TintaTeras

Biografi Muammar Khadafi – Diktator Libya

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Muammar khadafi, diktator, libya, biografi, pemimpinBiografi Muammar Abu Minyar al-Qaddafi atau Muammar Khadafi, lahir di Surt, Tripolitania, 7 Juni 1942, Khadafi besar dalam angin padang pasir yang keras. Dia lahir di suatu tenda Badui, di gurun pasir bersahabat Kota Sirt, pada 1942. Dia berasal dari suku kecil turunan Berber Arab, ialah Khadafa. Tumbuh dikala dunia Arab sedang bergolak, Khadafi tampaknya menyerap semua pertentangan itu ke jagad kecilnya. Di Palestina, pertentangan berlarat-larat setelah Yahudi membentuk negara Israel pada 1948. Dia juga larut dalam gelora nasionalisme Arab, yang diteriakkan pemimpin Mesir Gammal Abdul Nasser, pada 1952.

Tumbuh dikala dunia Arab sedang bergolak, Khadafi sepertinya menyerap semua konflik itu ke jagad kecilnya. Di Palestina, pertentangan berlarat-larat setelah Yahudi membentuk negara Israel pada 1948. Dia juga larut dalam gelora nasionalisme Arab, yang diteriakkan pemimpin Mesir Gammal Abdul Nasser, pada 1952.

Bersekolah di madrasah lokal, Khadafi kecil sudah menaruh minat besar pada sejarah. Selesai menjalani pendidikan lanjut, Khadafi menggeluti ke dunia militer. Di Libya pada ketika itu, menjadi serdadu yaitu potensi emas memperbaiki taraf hidup bagi keluarga kurang mampu. Itu sebabnya, masuk militer adalah opsi bagi belum dewasa muda miskin mirip Khadafi.

Pada 1961, Khadafi masuk ke perguruan tinggi militer. Dia lulus lima tahun kemudian. Dianggap punya prospek cemerlang, Khadafi terpilih ikut pendidikan militer lanjutan selama beberapa bulan di Akademi Militer Inggris, Sandhurst. Dia pun menerima training militer di Athena, Yunani. Sebagai perwira muda, Khadafi aib menyaksikan negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, dan Yordania, kalah perang dengan Israel di tiga front pada 1967. Dia semakin geram, alasannya Raja Idris I dari Libya, hanya berpangku tangan melihat sesama bangsa Arab dipermalukan Israel dalam Perang Enam Hari.

Peluang itu datang pada 1 September 1969. Saat itu, Raja Idris sedang ke Yunani untuk berobat. Muncul kabar, karena sering sakit-sakitan, Raja Idris akan lengser. Dia menyerahkan kekuasaan terhadap keponakannya, yang menjadi putra mahkota, Sayyid Hasan ar-Rida al-Mahdi as-Sanusi, atau Hasan as-Sanusi. Tanggal penyerahaan tahta dari Raja Idris terhadap Pangeran Hassan berjalan pada 2 September 1969. Sehari sebelum ritual penyerahan tahta, saat Idris masih di mancanegara, Khadafi bergerak. Dia menginformasikan di radio, Libya berada di tangan Dewan Revolusi yang mau menyelamatkan negara dari kekosongan kekuasaan.

Junta militer pimpinan Khadafi lalu menangkap kepala staf militer dan kepala keamanan, yang setia dengan Raja Idris. Sang Raja terhenyak. Dia tak mampu lagi pulang, hingga wafat di Mesir pada 1983. Stasiun berita BBC menceritakan bagaimana Khadafi, perwira 27 tahun tetapi telah berpangkat kolonel, secara cemerlang melaksanakan kudeta tak berdarah. “Kudeta itu hanya memuntahkan beberapa peluru,” tulis BBC.

Nasib calon raja yang batal, Hasan as-Sanusi lebih jelek. Dia menjadi tahanan rumah, dan sempat dipenjara selama tiga tahun pada 1971. Hasan dan keluarga diusir dari rumah mereka pada 1984. Hasan harus menggelandang di pantai, hingga diserang stroke. Khadafi mengizinkannya berobat ke London, Inggris. Hasan pun meninggal di sana. Dia dikuburkan di sebelah makam Raja Idris, di Madinah, Arab Saudi.

Setelah menyingkirkan kekuatan lama, pada permulaan berkuasa, rezim Khadafi melaksanakan pergeseran besar. Kerajaan Libya dibubarkan. Dia kemudian membentuk Republik Sosialis Arab, dengan nama resmi Republik Rakyat Sosialis Agung Jamahiriya Arab Libya.

Bendera nasional pun diganti, dari gabungan warna merah, hitam, dan hijau, dengan lambang bintang dan bulan sabit di tengah-tengah, menjadi warna hijau polos.

Khadafi pun tak menyatakan diri sebagai presiden atau raja. Dia menabalkan dirinya seorang “brother leader”, dan sang pemandu revolusi. Dia sempat menjabat perdana menteri selama 1970-1972. Sebagai pemimpin belia, Khadafi memperlihatkan terhadap bangsa Arab, perubahan radikal sedang bergerak di Libya.

Sistem pemerintahan Libya dirombak. Menurut kajian Library of Congress pada 1987 berjudul “Government and Politics of Libya”, Libya dipimpin dua pilar utama, yang disebut dengan sektor. Salah satu pilar, ialah “Sektor Revolusioner,” terdiri dari Khadafi sebagai pemimpin Revolusi, Komite Revolusi, dan Dewan Komando Revolusi, yang beranggotakan 12 orang. Mereka inilah inti kekuasaan di Libya sebab para komite dan dewan tidak dipilih, melainkan ditunjuk, serta tak ada era bakti.

Pilar lain adalah “Sektor Jamahiriyah”, yakni Kongres Rakyat mewakili 1.500 daerah, dan 32 anggota Kongres Rakyat Sha’biyat. Mereka dilihat sebagai lembaga legislatif. Para anggotanya diseleksi setiap empat tahun. Sejak 1972, rezim Khadafi melarang partai politik. Media massa nasional pun dibelenggu agar tidak “menyesatkan” rakyat dengan pemberitaan kritis terhadap pemerintah. Seperti Mao Zedong di China pada 1960an, Khadafi pada 1975 menerbitkan buku panduan ideologi bagi pejabat dan rakyat Libya. Dia menyebutkan sebagai “Kitab Hijau” (Green Book).

Terbit dalam bahasa Arab, Kitab Hijau menjabarkan tiga paham dasar, ialah “Demokrasi berdasarkan Kekuasaan Rakyat,” “Ekonomi Sosialisme” dan “Teori Internasional Ketiga.” Paham itu kemudian menjadi panduan bagi sistem demokrasi ala Khadafi, sekaligus bimbingan politik mancanegara Libya yang mengundang kontroversi. “Kitab Hijau” menolak demokrasi liberal ala Barat, dan mendorong tata cara demokrasi eksklusif menurut pembentukan komite-komite rakyat. Belakangan, tata cara ini dikritik sebagai cara Khadafi mengamankan kepentingannya di balik jargon mempekerjakan rakyat Libya.

Sikap anti Barat-nya kental. Dia menjadi sponsor gerakan anti imperialisme dan zionisme. Pada dekade 70an sampai 90an, Libya bahkan menjadi kawah pelatihan bagi kelompok radikal seperti Brigade Merah dari Jepang, “September Hitam” dari Palestina, MILF dari Filipina, dan IRA dari Irlandia Utara.

Mimpinya perihal Arab bersatu dipengaruhi ide Nasser. Khadafi berniat meneruskan Pan Arabisme yang dirintis presiden pertama Mesir itu. Maka, dua tahun sesudah Nasser wafat pada 18 September 1970, Khadafi menggagas pendirian “Federasi Republik-republik Arab,” mencakup Libya, Mesir, dan Suriah. Tapi ilham itu gagal. Dia mencoba lagi pada 1972, dengan menggandeng Tunisia, tetapi perjuangan itu kempis.

Ironisnya, gagasan itu bertentangan dengan tabiatnya yang suka tabrak dengan tetangga. Misalnya, pada 1969, tak lama sesudah ia berkuasa, Libya berperang dengan Chad. Menurut Gérard Prunier, penulis buku Darfur: a 21st century genocide, alasannya adalah dikala itu tak masuk nalar: gara-gara presiden Chad dikala itu seorang Nasrani, dan berkulit hitam. Perang Libya-Chad rampung pada 1994, lewat keputusan Mahkamah Pengadilan Internasional.

Muammar khadafi, diktator, libya, biografi, pemimpin

Selain itu, Libya pun sempat baku tembak dengan Mesir selama beberapa hari pada 1977. Soalnya, Khadafi kesal dengan manuver Presiden Mesir dikala itu, Anwar Sadat, yang berdamai dengan Israel, setelah keduanya terlibat Perang pada Oktober 1973. Khadafi memang anti-Israel. Dia bahkan jengkel dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pimpinan Yasser Arrafat. Pada 1995, Khadafi mengusir 30.000 warga Palestina dari Libya, sehabis setahun sebelumnya PLO menggelar akad damai dengan Israel.

Khadafi juga berang dengan Mesir, alasannya adalah melindungi dua perwira Libya pelaku planning kudeta atas dirinya pada 1975. Konflik Libya-Mesir yang berlangsung empat hari jadinya berakhir, setelah ditengahi oleh Aljazair. Dengan politik yang keras seperti itu Libya di bawah Khadafi alhasil menjadi sorotan. Dia dibenci Barat sebab mensponsori kelompok teroris. Dia dicap menjadi rezim berbahaya, alasannya dimengerti berbagi senjata penghancur massal untuk menandingi musuhnya di Barat.

Maka, tak aneh Presiden AS, Ronald Reagan, menjuluki dia sebagai “anjing abnormal”, yang membuat Reagan menghujani Tripoli dan Benghazi dengan serangan bom pada 14 April 1986. Serangan itu terjadi sehabis agen-distributor Libya dimengerti meledakkan sebuah klab malam di Berlin, Jerman, pada 5 April 1986. Insiden itu membunuh tiga orang, dan melukai 229 lainnya – lebih dari 50 orang diantaranya tentara Amerika.

Dua tahun kemudian, terjadi bencana peledakkan atas pesawat Pan American yang terbang di langit Lockerbie, Skotlandia. Ratusan penumpang dan awak pesawat tewas. Agen Libya dituduh terlibat dalam aksi keji itu. Setelah sempat menyangkal, rezim Khadafi belakangan mendapatkan tanggungjawab tragedi di Lockerbie, dan bersedia mengeluarkan uang uang duka terhadap keluarga semua korban.

Menurut catatan harian Telegraph, Tragedi Lockerbie tampaknya “petualangan terakhir” Khadafi dalam terorisme internasional. Pada dekade 1990-an, Libya mulai rujuk dengan Barat. Dia rupanya tak tahan hidup, terisolasi, dan banyak lawan, baik dari Barat maupun Arab.

Puncaknya pada 2003, saat Khadafi melucuti semua senjata penghancur massal milik Libya. Sejak dikala itu, kekerabatan Libya membaik, termasuk dengan AS. Bahkan semasa George W. Bush berkuasa, pada 2006 AS mengumumkan Libya tak lagi masuk daftar negara berbahaya. Proyek dan invetasi asing pun mulai mengalir kembali ke Libya.

Hingga Februari 2011, sebenarnya tak ada lagi berita sensasional ihwal Khadafi, dan rezimnya. Dia sepertinya tidak ingin cari gara-gara dengan dunia luar. Khadafi bahkan sesekali diundang ke Barat, dan berpidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York pada 2009.

Khadafi pun dekat dengan mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair. Dia dikabarkan tak lagi kesengsem pada nasionalisme Arab – setelah beberapa kali gagal merealisasikan persatuan Arab. Kini, perhatiannya pada solidarisme sesama negara Afrika. Itu sebabnya, sejumlah pemimpin Afrika mengangkat Khadafi selaku Ketua Uni Afrika kala 2009-2010.

Khadafi sekarang berusia 68 tahun, dan makin nyentrik. Dia, contohnya, tinggal di tenda setiap kali berkunjung ke luar negeri, dan senang dikelilingi banyak perempuan. Khadafi lebih senang dikawal pasukan khusus wanita.

Pada satu lawatan ke Italia beberapa tahun lalu, Khadafi menjamu ratusan perempuan setempat. Dia membujuk mereka menjadi mualaf. Laman spesialis pembocor rahasia diplomatik AS, WikiLeaks, juga mengungkapkan Khadafi punya perawat perempuan asal Ukraina, berbadan seksi, dan berambut pirang.

Wartawati senior BBC, Katie Adie, senantiasa teringat sifat nyentrik Khadafi. Saat bertemu untuk wawancara di Tripoli pada 1984, Khadafi memberi Adie dua buah buku, dan satu ucapan. “Buku pertama yakni Kitab Hijau, dan kedua yaitu Kitab Suci Al Quran. Setelah itu, dia berucap kepada saya, ‘Selamat Natal’,” kata Adie seperti ditulisnya di harian The Guardian.

Bagi pelopor di Libya, seperti Mohammed al-Abdalla, Khadafi yakni diktator yang brutal. “Era 70-an, dikala menghadapi gerakan mahasiswa, Khadafi terang-terangan menggantung para mahasiswa, yang berdemonstrasi di alun-alun Tripoli dan Benghazi,” ujar al-Abdalla, sekrektaris jenderal Front Nasional untuk Keselamatan Libya, mirip dikutip stasiun isu Al Jazeera.

“Dia melakukan hukuman, yang mungkin paling brutal pernah kami saksikan, atas 1.200 tahanan di penjara Abu Salim. Mereka telah dipenjara, lalu dihukum dalam waktu kurang dari tiga jam,” kata al-Abdalla. Kini, si kolonel tanpa urat takut, dan kadang ngawur itu, kembali tampil brutal. Sejak 15 Februari kemudian, ia menghabisi rakyat yang kini menentangnya. Akankah dia mendengar teriakan rakyat Libya itu?

Satu bekas menterinya yang membelot, Abdul Fattah Younis al Abidi, mengatakan Khadafi adalah pemimpin ‘keras kepala’. Abidi mengenal Khadafi semenjak 1964. Dia yakin, sang kolonel akan bertindak ekstrim. “Dia akan memilih bunuh diri, atau dibunuh,” kata Abidi.

Dalam bangunan Spring Arab bulan Februari 2011, suatu gerakan demonstrasi menentang Gaddafi menyebar di seluruh negeri. Gaddafi menyikapi dengan mengantarkan militer dan laki-laki bersenjata berpakaian preman di jalan-jalan untuk menyerang demonstran, tetapi banyak pihak diaktifkan. Gaddafi meninggalkan perang kerabat. Pada 23 Agustus 2011, Gaddafi kehilangan kendali Tripoli saat para pemberontak menangkap loyalisnya di Bab Al-Azizia. Pasukan loyalis Gaddafi berperang di lokasi yang terbatas.

Dia menghadapi penuntutan oleh Pengadilan Pidana Internasional yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Miliaran dolar asetnya sudah dibekukan di seluruh dunia.

Artikel Menarik Lainnya:

15 Pola Teks Anekdot Singkat Beserta Struktur

15 Pola Teks Anekdot Singkat Beserta Struktur

March 27, 2024
10 min 5 sec read
Cara Livestreaming Di Youtube

Cara Livestreaming Di Youtube

April 9, 2024
2 min 54 sec read
Syarat Membuat Atm Bri Untuk Pemula 2023

Syarat Membuat Atm Bri Untuk Pemula 2023

March 14, 2024
6 min 39 sec read
Cara Membuat Jurnal Skripsi

Cara Membuat Jurnal Skripsi

September 4, 2024
2 min 18 sec read