TintaTeras

Biografi Ahmad Tohari, Pengarang Novel Fenomenal ‘Ronggeng Dukuh Paruk’

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

TintaTeras.com – Biografi Ahmad Tohari, Kisah sang pengarang novel fenomenal ‘Ronggeng Dukuh Paruk’. Ia diketahui selaku salah satu sastrawan Indonesia yang memiliki karya yang telah ternama hingga mancanegara. Bahkan salah satu karyanya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk telah banyak diterbitkan memakai bahasa aneh.

Biografi Ahmad Tohari

Tulisan karangan dari Ahmad Tohari biasanya sering menyinggung wacana kebudayaan penduduk . Itulah mengapa beliau tidak hanya diketahui sebagai sastrawan saja, melainkan ada yang menjulukinya sebagai budayawan.

Biografi Ahmad Tohari

Ahmad Tohari berasal dari Jawa Tengah. Beliau dimengerti lahir di daerah banyumas pada tanggal 13 Juni 1948. Ayahnya dimengerti seorang kiai dan melakukan pekerjaan sebagai pegawai KUA di kantor agama. Sementara ibunya melakukan pekerjaan sebagai seorang penjualkain. Ahmad Tohari memiliki seorang istri bernama Syamsiah.

Seniman yang populer dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk ini dikenali tinggal di desa kecil di kecamatan Jatilarang, Banyumas, Jawa Tengah.

Riwayat Pendidikan Ahmad Tohari

Ahmad Tohari yang diketahui sebagai sastrawan sekaligus budayawan ini ternyata tidak menempuh pendidikan yang linier dengan pekerjaannya.

Bahkan, pendidikan yang ditempuhnya cukup membuat orang tercengang alasannya dia pernah kuliah mengambil jurusan Kedokteran pada tahun 1967. Sebelumnya ia bersekolah di salah satu Sekolah Menengan Atas di daerah Purwokerto Jawa Tengah.

Dalam biografi Ahmad Tohari dikenali bahwa setelah merantau ke Jakarta dan kuliah mengambil jurusan kedokteran di Ibnu Khaldun. Tak cukup sekali dia menempuh pendidikan sarjana.

Kemudian, Ahmad Tohari melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi sekaligus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Jenderal Soedirman.

Riwayat Pekerjaan Ahmad Tohari

Sudah semenjak dari zaman kuliah tohari mempunyai kegemaran menulis. Tulisan yang dikarangnya bukanlah dalam bentuk cerpen melainkan goresan pena-goresan pena yang ada relevansinya dengan kebudayaan.

Biasanya, goresan pena yang berisikan wacana tema kebudayaaan tersebut dikirimnya ke media cetak dan jadinya ia pun diketahui oleh masyarakat sebagai budayawan.

Hal itu pulalah yang mengakibatkan Ahmad Tohari masuk menjadi staf di harian Merdeka. Sejak saat itu, karir Ahmad Tohari di dunia jurnalistik semakin berkembangtajam.

Tak puas hanya bergulat di dunia jurnalistik, Ahmad Tohari lalu melebarkan sayapnya menjadi seorang penulis. Tentu saja tulisannya masih bertemakan dengan kebudayaan.

Memang bentuknya novel, tetapi novel yang ditulisnya berisikan wacana sindiran kepada pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Bahkan gara-gara salah satu novelnya yang melegenda yakni Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari hampir saja masuk penjara alasannya adalah dalam novel tersebut Tohari menyindir wacana pemerintahan komunis.

Tetapi, dengan kontroversi tersebut ada suatu hikmah sebab novel yang dibuatnya malah dialih bahasakan di beberapa negara dan masih terkenal sampai kini.

Karya Ahmad Tohari

Meski ada segelintir orang yang berupaya menjatuhkannya, Ahmad Tohari juga dapat pertanda pada masyarakat bahwa apa yang dikatakannya lewat novelnya itu ada benarnya. Lewat berbagai goresan pena yang sudah sukses diterbitkannya, ada beberapa penghargaan yang pernah diperoleh oleh Ahmad Tohari.

Mulai dari penghargaan yang sifatnya yaitu hadiah hiburan hingga dengan hadiah kemenangan. Beberapa karyanya yang berhasil menyabet hadiah adalah Jasa-Jasa Buat Sanwirya, Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jentera Biang Lala, dan Di Kaki Bukit Cibalalak dan Kubah.

Dari beberapa karya yang disebutkan, ada suatu karya Tohari yang dialih bahasakan menjadi beberapa bahasa, mirip bahasa Jepang, Jerman, dan Belanda.

Jika memang goresan pena yang dikarangnya tidaklah cantik, tidaklah mungkin negara lain mempunyai niat untuk mempublikasikan novel milik Ahmad Thohari dengan bahasa miliknya.

Bahkan, ada satu karya novelnya yang diangkat menjadi salah satu film yang laris di Indonesia. Novel Ronggeng Dukuh Paruk berhasil digambarkan dalam sebuah film Indonesia yang berjudul Sang Penari.

Sebagai seorang novelis, dilihat dari karya-karyanya, Ahmad Tohari mampu disejajarkan dengan para novelis lain yang sudah terkenal mirip Andrea Hirata, Tere Liye, dan Habiburrahman El Shirazy. Meski kini usia Ahmad Tohari sudah menginjak 80 tahun, namun karyanya tidak akan pudar oleh perubahan zaman. Semoga gosip perihal Profil dan biografi Ahmad Tohari dan karya yang dihasilkannya dapat bermanfaat bagi para pembaca!

Artikel Menarik Lainnya: