TintaTeras

Biografi Raden Patah, Pendiri Kerajaan Demak Islam Pertama Di Jawa

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Raden Patah diketahui sebagai pendiri kerajaan Demak yang ialah kerajaan islam pertama di Jawa. Raden Patah atau yang diketahui memiliki nama Tionghoa yakni Jin Bun atau yang lalu diketahui dengan Senapati Jimbun atau Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Ia merupakan Sultan Demak dan penguasa kerajaan Islam yang mempunyai garis keturunan Tionghoa.

Biografi raden Patah

Raden Patah selaku pendiri kerajaan Demak sudah memerintah kerajaan Demak semenjak tahun 1500 sampai tahun 1518. Untuk itu, bagi anda yang ingin untuk mengenali biografi Raden Patah secara singkat, maka anda pun bisa menyimak ulasannya berikut ini.

Biodata Raden Patah

Nama Raden Fatah
Nama Lain Jin Bun, Senapati Jimbun, Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah
Lahir Palembang, Majapahit, 1455
Wafat Demak, Demak Bintoro, 1518
Agama Islam
Dikenal Pendiri Kerajaan Demak

Biografi Raden Patah

Menurut Babad Tanah Jawi yang dilansir oleh wikipedia.com, Raden Patah diketahui lahir pada tahun 1455 di Palembang yang periode itu masih merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Ia merupakan seorang putra dari Brawijaya V yang ialah raja terakhir Majapahit.

Raden Patah juga merupakan anak dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini merupakan putri dari Kyai Batong atau yang dikenal juga dengan Tan Go Hwat. Hal tersebut terjadi dikarenakan Ratu Dwarawati yang ialah merasa cemburu, risikonya Raja Brawijaya pun terpaksa menunjukkan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yakni Arya Damar.

Ia pun menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Sehingga Ia alhasil kabur ke pulau Jawa dan ditemani oleh Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya pun langsung mencar ilmu pada Sunan Ampel di Surabaya. Kemudian Raden Kusen mengabdi ke Majapahit, sedangkan Ia pindah ke Jawa Tengah dan membuka hutan Glagahwangi menjadi suatu pesantren.

Perjalanan Hidup

Setelah mendirikan pesantren ternyata pesantren yang diresmikan olehnya pun semakin mengalami pertumbuhan. Hal ini pun mengakibatkan kekawatiran bagi Brawijaya alias Bhre Kertabhumi kalau ketika waktu Raden Patah berencana untuk melaksanakan upaya pemberontakan. Sehingga Raden Kusen yang waktu itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.

Raden Kusen pun risikonya menghadapkannya ke Majapahit. Brawijaya yang diidentifikasi ialah Brawijaya V merasa terkesan oleh hal yang dilaksanakan oleh pendiri kesultanan Demak ini. Sehingga ia pun akhirnya mau mengakuinya selaku putranya.

Mendirikan Kesultanan Demak

Di dalam biografi Raden Patah, dia pun lalu diangkat selaku bupati. Selanjutnya pesantren Glagahwangi yang diresmikan olehnya diubah namanya menjadi Demak dengan ibu kota yang berjulukan Bintara.

Menurut kronik Tiongkok, pendiri kerajaan Demak ini sudah pindah dari Surabaya ke Demak di tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang pada tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu membuat Kung-ta-bu-mi atau Bhre Kertabhumi yang ada di Majapahit menjadi bingung dan juga khawatir.

Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo yang merupakan Sunan Ampel, akibatnya Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun selaku anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo yang merupakan ejaan Tionghoa untuk Bintoro. Untuk model perang dari Demak dan Majapahit terdapat beberapa versi. Untuk yang diberitakan di dalam naskah Babad dan serat, utamanya yaitu Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.

Perang Antara Kerajaan Demak dan Majapahit

Dikatakan bahwa Sunan Ampel melarang pendiri kesultanan Demak ini untuk memberontak pada Majapahit. Hal ini dikarenakan walaupun mempunyai agama yang berbeda, tetapi Raja Brawijaya tetaplah ayah dari Raden Patah.

Ketika sunan Ampel sudah tiada, Ia kesudahannya pun tetap melakukan penyerangan ke Majapahit. Sehingga untuk menetralisasi imbas agama lama, Sunan Giri lalu menduduki takhta Majapahit selama 40 hari.

Dikatakan pula dalam biografi Raden Patah tentang perang yang terjadi antara Demak melawan Majapahit yakni model Kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong. Dimana ia juga memberitakan bahwa adanya perang yang terjadi antara Jin Bun melawan Kung-ta-bu-mi (Kertabumi) di tahun 1478.

Perang tersebut terjadi sehabis ajal dari Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel. Dimana disini,  Jin Bun menggempur ibu kota Majapahit. Menurut versi Tiongkok dikatakan bahwa Perang berakhir antara Demak dan Majapahit selsai dengan tertangkapnya Kung-ta-bu-mi alias Bhre Kertabhumi.

Ia dipindahkan ke Demak secara hormat. Sejak itu, Majapahit menjadi bawahan Demak dengan dipimpin seorang Tionghoa muslim berjulukan Nyoo Lay Wa sebagai bupatinya. Di tahun 1485, Nyoo Lay Wa tewas karena pemberontakan yang dilancarkan oleh kaum pribumi yang tidak baiklah dengan kepemimpinan Nyoo Lay Wa.

Ia lalu mengangkat Prabhu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Pa-bu-ta-la yang juga merupakan menantu kertabumi selaku penguasa Majapahit.

Menurut catatan bangsa Portugis dan naskkah Tiongkok, Perang antara Demak dan Majapahit terjadi kembali takkala Pa-bu-ta-la melakukan pekerjaan sama dengan Portugis di Malaka yang menciptakan Raden Patah tidak senang.

Pemerintahan Raden Patah

Majapahit mengalami kekalahan melawan Demak, tetapi Pa-bu-ta-la diampuni alasannya adalah dia ialah menantunya. Kerajaan Demak dibawah pemerintahan Raden Patah mengalami perkembangan pesat. Pemerintahannya dikenal sungguh menjunjung tinggi toleransi beragama dikala beliau berkuasa.

Ini dibuktikan dengan tidak menyerang umat hindu dan budha. Walaupun sempat menyerang majapahit ini bukan dilatarbelakangi alasannya adalah agama melainkan sebab politik.

Raden Patah juga dimengerti mendirikan Masjid Agung Demak yang menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Ia juga menjadikan masjid Agung Demak jadikan selaku pusat pemerintahan dari kerajaan Demak.

Raden Patah Wafat

Pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Raden Patah dikenali wafat pada tanggal 1518 di Demak, Jawa Tengah dalam usia 63 tahun. Posisinya sebagai sultan demak lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus atau yang diketahui dengan Pangeran Sabrang Lor atau dalam naskah Tiongkok diketahui sebagai Yat Sun.

Raden Patah diketahui memiliki istri bernama Putri Solekha, Randu Singa dan Putri Dipati Jipang. Dari pernikahannya tersebut Raden Patah mempunyai anak berjulukan Raden Surya atau Pati Unus, Raden Trenggono, Raden Kanduruwan, Raden Kikin dan Ratu Nyawa.

Artikel Menarik Lainnya: