TintaTeras

Biografi Koes Plus

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Biografi Koes PlusBiografi Koes Plus. Nama Koes Plus yakni grup band Indonesia yang dibuat pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup musik yang terkenal pada dasawarsa 1970-an ini sering dianggap sebagai penggerak musik pop dan rock ‘n roll di Indonesia. Sampai sekarang, band ini kadang masih tampil di pertunjukan musik membawakan lagu-lagu lama mereka, meskipun cuma tinggal dua anggotanya (Yon dan Murry) yang aktif. Lagu-lagu mereka banyak dibawakan oleh pemusik lain dengan aransemen gres. Sebagai acuan, Lex’s Trio menciptakan album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus, Cintamu T’lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh Chrisye, serta Manis dan Sayang yang dibawakan oleh Kahitna.

Kelompok ini dibuat pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari golongan “Koes Bersaudara”. Grup yang berasal dari Tuban ini menjadi penggerak musik pop dan rock ‘n roll, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili fatwa politik kapitalis. Di dikala itu sedang kasar-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia. Pada Kamis 1 Juli 1965, sepasukan prajurit dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI) menangkap kakak beradik Tony, Yon, dan Yok Koeswoyo dan mengurung mereka di LP Glodok, kemudian Nomo Koeswoyo atas kesadaran sendiri, datang menyusul. Adik Alm Tony Koeswoyo itu rupanya memilih “mangan ora mangan kumpul” ketimbang berpisah dari kerabat-saudara tercinta. Adapun kesalahan mereka yaitu karena senantiasa memainkan lagu – lagu The Beatles yang dianggap meracuni jiwa generasi muda saat itu. Sebuah tuduhan tanpa dasar aturan dan cenderung mengada ada, mereka dianggap memainkan musik “ngak ngek ngok” istilah Pemerintahan berkuasa saat itu, musik yg cenderung imperialisme pro barat.

Dari penjara justru menciptakan lagu-lagu yang sampai ketika sekarang tetap menggetarkan, “Didalam Bui”, “jadikan aku dombamu”, “to the so called the guilties”, dan “balada kamar 15”. 29 September 1965, sehari sebelum meletus G 30 S-PKI, mereka dibebaskan tanpa alasan yang terang.belakangan sehabis Peristiwa itu berlalu,Koes Bersaudara yang masih hidup dan menginjak usia tua melaksanakan testimoni di depan pemirsa acara talkshow KICK ANDY (Metro TV)pada selesai 2008 bahwa di balik penangkapan mereka sebenarnya pemerintahan Soekarno menugaskan mereka dalam sebuah operasi Kontra Intelejen guna mendukung gerakan Ganyang Malaysia.

Dari golongan Koes Bersaudara ini lahir lagu-lagu yang sungguh populer mirip “Bis Sekolah”,“ Di Dalam Bui”, “Telaga Sunyi”, “Laguku Sendiri” dan masih banyak lagi. Satu anggota Koes Bersaudara, Nomo Koeswoyo keluar dan digantikan Murry sebagai drummer. Walaupun penggantian ini mulanya menimbulkan duduk perkara dalam diri salah satu personalnya ialah Yok yang keberatan dengan orang luar. Nama Bersaudara seterusnya diganti dengan Plus, artinya plus orang luar: Murry.

Sebenarnya lagu-lagu Koes Bersaudara lebih bagus dari segi harmonisasi ( mirip lagu “Telaga Sunyi”, “Dewi Rindu” atau “Bis Sekolah”) dibanding lagu-lagu Koes Plus. Saat itu Nomo, selain bermusik juga mempunya pekerjaan sampingan. Sementara Tonny menghendaki totalitas dalam bermusik yang menciptakan Nomo harus memilih. Akhirnya Koes Bersaudara mesti berganti. Kelompok Koes Plus dimotori oleh almarhum Tonny Koeswoyo (anggota tertua dari keluarga Koeswoyo). Koes Plus dan Koes Bersaudara mesti dicatat sebagai penggagas musik pop di Indonesia. Sulit dibayangkan sejarah musik pop kita tanpa kehadiran Koes Bersaudara dan Koes Plus.

Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri ialah tradisi yang diciptakan Koes Bersaudara. Kemudian tradisi ini dilanjutkan Koes Plus dengan album serial volume 1, 2 dan seterusnya. Begitu dibuat, Koes Plus tidak pribadi mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu “Kelelawar” yang sebenarnya asyik itu.

Kemudian Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia melakukan pekerjaan di pabrik gula sekalian main grup musik bareng Gombloh dalam band Lemon Trees. Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk diajak kembali ke Jakarta. Baru sehabis lagu “Kelelawar” diputar di RRI orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu lalu lewat lagu-lagunya “Derita”, “Kembali ke Jakarta”, “Malam Ini”, “Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta Buta”, Koes Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.

Dengan adanya tuntutan dari produser perusahaan rekaman maka group-group lain yang “seangkatan” seperti Favourites, Panbers, Mercy’s, D’Lloyd menyebabkan Koes Plus sebagai “kiblat”, sehingga group-group ini selalu memalsukan apa yang dikerjakan Koes Plus, pengerjaan album di luar pop Indonesia, mirip pop melayu dan pop jawa menjadi musim group-group lain setelah Koes Plus mengawalinya. “Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles” “Lagu Nusantara I” (Volume 5), “Oh Kasihku” (Volume 6), “Mari-Mari” (Volume 7), “Diana” dan “Kolam Susu” ( Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi dikala mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan lagu yang sungguh terkenal “Muda-Mudi” (yang diciptakan Koeswoyo, bapak dari Tonny, Yon dan Yok).

Disusul lagu “Bujangan” dan “Kapan-Kapan” dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu “Nusantara V” dari album Volume 11 dan “Cinta Buta” dari album Volume 12.

Bersamaan dengan itu Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang diketahui dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, hinga bawah umur muda, ialah “Tul Jaenak” dan “Ojo Nelongso”. Belum lagi lagu mereka yang berirama melayu mirip “Mengapa”, “Cinta Mulia” dan lagu keroncongnya yang berjudul “Penyanyi Tua”. Sayang sekali di setiap album yang mereka keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun, sehingga sulit melacak album tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan tidak ada juga kata-kata pengantar lainnya. Album mereka baru direkam secara terstruktur mulai volume VIII sehabis ditandatangani persetujuan dengan Remaco. Sebelumnya perusahaan yang merekam album-album mereka adalah “Dimita”.

Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia sungguh-sungguh dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik radio atau orang pesta selalu mengumandangkan lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada orang-orang Indonesia yang waktu itu masih berusia sampaumur yang tidak mengenal Koes Plus. Kapan Koes Plus mengeluarkan album gres selalu dinantikan-tunggu pecinta Koes Plus dan masyarakat lazim. Tahun 1972 Koes Plus sempat menjadi grup musik terbaik dalam Jambore Band di Senayan. Semua penerima menyanyikan lagu Barat berbahasa Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu “Derita” dan “Manis dan Sayang”.

Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, adalah terdiri dari album lagu-lagu gres dan album-album “the best” termasuk album-album instrumentalia, yang dibentuk dari instrument asli Koes Plus atau rekaman “master” yang lalu diisi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy’s. Kaprikornus rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini layak dicatat di dalam Guinness Book of Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu ‘asal jadi’, namun memang hampir semua lezat didengar. Bukti ini ialah jawaban yang mujarab alasannya banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan “tiga jurus”: kunci C-F-G.

Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, penduduk memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kalangan legendaris dengan diberikannya tanda penghargaan melalui “Legend Basf Award, tahun 1992.Prestasi yang dimiliki disamping era pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai alasannya sejak tahun 1960 sampai sekarang sukses menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17 album),sedang untuk abad kalangan Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).

Salah satu anggota Koes Plus menyampaikan bahwa mereka dibayar begitu mahal pada periode jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka manggung di Semarang. “Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3 juta ketika pentas di Semarang,” kenang ia. Padahal, saat itu harga suatu kendaraan beroda empat Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila dikurs dikala ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)

Waktu itu, Rp 3,5 juta sungguh tinggi, mengenang mobil sedan gres Rp 3 juta. Jika dikurskan dengan nilai duit sekarang, jumlah itu sama dengan Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak mirip kini, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober 2001). Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin alasannya generasi sudah berubah dan selera musiknya berganti. Koes Plus vakum sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar final 1976-an. Koes Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang keluar tahun 1977. Murry bersama groupnya Murry’s Group juga cukup menggebrak dengan lagunya “Mamiku-papiku”. Tidak bertahan usang tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, “Pilih Satu” juga eksklusif populer. Setelah itu keluar lagu “Cinta”, dengan aransemen orchestra, yang betul-betul berlawanan dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian terkenal juga album melayu mereka yang menampung lagu “Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus generasi ini tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, jika disimak lagu-lagu yang lahir sehabis 1978, masih banyak lagu mereka yang elok.

Biografi Koes Plus

Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon sebuah dikala bahwa Koes Plus cuma besar namanya namun tak memiliki apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak menerima uang dari hasil penjualan kaset yang berisi lagu-lagu usang mereka. Tidak mirip para penyanyi/pemusik kurun sekarang yang gaya hidupnya “wah” karena dari sisi finansial pendapatannya sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor seperti Beatles, atau Led Zeppelin, mereka hidup dengan yummy hanya dari royalti kaset/VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan. Sampai bawah umur dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini. Koes Plus cuma dibayar sekali untuk setiap album yang dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada aksesori fee untuk setiap CD/kaset yang terjual. Maka tidak heran dikala tahun 1992 Yon mesti jualan watu akik untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laku terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan mitra-mitra (Murry beberapa kali tidak tampil sebab sakit) membawa nama Koes Plus harus manggung untuk menerima duit. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka harus memasarkan suara dan tenaganya. Yon memang tidak mencicipi ini selaku beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin mendengar kabar mirip ini.

Artikel Menarik Lainnya: