TintaTeras

Biografi Dr. Kariadi, Pendekar Yang Gugur Ketika Meneliti Air Yang Diracun.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

dr. Kariadi diketahui selaku salah satu jagoan medis Indonesia. Dokter asal Semarang ini gugur tertembak ketika sedang meneliti air yang diracun oleh tentara Jepang. Nama dr. Kariadi bahkan diabadikan sebagai nama Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Dr Kariadi yang berlokasi di Semarang. Bagaimana kisahnya?

Biografi dr. Kariadi

Kariadi lahir di Malang pada tanggal 15 September 1905, kedua orang tuanya yakni pribumi yang menghabiskan waktu di ladang. Beliau mengawali pendidikan sekolah dasar di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Malang. Pada tahun 1920 sukses menamatkan sekolah menengah di HIS Sidoarjo. Pada tahun 1921 masuk pendidikan kedokteran di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya. Salah satu Sekolah Kedokteran untuk Pribumi, dan lulus pada tahun 1931.

Mengabdikan Diri pada Bidang Kedokteran

Berkat kecerdasannya beliau diangkat menjadi ajun tokoh pergerakan Budi Utomo, adalah Dr. Soetomo. Pada waktu itu bertugas di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) di Surabaya. Beliau mengabdi kurang lebih tiga tahun kemudian dipindahtugaskan ke Manokwari, sebagai relawan kesehatan penduduk . Berdasarkan biografi dr Kariadi beliau dipindahkan ke Kroya, setelah tiga tahun di Tanah Papua. Belum genap 2 tahun bertugas dipindah ke luar Jawa tepatnya di Martapura.

biografi dr. Kariadi

Sebelum Kariadi menyepakati pindah tugas ke Kroya, beliau lebih dahulu menikahi kekasihnya bernama drg. Soenarti. Istri Kariadi ialah seorang dokter gigi lulusan STOVIT, lulus selaku dokter gigi pribumi pertama di Hindia Belanda.

Kemudian pada tanggal 1 Juli 1942 Kariadi beserta istri diperintahkan di kota Semarang. Kariadi diamanahi selaku Kepala Laboratorium Malaria di Rumah Sakit Pusat Rakyat (RS Purusara). Dimana ketika itu aula rumah sakit dijadikan markas usaha pemuda Semarang.

Gugurnya Sang Dokter Pejuang Saat Meneliti Air yang Diracun

Pasca proklamasi dikumandangkan perjaka Semarang berusaha melucuti senjata prajurit Jepang, yang bermarkas di Jatingaleh Kota Semarang. Dalam biografi dr Kariadi diceritakan bahwa pada tanggal 13 Oktober 1942 pasukan Jepang kian terdesak.

Peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang ialah rangkaian perang, antara rakyat Indonesia dengan serdadu Jepang pada era transisi. Dimulai saat Jepang mendarat di Pulau Jawa pada 1 Maret 1942, disusul menyerahnya kolonial Belanda pada 8 Maret 1942. Tiga tahun lalu situasi kota Semarang memanas dan pecahlah peperangan.

Tepat tanggal 14 Oktober 1942 Mayor Kido menolak untuk menyerahkan senjata. Alhasil membuat para perjaka menjadi geram dan mulai melawan konfrontasi. Aula Rumah Sakit Purusara dijadikan markas usaha rakyat, membuat para petugas rumah sakit turut aktif dalam upaya menghadapi Jepang.

Tidak ketinggal dokter Kariadi yang terlibat menjadi penjuang, sekaligus menyelamatkan para pejuang. Beliau mengkondisikan obat-obatan dan juga makanan layak untuk pejuang. Terkadang Kariadi turut memberikan inspirasi strategi perang gerilya bareng para pemuda.

Biografi dr. Kariadi

Puncaknya di tanggal 14 Oktober 1945 pukul 06.30 dimana para pemuda rumah sakit, mendapat isyarat untuk mencegat dan menyelidiki kendaraan beroda empat Jepang yang lewat RS Purusara. Dengan taktik yang telah dijadwalkan para perjaka menguras sedan milik Kempetai, dan merampasa persenjataan mereka. Sementara pemuda yang lain mencari serdadu Jepang dan menjebloskannya ke Penjara Bulu.

Dalam biografi dr Kariadi menceritakan masa itu selepas magrib, sang dokter mendapatkan telepon dari Kepala Rumah Sakit Purusara. Beliau ditugaskan untuk menganalisa kebenaran berita, karena terdapat informasi bahwa Reservoir Siranda diracun oleh prajurit Jepang. Mengingat kawasan tersebut ialah sumber air minum warga Semarang, dokter Kariadi segera mengambil langkah-langkah.

Ketika hendak berangkat dokter Kariadi sempat menerima saingan dari pihak keluarga. Istri Kariadi mencemaskan keadaan di luar sana, dimana kesemrawutan antara perjaka dengan Jepang tidak bisa dikendalikan. Namun jiwa nasionalis dan dedikasinya menolak untuk berdiam diri, dia bersikeras mengevaluasi keamanan sumber air minum tersebut.

Meskipun situasi kota Semarang sungguh mencekam tidak melunturkan niat dokter, karena nasib ribuan warga berada di tangannya. Sayangnya serdadu Jepang berupaya menggagalkan usahanya, pasukan bersenjata tersebut membunuh dokter Kariadi di lokasi bersamam dengan delapan karyawan RS Purusara.

Penyebab Peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang

Tewasnya dr. Kariadi ini terjadi pada dikala insiden dimana sisa-sisa tentara Jepang di Indonesia berargumentasi menyelamatkan para tawanan orang jepang. Gugurnya dr. Kariadi juga menjadi pemicu atau penyebab dari insiden Pertempuran Lima Hari di Semarang atau atau dikenal dengan sebutan Palagan 5 Dina. Pertempuran ini melibatkan para TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang dibantu rakyat Indonesia melawan sisa sisa tentara Jepang.

Dalam biografi dr. Kariadi, Menurut penuturan anak dr Kariadi ialah Prof. Dr. Sri Hartini K.S. Kariadi, dr., Sp.PD-KEMD menyebutkan bahwa sebelum gugur, kemungkinan ayahnya dipukul dengan benda keras sebelum ditembak. Jasad dr. Kariadi kemudian dimakamkan di halaman RS Purusara. Pada tahun 1961, Makam dr. Kariadi dipindahhkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang.

biografi dr kariadi

Penghargaan Satyalencana

Atas jasa dan pengorbanan dr. Kariadi, pemerintah Indonesia melalui presiden Soeharto kemudian memberikan penghargaan berbentukSatyalencana Kebaktian Sosial. Sementara RS Purusara tempat dr. Kariadi gugur lalu diganti namanya menjadi RS dr Kariadi Semarang sebagai penghormatan atas pengorbanan dr Kariadi.

Dokter Kariadi dikenang alasannya dedikasianya terhadap bidang kesehatan, membantu pasien tanpa pamrih. Selama peperangan lima hari Semarang berlangsung, beliau turut membakar semangat juang para cowok. Di tengah peperangan yang mencekam ia tetap bersikeras, untuk mengecek kebenaran isu racun di sumber air minum warga. Namun usaha Kariadi mesti berhenti, kala tentara Jepang menembak sempurna di dadanya.

Artikel Menarik Lainnya: