TintaTeras

Biografi Thomas Jefferson

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Thomas Jefferson lahir di Shadwell, Gloochland (kini Albemarle), Virginia, AS pada 13 April 1743. Anak dari Peter dan Jane Randoph Jefferson, pasangan keluarga berada. Ayahnya, Peter, meninggal pada ketika beliau berumur 14 tahun dan mewarisinya tanah seluas 2,750 acre dan sejumlah budak belian. Jefferson belajar di perguruan tinggi William dan Mary selama dua tahun, tetapi entah mengapa keluar begitu saja sebelum dapat gelar apa pun. Sesudah itu ia pelajari ilmu hukum selama bertahun-tahun dan tahun 1767 ia diposisikan di tubuh pengadilan Virginia. Tujuh tahun lamanya Jefferson mempraktekkan kebiasaan hukumnya seraya bergelimang di bidang pertanian. Bersamaan dengan itu ia juga jadi anggota “Burges”, dewan perwakilan Virginia.

Esai penting pertama Jefferson A Summary View of Rights of British America, perihal persepsi selintas kilas ihwal hak-hak Amerikanya Inggris. Esai itu ditulisnya tahun 1774. Tahun berikutnya beliau dipilih jadi anggota delegasi Virginia untuk hadiri Kongres Kontinental kedua, dan tahun 1776 mulailah ia menciptakan corat-coret desain Deklarasi Kemerdekaan. Di penghujung tahun itu pula dia kembali ke dewan perwakilan Virginia dan main perananlah dia di situ dalam hal pelbagai keputusan penting yang menyangkut perobahan-perobahan masalah besar. Dua dari permintaan-usulnya ialah Statute of Virginia for Religion Freedom dan Bill for More General Diffusion of Knowledge. Yang pertama menyangkut perundangan ihwal kebebasan beragama di Virginia dan yang kedua menyangkut perundangan wacana penyebaran ilmu pengetahuan secara umum. Yang kedua ini jelas berhubungan dengan kebutuhan pendidikan masyarakat.

Usul-usul Jefferson tentang pendidikan antara lain: tunjangan pendidikan dasar terhadap siapa saja; pendirian sebuah universitas pemerintah buat mereka yang berbakat layak mendapat pendidikan tinggi; adanya tata cara beasiswa. Rencana pendidikan Jefferson ini tidak diterima oleh negara bagian Virginia dikala itu, kendati planning serupa belakangan dilakukan oleh lain-lain negara tanpa kecuali.

Perundang-seruan menyangkut kemerdekaan beragama sungguh mengesankan bahkan mengagumkan alasannya adalah didalamnya terkandung toleransi agama dan sekaligus ketegasan adanya pemisahan antara agama dan negara. (Sebelumnya, Gereja Anglikan merupakan agama resmi di Virginia). Memang ada penentangan kepada undangan Jefferson ini tetapi ujung-ujungnya disetujui juga oleh dewan perwakilan Virginia (1786). Gagasan serupa juga secepatnya disetujui dalam UU perihal hak-hak asasi oleh lain-lain negara bagian, dan jadinya disetujui pula dalam UUD Amerika Serikat sendiri.

Jefferson jadi Gubernur Virginia dari tahun 1779 hingga 1781. Lantas beliau “pensiun” dari kehidupan politik. Selama masa ngaso ini ia menulis satu-satunya bukunya Notes on the State of Virginia, wacana negara bagian Virginia. Buku ini antara lain menampung sikap Jefferson yang tegas dan jelas-benderang tentang anti perbudakannya. Tahun 1782 isteri Jefferson tutup usia sehabis kawin sepuluh tahun dan beranak enam. Walaupun si duda Jefferson masih cukup muda, namun ia tidak kawin lagi sehabis itu.

Kemudian ia lekas-lekas berhenti dari ngasonya dan menceburkan diri dalam Kongres. Di situ usulnya perihal hal-wacana pembagian mata duit dari sudut berat maupun ukurannya (ini terjadi sebelum adanya planning sistem ukuran metrik, ialah panjang dinilai dengan meter, berat dinilai dengan gram, isi dinilai dengan liter dan sebagainya) ditolak. Dia juga mengajukan usul pelarangan perbudakan di seluruh negara bagian, namun permintaan ini tertolak hanya karena selisih satu bunyi!

Tahun 1784 Jefferson mengunjungi Perancis dalam suatu misi diplomatik. Begitu hingga di sana begitu beliau gantikan Benjamin Franklin jadi Duta Besar Amerika untuk Perancis. Lima tahun lamanya beliau menetap di Perancis, karuan saja ia bolos dari acara politik dalam negeri Amerika Serikat termasuk tatkala konstitusi disusun dan disahkan. Jefferson menyambut baik pengukuhan konstitusi itu, dan seperti para pemuka yang lain, ia percaya seyakin-yakinnya undang-undang yang menjamin hak asasi harus dicantumkan didalam konstitusi.

Jefferson kembali ke negerinya di penghujung tahun 1789 dan secepatnya ditunjuk menduduki korsi Menteri Luar Negeri. Di forum kabinet meningkat perbedaan sengit antara Jefferson dengan Menteri Keuangan Alexander Hamilton. Mereka berbeda faham perihal persepsi politik.

Dalam skala nasional pendukung politik Hamilton bergabung membentuk Partai Federal, sedangkan penunjang politik Jefferson bergabung membentuk Partai Republik-Demokratis yang kemudian bermetamorfosis Partai Demokrat yang kita kenal sekarang.

Tahun 1796 Jefferson jadi kandidat Presiden tetapi orang kedua setelah John Adams. Di bawah ketentuan-ketentuan konstitusi yang berlaku ketika itu, dengan sendirinya dia hanya menduduki Wakil Presiden. Baru pada tahun 1800 dia maju lagi dan menanglah ia jadi Presiden mengalahkan John Adams.

Selaku Presiden, Jefferson moderat berbuat baik-baik saja kepada bekas lawan-musuh politiknya, dan dengan demikian menanamkan tradisi politik yang membudaya buat Amerika Serikat di periode-periode berikutnya. Puncak dari puncak peninggalan baka yang diberikannya selama dalam era jabatan presiden yaitu langkah pembelian Louisiana, yang berakibat menciptakan kawasan Amerika Serikat hampir dobel luasnya. Pembelian Louisiana mungkin merupakan perpindahan pemilikan tempat terbesar secara damai sepanjang sejarah. Ini pada gilirannya membuat Amerika Serikat sebuah negara besar dan kuat di dunia, walhasil punya arti penting berjangka jauh. Andaikata Jefferson seorang yang bertanggung jawab atas ihwal pembelian Louisiana itu, bisa jadi saya tempatkan ia lebih atas dalam urutan daftar kini. Tetapi, saya percaya, pemimpin Perancis Napoleon Banaparte, dalam pengambilan langkah dan keputusan yang ruwet menjual tempat terhadap Amerika Serikat ialah orang yang paling pegang peranan. Bukannya Jefferson. Kalau toh ada orang Amerika yang punya peranan besar dalam transaksi penjualan ini, itu pun bukannya Jefferson, alasannya adalah Jefferson tidak pernah punya angan-angan melakukan pembelian tanah begitu luas. Yang-paling mendekati yakni perutusan Amerika Serikat di Paris, Robert Livingstone dan James Monroe yang begitu mencium potensi bagus dan menguntungkan untuk melakukan perundingan jual-beli, beliau melesat melewati arahan-arahan diplomatik yang ada padanya dan menggeluti dalam kesepakatan jual-beli. (Adalah mempesona bahwa pada catatan yang dipasang pada batu nisan, Jefferson tidak memasukkan pembelian Louisiana sebagai salah satu dari hasil prestasinya, padahal catatan itu beliau sendiri yang tulis).

Jefferson terpilih lagi jadi Presiden tahun 1804 namun tahun 1808 beliau berkeputusan tak maujadi Presiden untuk ketiga kalinya. Berarti dia memperkokoh langkah yang pernah diambil oleh George Washington. Jefferson pensiun pada tahun 1809 dan satu-satunya langkah selanjutnya yang bersifat kegiatan pemerintahan adalah mendirikan Universitas Virginia (diresmikan tahun 1819). Dengan begitu beliau mampu saksikan sebagian dari rencana yang pernah diusulkannya didalam dewan perwakilan Virginia meskipun gres terealisir empat puluh tiga tahun kemudian. Jefferson wafat tanggal 4 Juli 1826, pada hari ulang tahun kelima Deklarasi Kemerdekaan, setelah perjalanan hidup yang penuh dengan pergulatan –dan juga kebahagiaan– selama lebih dari delapan puluh tiga tahun.

Bakatnya aneka macam disamping bakat politik. Dia kuasai lima atau enam bahasa gila, ia peminat serius pengetahuan alam dan matematik, ia petani yang sukses yang bergelimang dengan cara pertanian ilmiah. Dan juga ia produser barang-barang, seorang penemu walau dalam ukuran kecil dan juga seorang arsitek yang cerdik.

Berhubung bakat dan kualitas pribadinya yang begitu menonjol, sering orang berlebih-lebihan menilainya, melebihi efek yang sebenarnya yang dia punyai dalam sejarah. Jika kita mau secara cermat menilai arti pentingnya, mungkin kita harus berangkat dari wacana Deklarasi Kemerdekaan, alasannya adalah pada tingkat perencana dianggap itu suatu hasil kerja Jefferson yang besar. Pertama yang perlu dicatat Deklarasi Kemerdekaan itu bukanlah bab dari aturan pemerintahan Amerika Serikat alasannya adalah arti pentingnya terletak pada realita bahwa deklarasi itu ialah cetusan dari cita-cita Amerika. Lebih dari itu, cita-cita yang terkandung didalamnya tidaklah asli buah anggapan Jefferson melainkan sebagian paling besar berasal dari goresan pena-goresan pena John Locke. Deklarasi Kemerdekaan bukanlah sebuah falsafah yang tulen asli, dan juga memang tidak dimaksud begitu melainkan suatu pernyataan ringkas perihal dogma yang telah jadi aliran banyak orang Amerika.

Juga bukanlah sebab kedigdayaan Jefferson dalam penyusunan kalimat-kalimat deklarasi yang mendorong bangsa Amerika memproklamirkan kemerdekaannya. Perang Revolusioner pada hakikatnya pecah bulan April 1775 (lebih dari setahun sebelum Deklarasi Kemerdekaan) yang bermula dari pertempuran Lexington dan Concord. Di bulan-bulan sehabis peperangan itu, tempat jajahan Amerika menghadapi keputusan kritis: apakah mesti mereka sebaiknya menuntut langsung kemerdekaan ataukah harus berkompromi dengan pemerintah Inggris? Pada animo semi tahun 1776, gairah memilih alternatif pertama berkembang kian berpengaruh di Kongres Kontinental. Dan bukan pula Jefferson melainkan Richard Henry Lee dari Virginia yang pada tanggal 7 Juni secara resmi mengusulkan agar Amerika yang dijajah menyatakan dirinya merdeka dari Inggris. Kongres mengambil keputusan menunda pemungutan suara atas undangan resolusi Lee beberapa minggu dan membentuk suatu panitia dibawah pimpinan Jefferson untuk menyusun sebuah pernyataan terhadap biasa alasan-argumentasi menyatakan kemerdekaan. (Anggota-anggota panitia yang lain dengan bijak mempersilahkan Jefferson menyusun rancangan deklarasi sendirian). Kongres menyidangkan lagi acara resolusi Lee tanggal 1 Juli dan di hari berikutnya ketika pemungutan suara seruan itu diterima lingkaran. Pada pemungutan suara tanggal 2 Juli itulah keputusan kritis menyangkut pernyataan kemerdekaan dipecahkan. Baru sehabis resolusi itu diterimalah rancangan susunan Jefferson untuk diperdebatkan. Resolusi itu diterima Kongres (dengan beberapa pergantian) dua hari kemudian tanggal 4 Juli 1776.

Apabila Deklarasi Kemerdekaan dianggap tidak begitu penting mirip biasanya dikira orang, apakah ada karya-karya lain yang mampu menempatkannya dalam kedudukan tinggi dalam daftar urutan buku ini? Dalam catatan di batu nisannya, Jefferson menyebut dua hasil karya yang ia harap mampu dikenang orang. Pertama, peranannya dalam kaitan pendirian Universitas Virginia meski bekerjsama tidaklah begitu menentukan, ini toh belum mencukupi syarat pencantumannya dalam daftar urutan ini. Kedua, karyanya selaku penulis Statute of Virginia for Religions Freedom yang mampu cukup berbobot dan punya makna. Tentu saja, gagasan lazim perihal kebebasan beragama telah pernah dicetuskan oleh pelbagai filosof kenamaan sebelum Jefferson, tergolong John Locke dan Voltaire. Tetapi perundang-ajakan lebih maju dari gagasan yang disarankan Locke. Lebih jauh dari itu, Jefferson seorang politikus yang aktif yang berhasil merealisir pikirannya ke dalam bentuk undang-undang, dan ajakan Jefferson mempengaruhi negara-negara bab lain tatkala mereka membuat perundang-ajakan perihal hak-hak asasi.

Hal itu menarik hati pertanyaan lebih lanjut: sampai sejauh mana saham yang disumbangkan Jefferson dalam hal pengakuan undang-undang tentang hak asasi federal? Jefferson memang wakil dari mereka yang menggandrungi jaminan hak-hak asasi dan memang ia salah seorang dari pemuka intelektual dari kalangan itu. Tetapi, Jefferson tidak berada di dalam negeri antara tahun 1784 sampai final 1789, sehingga pastinya tidak terlibat tatkala perdebatan pembicaraan hak-hak asasi di periode sulit-sulitnya menjelang konvensi konstritusi. James Madison-lah yang pegang peranan kunci dan sukses melakukan amandemen lewat Kongres. (Kongres mengesahkan amandemen itu tanggal 25 September 1789, sebelum Jefferson kembali ke Amerika Serikat).

Dapatlah dibilang, bukanlah langkah tindakan resini Jefferson, melainkan sikap-sikapnya yang paling dalam mensugesti Amerika Serikat. Tetapi, masih bisa disangsikan sejauh mana ide-gagasan Jefferson diterima oleh rakyat Amerika. Orang banyak yang menyanjung nama Thomas Jefferson, mendukung akal politik, yang justru berlawanan dengan pendapat Jefferson sendiri. Misalnya, Jefferson yakin betul dengan apa yang kini kita sebut “pemerintahan kecil.” Suatu istilah karakteristik (berasal dari pidato pelantikannya): “… yaitu suatu pemerintahan yang bijak dan irit yang akan menangkal orang menyakiti lainnya, yang mau menawarkan keleluasaan bebas mengendalikan kehendak industri dan perbaikan hidup …” Mungkin titik tolak Jefferson benar, namun pemilihan lazim dalam periode empat puluh tahun terakhir memperlihatkan bahwa kata-katanya tidak meyakinkan lebih banyak didominasi rakyat Amerika. Misal kedua. Jefferson menentang mati-matian pandangan bahwa kekuasaan terakhir menafsirkan konstitusi terletak pada tangan Mahkamah Agung, yang mampu pula dengan demikian mengeluarkan aturan yang tidak konstitusional kendati telah disepakati Kongres. Pendapat macam ini, beliau pikir, bertentangan dengan prinsip pemeritahan demokratis.

Kalimat-kalimat sebelumnya mungkin lebih memperjelas bahwa Jefferson bergotong-royong pengaruhnya kecil dan tak pantas punya daerah di buku ini.

Tetapi kalau orang terlampau terpukau oleh pohon-pohon, ia akan kehilangan citra tentang hutan secara keseluruhan. Kalau orang mau mundur agak selangkah dan menjajal menilai karier Jefferson dalam skala yang lebih besar, orang akan segera dapat menyaksikan mengapa Jefferson dilukiskan sebagai “juru bicara keleluasaan insan yang menonjol.”

Mestikah Thomas Jefferson ditempatkan lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan George Washington? Kemerdekaan Amerika dan forum-forum demokratisnya diresmikan oleh usaha bareng orang-orang yang penuh wangsit dan orang-orang yang perjuangan. Jika keduanya sama pentingnya, aku yakin secara umum wangsit merupakan aspek derma yang lebih penting. Di segi direktur, George Washington konkret-faktual memainkan peranan secara umum dikuasai. Penghargaan terhadap mereka yang mencetuskan ilham mesti –mau tidak mau–dibagi diantara sejunilah besar orang, tergolong orang-orang Amerika seperti Jefferson dan James Madison dan orang-orang Eropa seperti John Locke, Voltaire dan banyak lagi lainnya. Atas dasar argumentasi itu, Thomas Jefferson di samping bakatnya yang besar dan bobotnya, ditempatkan dalam urutan di bawah George Washington di buku ini.

Artikel Menarik Lainnya: