TintaTeras

Biografi March Boedihardjo – Mahasiswa Jenius Termuda Di Hongkong Berumur 9 Tahun Dari Indonesia

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Biografi March Boedihardjo. Anak ajaib ini dikenal sebagai Mahasiswa Jenius Termuda di Hongkong berumur 9 Tahun dari Indonesia. March Boedihardjo, satu dari banyak anak berprestasi Indonesia keturunan Tionghoa lahir pada tahun 1998 di Hongkong. March Boediharjo dan keluarganya yaitu orang Indonesia yang bertempat tinggal di Hongkong. Dan saat tahun 2005, March dan keluarganya hijrah ke United Kingdom, ketika kakak laki-lakinya, Horatio Boediharjo yang saat itu berusia 14 tahun menerima beasiswa di Oxford University, dalam acara Phd, dan membuat ia menjadi salah satu siswa termuda di universitas itu. Kedua anak keturunan Boediharjo ini memang menunujukantalenta lebih dalam bidang ilmu matematika, ayahnya memang telah semenjak kecil mengenalkan matematika kepada kedua anaknya ini, bahkan saat makan pun yang mereka bicarakan yakni soal matematika.

March menuntaskan sekolah menengahnya di Inggris dikala beliau dan keluarganya menemani kakaknya menempuh pendidikan di Ingris. Hebatnya, beliau masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya butuh waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, ia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga sukses menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang cuma mampu disertai sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat membuat puas. Dalam sejarah AEA, cuma seperempat akseptor AEA yang mampu menerima status tersebut. Ia juga mendapatkan 8 GCSEs dalam waktu yang sama dengan ketika ia mengikuti ujian A-level di Inggris. Setelah itu, beliau pun mendaftarkan diri ke Baptist Hong Kong (HKBU), bergotong-royong March telah melamar ke beberapa universitas lain di Hong Kong. Di antaranya yakni Universitas of Hong Kong, Hong Kong University of Science and Technology, dan Chinese University of Hong Kong. Namun, sayangnya universitas-universitas itu belum menawarkan tanggapan, saya ayah March. Sebenarnya, March ingin menyusul kakaknya yang berusia 14 tahun yang melanjutkan pendidikan di Oxford University di Inggris, namun sayangnya keluarga mereka tidak memiliki cukup uang, waluapun ayahnya ialah seorang pengusaha karena ongkos hidup di Inggris itu sangat tidak murah dan hasilnya March dan orang tuanya pun mesti kembali ke Hongkong lagi meninggalkan kakaknya yang sedang menempuh pendidikan di Oxford.

Ia mencatatkan diri selaku mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). Di tahun-tahun pertamnya ia mengkritik bahwa pelajaran yang diajarkan terlalu gampang. Ia menerima B+dan A- di nyaris semua ujian matematika yang menciptakan dia masuk ke dalam daftar Dean, ialah penghargaan bagi siswa yang mempunyai IPK 3.00-3.49 dengan tidak ada nilai dibawah C. March juga akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, sekolah tinggi tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan rentang waktu solusi lima tahun ialah pada tahun 2010. Dia juga mengkritik bahwa beliau tidak punya kesan baik terhadap rekan kuliahnya.

“Mereka tidak memberi tanggapan (di ruang kuliah). Mereka cuma mendengarkan dan satu sama lain tidak berinteraksi,” katanya.

Anak itu menyampaikan rekannya di sekolah sebelumnya “ingin bermain”, tidak seperti mahasiswa perguruan tinggi. Ketika ditanya perihal cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang gres, March mengaku tidak pernah khawatir berhadapan dengan sahabat sekelas yang lebih bau tanah darinya.”Ketika aku di Oxford, semua rekan sekelas aku berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan peran-peran matematika,’’ kisahnya.

Seorang wartawan BBC di Hongkong, Vaudine England pernah mewawancarinya suatu dikala dan dia berkata bahwa March Tian Boedihardjo tidak beda dengan bocah-bocah lain yang berusia 9 tahun, dia masih memiliki sisi kejenakaan khas bawah umur dan March juga mengaku bahwa selain dia kegemaran melahap dan mempelajari semua buku matematika miliknya, ia juga sungguh senang bermain catur, monopoli, dan lego.

Pelajaran yang dapat kita ambil

Saya selalu berpikir bahwa matematika itu susah mungkin begitupun dengan anda, saya sering sekali menerima nilai dibawah 7 di ulangan matematika aku, tapi sehabis saya membaca cerita seorang Tian Boediahrjo, perumpamaan tidak ada yang tidak mungkin andaikan kita mau berusaha dan terus focus itu memang benar. Mungkin dikala ini saya kurang berupaya dan focus sehingga banyak kegagalan menghampiri saya. Tapi aku akan berupaya untuk mampu sukses dan membangun diri dari segala kegagalan yang pernah aku alami. Sebab “saya bisa” dan “kita bisa”. Ayo kita berprestasi untuk mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

Ketika kita berpikir bahwa matematika itu sulit dan banyak orang mengalah jika sudah tidak bisa memperoleh cara untuk menuntaskan suatu soal, anak Indonesia jenius ini justru tidak berpikir mirip itu, ia senantiasa berpikir matematika ialah suatu tantangan yang mengasyikan untuk dituntaskan buatnya.

Written by : Gita Asapuri

Artikel Menarik Lainnya: