TintaTeras

Biografi Jenderal Sudirman, Kisah Sang Jenderal Besar Pendekar Indonesia

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Jenderal Sudirman. Beliau diketahui selaku salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sungguh diingat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Jenderal Sudirman ialah salah satu orang yang menemukan pangkat tertinggi dalam militer ialah Jenderal Besar Bintang Lima. Dua orang lainnya yang memperoleh pangkat bintang lima selain Jenderal Sudirman yaitu Soeharto dan A.H Nasution.

Biodata Jenderal Sudirman

Biografi Jenderal Sudirman

Nama : Raden Soedirman

Dikenal : Jenderal Besar Sudirman

Lahir : Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916

Wafat : Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950

Orang Tua : Karsid Kartawiraji (ayah), Siyem (ibu)

Saudara : Muhammad Samingan

Istri : Alfiah

Anak : Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, Taufik Effendi, Titi Wahjuti Satyaningrum, Didi Praptiastuti, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Ahmad Tidarwono

Biografi Jenderal Sudirman

Jenderal Besar Sudirman ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya berjulukan Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem.

Namun dia lebih banyak tinggal bareng pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo yang merupakan seorang camat sesudah diadopsi.

Ayah dan Ibu Sudirman merelakan anaknya diadopsi oleh pamannya alasannya adalah kondisi keuangan pamannya lebih baik daripada orang renta Sudirman sehingga mereka ingin yang terbaik buat anaknya.

Masa Kecil

Di usia tujuh tahun, Sudirman masuk di HIS (hollandsch inlandsche school) atau sekolah pribumi. ia kemudian pindah ke sekolah milik Taman Siswa pada tahun ketujuhnya bersekolah.

Tahun selanjutnya ia pindah ke Sekolah Wirotomo disebabkan sekolah milik taman siswa dianggap sebagai sekolah liar oleh pemerintah Belanda.

Sudirman dimengerti sangat taat dalam beragama. ia mempelajari keislaman dibawah bimbingan Raden Muhammad Kholil. Teman-sahabat Sudirman bahkan menjulukinya selaku ‘Haji’. Ia sering berceramah dan tekun dalam berguru.

Di tahun 1934, pamannya Cokrosunaryo wafat. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Sudirman. Ia dan keluarganya jatuh miskin. Meskipun begitu beliau diperbolehkan tetap bersekolah tanpa membayar uang sekolah hingga beliau simpulan menurut Biografi Jenderal Sudirman yang ditulis oleh Sardiman (2008).

Di Wirotomo pula, Sudirman ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan milik Muhammadiyah. Beliau juga menjadi pemimpin organisasi tersebut pada cabang Cilacap sehabis lulus dari Wirotomo.

Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan dia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman ialah salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal.

Setelah lulus, beliau kembali belajar di Kweekschool, sekolah khusus calon guru milik Muhammadiyah pada zaman Hindia Belanda. tetapi berhenti alasannya kelemahan biaya.

Sudirman kembali ke Cilacap dan mulai mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah. Disini pula dia bertemu dengan Alfiah, temannya ketika sekolah yang kemudian mereka menikah.

Di Cilacap, Sudirman tinggal di rumah mertuanya yang bernama Raden Sostroatmodjo seorang usahawan batik kaya. Selama mengajar di sekolah tersebut, beliau juga aktif dalam perkumpulan organisasi cowok Muhammadiayah.

Setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada tahun 1942. Perubahan kekuasaan mulai terlihat. Jepang menutup sekoalh tempat Sudirman mengajar dan mengalihfungsikannya menjadi pos militer.

Meskipun begitu Sudirman melaksanakan negosiasi dengan Militer Jepang. Ia kemudian diizinkan kembali mengajar walapun kala itu perlengkapannya sangat dibatasi.

Di tahun 1944, Sudirman menjabat perwakilan di dewan karesidenan yang dibentuk oleh Jepang. Dan tak lama kemudian Sudirman diminta untuk bergabung dalam prajurit PETA (Pembela Tanah Air) oleh Jepang.

Masuk di Militer

Ketika pendudukan Jepang, beliau masuk serdadu Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sehabis TKR terbentuk, dan akibatnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).

Ia ialah Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat selaku Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Setelah bom atiom di Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan, kekuatan militer Jepang di Indonesia mulai melemah. Sudirman yang saat itu ditahan di Bogor mulai memimpin kawan-kawannya untuk melakukan pelarian.

Sudirman sendiri pergi ke Jakarta dan bertemu dengan Soekarno dan Mohammad Hatta. Kedua proklamator tersebut meminta Sudirman memimpin pasukan melawan Jepang di Jakarta. Namun ditolak oleh Sudirman. Ia memilih memimpin pasukannya di Kroya pada tahun 19 agustus 1945.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pemerintah mendirikan BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan melebur PETA kedalamnya. Sudirman bersama tentaranya lalu mendirikan cabang BKR di Banyumas. Ia memimpin masyarakat disana dalam melucuti persenjataan prajurit Jepang.

Presiden Soekarno lalu membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Dimana personilnya berasal dari mantan KNIL, PETA dan Heiho. Ketika itu Soekarno menunjuk Supriyadi sebagai panglima TKR. Namun ia tidak muncul.

Inggris yang ketika itu mendarat di Indonesia bareng dengan NICA mulai mempersenjatai serdadu Belanda dan mendirikan pangkalan di Magelang.

Sudirman yang periode itu menjabat selaku kolonel mengirim pasukan untuk menghalau Inggris serta prajurit Belanda di Ambarawa. Oleh Urip Sumoharjo, Sudirman ditunjuk sebagai kepala divisi V.

Diangkat Sebagai Panglima TKR

Pada tanggal 12 November 1945, Sudirman yang era itu berumur 29 tahun terpilih sebagai pemimpin TKR. Sudirman kemudian dipromosikan sebagai seorang Jenderal. Ia juga menunjuk Urip Sumoharjo selaku kepala staf TKR. Walaupun begitu beliau saat itu belum secara resmi dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala TKR.

Biografi Jenderal Sudirman

Agresi Militer Belanda

Ketika pasukan sekutu tiba ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti prajurit Jepang, ternyata prajurit Belanda ikut dibonceng.

Karenanya, TKR kesannya terlibat peperangan dengan prajurit sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat peperangan melawan prajurit Inggris di Ambarawa.

Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang serupa, dilancarkanlah serangan bersama-sama terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu risikonya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada dikala pasukan Belanda kembali melaksanakan agresinya atau yang lebih diketahui dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta karena Kota Jakarta sebelumnya telah dikuasai.

Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sungguh lemah akibat paru-parunya yang cuma tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun lalu sukses dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan.

Namun usulan itu tidak bisa dipenuhinya sebab dorongan hatinya untuk melaksanakan perlawanan pada Belanda serta mengenang akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin serdadu.

Melakukan Perang Gerilya

Maka dengan ditandu, dia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga nyaris-hampir tidak ada.

Tapi kepada pasukannya beliau selalu memberi semangat dan petunjuk seakan beliau sendiri tidak mencicipi penyakitnya. Namun kesannya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara eksklusif, tapi pemikirannya selalu diharapkan.

Jenderal Sudirman Wafat

Penyakit TBC yang menggerogoti Jenderal Sudirman kurun itu makin parah. Beliau rajin memeriksakan diri di rumah sakit Panti Rapih. Disaat itu juga, Indonesia sedang dalam negoasiasi dengan Belanda menuntuk akreditasi kedaulatan Indonesia.

Jenderal Sudirman abad itu jarang tampil karena sedang dirawat di Sanatorium diwilayah Pakem dan lalu pindah ke Magelang pada bulan desember 1949.

Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 desember 1949 lewat Republik Indonesia Serikat. Jenderal Sudirman ketika itu juga diangkat selaku Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia.

Menurut biografi jenderal Sudirman, Diketahui setelah berjuang keras melawan penyakitnya, Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar Sudirman wafat di Magelang. Pemakamannya ke Yogyakarta diiringi oleh konvoi empat tank serta 80 kendaraan bermotor.

Pemakaman Jenderal Sudirman
Pemakaman Jenderal Sudirman

Masyarakat era itu tumpah ruah ke jalan menawarkan -penghormatan terakhir ke Panglima Sudirman. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Pemakamannya dijalankan dengan prosesi militer. Beliau dimakamkan disamping makam jenderal urip  Sumoharjo. Jenderal Sudirman lalu dinobatkan selaku Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Jabatan di Militer:

  • Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal Besar Bintang Lima
  • Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
  • Komandan Batalyon di Kroya

Tanda Penghormatan:

  • Pahlawan Pembela Kemerdekaan

Artikel Menarik Lainnya: