TintaTeras

Biografi Saddam Husein

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Saddam Husein lahir pada tahun 1937di Tikrit. Kehidupan di Desanya teramat sangat keras, pada kurun kecilnya saddam seringkali keluar rumah dengan membekali diri dengan senjata selaku alat bela diri dikarenakan kerap kali terjadi bentrokan antar dengan sahabat sebayanya. Pada usia 16 Tahun Saddam sudah menjadi ketua geng jalanan. Pada Usia 17 Tahun Saddam membunuh salah seorang tentangan pamanya hingga dipenjara 6 bulan. Pada Usia 19 Tahun telah berkomplot untuk menumbangkan monarki yang berkuasa dan pada usia 21 tahun melaksanakan percobaan pembunuhan dengan menembak perdana menteri Irak dengan senapan Mesin.

Saddam Husein Menjadi Presiden Irak

Pada usia 20 tahun beliau terjun dalam dunia politik dengan bergabung dalam Partai Baath. Saddam memainkan peran penting dalam perebutan kekuasaan yang dikerjakan Partai Baath terhadap Presiden Irak dikala itu, Abdul Rahman Arif pada tahun 1968. Kudeta tersebut dipimpin oleh ketua Partai Baath, Hasan Al Bakr, yang setelah kudeta mengangkat diri selaku presiden. Saddam pun diangkat sebagai wakil Hasan Al Bakr dan menduduki posisi itu selama 15 tahun. Selama itu pula, Saddam melaksanakan berbagai agresi represif terhadap rakyat Irak. Setelah semakin berkuasa, Sadam pun menyingkirkan Hasan Al Bakr dan merebut posisi selaku presiden dan pemimpin Partai Baath.

Tak usang sesudah Sadam menjadi pemimpin partai Baath, dia melaksanakan pembersihan besar-besaran dalam tubuh partai. Para penentangnya dibunuh. Para ulama penentang Saddam juga dibunuh atau disiksa dalam penjara. Selama 35 tahun menjadi pemimpin Partai Baath, beliau melaksanakan banyak sekali pembunuhan massal terhadap rakyat Kurdi di utara Irak dan rakyat Syiah di selatan Irak.

Sebagian sejarawan meyakini, semenjak sebelum kudeta tahun 1968, bergotong-royong Saddam sudah menjalin kekerabatan dengan AS. Menurut mereka, Saddam sehabis pembunuhan terhadap Abdul Karim Qasim tahun 1959 melarikan ke Mesir dan di negara ini ia menjalin hubungan dengan biro-distributor CIA. Empat tahun kemudian, Saddam pun kembali ke Irak.

Pelayanan sarat Saddam kepada Gedung Putih mulai tampakmenonjol di hadapan opini umum sejak ia menjadi wakil presiden Hasan Al Bakr. Setelah dia menyingkirkan Hasan Al Bakr yang tak lain sepupunya sendiri, dan meraih tampuk kepresidenan, Saddam makin memajukan kerjasamanya dengan Gedung Putih. Pelayanan paling besar yang dilaksanakan Saddam kepada kehendak para penguasa AS yakni invasinya ke Iran pada tahun 1980, segera sehabis kemenangan revolusi Islam Iran. Revolusi Islam Iran telah menumbangkan raja boneka Amerika, Shah Pahlevi. AS juga tidak mampu lagi mengeksploitasi kekayaan alam Iran sebagaimana yang sudah dilakukannya selama abad pemerintahan Pahlevi. Itulah sebabnya AS mendalangi serangan Saddam kepada Iran.

Selain menawarkan santunan politik dan dana, negara-negara Barat itu juga menolong Saddam dalam memproduksi senjata pembunuh massal yang digunakan dalam menyerang Iran.

Menurut data, selama abad perang itu, AS dan negara-negara Barat lain, serta negara-negara Arab, telah memberikan derma sebesar 120 milyar dollar terhadap Saddam. Periode perang delapan tahun Irak-Iran yakni kurun keemasan hubungan antara Saddam dan AS. Donald Rumsfeld pada tahun 1983 datang ke Irak untuk berjumpa dengan Saddam dan menjanjikan perlindungan keuangan. Robert Fisk wartawan terkemuka dari AS menulis, “Pada zaman dikala Irak berbelanja gas kimia dari AS, aku dengan mata kepala sendiri menyaksikan bahwa Rumsfeld bersalaman dengan Saddam.

Selama perang delapan tahun Iran-Irak itu, bangsa Iran sudah kehilangan nyawa puluhan ribu warganya, mengalami kerugian materil ratusan milyar dollar, dan mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa tahun. Selama perang, Saddam juga menggunakan senjata dan bom kimia yang menimbulkan kematian puluhan ribu orang. Hari ini, terdapat sekitar 45.000 orang Iran yang masih hidup dengan menanggung aneka macam penyakit akhir tercemar senjata kimia. Setiap tahunnya, pemerintah Iran mengeluarkan dana 37 juta dollar AS untuk merawat para korban senjata kimia itu, namun tiap tahun pula banyak di antara mereka yang karenanya gugur syahid. Namun, berkat tunjangan Tuhan dan kegigihan bangsa Iran dalam membela tanah air mereka, usaha Saddam dan negara-negara Barat untuk menganeksasi Iran alhasil menemui kegagalan.

Menyerang Kuwait

Setelah kalah dalam bisnisnya untuk menguasai Iran, Saddam pun mulai dikhianati oleh sekutunya itu. Atas lampu hijau dari AS, pada tahun 1991 Saddam menyerang Kuwait dengan tujuan menguasai ladang-ladang minyak di negeri itu. Namun, segera setelah serbuan Saddam ke Kuwait, AS malah menggalang pasukan multinasional untuk membela Kuwait. Tentu saja, pasukan Saddam yang memang telah lemah alasannya adalah delapan tahun bertempur dengan Iran, dengan gampang mampu dipukul mundur oleh AS dan sekutu-sekutunya. Kelemahan posisi Saddam dimanfaatkan oleh sebagian bangsa Irak untuk memberontak dari diktator yang selama ini sudah menyengsarakan mereka itu. Namun, lagi-lagi, Saddam berkonspirasi dengan AS.

Saddam Husein Digulingkan

Tiba-tiba serangan pasukan AS terhadap Saddam dihentikan sehingga Saddam bisa berkonsentrasi merepresi warganya yang memberontak. Namun tak usang lalu, AS memimpin gerakan internasional untuk mengembargo Irak. Tentu saja, yang sengsara akhir embargo ini adalah rakyat kecil. Mereka kelemahan makan dan obat-obatan sementara Saddam dan para penguasa tetap hidup sejahtera. Setelah 12 tahun menderita balasan embargo itu, rakyat Irak pada tahun 2003 menghadapi penderitaan baru lagi, ialah agresi AS ke kawasan mereka dengan argumentasi untuk menggulingkan Saddam. Setelah Saddam terguling pun, sampai hari ini AS dan Inggris tetap bercokol di negeri itu dan menimpakan penderitaan tak terkira bagi rakyat Irak.

Berbagai aksi AS ini, baik dikala mendukung Saddam dalam Perang Iran-Irak, membela Kuwait dalam Perang Teluk, kemudian kembali mendukung Saddam dalam menghentikan pemberontakan warga Irak, lalu datang ke Irak untuk menggulingkan Saddam, menunjukkan jatidiri para penguasa AS. Mereka sama sekali tidak memikirkan apapun selain kepentingan mereka sendiri. Dalam Perang Teluk, contohnya, AS berbalik memusuhi Saddam dengan tujuan menekan negara-negara Teluk. Akibat perang Teluk, negara-negara Teluk banyak yang membeli senjata dari AS alasannya adalah takut diserang Saddam. Kuwait pun dipaksa membiayai peralatan perang yang didatangkan AS. Semua itu memperlihatkan bahwa AS sengaja mendorong Saddam menyerang Kuwait demi laba pabrik-pabrik senjata milik AS.

Demi meraih keuntungan eksklusif, para penguasa AS memakai aneka macam macam cara, dan salah satunya, mencari sekutu mirip Saddam Husein. Saddam Husein yang dibutakan oleh hawa nafsu dan ambisinya, tunduk patuh melayani impian AS. Kemudian, sehabis Saddam dianggap tidak berguna lagi, AS pun berusaha mencari simpati rakyat Irak dengan menggulingkannya. Namun, saat situasi di Irak menjadi semakin tidak terkontrol oleh AS, AS pun melakukan langkah lain, dengan menuduh Iran di balik segala kesemrawutan di Irak. Eksekusi Saddam pun dimanfaatkan untuk menekan Iran. Saddam diposisikan selaku hero Arab dan dengan cara itu, sentimen antar mazhab dan anti Iran dibesar-besarkan. Melalui cara ini, AS berharap mampu terjadi perang saudara di Irak dan AS dengan gampang bisa menguasai negara itu. Namun, tentu saja, rakyat Irak dan opini dunia yang sadar dan berhati-hati, tidak akan termakan propaganda AS ini.

Artikel Menarik Lainnya: