TintaTeras

Biografi Yoshida Goro – Pendiri Perusahaan Canon

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Biografi Yoshida Goro. Beliau dikenal  sebagai pendiri dari perusahaan Canon yang merupakan perusahaan pembuat kamera terkemuka di dunia. Yoshida lahir di Hiroshima. Dia tiba ke Tokyo sebelum menuntaskan pendidikan sekolah menengah dan magang di suatu perusahaan memperbaiki dan renovasi film kamera dan proyektor. Selama paruh kedua tahun 1920-an, dikala Yoshida berada di final 20-an, ia sering bepergian ke Shanghai, Cina untuk menerima bab yang diharapkan untuk pekerjaan. Shanghai, The “Leica Model II,” diperkenalkan pada tahun 1932 diikuti olehdebut dari “Contax Model I” pada tahun 1933. Kamera ini menjadi pujian Jerman, kamera kerajaan dunia, dianggap kelas kamera super membuat puas keperluan para penggemar kamera di seluruh dunia, dan mendapatkan bantuan antusias.

Untuk menciptakan kamera kelas tinggi 35mm Yoshida menjajal membongkar kamera Leica untuk melihat bab-bagian yang ada didalamnya namun dia terkejut ternyata didalam kamera Leica tidak ada item khusus seperti berlian di dalam kamera. Justru yang ada didalamnya yaitu bab-bab yang terbuat dari kuningan, alumunium, besi dan karet. Dia marah saat mengetahui materi murah disatukan ke dalam kamera tersebut dan dijual dengan harga yang terlalu tinggi.

Akhirnya beserta adik iparnya Uchida Saburo dan dibiayai oleh teman akrab Uchida, tujuan permulaan mereka ialah melaksanakan riset mengenai kualitas kamera agar bisa menciptakan kamera yang berkualitas, lalu pada tahun 1934 tepatnya bulan juni mereka mengeluarkan kamera pertama yang diberi nama Kwanon.

Logo Canon dari Masa ke periode

Yoshida sempat membuat prototipe kamera 35 mm range finder yang diberi nama ”KWANON”, diambil dari nama ilahi dalam agama Budha. Bahkan beliau memberi nama lensanya dengan nama KASYAPA, diambil dari nama murid Budha, Mahakasyapa.

Ada tiga tipe kamera Kwanon di dalam iklannya, tetapi tak satupun yang ditemui di pasar. Ternyata ketiga tipe Kwanon itu hanyalah versi kamera saja. Ada kamera Kwanon Model D yang ditemukan tahun 1955, tetapi itupun menggandakan Kamera Leica Model II dan bukan dibuat oleh Yoshida, tidak dikenali siapa pembuatnya.

Dalam bisnisnya untuk komersialisasi produk Kwanon oleh Saburo Uchida, Precision Optical Instruments Laboratory, melakukan pekerjaan sama dengan Nippon Kogaku Kogyo (Industri Lensa Jepang untuk Perusahaan Nikon) untuk menggunakan lensa Nikkor yang hendak dipakai oleh Kwanon.

Precision Optical Instruments Laboratory dan Nippon Kogaku menciptakan perjanjian kerjasama untuk menciptakan “Hansa Canon” (menggunakan lensa standar Nikkor 50mm f/3.5). Kamera pertama Canon dipasarkan bulan Februari l936 (beberapa sumber mengatakan sudah ada di pasar bulan Oktober l935). Dalam pembuatan Hansa Canon, Nippon Kogaku bertanggung jawab menciptakan lensa, mount lensa, optical system dari viewfinder dan mekanis rangefinder, sementara itu Precision Optical Instruments Laboratory bertanggung jawab membuat body kamera termasuk focal-plane-shutter, rangefinder cover dan merakitnya.

Nama Kwanon kemudian diganti dengan Canon, yang diambil dari kata Canon yang berarti persyaratan untuk judgement skrip Injil.

Ketika “Hansa Canon” dirilis, nama Precision Optical Instruments Laboratory tidak dicantumkan. Karena perusahaan tidak mempunyai sendiri jaringan pemasaran, maka kemudian perusahaan berhubungan dengan Omiya Shashin Yohin Co., Ltd. (Kamera Omiya dan toko asesoris). “Hansa” menjadi merk jualan Omiya, diambil dari kata Perjanjian Hansa, kesepakatandi antara Uni Eropa di kala pertengahan.

Bulan Juni l936, Precision Optical Instruments Laboratory pindah ke daerah Meguro, dan berubah nama menjadi Japan Precision Optical Instruments Laboratory. Nama ini timbul di media public dalam iklan “Hansa Canon” bulan Agustus l936 yang diterbitkan oleh Asahi Camera.

Dalam perkembangannya, pertengahan tahun 1937 Canon memproduksi sendiri lensa dengan nama SERENAR. Kemudian tahun 1942, Takeshi Mitarai sobat dari Saburo Uchida, menjadi president Precision Optical Instruments Laboratory. Tanggal 15 September 1947, Mitarai mengubah nama perusahaan menjadi Canon Camera Co., Ltd. Kamera dan lensa yang dibuat semenjak 1953, diberi nama Canon.

Hal yang menarik dari sejarah berdirinya Canon, bahwa :

Mahalnya kamera Leica ditanggapi seorang Goro Yoshida dengan “kemarahan” yang positif kreatif. Ia sukses membuat prototype kamera Kwanon. Tetapi terbukti, dia cuma mampu membuat prototype kamera, namun tidak bisa “menjual”. Disinilah peran pentingnya marketing.

Apa yang didapat oleh Yoshida? Mungkin saja cuma sebuah kebanggaan atas prototype kamera Kwanon-nya. Sedangkan orang lain yang bisa menikmati pemikiran Yoshida yakni orang yang berhasil mengembangkan pemikiran itu menjadi suatu bisnis.

Kaprikornus jika dalam dunia bisnis, mampu jadi seorang pencetus belum tentu mampu menikmati gagasannya itu menjadi suatu “keuntungan” bagi dirinya. Bisa saja ide itu “dicuri” atau dikembangkan oleh orang lain. Justru orang lain yang bisa melihat “peluang” itulah yang mampu mencicipinya menjadi sebuah “keuntungan”.

Nampaknya, penting mempunyai “team work” yang bagus dalam suatu bisnis. Seorang aktivis, mampu mengutus ke anggota team lainnya yang mampu mengeksekusi gagasannya itu, dan bisa meminta anggota team lainnya untuk memasarkannya.

Memang tidak mudah membangun teamwork yang solid. Kadang-kadang pemikiran yang begitu baik, tidak diterima oleh anggota team lainnya.

Dalam beberapa even wedding photography, kadangkala salah satu anggota team “lupa” akan peran yang telah disepakati dalam pengarahan. Atau bahkan ada orang lain, di luar team yang mengacau, melaksanakan intervensi kepada kerja team. Yang cukup menciptakan sakit kepala yakni, ”impian” untuk mengambil ”keuntungan” instant dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, namun cenderung tidak menunjukkan janji yang bagus untuk menghasilkan apa yang terbaik dari dirinya, hasilnya sungguh merugikan team, khususnya dalam rangka membangun reputasi.

Pernah aku jumpai, salah satu orang marketing perusahaan catering yang hendak memberi job terhadap kami secara rutin untuk wedding photography tanpa sepengetahuan owner perusahan catering, dengan syarat % rupiah tertentu mesti dibayarkan kepada ”oknum” tersebut, secara sembunyi-sembunyi.

Wah ini godaan yang berbahaya. Walaupun dengan pendekatan yang bagus, perilaku kami tegas, kami menolak untuk melakukan pekerjaan sama dengan orang semacam itu. Alhamdulillah, dikala kita ”kehilangan job order” dari orang semacam tadi, ternyata tanpa disangka , kita malah mendapatkan klien yang nilai job-nya jauh lebih besar, pribadi dari klien, sehingga bebas dari ”pungutan” oknum yang tidak bertanggung jawab.

Celakanya, oknum semacam tadi justru ”menindas” kami dengan meminta harga yang murah, padahal kami tidak mau menunjukkan jasa yang murah, alasannya memang output yang kita hasilkan pun memakan biaya yang tidak murah. Kami menawarkan jasa photography yang terjangkau dengan hasil yang memuaskan klien. Tujuan kami yang utama yaitu kepuasan klien. www.biografiku.com

Artikel Menarik Lainnya: