TintaTeras

Biografi Jenderal Ahmad Yani, Cerita Tokoh Pendekar Revolusi

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Jenderal Ahmad Yani diketahui sebagai selaku salah satu hero Revolusi Indonesia. Ia tergolong salah satu korban dari tujuh perwira tinggi militer TNI AD yang terbunuh oleh anggota G30S/PKI di tahun 1965.

Biografi Jenderal Ahmad Yani

Jasadnya didapatkan di sumur Lubang Buaya bersama jasad jenderal lainnya. Ahmad Yani gugur ditembak di rumahnya sendiri oleh sersan dua Gijadi yang merupakan prajuritnya sendiri ketika kejadian G30S/PKI.

Biografi Jenderal Ahmad Yani

  • Nama : Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Anumerta) Ahmad Yani
  • Lahir : Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922
  • Wafat : Jakarta, 1 Oktober 1965
  • Orang Tua : Sarjo bin Suharyo (ayah), Murtini (ibu)
  • Istri : Yayu Rulia Sutowiryo
  • Anak : Indriah Ami Yani, Elina Lilik Yani, Widna Ami Yani, Remi Tha Yani, Untung Murfeni Yani, Irawan Sura Eddy Yani, Amelia Achmad Yani
  • Gelar : Pahlawan Revolusi

Jenderal Ahmad Yani, beliau dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Juni 1922. Ia wafat di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965. Ahmad Yani ialah anak dari pasangan Sarjo bin Suharyo dan Murtini.

Masa Pendidikan

Pendidikan formal Ahmad Yani diawalinya di HIS sebuah sekolah setingkat Sekolah Dasar zaman belanda di Bogor.  Ia selesaikan pendidikannya pada tahun 1935.

Ia kemudian melanjutkan sekolahnya ke MULO sebuah sekolah setingkat Sekolah Menegah Pertama zaman Belanda di Bogor. Setelah selesai dari sana pada tahun 1938, berikutnya ia masuk ke AMS sekolah setingkat sekolah Menengah Umum di Jakarta.

Masuk Ke Militer

Di AMS, beliau menjalaninya cuma sampai kelas dua. Ini sehubungan dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Achmad Yani kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor.

Dari sana Ahmad Yani mengawali karir militernya dengan pangkat Sersan. Kemudian sesudah tahun 1942 ialah sehabis pendudukan Jepang di Indonesia, beliau juga mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan berikutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Berbagai prestasi pernah diraihnya pada periode perang kemerdekaan. Ia berhasil menguras senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Ahmad Yani diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto.

Ketika Agresi Militer Pertama Belanda terjadi, pasukannya yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda di kawasan tersebut. Maka ketika Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, dia dipercayakan memegang jabatan selaku Komandan Wehrkreise II yang mencakup daerah pertahanan Kedu.

Menumpas Pemberontakan DI/TII 

Setelah Indonesia menerima pengakuan kedaulatan, Ahmad Yani diserahi tugas untuk melawan prajurit pemberontak DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang masa itu dipimpin oleh Kartosuwiryo yang membuat kekacauan di kawasan Jawa Tengah.

Ketika itu dibentuk pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan khusus hingga pasukan DI/TII pun sukses dikalahkan. Seusai penumpasan DI/TII tersebut, dia kembali ke Staf Angkatan Darat.

Sekolah Komando di Amerika dan Inggris

Pada tahun 1955, Ahmad Yani disekolahkan ke Amerika di Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, selama sembilan bulan.

Pada tahun 1956, dia juga mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Tahun 1958 saat pemberontakan PRRI terjadi di Sumatera Barat, Ahmad Yani yang masih berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus.

Menteri/Panglima Angkatan Darat

Ia memimpin penumpasan pemberontakan PRRI dan sukses menumpasnya. Hingga pada tahun 1962, Jenderal Ahmad Yani diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Ahmad Yani senantiasa berlainan paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Kala itu Partai Komunis Indonesia yang dipimpin oleh DN Aidit berniat membentuk Angkatan Kelima selain ABRI dan Polisi untuk menghadapi konfrontasi dengan Malaysia. Namun Jendera Ahmad Yani menolak harapan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai.

Diculik oleh G30S/PKI 

Oleh karena itu, ia menjadi salah satu sasaran PKI yang diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan Darat lewat Pemberontakan G30S/PKI (Gerakan Tiga Puluh September/PKI). Pemberontakan ini dipimpin oleh Letkol Untung dari pasukan Cakrabirawa yang ialah pasukan pengawal presiden.

Menjelang subuh, Pasukan Cakrabirawa ini lalu mengunjungi kediaman dari Menteri/Panglima Angkatan Darat itu. Ahmad Yani ditembak di depan kamar tidurnya pada tanggal 1 Oktober 1965 (dinihari). Pelaku Penembak Ahmad Yani bernama Gijadi yang berpangkat sersan dua dari Cakrabirawa.

Ia menembak Menteri/Panglima Angkatan Darat itu atas perintah Sersan Satu Raswad. Jenazahnya Menteri/Panglima Angkatan Darat itu lalu didapatkan di Lubang Buaya, Jakarta Timur bareng dengan jasad 6 perwira yang lain.

Gugur Sebagai Pahlawan Revolusi

Jenazahnya lalu dimakamkan secara patut di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Ahmad Yani gugur selaku Pahlawan Revolusi. Pangkat sebelumnya sebagai Letnan Jenderal dinaikkan satu tingkat (sebagai penghargaan) menjadi Jenderal.

Bintang Penghargaan

  • Bintang RI Kelas II
  • Bintang Sakti
  • Bintang Gerilya
  • Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
  • Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
  • Satyalancana G:O.M. I dan VI
  • Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
  • Satyalancana Irian Barat (Trikora)
  • Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958)
  • Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

Artikel Menarik Lainnya: