TintaTeras

Biografi Putera Sampoerna – Pemilik Pt Sampoerna

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Putera Sampoerna, mengguncang dunia bisnis Indonesia dengan menjual seluruh saham keluarganya di PT HM Sampoerna senilai Rp18,5 triliun, pada ketika kinerjanya baik. Generasi ketiga keluarga Sampoerna yang belakangan bertindak sebagai CEO Sampoerna Strategic, ini memang seorang pebisnis visioner yang bisa menjangkau pasar era depan. Berbagai langkahnya sering kali tidak terjangkau pengusaha lain sebelumnya. Dia bisa membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Sehingga pantas saja Warta Ekonomi menobatkan putra Liem Swie Ling (Aga Sampoerna) ini selaku salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya, majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40 Richest 2004.

Putera Sampoerna, pebisnis Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok Sampoerna. Putera ialah presiden administrator ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.

Kemudian, pada tahun 2000, Putera mengestafetkan kepemimpinan operasional perusahaan (presiden administrator) kepada anaknya, Michael Sampoerna. Dia sendiri duduk selaku Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, hingga saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah go public itu dijual terhadap Philip Morris International, Maret 2005, senilai Rp18,5 triliun.

Pria penggemar angka sembilan, lulusan Diocesan Boys School, Hong Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston, Texas, AS, itu sebelum memimpin PT HM Sampoerna, lebih dulu berkiprah di sebuah perusahaan yang mengorganisir perkebunan kelapa sawit milik usahawan Malaysia. Kala itu, ia berdomisili di Singapura bareng isteri tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa warga Amerika Serikat.

Dia mulai bergabung dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980. Enam tahun lalu, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna selaku CEO (chief executive officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.

Namun ruh kepemimpinan masih saja menempel pada ayahnya. Baru sesudah ayahnya meninggal pada 1994, Putera sungguh-sungguh mengaktualisasikan kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun merekrut profesional dalam negeri dan luar negeri untuk mendampinginya berbagi dan menggenjot kinerja perusahaan.

Sungguh, perusahaan keluarga ini dikontrol secara profesional dengan pertolongan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna sukses mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi inovatif.

Tidak cuma gemilang dalam melaksanakan penemuan produk inti bisnisnya, yakni rokok, namun juga sukses mengespansi peluang bisnis di segmen usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan sempat mendirikan Bank Sampoerna simpulan 1980-an.

Di bisnis rokok, HM Sampoerna yaitu pencetus produk mild di tanah air, ialah rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an, itu Putera Sampoerna dengan inovatif mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild. Kala itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok rendah nikotin dan “taste to the future”, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya.

Dia memang seorang pebisnis visioner yang bisa meraih pasar era depan. Berbagai langkahnya kadang kala tidak terjangkau usahawan lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tetapi terukur)dalam dunia bisnis. Langkahnya yang paling sensasional sepanjang sejarah semenjak HM Sampoerna berdiri 1913 yaitu keputusannya memasarkan seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke Philip Morris International, Maret 2005.

Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja HM Sampoerna kurun itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan sukses mendapatkan pendapatan higienis Rp15 triliun dengan nilai buatan 41,2 miliar batang. Dalam posisi ketiga perusahaan rokok yang menguasai pasar, ialah menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, sesudah Gudang Garam dan Djarum.

Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah berumur lebih dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang timbul di tengah pelaku bisnis dan publik abad itu.

Belakangan publik mengetahui visi Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 model Majalah Warta Ekonomi ini ((Warta Ekonomi 28 Desember 2005). Dia menyaksikan era depan industri rokok di Indonesia akan semakin susah berkembang. Dia pun ingin menjemput pasar masa depan yang hanya mampu diraihnya dengan langkah kriatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner dia mengganti bisnis pada dasarnya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur.

Hal ini terungkap dari langkah-langkahnya sesudah enam bulan melepas saham di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang doktrin Putera: “Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.”

Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna Strategic beliau sempat bermaksud mengakuisisi PT Kiani Kertas, tetapi untuk sementara dia menolak melanjutkan negosiasi transaksi lantaran kriteria yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak seimbang. Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol, jika faktor birokrasi dan keadaan sosial politik kondusif. TintaTeras.com

————————————————————————————————————

Artikel Menarik Lainnya: