TintaTeras

Biografi Cut Nyak Meutia, Kisah Usaha Hero Wanita Dari Aceh

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Profil dan Biografi Cut Nyak Meutia. Cut Nyak Meutia diketahui sebagai salah satu hero wanita Indonesia yang berasal dari Aceh. Tokoh ini dikenal karena perjuanganya bersama dengan suaminya melawan penjajah Belanda.

Cut Meutia merupakan salah satu tokoh dalam sejarah usaha perlawanan rakyat Aceh terhadap belanda. Cut Meutia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1964 dari pemerintah Indonesia atas jasa-jasanya melawan penjajah Belanda.

Biografi Cut Nyak Meutia

Biografi Cut Nyak Meutia

Mengenai masa kecilnya, Cut Nyak Meutia lahir pada tahun 1870 di daerah Pirak, Aceh Utara. Ayahnya bernama Teuku Ben Daud Pirak seorang ulubalang (pemimpin pemerintahan) daerah Pirak dan ibunya bernama Cut Jah.

Latar Belakang Keluarga Cut Meutia

Cut Meutia ialah anak wanita satu-satunya dikeluarga tersebut. Ia mempunyai empat kerabat laki-laki yakni Teuku Cut Beurahim, Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasan dan Teuku Muhammad Ali.

Ayahnya Cut Meutia yakni Teuku Ben Daud Pirak diketahui sebagai pemimpin pemerintahan yang bijaksana dan tegas di kawasan Pirak.

Ia juga dikenal selaku seorang ulama di kawasan tersebut. Daerah Pirak sendiri ialah tempat yang memiliki metode pemerintahan tersendiri.

Menjelang remaja, Cut Meutia menikah dengan perjaka berjulukan Teuku Syamsarif yang diketahui dengan sebutan Teuku Chik Bintara. Namun ijab kabul mereka tidak berlangsung lama karena budbahasa suaminya yang dianggap lemah dan senantiasa ingin melakukan pekerjaan sama dengan Belanda dikala itu.

Cut Meutia lalu menikah dengan Teuku Chik Muhammad diketahui selaku Teuku Chik Tunong. Suminya ini yakni kerabat dari Teuku Syamsarif, yang merupakan suaminya terdahulu.

Persamaan visi dengan Teuku chik Tunong yang sama-sama menentang penjajahan Belanda di bumi Aceh menciptakan Cut Meutia dan suaminya hijrah ke gunung dan melaksanakan perlawanan dengan Belanda dengan seni manajemen gerilya.

Taktik perang gerilya juga dilaksanakan oleh para pejuang aceh lainnya seperti Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dhien serta Panglima Polim. Rakyat Aceh sangat menentang kedudukan Belanda di bumi Nangroe Aceh Darussalam.

Awal Perlawanan Cut Meutia Terhadap Belanda 

Dalam biografi Cut Nyak Meutia dikenali bahwa mulanya perlawanan Cut Meutia melawan Belanda dimulai pada tahun 1901. Ketika itu Sultan Aceh adalah Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah melakukan perlawanan hingga ke pedalaman Aceh.

Membantu usaha Sultan Aceh, Perang sengit terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh suami Cut Meutia adalah Teuku Chik Muhammad melawan Belanda yang terjadi dari Juni hingga agustus 1902.

Namun di bulan Januari 1903, tersiar kabar bahwa Sultan Aceh berserta para panglimanya termasuk panglima Polim Muhammad Daud dan para petinggi kerajaan lain mneyerah atau turun gunung. Walaupun kabar ini mulanya diragukan oleh suami Cut Meutia namun ternyata kabar tersebut benar adanya.

Menurut buku catatan Gedenkboek van het Korps Marechaussee van Atjeh en Onderhoorigheden tahun 1890 – 1940 disebutkan bahwa Teuku Chik Muhammad turun gunung dan melapor di Lhokseumawe pada bulan oktober 1903.

Teuku Tunong dan Cut Meutia kemudian tinggal di daerah Keureutoe namun pindah ke kawasan Panton Labu. Namun alasannya adalah insiden di tempat Meunasah Meurandeh Paya menciptakan suami Cut Meutia yakni Teuku Tunong ditangkap Belanda alasannya adalah disangka terlibat dalam pembunuhan pasukan Belanda. Suaminya dihukum dengan cara ditembak mati di tepi pantai Lhokseumawe.

Dari pernikahannya dengan Teuku Cik Tunong, Cut Meutia mempunyai seorang anak bernama teuku Raja Sabi. Namun sebelum meninggal, Teuku Cik Tunong berwasiat terhadap Pang Nangroe semoga menikahi istrinya dan mempertahankan anaknya.

Perjuangan Cut Meutia dan Pang Nangroe Melawan Belanda 

Dalam biografi Cut Nyak Meutia dimengerti kemudian menikah dengan Pang Nangroe sesuai wasiat dari suaminya terdahulu sebelum meninggal. Setelah menikah, usaha melawan Belanda kembali dimulai dengan basis perlawanan di tempat Buket Bruek Ja.

Perlawanan Cut Nyak Meutia dilakukan dengan taktik yang telah dikontrol oleh Pang Nangroe dengan seni manajemen gerilya di hutan-hutan dan kemudian menyerang pos-pos penjagaan pasukan Belanda.

Taktik Perang Gerilya

Di tahun 1907, Pasukan Pang Nangroe bareng Cut Meutia menyerang pos dari pasukan Belanda yang mengaawal para pekerja kereta api. Penyerangan itu membuat beberapa prajurit Belanda tewas dan yang lainnya luka-luka.

Di bulan Juni 1907, Pasukan pang Nangroe kemudian menyerang pos Belanda di kawasan Keude Bawang yang menjadikan seorang tentara Belanda tewas dan yang yang lain terluka.

Serta sabotase jalur logistik dan kereta api menciptakan, strategi perang gerilya yang dilaksanakan oleh Pang Nangroe bersama Cut Meutia menciptakan Belanda kesulitan dalam mengatasinya.

Belanda sempat mengenali basis pertahanan Pang Nangroe dan Cut Meutia pada bulan agustus 1910 tetapi sebelum dilaksanakan pengepungan oleh Belanda, Pasukan Pang nagroe bareng Cut Meutia telah berpindah tempat terlebih dulu.

Perjuangan Cut Nyak Meutia bareng suaminya terus berlanjut dengan melaksanakan Penyerangan ke pos-pos Belanda untuk melemahkan kekuatan Belanda. Namun pada bulan september 1910, Pang Nangroe gugur sehabis terkena tembakan dari Belanda di kawasan Paya Cicem dan dimakamkan di samping masjid Lhoksukon.

Keteladanan Cut Nyak Meutia dapat dilihat dari kiprahnya yang menggantikan kepemimpinan pasukan dan melanjutkan perlawanannya dengan Belanda sepeninggal suaminya. Untuk itu basis pertahanan lalu pindah ke Gayo dan Alas dan bergabung dengan pasukan lain yang dipimpin oleh Teuku Seupot Mata.

Cut Meutia Wafat

Di bulan Oktober 1910, Pasukan Belanda makin mengintensifkan pengejaran kepada pasukan Cut Meutia. Merasa posisinya kian terjepit menciptakan Cut Meutia memindahkan pasukannya dari gunung ke gunung untuk menghindari pengepungan yang dilakukan Belanda.

Namun pada tanggal 24 oktober 1910 di tempat Alue Kurieng, Pasukan Belanda pertempuran sengit terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh Cut Meutia dan pasukan Belanda. Dalam peperangan itu Cut Meutia jadinya gugur. Sebelum wafat, Cut Meutia menitipkan anaknya terhadap teuku Syech Buwah untuk dijaga.

Atas jasa-jasanya, Cut Meutia kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Indonesia oleh pemerintah Indonesia melalui SK Presiden Nomor 107/1964 di tahun 1964. Pemerintah Indonesia juga mengabadikannya dalam kepingan uang mata uang rupiah pada tahun 2016.

Polemik Foto/Gambar Asli Cut Meutia

Biografi dan Profil Lengkap Cut Nyak Meutia

Diabadikannya foto Cut Meutia dalam penggalan uang kertas rupiah oleh pemerintah pada tahun 2016 menyebabkan polemik perihal tampang orisinil Cut Meutia. Banyak pihak yang menganggap bahwa foto dalam duit kertas tersebut bukanlah muka orisinil dari Cut Meutia.

Foto tampang Cut Meutia bersumber dari hasil jepretan fotografer Belanda bernama Christiaan Benjamin Nieuwenhuis pada tahun 1901.

Foto tersebut kemudian dijadikan postcard (kartu pos) dan digunakan sampai tahun 1905. Sampai sekarang foto tersebut masih bisa dilihat di situs KITLV Universitas Leiden Belanda.

Foto yang diambil pada tahun 1901 itu diberi nama ‘Voorname Atjehsche vrouw (Perempuan Aceh)’ dengan aba-aba 82872. Jika itu ialah sosok orisinil dari Cut Meutia maka keterangannya pastilah diberi nama Cut Meutia bukan Voorname Atjehsche vrouw (Perempuan Aceh).

Dan juga pada tahun 1901 dikala foto tersebut diambil, tahun itu merupakan periode dari dimulainya perang oleh Cut Meutia melawan Belanda di pedalaman Aceh.

Artikel Menarik Lainnya: