TintaTeras

Biografi Ibnu Taimiyyah – Sang Mujahid Besar

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Biografi Ibnu Taimiyyah. Namanya sungguh terkenal dikalangan kaum muslimin. Ia ialah salah satu ulama terbesar yang pernah di lahirkan, Sang mujahid Besar. Ibnu Taimiyyah Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiu`ul Awal tahun 661H. Beliau yaitu imam, Qudwah, `Alim, Zahid dan Da`i ila Allah, baik dengan kata, langkah-langkah, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah daan penghidup sunah Rasul shalallahu`alaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy Al-Harrany Ad-Dimasyqy.

Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bareng orang tua dan keluarganya dikala umurnya masih kecil, disebabkan serbuan prajurit Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret suatu gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang embel-embel atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka.

Suatu ketika gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan urusan) terhadap Allah Ta`ala. Akhirnya mereka bersama kitab-kitabnya mampu selamat.

PERTUMBUHAN DAN GHIRAHNYA KEPADA ILMU

Semenjak kecil telah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu datang di Damsyik beliau secepatnya menghafalkan Al-Qur`an dan mencari banyak sekali cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan jago-mahir hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya menciptakan para tokoh ulama tersebut tercengang.

Ketika umur dia belum meraih belasan tahun, beliau telah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab. Pada komponen-komponen itu, ia sudah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai berulang kali, lalu kitabu-Sittah dan Mu`jam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali, saat dia masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (sebuah kota lain di Syria kini, pen.) yang sengaja tiba ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah berjulukan Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, beliau menawarkan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan sempurna. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula bisa mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, pasti ia kelak memiliki kedudukan besar, karena belum pernah ada seorang bocah mirip ia.

Sejak kecil dia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, memiliki peluang untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk mencar ilmu dan mencar ilmu, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahu`alaihi wa sallam.

Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah diputuskan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu dilema, sedangkan hal itu ialah duduk perkara yang muskil bagiku, maka saya akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar sampai terpenuhi cita-citaku.

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu betul-betul dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun ia telah menjadi tokoh fuqaha` dan ilmu serta dinnya telah meraih tataran tertinggi.

PUJIAN ULAMA

Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (kebanggaan terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang memperlihatkan pujian terhadap (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain.

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah.. dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih arif terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam serta lebih ittiba` dibandingkan ia.

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied menyampaikan: Setelah saya berkumpul dengannya, kulihat ia adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja ia menginginkannya, dia tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku tidak pernah menduga akan tercipta manasia mirip anda.

Al-Qadli Ibnu Al-Hariry menyampaikan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, kemudian siapa beliau ini ?

Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, sehabis beliau berkumpul dengan Ibnu Taimiyah berkata: Belum pernah sepasang mataku menyaksikan orang mirip beliau ….. Kemudian lewat bait-bait syairnya, dia banyak menawarkan kebanggaan kepadanya.

Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sungguh sempurna, yaitu dalam tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan aneka macam cabang ilmu wawasan Islam yang lain, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya. Al-`Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: Apakah ia ditanya ihwal sebuah bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa ia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Para Fuqaha dari aneka macam golongan, jikalau duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran berguna bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum pernah dimengerti. Belum pernah terjadi, dia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau tidak pernah berkata ihwal sebuah cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai ukiran tinta indah, perumpamaan-ungkapan, susunan, pembagian kata dan penjelasannya sungguh cantik dalam penyusunan buku-buku.

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) juga berkata: Dia adalah lambang kecerdasan dan kecepatan mengerti, paling mahir pemahamannya kepada Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan usulan, dan lautan dalil naqli. Pada zamannya, beliau ialah satu-satunya baik dalam hal ilmu, zuhud, keberanian, kemurahan, amar ma`ruf, nahi mungkar, dan banyaknya buku-buku yang disusun dan amat menguasai hadits dan fiqh.

Pada umurnya yang ke tujuh belas dia sudah siap mengajar dan berfatwa, amat mencolokdalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-pokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya. Pada sisi lain Adz-Dzahabi mengatakan: Dia memiliki wawasan yang tepat mengenai rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Ta`dil, Thabaqah-Thabaqah sanad, pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits yang menyendiri padanya .. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang mampu menyamai atau mendekati tingkatannya .. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: Setiap hadits yang tidak dikenali oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist.

DA`I, MUJAHID, PEMBASMI BID`AH DAN PEMUSNAH MUSUH

Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah selaku da`i yang tabah, liat, wara`, zuhud dan andal ibadah, tetapi ia juga seorang pemberani yang mahir berkuda. Beliau yaitu pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman lawan dengan pedannya, seperti halnya beliau yaitu pembela aqidah umat dengan lidah dan penanya.

Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak menawarkan komando kepada umat Islam untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar saat menyerang Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran. Sampai ada salah seorang amir yang memiliki diin yang baik dan benar, menawarkan kesaksiannya: datang-tiba (ditengah kancah peperangan) terlihat dia bareng saudaranya berteriak keras menawarkan komando untuk menyerbu dan memperlihatkan perayaan keras agar tidak lari. Akhirnya dengan izin Allah Ta`ala, pasukan Tartar sukses dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz.

Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan dia dalam mengajak kepada al-haq, akhirnya justru aben kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-orang yang tidak bahagia kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut kemudian meniupkan racun-racun fitnah hingga alhasil beliau mesti mengalami banyak sekali tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa.

KEHIDUPAN PENJARA

Hembusan-hembusan fitnah yang ditiupkan kaum munafiqin serta antek-anteknya yang menyebabkan beliau mengalami tekanan berat dalam aneka macam penjara, justru dihadapi dengan tabah, hening dan bangga. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qal`ah di Dimasyq. Dan ia berkata: Sesungguhnya aku menanti saat mirip ini, sebab di dalamnya terdapat kebaikan besar.

Dalam syairnya yang populer ia juga berkata:


Apakah yang diperbuat musuh padaku !!!!

Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku

Kemanapun ku pergi, beliau selalu bersamaku

dan tiada pernah lewati aku.

Aku, terpenjaraku yaitu khalwat

Kematianku yaitu mati syahid

Terusirku dari negeriku ialah rekreasi.

Beliau pernah berkata dalam penjara:

Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya,

Orang yang tertawan adalah orang yang ditawan orang oleh hawa nafsunya.

Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah islahiyah-nya, tidak menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku wacana aqidah, tafsir dan kitab-kitab bantahan terhadap mahir-mahir bid`ah.

Pengagum-pengagum beliau diluar penjara bertambah banyak. Sementara di dalam penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid ia, diajarkannya oleh dia biar mereka iltizam terhadap syari`at Allah, senantiasa beristighfar, tasbih, berdoa dan melaksanakan amalan-amalan shahih. Sehingga situasi penjara menjadi ramai dengan situasi beribadah terhadap Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang telah menerima hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara bersamanya. Akhirnya penjara menjadi sarat dengan orang-orang yang mengaji.

Tetapi realita ini mengakibatkan musuh-lawan ia dari kalangan munafiqin serta ahlul bid`ah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berusaha agar penguasa memindahkan dia dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun menyebabkan dia kian terkenal. Pada hasilnya mereka menuntut terhadap pemerintah biar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka. Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah.

Namun dia tetap berupaya menulis di kawasan-daerah yang memungkinkan dengan arang. Beliau tulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sobat dan murid-muridnya. Semua itu memperlihatkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi, sampai keleluasaan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menawarkan betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surganya.

WAFATNYA

Beliau wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya yang menonjol, Al-`Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah. Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara dia senantiasa beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca Al-Qur`an. Dikisahkan, dalam tiap harinya beliau baca tiga juz. Selama itu pula ia sempat menghatamkan Al-Qur`an delapan puluh atau delapan puluh satu kali.

Perlu dicatat bahwa selama ia dalam penjara, tidak pernah mau menerima santunan apa pun dari penguasa. Jenazah ia dishalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sehabis shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang bisa) hadir untuk menshalatkan jenazahnya, termasuk para Umara`, Ulama, prajurit dan sebagainya, sampai kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Dimasyq (Damaskus) renta, muda, laki, wanita, bawah umur keluar untuk menghormati kepergian ia.

Seorang saksi mata pernah berkata: Menurut yang saya ketahui tidak ada seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang lawan utamanya. Ketiga orang ini pergi menyembunyikan diri alasannya takut dikeroyok masa. Bahkan berdasarkan jago sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal.

Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin. Semoga Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, da`i, mujahidd, pembasmi bid`ah dan pemusnah lawan. Wallahu a`lam. www.biografiku.com

Artikel Menarik Lainnya: