TintaTeras

Biografi Christiaan Huygens, Ilmuwan Dan Penemu Titan (Satelit)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Profil dan Biografi Christiaan Huygens. Ia diketahui sebagai seorang ilmuwan sekaligus penemu. Ia dikenali sangat hebat dalam bidang matematika, fisika serta astronomi. Salah satu karya Christiaan Huygens yaitu tentang penjelasan gelombang yang lalu diketahui dengan nama Prinsip Huygens dalam ilmu fisika.

Biografi Christiaan Huygens

Dibidang astronomi, Huygens dikenali menemukan satelit Titan di planet Saturnus, yang diketahui ialah satelit paling besar kedua di tata surya. Sumbangan anutan dan penemuannya dalam bidang astronomi melambungkan namanya sebagai salah seorang ilmuwan terbaik bagi dunia.

Biografi Christiaan Huygens

Christiaan Huygens lahir pada 14 April 1629 di Hague, Belanda dari keluarga terpandang. Ayahnya, Constantin Huygens adalah sarjana fisika dan seorang diplomat. Ia berharap anaknya menjadi ilmuwan jago, sehingga meminta Mersenne dan Rene Descartes, dua ilmuwan terkenal masa itu, untuk memberi kursus pada Huygens muda.

Huygens kemudian belajar geometri, mekanika dan kesanggupan dalam memainkan alat musik di rumah hingga berusia 16 tahun. Gurunya yang amat kuat yakni Descartes yang berhasil memompa minatnya dalam bidang matematika.

Christiaan Huygens belajar hukum dan matematika di Unversitas Leiden antara tahun 1645 sampai 1647. Van Schooten mengajarinya matematika. Lalu, dari tahun 1647 hingga 1649, Huygens belajar hukum dan matematika.

Beruntung, dia belajar matematika pada John Pell. Lalu, berkorespondensi dengan Marsene. Pada tahun 1649, Huygens pergi ke Denmark sebagai diplomat dan berharap melanjutkan ke Stockholm untuk menjumpai Descartes. Sayangnya, cuaca tidak mendukung.

Karya-karya Huygens

Karya ilmiah Huygens pertama kali diterbitkan tahun 1651 adalah Cyclometriae yang membahas tentang bulat. Lalu, tahun 1654 ia menghasilkan De Circuli Magnitudine Inventa yang membicarakan banyak sekali macam hal persoalan ilmiah.

Penemu Titan (Satelit)

Ia juga meletakkan minat pada pengerjaan lensa dan teleskop. Tahun 1654, dia memperoleh sistem gres pembuatan lensa. Setahun lalu, dari lensa buatannya tersebut, beliau sukses mengamati dan mendapatkan Titan (satelit) yang berada di Saturnus.

Lensa yang dikembangkannya di kemudian hari digunakan pula untuk mengamati planet, satelit, dan nebula Orion. Pada tahun itu pula dia pergi ke Paris dan menemui Boulliau yang menyarankannya berguru ihwal probabilitas pada Blaise Pascal dan Fermat.

Ketika kembali ke Belanda, Huygens menghasilkan karyanya tentang kalkulus probabilitas, yakni De Ratiociniis in Ludo Aleae. Selanjutnya, beliau mendapatkan cincin Saturnus.

Namun hal ini berlainan dengan teori perihal cincin Saturnus yang sebeluumnya diajukan Roberval, Boulliau dan Galileo yang bertahun-tahun sebelumnya menilai cincin Saturnus selaku bab dari Saturnus.

Di tahun 1659, Huygens menerbitkan karyanya Systema Saturnium yang menjelaskan tahap dan perubahan fase cincin Saturnus. Pengamatan ilmuwan lain ialah Fabri pada tahun 1665, ternyata membenarkan teori Huygens.

Tahun 1656, ia mematenkan pendulum arloji penemuannya, yang bisa meningkatkan keakuratan pengukuran waktu. Teori perihal gerak pendulum diungkapkannya dalam Horologium Oscillatorium sive de motu pendulorum (1673). Ia juga menemukan aturan gaya sentrifugal dari gerak bundar seragam.

Tahun 1661, Huygens pergi ke London, untuk mengetahui lebih banyak Lembaga Royal Society yang mengadakan pertemuan di Gresham College. Ia menaruh perhatian yang amat besar pada ilmuwan-ilmuwan Inggris itu.

Selanjutnya Huygens kemudian terus melaksanakan kontak setelahnya. Ia menunjukkan teleskopnya, dan para ilmuwan Inggris mempergunakan teleskop itu. Raja dan Ratu Inggris memakai teleskop itu untuk memperhatikan Bulan dan Saturnus.

Menemukan Jam Bandul

Selama di London, Huygens melihat pompa hampa udara inovasi Boyle, dan ia menggunakannya. Di tahun 1663, Huygens menjadi anggota forum ilmiah prestisius Royal Society. Huygens mematenkan desain arloji pendulumnya pada tahun yang serupa.

Percobaan Huygens wacana tumbukan benda elastik memperlihatkan kesalahan hukum Descartes ihwal tumbukan. Tema ini diangkat dalam pertemuan Royal Society pada 1668.

Royal Society bertanya mengenai tumbukan dan Huygens menjawabnya melalui percobaan saat-saat dua buah benda sebelum tumbukan sama dengan saat-saat keduanya sesudah tumbukan. Jawabannya itu kelak dinamakan Hukum Kekekalan Momentum.

Gerak melingkar menjadi tema observasi Huygens waktu itu, namun ia juga menimbang-nimbang perihal teori gravitasi Descartes yang berpijak pada materi-bahan berputar (yang disebutnya vorteks).

Ada yang salah di teori Descartes. Di tahun 1669, huygens mengunjungi Academie membahas persoalan ini. Setelah itu, Roberval dan Mariotte me-ngoreksi pandangan Descartes. Akibat sering bolak-balik Prancis-Belanda, Huygens jatuh sakit pada 1670.

Sebelum meninggalkan Paris, Prancis, Huygens berjanji untuk tidak menerbitkan penelitiannya mengenai mekanika sebelum diantarkan ke Royal Society. Tahun 1671, Huygens balik lagi ke Paris.

Namun, di tahun 1672, Raja Louis XIV menyerbu Belanda. Huygens menyaksikan posisinya susah, dan menjadi hal yang amat penting baginya berada di Paris. Ilmuwan Prancis sangat mendukung penelitiannya.

Tahun 1672 Huygens berjumpa dengan Leibniz di Paris. Setelah itu Leibniz secara berkala berkunjung ke Academie. Leibniz berhutang kecerdikan pada Huygens, alasannya dia mencar ilmu matematika pada Huygens.

Di tahun yang sama, Huygens berguru mengenai prinsip kerja teleskop Newton dan cahaya. Ia mencoba mengkritisi teori Newton ihwal cahaya khususnya perihal warna.

Teori Gelombang Cahaya

Huygens mendukung pandangan bahwa cahaya dipancarkan lewat aksi gelombang dalam medium, dan bukan oleh partikel yang berasal dari sumber iluminasi. Dengan versi ini, ia bisa menerangkan apa itu refleksi, refraksi, dan bahkan fenomena kompleks refraksi ganda yang diperhatikan pada beberapa kristal.

Ia kemudian menerbitkan temuannya di Treatise on Light. Pandangan Huygens kontras dengan persepsi Isaac Newton, yang lazimnya membuatkan persepsi bahwa cahaya ialah ajaran partikel.

Pada 1675, Christiaan Huygens mematenkan jam saku yang ia temukan. Dia juga memperoleh banyak perangkat lain, termasuk nada 31 untuk instrumen keyboard oktaf.

Kembali ke Belanda

Huygens pindah kembali ke Den Haag pada tahun 1681, setelah menderita penyakit serius. Dia berusaha untuk kembali ke Prancis pada tahun 1685, tetapi pencabutan Edikta Nantes membatasi langkahnya. Hal itu sebab beliau ialah seorang kristen protestan yang kurun itu dihentikan di Perancis.

Pada 1684, Huygens menerbitkan Astroscopia Compendiaria, yang mempresentasikan teleskop udara (tubeless) barunya dengan panjang fokus 123 kaki. Risalah Huygens perihal Cahaya kesannya dicetak pada tahun 1690.

Huygens berspekulasi secara rinci tentang kehidupan di planet lain. Dalam bukunya yang berjudul Cosmotheoros, berikutnya berjudul The Celestial Worlds Discover’d: Or, Conjectures Concerning the Inhabitants, Plants, and Productions of the Worlds in the Planets.

Dalam bukunya tersebut, beliau membayangkan alam semesta yang penuh dengan kehidupan. Sebagian besar sangat seperti dengan kehidupan di Bumi masa ketujuh belas.

Setelah banyak menerbitkan karya serta melaksanakan penemuan penting, Christiaan Huygens yang dikenal saat itu sebagai ilmuwan paling kuat meninggal dunia pada tanggal 8 Juli 1695 di Den Haag, Belanda.

Artikel Menarik Lainnya: