HCK memang sekolah calon guru. Dia menentukan HCK alasannya ongkosnya murah. Kebetulan, keadaan keuangan keluarganya sepeninggal sang ayah tahun 1933 tidak terlalu baik.Selulus HCK pada Agustus 1940, dia mengajar di kelas I Hollandsch Chineesche Broederschool St. Johannes di daerah Jakarta Kota. Saat Jepang menyerbu Hindia Belanda, sekolah-sekolah ditutup. Seperti guru-guru lain, Auwjong kehilangan mata pencaharian. Tamatlah kariernya di bidang pendidikan. Waktu bergulir, Auwjong kian lihai memainkan pena. Kepercayaan besar datang, menyusul pengangkatannya selaku redaktur pelaksana Star Weekly. Di tengah aktivitas mencari gosip, dia menyempatkan diri menimba ilmu di Rechts Hoge School (RHS), sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Dia juga aktif membantu kegiatan berbau sosial yang diadakan Sin Ming Hui (sekarang Candra Naya), asosiasi sosial yang diresmikan Khoe Woen Sioe dan Injo Beng Goat. Sin Ming Hui didirikan untuk menyalurkan kekecewaan mereka pada para pemuka Tionghoa yang bau tanah-tua dan kaya-raya. Khoe dan Injo merasa para pemuka itu tidak membela orang-orang yang diwakilinya. Khoe dan Injo dikenal sebagai duo antikomunis. Injo Beng Goat bahkan pernah berpidato di corong RRI, merekomendasikan kelompok Tionghoa senantiasa mendukung RI. Kelak, Sin Ming Hui menjadi pelopor lahirnya sejumlah organisasi sosial, di antaranya RS Sumber Waras dan Universitas Tarumanegara, Jakarta.

Tahun 1951, Auwjong lulus RHS. Ia secepatnya diangkat menjadi pemimpin redaksi Star Weekly. Ia meminta para mahir menulis wacana problem yang hangat. Saat Amerika meledakkan bom hidrogen, contohnya, Auwjong mencari orang yang mampu menjelaskan secara terkenal terhadap pembaca. Agar ceritanya tidak terlampau ilmiah, ia menyiapkan dulu pertanyaan-pertanyaan yang umum timbul di benak awam, kemudian menerjemahkan keterangan rumit si jago tadi. Auwjong sangat jago dalam soal seperti ini. Sebagai pengasuh rubrik tetap, dipilih mereka yang benar-benar andal. Umpamanya, ruang pajak diasuh Mr. Sindian Djajadiningrat, Direktur Jenderal Iuran Negara dikala itu. Sedangkan Prof. Poorwo Soedarmo, dokter andal gizi yang memperkenalkan rancangan “Empat Sehat Lima Sempurna”, mengasuh ruang gizi.

Auwjong tergolong kutu buku. Buku hariannya penuh judul buku, tanggal, dan harga pembeliannya. Bahkan, selama perjalanan berangkat atau pulang kantor pun dia memelototi bacaan. Dari koleksi bukunya, tercermin luasnya minat Auwjong. Mulai yang berbau hukum, sejarah, kesenian, kesusasteraan, kebudayaan, sosiologi, sains, jurnalistik, filsafat, kisah kriminal, psikologi, tumbuhan, kesehatan, hingga buku kuliner. Cerita wacana Perang Eropa dan Pasifik yang dimuat Star Weekly tahun 1950-an ialah buah kesukaan Auwjong membaca. Sebagai pimpinan majalah yang cukup disegani, Auwjong tak mampu menutup mata dari aktivitas berbau politik. Akhir 1953, beliau tergolong orang yang prihatin pada nasib kalangan Tionghoa peranakan yang terancam kehilangan kewarganegaraan Indonesianya.

Waktu itu, pemerintah membuat RUU yang menganggap peranakan Tionghoa di Indonesia memiliki kewarganegaraan rangkap. Kalau mau menjadi WNI, mereka harus aktif menolak kewarganegaraan RRC. Aturan ini sangat tidak menguntungkan buat peranakan Tionghoa yang tinggal di pelosok dan tidak pandai. Puncaknya, dalam pertemuan di Gedung Sin Ming Hui, berkumpul sejumlah tokoh peranakan Tionghoa, di antaranya Siauw Giok Tjhan, Tan Po Goan, Tjoeng Tin Jan, Tjoa Sie Hwie (keempatnya angota dewan legislatif), Yap Thiam Hien, Oei Tjoe Tat. Mereka membentuk panitia yang bertugas meneliti problem kewarganegaraan Indonesia bagi keturunan Tionghoa dengan Siauw Giok Tjhan, (anggota dewan legislatif) menjadi ketua. Panitia ini juga melahirkan Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Bersama sembilan tokoh peranakan Tionghoa lainnya (di antaranya Injo Beng Goat dan Onghokham) beliau menandatangani pernyataan berisi dukungan terhadap proses asimilasi, namun mengimbau agar prosesnya berlangsung tanpa paksaan.

Pada dikala bersamaan, isi Star Weekly makin menasional. Kalau tadinya edisi khusus hanya untuk menyambut Tahun Baru Imlek, maka kemudian ada edisi Idul Fitri, 17 Agustus, bahkan hari Kebangkitan Nasional. Sampai tahun 1958, tirasnya sudah 52.000; angka yang mengesankan. Itu berkebalikan dengan nasib Keng Po. Pada 1 Agustus 1957, surat kabar antikomunis itu diberangus pemerintah tanpa argumentasi terang. Namun bisa diduga, pembredelan ini tak lepas dari peran PKI yang ketika itu besar pengaruhnya di pemerintahan. PT Keng Po mengubah nama menjadi PT Kinta (singkatan dari kertas dan tinta).

Itu sebabnya, Auwjong jadi kian hati-hati. Rubrik “Gambang Kromong” yang berisi sentilan dihilangkan. Sedangkan “Timbangan” berubah nama menjadi “Intisari”. Benar, Star Weekly tak luput dari peringatan. Rubrik “Tinjauan Luar Negeri”, misalnya, kerap dianggap menyentil kebijakan luar negeri Indonesia. Puncaknya, Auwjong diundang pihak yang berwenang. Satu kalimat yang ia ucapkan sekembali dari sana adalah, “Wij zijn dood, “Kita semua mati”. Seisi kantor bengong. Pemerintah tak pernah menyebut dengan terang argumentasi penutupan majalah bertiras 60.000 (sampai nomor terakhir, 7 Oktober 1961) itu.

Meski dibredel, Auwjong dan para karyawan tetap masuk seperti biasa. Khoe Woen Sioe, administrator Keng Po dan pimpinan Star Weekly berupaya menyalurkan mereka ke unit perjuangan lain. Khoe sadar, kepandaian sebagian besar anak buahnya cuma tulis-menulis dan cetak-mencetak. Maka, didirikanlah PT Saka Widya yang menerbitkan buku-buku. Sejak itu, Auwjong punya jabatan baru, eksekutif perusahaan penerbitan buku.

LAHIRNYA “INTISARI” DAN “KOMPAS”

Saat PT Kinta dilanda kemunduran tahun 1963, Auwjong dan Jakob Oetama mempublikasikan majalah yang diniatkan untuk membebaskan penduduk dari keterkucilan berita. sejak awal 1960-an, Auwjong dan Jakob keduanya sama-sama menjadi pengurus Ikatan Sarjana Katolik Indonesia. Juga pernah sama-sama jadi guru dan punya minat besar pada sejarah. Seperti Star Weekly, Intisari melibatkan banyak jago. Di antaranya jago ekonomi Prof. Widjojo Nitisastro, penulis duduk perkara-duduk perkara ekonomi terkenal Drs. Sanjoto Sastromihardjo, atau sejarawan muda Nugroho Notosusanto. Saat itu, pergaulan Auwjong telah sungguh luas. Dia berteman baik dengan Goenawan Mohamad, Arief Budiman, Soe Hok Gie, dan Machfudi Mangkudilaga. Intisari terbit 17 Agustus 1963. Seperti Star Weekly, ia hitam-putih dan telanjang, tanpa kulit muka. Ukurannya 14 X 17,5 cm, dengan tebal 128 halaman. Logo “Intisari”-nya sama dengan logo rubrik senama yang diasuh Ojong di Star Weekly. Edisi perdana yang dicetak 10.000 eksemplar ternyata laku manis.

Biografi PK Ojong

Kira-kira dua tahun umur Intisari, Ojong dan Jakob menerbitkan Harian Kompas. Saat itu, kekerabatan antara Intisari dan Kompas mirip-mirip Star Weekly dan Keng Po. Saling membantu, berkantor sama, bahkan wartawannya pun merangkap. Setelah beberapa pengurus Yayasan Bentara Rakyat bertemu Bung Karno, beliau merekomendasikan nama “Kompas”. Pengurus yayasan – I.J. Kasimo (Ketua), Frans Seda (Wakil Ketua), F.C. Palaunsuka (Penulis I), Jakob Oetama (Penulis II), dan Auwjong Peng Koen (bendahara) – baiklah. Mereka juga menyetujui sifat harian yang independen, menggali sumber isu sendiri, serta mengimbangi secara aktif imbas komunis, dengan tetap berpegang pada kebenaran, kecermatan sesuai profesi, dan budpekerti pemberitaan. Sesuai sifat Auwjong yang selalu merencanakan segala sesuatunya dengan teliti, kelahiran Kompas disiapkan sematang mungkin.

Soalnya, modal awal mereka hanya Rp 100.000,-, sebagian uang Intisari. Maka, 28 Juni 1965 terbit Kompas nomor percobaan yang pertama. Setelah tiga hari berturut-turut berlabel percobaan, barulah Kompas yang bantu-membantu beredar. Seperti di Intisari, karena argumentasi politis, nama Auwjong tak dicantumkan di jajaran redaksi. Intisari dan Kompas membuat Ojong bersemangat. Pagi-pagi, sebelum pukul 06.30, beliau telah menjemput para karyawan dengan Opel Caravan. Di perjalanan, Auwjong umummengajak mereka mengobrol. Pukul 07.00 Ojong sudah di kantor. “Jangan tiba pukul sembilan, jika ingin karyawan datang pukul tujuh,” cetusnya. Tapi Kompas sendiri mulanya sering telat terbit sampai dijuluki komt pas morgen (besok gres datang). Ketika terjadi kejadian G30S/PKI, Ojong dan Jakob mesti mengambil keputusan di dikala paling krusial. Pelaku kudeta baru mengeluarkan ketentuan, setiap koran yang terbit mesti menyatakan kesetiaan. “Jakob, kita tidak akan melakukannya. Sama saja ditutup sekarang dan mungkin juga menderita kini atau beberapa hari lagi,” tegas Ojong.

Pilihan ini terbukti benar karena upaya PKI gagal total. Tanggal 6 Oktober, semua koran yang tak pernah menyatakan setia pada upaya kup boleh terbit kembali. Keruan saja, dalam keadaan langka koran, Kompas mulai dilirik. Beberapa hari kemudian, saat koran-koran mapan terbit kembali, banyak pembaca tetap membeli Kompas, alasannya telanjur mengasihi surat kabar yang gres mereka kenal ini. Ojong tidak pernah berambisi membuat korannya bertiras paling tinggi. “Biar orang lain saja yang oplahnya terbesar. Kita menjadi nomor dua paling besar saja,” katanya. Menjelang ajal, Ojong mulai sadar cara kerja orang lain tak mesti sama dengannya. Tak siapa saja bisa bekerja seharian tanpa berhenti sebentar pada ketika-ketika tertentu untuk beroleh kesejukan baru. Tak heran, kematiannya 31 Mei 1980 terasa begitu “mudah”. Begitu secara tiba-tiba, tanpa didahului sakit yang menyiksa. Barangkali memang hanya wartawan “lurus” yang bisa begini, meninggal dengan benda kesayangan (buku) di sampingnya. www.biografiku.com

Biografi Teuku Markam – Penyumbang Emas Monas

Biografi,  Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Profil,  Sejarah

Biografi Teuku MarkamRakyat Aceh boleh berbangga sebab Teuku Markam turunan uleebalang, dia yakni penyumbang terbesar dari emas Monas. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban. Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal. Teuku Markam lalu diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe. Sempat mengecap pendidikan hingga kelas 4 SR (Sekolah Rakyat). Teuku Markam tumbuh lalu menjadi cowok dan memasuki pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan simpulan dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut peperangan di Tembung, Sumatera Utara tolong-menolong dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin dan lain-lain.

Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di banyak sekali lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan clash antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis. Sebagai prajurit penghubung, Teuku Markam lalu diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diemban Markam hingga Gatot Soebroto meninggal dunia. Adalah Gatot Soebroto pula yang mempercayakan Teuku Markam untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Waktu itu, Bung Karno memang menginginkan adanya pengusaha pribumi yang betul-betul bisa menghendel dilema perekonomian Indonesia. Tahun 1957, dikala Teuku Markam berpangkat kapten (NRP 12276), kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) sebab “disiriki” oleh orang lain. Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan oleh Sjamaun Gaharu.

Keluar dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengorganisir pampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam sungguh-sungguh menekuni dunia perjuangan dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnis Teuku Markam semakin luas sebab ia juga menggeluti dalam ekspor – impor dengan sejumlah negara. Antara lain mengimpor kendaraan beroda empat Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden.

Komitmen Teuku Markam yakni mendukung usaha RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Hasil bisnis Teuku Markam konon juga ikut menjadi sumber APBN serta menghimpun sejumlah 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen Nasional (Monas). Sebagaimana kita tahu bahwa proyek Monas merupakan salah satu harapan Soekarno dalam memajukan harkat dan martabat bangsa. Peran Teuku Markam menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika tidak kecil berkat perlindungan sejumlah dana untuk keperluan KTT itu.

Biografi Teuku Markam
Emas Monas

Teuku Markam tergolong salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain mirip Menteri PU Ir Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo dan lain-lain. Pada zaman Soekarno, nama Teuku Markam memang luar biasa terkenal. Sampai-sampai Teuku Markam pernah dibilang selaku kabinet bayangan Soekarno.

Sejarah lalu berbalik. Peran dan bantuan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tiada artinya di mata pemerintahan Orba. Ia difitnah selaku PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Tuduhan itulah yang kemudian mengirimkan Teuku Markam ke penjara pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama beliau dimasukkan tahanan Budi Utomo, kemudian dipindahkan ke Guntur, berikutnya berpindah ke penjara Salemba Jln Percetakan Negara. Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di daerah Pondok Gede Jakarta Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun.

Biografi Teuku Markam
Teuku Maryam bersama Teuku Umar

Peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto menciptakan hidup Teuku Markam menjadi susah dan prihatin. Ia baru bebas tahun 1974. Ini pun, kabarnya, berkat jasa- jasa baik dari sejumlah sahabat setianya. Teuku Markam dilepaskan begitu saja tanpa ada konpensasi apapun dari pemerintahan Orba. “Memang betul, saat itu Teuku Markam tidak akan menuntut hak- haknya. Tapi waktu itu beliau kan tertindas dan teraniaya,” kata Teuku Syauki Markam, salah seorang putra Teuku Markam.

Soeharto sebagaiKetua Presidium Kabinet Ampera, pada 14 Agustus 1966 menggantikan aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain yang lalu diatur PT PP Berdikari yang diresmikan Suhardiman untuk dan atas nama pemerintahan RI. Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami (dua orang terakhir ini yakni tokoh Aceh di Jakarta) termasuk sobat-sobat Markam. Namun tidak banyak menolong mengembalikan asset PT Karkam. Justru mereka ikut mengurus aset-aset tersebut di bawah bendera PT PP Berdikari. Suhardiman yakni orang pertama yang memimpin perusahaan tersebut. Di jajaran administrator tertera Sukotriwarno, Edhy Tjahaja, dan Amran Zamzami. Selanjutnya PP Berdikari dipimpin Letjen Achmad Tirtosudiro, Drs Ahman Nurhani, dan Bustanil Arifin SH.

Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus “pertolongan” yang nilainya Rp 411.314.924,29 selaku penyertaan modal negara di PT PP Berdikari. Kepres itu terbit persis pada tahun dibebaskannya Teuku Markam dari tahanan.

Proyek Bank Dunia

Sekeluar dari penjara, tahun 1974, Teuku Markam mendirikan PT Marjaya dan menggarap proyek-prorek Bank Dunia untuk pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Tapi tidak satupun dari proyek-proyek raksasa yang dijalankan PT Marjaya baik di Aceh maupun di Jawa Barat, mau diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Proyek PT Marjaya di Aceh antara lain pembangunan Jalan Bireuen – Takengon, Aceh Barat, Aceh Selatan, Medan-Banda Aceh, PT PIM dan lain-lain. Teuku Syauki menduga, Rezim Orba sangat takut apabila Teuku Markam kembali bangun. Untuk itulah, kata Teuku Syauki, proyek-proyek Markam “dianggap” angin kemudian. Teuku Markam meninggal tahun 1985 balasan komplikasi aneka macam penyakit di Jakarta. Sampai akhir hayatnya, pemerintah tidak pernah merehabilitasi namanya. Bahkan sampai sekarang. TintaTeras.com

Biografi Andrew Darwis – Pendiri Kaskus

Biografi Pengusaha Sukses,  Biografi Tokoh Indonesia,  Enterpreneur,  Feed,  Pendiri Perusahaan,  Profil

Biografi Andrew DarwisBiografi Andrew Darwis. Ia lahir 20 Juli 1979 di jakarta merupakan pendiri (founder) komunitas online terbesar di Indonesia, Kaskus melalui situs Kaskus.us yang kini ini memiliki lebih dari 3 juta member . Andrew sekarang menjabat sebagai Chief Technology Officer (CTO) PT Darta Media Indonesia (Kaskus) sekaligus pemilik (owner) Kaskus Network melalui PT Darta Media Indonesia. Andrew memulai pendidikannya di SD Tarakanita Pluit Jakarta, lalu melanjutkan pendidikannya di SMP Tarakanita Pluit Jakarta, setelah lulus SMP lalu andrew memilih melanjutkan SMA Gandhi National School, Ancol ’98 Jakarta, sesudah lulus kemudian Andrew melajutkan studinya di Universitas Bina Nusantara, 1998 jurusan Sistem Informasi,

Setelah berkuliah di Binus, Andrew mencari universitas lain yang ‘mendukung’ hobi barunya. Ia kesulitan memperoleh universitas yang sesuai di Indonesia, alasannya adalah periode itu multimedia belum menjadi lahan mata pencaharian biasa di Indonesia. Namun kesudahannya beliau menemukannya melalui isu seorang sahabat yang baru pulang dari Amerika. Sebuah universitas bernama Seattle University dinilainya dapat memfasilitasi hasratnya mendalami dunia web programming. Pada mulanya, kedua orang tua Andrew tidak setuju dengan keinginan anaknya. Mereka menganggap kuliahnya kelak akan terlalu memboroskan duit, belum lagi biaya hidup disana. Namun setelah didesak oleh Andrew, kesudahannya mereka luluh juga, dengan syarat ongkos hidup selama kuliah di Amerika harus ditanggungnya sendiri. Andrew menyanggupinya.

Kemudian beliau menentukan melanjutkan studinya di mancanegara di Art Institute of Seattle, 1999 – 2003 jurusan Multimedia & Web Design, sesudah itu ia melanjutkan masternya di universitas yang serupa jurusan Master of Computer Science, Seattle University, tahun 2004 – 2006. Andrew mendirikan Kaskus pada 6 November 1999. Bermula dari pengalamannya dikala berguru di salah satu universitas ternama di Negeri Paman Sam, Seattle University, Program Studi Multimedia & Web Design, Art Institute of Seattle Computer Science di tahun 1999, laki-laki yang disapa Andrew ini terinspirasi menciptakan website forum komunitas yang mampu di bilang menjadi yang terbesar di Indonesia. “Saat itu saya ditugaskan oleh dosen untuk menciptakan program dari free software, dari situlah mulai timbul wangsit menciptakan website dengan nama Kaskus.” Ujar Andrew yang melakukan pekerjaan di perusahaan lyrics.com saat kuliah di Amerika.

Biografi Andrew Darwis

Kaskus berasal dari kata Kasak-Kusuk atau berarti bergunjing. Dengan modal awal sebesar US$ 3 (Rp 30.000,-) untuk membeli server, Andrew dan dua rekannya, Ronald dan Budi, memilih untuk membuat portal yang berisi mengenai berita maupun gosip wacana Indonesia. Portal tersebut sengaja di buat menjadi sebuah media untuk memuaskan kerinduan bagi masyarakat Indonesia yang berada di Luar negeri. Manfaatnya ialah kian membaiknya geliat bisnis online, serta banyaknya orang yang memulai bisnis online dilihat Andrew sebagai kesempatanbesar yang mendukung kemajuan Kaskus. Berdasarkan survey, terdapat lebih dari 40 juta pengguna Internet di Indonesia. Dengan jumlah yang luar biasa tersebut, dia mengasumsikan bahwa masing-masing pengguna Internet yakni target pasar yang berpotensi.

Kendalanya Andrew mengaku bahwa kendala terberat dialaminya ketika awal pembentukan Kaskus. Ia mesti turun tangan pribadi dan memperbaiki apabila ada server yang down, alasannya ketika itu Andrew belum memiliki karyawan. Selain itu hambatan terberat juga dialaminya saat pindah ke Jakarta, karenai beliau mesti meyakinkan customer dan advertiser tentang gambaran Kaskus.

Pemasarannya Andrew dan timnya di awal usaha harus bergeriliya door to door ke klien untuk memperkenalkan positioning Kaskus dan tidak hingga 1 tahun, Kaskus sudah banyak diandalkan oleh client-client besar yang sudah mendukung Kaskus sejak pertama kali Kaskus launching pada Desember 2008. Berselang 2 bulan kemudian Kaskus resmi menjadi perusahaan professional di bawah bendera PT. Darta Media Indonesia. Saat ini tercatat Kaskus mempunyai 3.730.031 member(update pertanggal 3 Desember 2011 pada pukul 11.55) dan terus meningkat tiap detiknya. Kaskus memiliki target pasar dari usia 15-40 tahun baik kalangan pelajar, mahasiswa, karyawan, professional dan entrepreneur.

Berbagai penghargaan juga diterima oleh Andrew di antaranya The Best Indonesian Communities for 2005 and 2006 versi Alexa.com dan Wikipedia, dari Microsoft dengan nominasi Kaskus Indonesia Innovative Top Web Site di tahun 2008, dan dari Indosat dengan nominasi Kaskus The Online Inspiring Award di tahun 2009 Saat ini untuk me-manage Kaskus, Andrew dibantu 30 orang karyawan yang terbagi dalam tim penjualan (marketing), sales, IT dan inovatif (creative).

Kini Andrew dibantu oleh sekitar 30 orang karyawan dalam menertibkan kaskus.us, yang terbagi menjadi beberapa tim antara lain marketing, sales, IT dan creative. Pada tahun 2009, penghasilan Andrew dari kaskus adalah sekitar 600 juta rupiah per bulan. Andrew mengaku akan terus menyebarkan situsnya tersebut, dan mulai mengincar pengguna internet mancanegara dalam marketing content (isi) kaskus. Kini,Pria yang dikenal para kaskuser sebagai ‘Mimin’ (abreviasi dari Admin) ini patut berbangga, kaskus sudah menjadi suatu situs fenomenal yang memiliki ungkapan tersendiri yang tidak dimiliki situs forum lainnya. Dirinya pun masuk ke dalam jajaran enterpreneur muda berbakat kebanggaan Indonesia

Biografi Andrew Darwis

Dari sekian banyak konten dalam Kaskus.us, tanpa ragu Andrew menyebut konten Jual Beli (FJB) dan Lounge sebagai terfavorit dikunjungi kaskuser. Para kaskuser yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia itu mampu memanfaatkan konten ini untuk transaksi bisnis online. Dalam sehari saja, 80 ribu daftar barang, diikutkan dalam Forum Jual Beli (FJB).

Obsesi yang ingin diraih Andrew untuk pengembangan bisnis online-nya ialah terus menyebarkan content (fasilitas yang ada di dalam situs web) Di Indonesia, sehingga nantinya orang luar negerilah yang akan membeli content itu.

Biografi Emha Ainun Najib

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

Biografi Emha Ainun NadjibProfil dan Biografi Emha Ainun Najib. Namanya Muhammad Ainun Nadjib atau yang umum di kenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya, Almarhum MA Lathif, adalah seorang petani. Dia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar di Jombang (1965) dan Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sempat masuk Pondok Modern Gontor Ponorogo namun lalu dikeluarkan karena melaksanakan demo melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya. Kemudian pindah ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta hingga simpulan. Lalu sempat melanjut ke Fakultas Ekonomi UGM, namun tidak akhir. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Lima tahun hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat mempengaruhi perjalanan Emha. Selain itu beliau juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Dalam kesehariannya, Emha terjun pribadi di masyarakat dan melaksanakan acara-aktivitas yang merangkum dan menggabungkan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensialitas rakyat. Di samping kegiatan berkala bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang mBulan, beliau juga berkeliling ke aneka macam kawasan nusantara, rata-rata 10-15 kali per bulan bersama Musik Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40-50 acara massal yang lazimnya dikerjakan di area luar gedung. Selain itu dia juga menyelenggarakan program Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dijalankan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta ialah forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dibungkus sungguh terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender. Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melaksanakan banyak sekali dekonstruksi pengertian atas nilai-nilai, contoh-acuan komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan penyelesaian-solusi masalah penduduk .

Bersama Grup Musik Kiai Kanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilaksanakan di area luar gedung. Di samping itu, secara berkala (bulanan) bareng komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif menyelenggarakan pertemuan sosial melaksanakan banyak sekali dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, contoh-teladan komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan penyelesaian-solusi problem masyarakat.

Dalam aneka macam lembaga komunitas Masyarakat Padang Bulan, itu pembicaraan tentang pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun yang menolak diundang kiai itu meluruskan pemahaman tentang rancangan yang dia sebut sebagai administrasi keberagaman itu. Dia senantiasa berusaha meluruskan banyak sekali salah paham tentang sebuah hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya perihal dakwah, dunia yang beliau anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang layak dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan sikap. Orang yang berbuatrumah kontrakannya, di Bugisan, Yogyakarta. Beberapa kota di Jawa pernah mereka kunjungi, untuk satu dua kali pertunjukan. Selain manggung, ia juga menjasjid, dan aneka macam komunitas warga tak disebut selaku acara dakwah. “Itu hanya be baik sudah berdakwah,” katanya.

Karena itulah ia lebih bahagia kalau kehadirannya bersama Istrinya Novia Kolopaking, dikenal selaku seniman film, panggung, serta penyanyi dan kelompok musik Kiai Kanjeng di taman budaya, maya itu sejak selesai 1970-an, melakukan pekerjaan sama dengan Teater Dinasti — yang berpangkalan di ntuk pelayanan. Pelayanan yakni ibadah dan mesti dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal,” ungkapnya.

Karirnya diawali selaku Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970). Kemudian menjadi Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976), sebelum menjadi pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta), dan band Kyai Kanjeng hingga sekarang. Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media.

Ia juga mengikuti banyak sekali bazar dan lokakarya puisi dan teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).

Cak Nun memacu kehidupan multi-kesenian di Yogya bersama Halimd HD, networker kesenian lewat Sanggarbambu, aktif di Teater Dinasti dan mengasilkan beberapa reportoar serta pementasan drama. Di antaranya: Geger Wong Ngoyak Macan (1989, wacana pemerintahan ‘Raja’ Soeharto); Patung Kekasih (1989, wacana pengkultusan); Keajaiban Lik Par (1980, ihwal eksploitasi rakyat oleh banyak sekali institusi modern); Mas Dukun (1982, perihal gagalnya forum kepemimpinan terbaru).

Selain itu, bareng Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun). Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar); dan Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).

Juga mementaskan Perahu Retak (1992, tentang Indonesia Orba yang digambarkan lewat situasi pertentangan pra-kerajaan Mataram, selaku buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, Duta Dari Masa Depan. Dia juga termasuk inovatif dalam menulis puisi. Terbukti, ia telah menerbitkan 16 buku puisi: “M” Frustasi (1976); Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978); Sajak-Sajak Cinta (1978); Nyanyian Gelandangan (1982); 99 Untuk Tuhanku (1983); Suluk Pesisiran (1989); Lautan Jilbab (1989); Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990); Cahaya Maha Cahaya (1991); Sesobek Buku Harian Indonesia (1993); Abacadabra (1994); dan Syair Amaul Husna (1994)

Selain itu, juga telah menerbitkan 30-an buku esai, di antaranya: Dari Pojok Sejarah (1985); Sastra Yang Membebaskan (1985); Secangkir Kopi Jon Pakir (1990); Markesot Bertutur (1993); Markesot Bertutur Lagi (1994); Opini Plesetan (1996); Gerakan Punakawan (1994); Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996); Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994); Slilit Sang Kiai (1991); Sudrun Gugat (1994); Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995); Bola- Bola Kultural (1996); Budaya Tanding (1995); Titik Nadir Demokrasi (1995); Tuhanpun Berpuasa (1996); Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997); Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997);

Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997); 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998); Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998); Kiai Kocar Kacir (1998); Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998); Keranjang Sampah (1998); Ikrar Husnul Khatimah (1999); Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000); Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000); Menelusuri Titik Keimanan (2001); Hikmah Puasa 1 & 2 (2001); Segitiga Cinta (2001); “Kitab Ketentraman” (2001); “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001); “Tahajjud Cinta” (2003); “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003); Folklore Madura (2005); Puasa ya Puasa (2005); Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara); Kafir Liberal (2006); dan, Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006).

Cak Nun bersama Grup Musik Kiai Kanjeng dengan balutan pakaian serba putih, ber-shalawat (bernyanyi) dengan gaya gospel yang berpengaruh dengan iringan musik gamelan kekinian di hadapan jemaah yang berkumpul di sekitar panggung Masjid Cut Meutia. Setelah shalat tarawih termenung, kemudian sayup-sayup terdengar intro lagu Malam Kudus. Kemudian terdengar syair, “Sholatullah salamullah/ ’Ala thoha Rasulillah/ Sholatullah salamullah/ Sholatullah salamullah/ ’Ala yaasin Habibillah/ ’Ala yaasin Habibillah…”

Biografi Emha Ainun Nadjib

Tepuk tangan dan teriakan penonton pun membahana sesudah shalawat itu final dilantunkan. “Tidak ada lagu Nasrani, tidak ada lagu Islam. Saya bukan bernyanyi, saya ber-shalawat,” ujarnya menjawab pertanyaan yang ada di benak jemaah masjid. Tampaknya Cak Nun berupaya merombak cara pikir penduduk mengenai pengertian agama. Bukan hanya pada Pagelaran Al Alquran dan Merah Putih Cinta Negeriku di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Sabtu (14/10/2006) malam, itu beliau melaksanakan hal-hal yang kontroversial. Dalam berbagai komunitas yang dibentuknya, oase ajaran muncul, menyegarkan hati dan fikiran.

Perihal pluralisme, sering muncul dalam diskusi Cak Nun bareng komunitasnya. “Ada apa dengan pluralisme?” katanya. Menurut dia, semenjak zaman kerajaan Majapahit tidak pernah ada problem dengan pluralisme. “Sejak zaman nenek moyang, bangsa ini telah plural dan bisa hidup rukun. Mungkin sekarang ada intervensi dari negara luar,” ujar Emha. Dia dengan tegas menyatakan mendukung pluralisme. Menurutnya, pluralisme bukan menilai semua agama itu sama. Islam beda dengan Nasrani, dengan Buddha, dengan Kristen, dengan Hindu. “Tidak mampu disamakan, yang beda semoga berlainan. Kita harus menghargai itu semua,” tutur budayawan intelektual itu. www.biografiku.com