TintaTeras

Biografi Justinian I 483-565 – Kaisar Romawi Yang Kreatif

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

TintaTeras.com. Justinian dilahirkan sekitar tahun 483 di Tauresium yang kini berada di daerah Yugoslavia. Dia kemenakan Justin I, petani Thracian yang boleh dibilang buta aksara, yang naik jenjang melalui karier militer hingga hingga puncak jadi penguasa Kekaisaran Romawi bagian timur. Justinian yang meski juga berasal dari keluarga petani, dapatkan pendidikan baik dan berkat sumbangan pamannya maju cepat. Tahun 527, Justin yang tak memiliki anak mengangkat Justinian jadi pembantu Kaisar mendampinginya. Di ujung tahun itu pula Justin meninggal dunia dan semenjak itu hingga kematiannya sendiri tahun 565 Justinian jadi satu-satunya kaisar.

Kaisar Justinian populer sebab kodifikasi hukum Romawi yang dikerjakan di periode pemerintahannya. Kode Justinian menyelamatkan karya kreatif Romawi yang genius di bidang jurisprudensi yang selanjutnya jadi dasar kemajuan hukum di banyak negara-negara Eropa. Mungkin, tak ada instruksi hukum lain yang begitu punya pengaruh berjangka lama atas dunia.

Justinian dilahirkan sekitar tahun 483 di Tauresium yang kini berada di kawasan Yugoslavia. Dia kemenakan Justin I, petani Thracian yang boleh dikatakan buta abjad, yang naik jenjang melalui karier militer sampai sampai puncak jadi penguasa Kekaisaran Romawi bagian timur. Justinian yang meski juga berasal dari keluarga petani, dapatkan pendidikan baik dan berkat derma pamannya maju cepat. Tahun 527, Justin yang tidak punya anak mengangkat Justinian jadi pembantu Kaisar mendampinginya. Di ujung tahun itu pula Justin meninggal dunia dan semenjak itu hingga kematiannya sendiri tahun 565 Justinian jadi satu-satunya kaisar.

Tahun 476, persis tujuh tahun sebelum Justinian lahir, Kekaisaran Romawi bab barat telah keok berantakan akhir gempuran suku Barbar Jerman dan hanya Kekaisaran Romawi sebelah timur yang beribukota Konstantinopel yang tetap tak terjamah. Justinian ditakdirkan merebut kembali kawasan barat kekaisaran dan membangun empirium Romawi dan memang selagi jadi Kaisar sebagian terpokok energinya tertumpah untuk cita-cita ini. Dalam planning ini ia sebagian berhasil alasannya dia mampu rebut kembali Italia, Afrika Utara dan sebagian Spanyol dari gangguan orang-orang Barbar.

Tetapi, tempat Justinian di daftar urutan buku ini tidaklah bergantung pada gerakan militernya, melainkan pada peranannya dalam hal kodifikasi hukum Romawi. Di awal-permulaan tahun 528, tahun ia naik tahta, Justinian membentuk suatu panitia menyusun kode aturan-hukum kekaisaran. Pekerjaan panitia ini pertama diterbitkan tahun 529, lalu diperbaharui dan didekritkan jadi aturan dalam perundang-undangan tahun 534. Pada dikala yang serentak, semua perintah dan hukum terdahulu yang tidak tergolong dalam kode dinyatakan tidak berlaku. “Codex” ini ialah bab pemula dari “Corpus Juris Civils.” Bagian keduanya, disebut “Pandects,” atau “Digets” adalah ringkasan dari persepsi penulis-penulis soal hukum Romawi yang kenamaan. Itu pun punya imbas mengikat. Bagian ketiga, yang disebut “Institutes”, pada dasarnya ialah buku baku buat pelajar-pelajar ilmu aturan. Akhirnya hukum-hukum itu yang disahkan oleh Justinian sesudah penerimaan “Codex” dihimpun jadi satu menjadi “Novellae” yang diterbitkan setelah meninggalnya Justinian.

Tentu saja, akibat kesibukan Justinian baik dalam peperangan maupun dalam administrasi pemerintahan, tidak sempat secara pribadi mendesain “Corpus Juris Civils.” Kodifikasi yang ditugaskan Justinian bergotong-royong digarap oleh kalangan sarjana aturan di bawah pengawasan hakim besar dan mahir hukum Tribonian.

Justinian, seorang yang punya semangat kerja luar biasa, juga mengabdikan sebagian perhatiannya dalam usaha melaksanakan pembaharuan tata manajemen pemerintahan, tergolong sebagian gerakan yang berhasil membabat korupsi di kalangan pejabat pemerintah. Dia menawarkan dorongan untuk kemajuan jual beli dan industri, dan ikut campur dalam planning pembangunan besar perumahan rakyat. Di bawah pemerintahannya, banyak benteng-benteng, biara-biara, dan gereja-gereja (tergolong “Hagia Sophia” di Konstantinopel) dibangunnya. Rencana pembangunan perumahan ini dan peperangan-peperangan yang dilancarkannya membuahkan peningkatan pajak-pajak dan pelbagai kekecewaan. Di tahun 532 pecah pemberontakan (pemberontakan Nika) yang nyaris membikin ia kehilangan tahta. Sesudah pemberontakan itu digencet habis, boleh dikatakan amanlah mahkota Justinian bertengger di kepalanya. Meski begitu, pada ketika kematiannya tahun 565 banyak orang bersorak besar hati.

Justinian mampu pinjaman moril besar dari istrinya yang piawai, Theodora. Karena itu sudah sepantasnya di sini dipaparkan sedikit tentang Theodora ini. Theodora lahir sekitar tahun 500. Di masa akil balig cukup akal puterinya, Theodora menjadi aktris dan menjadi semacam pelacur tingkat tinggi yang cuma melayani kalangan terbatas. Dari pekerjaan ini dia dapatkan anak sundal. Umurnya dua puluh tahun tatkala dia bertemu Justinian, cuma dua tahun sebelum beliau naik tahta. Justinian mafhum kebisaan istrinya yang hebat, sebab itu dijadikannya penasihatnya dan diandalkan melakukan pelbagai peran diplomatik. Dia punya efek kepada peraturan-peraturan yang dikeluarkan Justinian, tergolong beberapa legalisasi hukum yang memperbaiki hak-hak dan status perempuan. Kematiannya di tahun 548 akhir serangan kanker merupakan kehilangan besar buat Justinian walaupun sisa tujuh belas tahun pemerintahannya masih mencatat kesuksesan-keberhasilan. Theodora yang jelita dan brilian selalu jadi target pelbagai kerja seni, dilukis, dipahat, dipatungkan wajahnya.

Penempatan Justinian dalam daftar urutan buku ini paling utama lantaran arti penting “Corpus Juris Civils”-nya yang menegakkan wibawa legalisasi kembali aturan Romawi. Ini penting artinya buat empirium Byzantium selama berabad-kurun.

Di Romawi Barat hal ini lazimnya dilupakan orang selama sekitar 500 tahun. Tetapi sekitar tahun 1100 pengkajian hukum Romawi berdiri kembali, utamanya di perguruan tinggi-perguruan tinggi tinggi di Italia. Selama di penghujung Abad Pertengahan, “Corpus Juris Civils” menjadi landasan pokok pengembangan metode aturan di benua Eropa. Negeri-negeri yang mengalami pertumbuhan ini disebut memiliki tata cara Hukum Sipil, sebagai musuh dari “Hukum Publik” (lazim) yang umumnya berlaku di negeri-negeri yang berbahasa Inggris. “Corpus Juris Civils” tidaklah diterima secara keseluruhan di mana-mana. Tetapi, sebagian daripadanya digabungkan ke dalam hukum sipil dan di hampir seluruh Eropa beliau menjadi basis pelajaran aturan, latihan, dan ceramah. Karena banyak negeri-negeri non Eropa balasannya menerima bab-bab dari hukum sipil, pen.garuh “Corpus Juris Civils” betul-betul meluas.

Lepas dari soal itu, keliru juga melebih-lebihkan arti penting instruksi Justinian. Banyak imbas-pengaruh penting lain dalam kaitan perkembangan aturan sipil di samping “Corpus Juris Civils” ini. Misalnya hukum-aturan yang bekerjasama dengan soal persetujuan lebih banyak berasal dari praktek kasatmata para pedagang dan keputusan-keputusan pengadilan perdagangan dibandingkan dengan berasal dari aturan Romawi. Hukum Jerman dan hukum gereja juga dipengaruhi oleh aturan sipil. Di jaman terbaru –pastinya– hukum Eropa dan sistem hukumnya sudah mengalami penyempurnaan aneka macam. Kini, intisari aturan dari umumnya aturan sipil di banyak negara sedikit sekali persamaannya, dengan aba-aba Justinian.

Artikel Menarik Lainnya: