TintaTeras

Biografi Kh Zainuddin Mz – Da’I Sejuta Ummat

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Profil dan Biografi K.H. Zainuddin MZ.  Nama lengkapnya Kiai Haji Zainuddin Hamidi. Ia lahir di Jakarta, 2 Maret 1952, Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta pasangan Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli. Sejak kecil memang telah nampak ahli berpidato. Udin -nama panggilan keluarganya- suka naik ke atas meja untuk berpidato di depan tamu yang berkunjung ke rumah kakeknya. ‘Kenakalan’ berpidatonya itu tersalurkan saat mulai masuk Madrasah Tsanawiyah sampai selesai Madrasah Aliyah di Darul Ma’pandai, Jakarta. Di sekolah ini ia mencar ilmu pidato dalam forum Ta’limul Muhadharah (belajar berpidato).

Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus meningkat . Setiap kali tampil, ia mempesona sahabat-temannya. Kemampuannya itu terus terasah, serempak permintaan ceramah yang terus mengalir. Karena ceramahnya sering didatangi puluhan ribu ummat, maka tak salah jika pers menjulukinya ‘Da’i Sejuta Umat’. Suami Hj. Kholilah ini makin dikenal penduduk ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh pelosok TautanNusantara, namun juga ke beberapa negara Asia. Sejak itu, da’i yang punya hobi menyimak lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta bersafari bareng artis ke berbagai tempat yang disebut “Nada dan Dakwah”.

Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin ke dunia politik. Pada tahun 1977-1982 dia bergabung dengan partai berlambang Ka’bah (PPP). Jabatannya pun bertambah, selain da’i juga sebagai politikus. Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak mampu dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua lazim PBNU itu salah seorang deklarator PPP. Dia mengaku usang nyantri di Ponpes Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik selaku kubu dalam NU.

KH Zainuddin MZ

Sebelum masuk DPP, dia telah menjadi pengelola aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta. Lebih jauh lagi, berkat kelihaiannya mengomunikasikan aliran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu jauh-jauh hari (semenjak Pemilu 1977) sudah memanfaatkannya selaku vote-getter. Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, Zainuddin berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan partai yang dikala itu bergambar Ka’bah -sebelum berganti gambar bintang. Hasil yang diperoleh sungguh signifikan dan memengaruhi dominasi Golkar. Tak ayal, kondisi itu menciptakan penguasa Orde Baru waswas. Totalitas Zainuddin untuk PPP bisa dirunut dari latar belakangnya. Pertama, secara kultural ia warga nahdliyin, atau menjadi bagian dari keluarga besar NU. Dengan posisinya tersebut, beliau ingin memperjuangkan NU yang ketika itu menjadi bagian dari fusi PPP yang dipaksakan Orde Baru pada 5 Januari 1971. Untuk diketahui, ormas lain yang menjadi bab fusi itu, antara lain, Muslimin Indonesia (MI), Perti, dan PSII.

Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak mampu dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PB NU itu salah seorang deklarator PPP. Pada 20 Januari 2002 K.H. Zainudiin M.Z. bersama rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan selaku kandidat presiden oleh partai ini. Zainuddin MZ menjabat sebagai Ketua umum PBR hingga tahun 2006. Zainuddin kembali fokus untuk menebarkan dakwah dan kembali berada ditengah-tengah umat.

Pada 2010, KH Zainuddin MZ dituduh oleh seorang gadis berjulukan Aida Saskia yang mengaku bahwa dirinya punya relasi erat dengan Zainuddin. Kasus ini masih dalam pengusutan. K.H. Zainudin MZ memperlihatkan penjelasan akan ketidakbenaran yang dituduhkan kepadanya itu lewat program Tokoh di tvOne. Zainuddin MZ meninggal dunia pada 5 Juli 2011 dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pusat Pertamina, karena serangan jantung dan gula darah. Beliau meninggal sehabis sarapan bareng keluarga di rumahnya Gandaria I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. TintaTeras.com

Artikel Menarik Lainnya: