TintaTeras

Biografi Hos Cokroaminoto, Kisah Guru Besar Soekarno, Muso Dan Kartosuwiryo

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

HOS Cokroaminoto dikenal sebagai seorang satria nasional. Ia ialah merupakan guru besar dari Ir Soekarno, Muso dan Kartosuwiryo. Ketiga muridnya ini kelak melahirkan tiga ideologi politik berlawanan yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Biografi HOS Cokroaminoto

Pendiri Partai Sarekat Islam ini juga disebut sebagau guru bangsa terhebat dari Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda bahkan menyebut guru bangsa ini sebagai Raja Jawa Tanpa Mahkota. Atas jasa-jasa dan usaha HOS Cokroaminoto, ia lalu dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Berikut profil dan biografi HOS Cokroaminoto dan cerita perjuangannya

Biografi HOS Cokroaminoto Singkat

HOS Cokroaminoto lahir dengan nama lengkap Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Ia lahir di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 16 Agustus 1882.

Ayahnya berjulukan RM Tjokroamiseno yang melakukan pekerjaan sebagai seorang pejabat pemerintahan. Sementara kakeknya bernama RM Adipati Tjokronegoro diketahui sebagai Bupati Ponorogo.

Riwayat Pendidikan HOS Cokroaminoto

Karena anak seorang pejabat pemerintahan maka sejak kecil dia mulai mengenyam pendidikan di sekolah Belanda. Sekolah tersebut khusus diperuntukkan untuk orang Belanda dan para pejabat pemerintahan.

Dalam biografi HOS Cokroaminoto yang ditulis dalam buku Memoria Indonesia Bergerak dikenali bahwa beliau menuntaskan pendidikannya di OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren).

Sekolah tersebut dikenal dengan Sekolah Administrasi Pemerintahan yang mencetak para pegawai-pegawai pemerintahan kolonial Belanda di Magelang pada tahun 1902.

Riwayat Pekerjaan HOS Cokroaminoto

Setelah lulus dari OSVIA, Ia lalu melakukan pekerjaan sebagai juru tulis patih di Ngawi. Tak lama lalu dia diangkat selaku pembantu utama Regen (Bupati) atau Patih di Ngawi.

Disini dia melihat kesewenang-wenangan orang Belanda terhadap kaum pribumi. Sejak kecil ia telah mengerti akan jiwa nasionalisme.

HOS Cokroaminoto diketahui menikah dengan Raden Ajeng Soeharsikin. Ia ialah puteri dari wakil bupati Ponorogo yang bernama Raden Mas Mangoensomo. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai anak bernama Siti Oetari dan Harsono Tjokroaminoto.

Pada bulan September tahun 1905, Ia berhenti dari jabatannya selaku seorang Patih bagian dari pegawai Belanda. Alasannya dia tidak puas dengan pekerjaannya alasannya dianggap sebagai budak dihadapan orang belanda dan kesewenangan kaum Belanda kepada kaum pribumi lainnya.

Biografi HOS Cokroaminoto

Keputusan HOS Cokroaminoto ini ditentang oleh keluarga dan mertuanya yang mengingkannya menjadi seorang birokrat. Walaupun begitu, Ia tetap pada keputusannya.

Ia kemudian pindah ke Surabaya. Disana dia melanjutkan pendidikannya di Burgerlijke Avondschool (Sekolah Teknik Mesin). Ia juga bekerja di Firma Coy & CO dari tahun 1907 hingga 1910.

Tahun berikutnya, ia lalu melakukan pekerjaan selaku seorang teknisi yang kemudian diangkat sebagai andal kimia di pabrik gula di wilayah Rogojampi, Jawa timur.

Sembari melakukan pekerjaan , Ia juga tekun menulis artikel pada harian Bintang Surabaya. Ia melakukan pekerjaan di Pabrik Gula sampai tahun 1902. Selanjutnya beliau kembali ke Surabaya dan bekerja di biro teknik.

Bergabung Dengan SI (Sarekat Islam)

Pada tahun 1912, Haji Samanhudi yang dikenal selaku pendiri dari Sarekat Dagang Islam mengajaknya bergabung. HOS Cokroaminoto sejak awal menggemari Sarekat Dagang Islam sebab visi dari asosiasi tersebut.

Sarekat Islam

Sarekat Dagang Islam bangun pada tahun 1905 merupakan perkumpulan pedagang-penjualIslam yang bermaksud menentang politik Belanda yang membiarkan banyaknya masuk pedagang gila sampai lalu menguasai sendi perekonomian rakyat kurun itu.

Ketika ia bergabung pada tahun 1912, beliau lalu mengubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Tujuannya biar Sarekat Islam tidak cuma bergerak dalam bidang ekonomi saja melainkan juga pada bidang politik.

Dibawah kepemimpinan HOS Cokroaminoto, Sarikat Islam diakui oleh pemerintah kolonial Belanda dan mempunyai badan hukum yang terperinci. Dalam kongresnya, Sarekat Islam bermaksud ingin merdeka dan mempunyai pemerintahan sendiri serta menyatukan seluruh bangsa Indonesia.

Lambat laun pengikut Sarekat Islam kian banyak. Hal ini dikarenakan HOS Corkroaminoto bisa mensugesti massa melalui pidato-pidatonya.

Guru Dari Ir. Soekarno, Musso, Kartosuwiryo

Ketika pindah ke Surabaya, Ia bersama dengan istrinya membuka indekos yang memuat para cowok pribumi. Di rumah HOS Cokroaminoto lah kemudian tinggal Ir. Soekarno, Kartosuwiryo, Musso, Alimin, Darsono sampai Semaun.

Ir. Soekarno, Kartosuwiryo, Musso, Alimin, Darsono, Semaun sampai Tan Malaka menganggap HOS Cokroaminoto selaku guru besar mereka. Di rumah itu, mereka dekat satu sama lain dan belajar banyak perihal semangat kebangsaan dari HOS Cokroaminoto.

Ir. Soekarno memilih berhaluan nasionalis kelak melahirkan pancasila selaku ideologinya, Kartosuwiryo memilih berhaluan islam kelak melahirkan DI/TII menentang Soekarno. Kemudian Musso, Alimin, Darsono dan Semaun memilih berhaluan komunis dan membentuk PKI yang lalu melaksanakan pemberontakan di Madiun.

Pada karenanya, Sarekat Islam yang dipimpinnya terpecah menjadi dua yaitu SI Putih yang tetap berhaluan Islam. Dan lalu SI Merah yang disusupi oleh paham komunis yang dibawa oleh Sneevliet dari Belanda.

Semaun, Darsono, Alimin dan Tan Malaka bergabung dengan SI merah. Sementara HOS Cokroaminoto lebih cenderung berpihak pada SI Putih.

Darsono dan Semaun kemudian dikeluarkan dari Sarekat Islam atas desakan dari Abdul Muis dan Haji Agus Salim. Setelah dikeluarkannya Semaun dan Darsono menciptakan Alimin dan Tan Malaka kecewa.

Perpecahan yang makin meruncing membuat SI merah yang berkedudukan di Semarang lalu berubah nama menjadi Sarekat rakyat.

Setelah mengeluarkan Darsono dan Semaun dari Sarekat Islam, HOS Cokroaminoto lalu mengubah nama SI menjadi Partai Sarekat Islam yang bermaksud untuk meraih kemerdekaan Indonesia.

Di kongres PSI, Cokroaminoto sekali lagi mengganti nama partainya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang terperinci-jelas bermaksud menghendaki kemerdekaan Indonesia.

Selain aktif dalam aktivitas politik partai, HOS Cokroaminoto juga diketahui andal dalam seni Jawa, karawitan dan tarian. Ia juga kerap mengadakan latihan wayang orang di Taman Seni Panti Harsoyo.

HOS Cokroaminoto Wafat

Pada tahun 1934, Ia menghadiri kongres partai di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Namun sehabis menghadiri program tersebut, ia lalu jatuh sakit. Tak usang setelah itu, HOS Cokroaminoto lalu wafat pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta. Ia kemudian dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta.

[pullquote]…Jika kau ingin menjadi pemimpin besar maka menulislah mirip wartawan dan berbicara mirip oratorHOS Cokroaminoto.[/pullquote]

Selama hidupnya, HOS Tjokroaminoto sangat besar pengaruhnya bagi awal pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga bagi kaum pribumi abad itu. Ia juga menjadi guru sekaligus ilham bagi tiga tokoh besar Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Musso, dan Kartosuwiryo.

Karena pengaruhnya yang begitu besar ia bahkan sebut-sebut selaku “Ratu Adil”. Bahkan Belanda menyebut HOS Cokroaminoto sebagai De ongekvoonde koning van Java yang memiliki arti Raja Jawa tanpa mahkota.

Di tahun 1961, atas jasa-jasa dan usaha HOS Cokroaminoto terhadap Indonesia, maka pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Indonesia kepadanya.

Artikel Menarik Lainnya: