TintaTeras

Biografi Vlad Iii – Dracula

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Biografi Vlad III si Drakula. Vlad III, Pangeran Wallachia lahir tahun 1431 dan wafat bulan Desember 1476, beliau diketahui sebagai Vlad Ţepeş atau Dracula (dalam Bahasa Indonesia acap kali diubah menjadi Drakula), ialah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, kemudian pada 1456 hingga 1462 dan pada tahun 1476. Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap perluasan Kesultanan Utsmaniyah dan hukuman kejam yang beliau berlakukan pada lawan-musuhnya. Vlad III populer sebab memberi inspirasi nama abjad vampir pada novel Bram Stoker tahun 1897, Drakula.

Vlad dilahirkan pada bulan November atau Desember 1431 di benteng Schäßburg, Transilvania, Kerajaan Hongaria di Rumania kini. Ayahnya, Vlad II yakni gubernur militer di Transylvania. Ayah Dracula yaitu seorang panglima militer yang lebih sering berada di medan perang ketimbang di rumah. Ia diangkat oleh Raja Honggaria, Sigismund dan dijadikan anggota dari orde naga (dalam bahasa Rumania Dracul berarti Naga). Vlad III yang mewarisi gelar ayahnya otomatis disebut Draculea atau Anak Naga. Dalam bahasa Inggris, Draculea menjadi Dracula. Ibunya adalah seorang putri dari Moldavia. Cneajna, seorang darah biru dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang menunjukkan kasih sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk menghadapi suasana mencekam di Wallachia ketika itu. Pembantaian sudah menjadi tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya telah diarak keliling kota oleh para pemberontak.

Dua tahun setelah kelahiran Dracula, pasukan Turki sudah berhasil menyeberangi Sungai Donau dan siap menyerang tempat kekuasaan Raja Sigismund. Raja pun menyuruh Vladd II untuk maju berperang. Dengan kesabaran Vlad II kesannya dapat merebut takhta Wallachia. Ia hanya memerintah selama tujuh tahun sebelum risikonya Turki Utsmaniyah tiba menyerang. Vlad II sadar dia tidak akan menang lalu menetralkan diri menghadari utusan Turki Utsmaniyah. Hal ini menciptakan Raja Sigismund murka. Ia menghalau Vladd II dan mengantikannya dengan Janos Hunyadi.

Setahun lalu Vlad II kembali ke Wallachia dan merebut takthanya dengan bantuan Turki Utsmaniyah. Sebagai jaminan kesetiaannya beliau mengirim dua puteranya, Dracula dan Radu ke Turki. Saat itu Dracula muda berusia 11 tahun. Selama di Turki, abang beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di madrasah untuk belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang rajin berguru, Dracula justru sering mencuri waktu untuk menyaksikan hukuman hukuman mati di alun-alun. Begitu senangnya ia menyaksikan kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak. Sampai-hingga sehari saja tidak ada eksekusi mati, maka beliau segera menangkap burung atau tikus, lalu menyiksanya dengan tombak kecil hingga mati.

Dracula sendiri menganut agama Katolik sesuai agama orang tuanya. Berbeda dengan saudaranya, Radu risikonya memeluk agama Islam ketika di Turki. Dracula sendiri demi politik supaya tidak didiskriminasi memeluk Islam selama berada di Turki. Dengan status muslimnya, Dracula mempunyai potensi mencar ilmu kemiliteran pada para prajurit Turki yang populer andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia bisa menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki lainnya.

Konon bibit kejam dia dapatkan dari Wallachia. Kekejaman di kota itu ialah panorama sehari-hari. Ia menjinjing kekejaman itu dan memumpuk dendam di saat di Turki dan menanti saatnya membalas dendam. Ia pun suka membunuh hewan kecil tak berdaya jika tidak dapat melampiaskan kekejamannya.

Dracula dibebaskan pada tahun 1448 M oleh Turki Utsmaniyah. Alasannya adalah sebab ayahnya, Vlad II dan pamannya Mircea telah wafat. Pada umur 17 tahun, dia diperintahkan untuk merebut kembali Wallachia dari Kerajaan Hungaria. Ia berhasil walau satu bulan lalu kembali kalah dari Janos Hunyadi. Janos Hunyadi kemudian menempatkan bawahannya Vladislav II di takhta Wallachia. Selama tiga tahun Dracula diasingkan ke Moldavia. Pada tahun ketiga Pangeran Bigdan Moldavia terbunuh dan memaksa Dracula untuk melarikan diri.

Sementara itu di Wallachia, Vladislav II pun mengkhianati Janos Hunyadi dan bergabung dengan Turki Utsmaniyah. Hal ini membuka jalan Dracula untuk mendekati Janos Hunyadi. Janos Hunyadi pun mempercayai Dracula dengan alsan bahwa anak itu memikili pengetahuan yang banyak perihal Turki Utsmaniyah. Keduanya ternyata memiliki banyak kesamaan alasannya ternyata keduanya yakni tipe pemimpin Machiavelli yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan.

Janos Hunyadi akhirnya menempatkan Dracula di benteng Sibiu di barat daya Transilvania. Saat itu terjadilah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Utsmaniyah, tanda kekalahan kerajaan-kerajaan Katolik dalam Perang Salib. Pada tahun akhir hayat Janos Hunyadi, Dracula sukses menggempur Vladislav II di Wallachia dan sukses merebut takhta Wallachia yang beliau rasa selaku haknya.

Hal pertama yang Dracula lakukan selaku penguasa adalah melaksanakan reformasi dengan cara menyula (impale). Sula sendiri yakni tata cara pembunuhan dengan dengan cara menghujamkan tiang pancang sebesar lengan orang dewasa ke bab dubur korbannya dan mendirikan pancang tersebut.Orang-orang pertama yang menjadi korbannya yaitu para darah biru di Wallachia. Sebelum kehadiran Dracula, para darah biru itu ialah penguasa Wallachia. Penguasa takhta Wallachia hanyalah boneka belaka. Setelah pembunuhan para ningrat serta keluarganya, Dracula membagikan tanah-tanah darah biru kepada petani kecil yang setia padanya. Para aristokrat yang selamat secepatnya melarikan diri atau bungkam setelah peristiwa itu. Ia kemudian diketahui dengan nama Vlad Ţepeş atau Vlad Sang Penyula.

Semenjak itu dia memperketat semua peraturan di Wallachia untuk menjamin pemerintahannya. Ia memberlakukan eksekusi berat bagi pelaku kejahatan, ini pastinya membuat Wallachia menjadi daerah yang kondusif sebab orang-orang takut akan hukuman-hukuman berat tesebut.

Masa pemerintahannya adalah kala-masa teror yang sangat menakutkan. Yang menjadi korban agresi sadisnya bukan hanya umat Islam yang tinggal di Wallachia, namun juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama Khatolik.

Di hari Paskah tahun 1459, Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan tanah beserta keluarganya di suatu gereja dalam suatu jamuan makan. Setelah seluruhnya selesai makan, beliau memerintahkan siapa saja yang ada ditempat itu ditangkap. Para darah biru yang terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh dengan cara disula. Sedang yang lain dijadikan budak pembangunan benteng untuk kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai Agres. Sejarawan Yunani, Chalcondyles, memperkirakan jumlah semua tahanan meraih 300 kepala keluarga. Terdiri dari laki-laki dan perempuan, orang tua, bahkan belum dewasa.

Aksi Dracula terhadap umat Islam di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama kurun kekuasaannya, tak kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah insiden yang dipakai Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:

Pembataian kepada prajurit Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada awal kedatangannya di sana, sehabis menginformasikan perlawanannya kepada Khilafah utsmaniyah.

Pada 1456, Dracula aben hidup-hidup 400 cowok Turki yang sedang berguru wawasan di Wallachia. Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu diarak keliling kota yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu dibakar dengan ratusan pemuda Turki di dalamnya.

Aksi brutal lainnya, adalah pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim Wallachia pada acara penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini dikumpulkan dalam jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar mereka dikunci dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.

Dendam Dracula kepada Turki dan Islam semakin menjadi. Untuk menyambut hari peringatan St. Bartholome, 1459, ia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan terkumpullah 30 ribu penjualTurki beserta keluarganya. Para pedagang yang ditawan ditelanjangi kemudian digiring menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka disula satu persatu.

Aksi kejam yang lain yaitu dengan menyebar virus penyakit mematikan ke kawasan-wilayah yang didiami kaum Muslimin. Dia juga menyuruh pasukannya meracuni Sungai Danube. Ini ialah taktik Dracula untuk membunuh pasukan Khilafah utsmaniyah yang membangun kubu pertahanan di selatan Sungai Danube.

Pada 1462 M, Khalifah utsmani, Muhammad II mengantar60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau mati. Pemimpin pasukan ialah Radu, adik kandung Dracula. Mengetahui rencana serangan ini, Dracula menyiapkan aksi terkejamnya untuk menyambut pasukan Turki.

Sepekan sebelum penyerangan, beliau menyuruh pasukannya untuk mengejar-ngejar seluruh umat Islam yang tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat Islam yang berisikan pasukan Turki yang tertawan, para petani, dan rakyat yang lain. Selama empat hari mereka digiring dengan telanjang bulat dari Tirgoviste menuju tepi Sungai Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para tawanan disula secara masal di sebuah tanah lapang. Mayat-mayit tersula tersebut kemudian diseret menuju tepi sungai. Lalu dipancang di kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh 10 km untuk menyambut pasukan Turki. Pemandangan menyeramkan ini hampir menciptakan pasukan Turki turun mental. Namun semangat mereka kembali berdiri dikala melihat sang Sultan begitu berani menerjang musuh. Mereka terus merangsek maju, mendesak pasukan Dracula melewati Tirgoviste sampai ke Benteng Poenari.

Dracula memusatkan semua pemerintahannya di Benteng Poenari. Benteng ini dibangun dari keringat para pangeran dan keluarganya yang ditawan pada hari Paskah. Hari itu semua dipaksa untuk menjalankan pekerjaan bergairah membangun kastil sehabis diberi jamuan besar-besaran. Beberapa pangeran yang melawan ditangkap dan disula di kawasan. Benteng ini kesudahannya dikepung oleh Radu yang menyerang atas perintah Sultan Mehmed II. Radu ialah panglima perang sekaligus anggota dari kesatuan Yanisari, orde yang dibentuk untuk menandingi Orde Naga (Dracul).

Malam sebelum penyerangan, seorang hamba Dracula yang dikirim bersamanya ke Turki dan dikala itu melayani Radu, memanahkan pesan agar tuannya kabur. Istri Dracula yang mendapatkannya. Istrinya segera memberi tahu supaya Dracula segera melarikan diri. Dracula menolak dan bersikeras bertahan. Istrinya tak maumenjadi tahanan perang maka dia melompat dari kamar tidurnya dan jatuh di anak Sungai Arges. Sekarang sungai itu diberi nama Sungai Permaisuri (Răul Doamnei). Ternyata dimengerti setelahnya bahwa dikala istrinya melompat bunuh diri, Dracula justru melarikan diri melalui lorong rahasia.

Dari benteng Poenari, Dracula melarikan diri ke arah barat menuju tempat Brasov. Ia secepatnya menemui raja Hongaria yang baru yakni Matthias Corvinus. Sesampainya disana ia bukannya dijamu malahan dijadikan tawanan. Ia ditempatkan selaku tahanan di Istana Visegard. Disini kebiasaannya menyiksa hewan kecil kembali kambuh. Penjaga Istana Visegard enggan bertemu bila tidak mempunyai keperluan.

Untuk memuaskan keluarga kerajaan Dracula masuk agama Katolik. Ia pun dipindahkan ke vila di areal kerajaan. Disana ia berjumpa Ilona Szilagy, seorang perempuan kemenakan Raja Matthias. Setelah resmi menikah beliau mengabdi pada Raja Matthias selama 13. Pada bulan Juli 1375 M ia kembali menyerang Wallachia dengan derma Pangeran Stephen Bathory dari Transilvania dan Pangeran Stephen The Great dari Moldavia, memasuki kurun pemerintahan kedua. Saat itu pula Randu, saudaranya sudah meninggal sebab terkena penyakit syphilis. Pemerintahan di Wallachia dipegang oleh Basarab, seorang anggota dinasti Danesti.

Masa pemerintahan kedua ini cuma berlangsung satu tahun karena setelah sukses Stephen meninggalkan Dracula, mengurangi banyak dari total pasukan yang menggempur Wallachia. Ia banyak menghabiskan waktunya di Gereja Snagov. Sehari-hari dia hanya mengikuti misa dan berbicara dengan kepala biara. Ia pun sempat mengajukan pertanyaan apakah dosanya dapat diampuni. Ia pun berpesan semoga dikuburkan di gereja itu. Kali ini kekejamannya nyaris hilang sama sekali. Ia cuma merenung dan mempertimbangkan segala yang sudah ia kerjakan.

Di ketika kekuasaan Dracula mulai memudar, Perang Salib justru sedang berkobar. Sultan Mehmed II memimpin pasukan Turki Utsmaniyah menggempur Eropa Barat. Dracula diperintahkan untuk menyambut pasukan lawan. Kali ini Dracula meninggalkan Wallachia dengan menitipkan anak dan istrinya di Transilvania. Kepergiannya tidak menerima tunjangan rakyat. Rakyat seolah tak peduli ada pertempuran di luar sana. Ia pun memimpin pasukan yang terhitung kecil ke Danau Snagov yang karenanya berhadapan dengan lawan. Pada bulan Desember tahun 1476 kesannya ia meninggal dunia dalam perang itu.

Dracula punya banyak musuh. Itulah yang mendasari suatu legenda bahwa beliau dibunuh oleh prajuritnya sendiri. Konon diantara prajurit-prajuritnya terdapat pembunuh bayaran dari lawan-lawan Dracula. Musuhnya pun mencari celah agar mampu membunuh Dracula di ketika lengah. Versi lain mengatakan bahwa dia dibunuh seorang prajurit Turki Utsmaniyah yang menyamar sebagai pramusaji . Sultan Mehmed II telah membentuk unit khusus berjulukan Yanisari yang tujuan terutama yaitu membunuh Dracula. Pada saat menjelang kematiannya, salah seorang Yanisari sukses menyusup dan membunuh Dracula di ketika sedang istirahat. Ia pun konon meninggal terbunuh oleh prajuritnya sendiri sebab berpakaian seperti serdadu Turki Utsmaniyah. Padahal Dracula menyamar untuk memasuki pertahanan lawan.

Bagaimanapun terbunuhnya Dracula, semua mengarah pada satu selesai. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke Konstantinopel sebagai bukti. Mayat Dracula kesudahannya ditemukan di tepian Danau Snagov oleh biarawan Snagov. Mereka membawanya ke Gereja Snagov sesuai permintaannya.

Sang Vampir atau Dracula

Vlad III tak ayal identik dengan hasil karya literatur vampir berjudul Dracula oleh pengarang Irlandia, Bram Stoker. Banyak yang berspekulasi wacana mengapa Bram Stoker menentukan nama Dracula sebagai peran antagonis di novelnya. Ada yang menyampaikan bahwa itu semua yaitu cara dunia barat mengaburkan kekejamannya kepada korban-korbannya. Pada suatu penelian oleh Raymond McNally dan Radu Florescu dari Boston College di Massachusetts berjudul “In Search of Dracula” menyatakan bahwa Dracula didasarkan dari aksara kejam Vlad III. Tapi pada sebuah penelitian ilmiah terkini oleh Professor Elizabeth Miller dari Universitas Newfoundland di Kanada semua terjawab lewat catatan-catatan Bram Stoker.

Pada penelitian itu Professor Miller menghimpun semua catatan selama hidup Bram Stoker dan memperoleh fakta bahwa Bram Stoker mendapatkan nama Dracula dari buku William Wilkerson berjudul An Account of the Principalities of Wallachia and Moldavia. Pada catatan itu ditemukan bahwa Bram Stoker meminjam buku itu dari Perpustakaan Whitby di Inggris Utara. Kontras dengan pandangan perihal pengaburan kekejamannya, Bram Stoker sama sekali tidak tahu-menahu wacana kekejaman Vlad III.

Dracula sendiri selama hidupnya tidak pernah meminum darah layaknya vampir. Bahkan lawan bebuyutannya Kesultanan Utsmaniyah pun tidak pernah menyebut Dracula selaku makhluk penghisap darah tersebut. Namun Ia tergolong dalam salah satu pemimpin terkejam sepanjang sejarah. www.biografiku.com

Artikel Menarik Lainnya:

Cara Melacak Hp Hilang Dengan Imei

Cara Melacak Hp Hilang Dengan Imei

April 26, 2024
47 sec read
Metode Sujud Tilawah

Metode Sujud Tilawah

August 13, 2024
1 min 43 sec read
Cara Menyembunyikan Get Contact

Cara Menyembunyikan Get Contact

November 4, 2024
2 min 12 sec read
Cara Mencari Topik

Cara Mencari Topik

July 11, 2024
2 min 59 sec read
10 Cara Bayar Shopee Pakai Kredivo [99% Sukses]

10 Cara Bayar Shopee Pakai Kredivo [99% Sukses]

April 12, 2024
3 min 56 sec read