TintaTeras

Observatorium Bosscha, Destinasi Wisata Favorit & Sarana Edukasi Di Bandung

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Observatorium Bosscha menjadi salah satu destinasi wisata edukasi menarik dan mendidik yang terletak di Bandung Jawa Barat. Observatorium Bosscha ialah forum riset yang berada di bawah naungan FMIPA ITB, kawasan ini menjadi salah satu kawasan observasi, pengembangan, dan pendidikan astronomi yang ada di Indonesia.

Mempelajari segala hal yang ada di alam semesta ialah salah satu hal yang menarik dan menggembirakan. Meskipun menjadi tempat observasi, namun Observatorium Bosscha tetap dapat dikunjungi untuk kebutuhan wisata dan menjadi kawasan peneropongan bintang yang paling renta di Indonesia.

Sejarah Observatorium Bosscha

Observatorium ini didirikan pada tahun 1923 oleh pemerintah Hindia Belanda dan merupakan observatorium tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha mempunyai luas sekitar 9 hektar dan terletak di ketinggian 1.310 meter di atas permukaan maritim.

Observatorium ini diresmikan dengan tujuan untuk mempelajari astronomi dan meteorologi di kawasan Indonesia. Sejarah Observatorium Bosscha dimulai pada tahun 1912 dikala seorang astronom Belanda berjulukan J.C. Koningsberger merekomendasikan pendirian observatorium di Indonesia. Pada mulanya, lokasi yang dianjurkan yakni di Gunung Salak, Jawa Barat. Namun, sesudah observasi lebih lanjut, lokasi yang dipilih ialah di Lembang, Jawa Barat, sebab mempunyai keadaan lingkungan yang lebih baik untuk observasi astronomi.

Observatorium Bosscha

Pembangunan observatorium dimulai pada tahun 1920 dan akhir pada tahun 1923. Observatorium ini diberi nama Bosscha, yang diambil dari nama seorang pengusaha asal Belanda bernama Karel Albert Rudolf Bosscha yang menyumbangkan sebagian besar ongkos pembangunan observatorium. Observatorium Bosscha mempunyai beberapa peralatan untuk melaksanakan pengamatan astronomi, seperti teleskop refraktor dengan diameter 60 cm, teleskop reflektor dengan diameter 70 cm, teleskop radio, dan sejumlah perlengkapan pendukung lainnya.

Selain itu, observatorium ini juga mempunyai museum dan perpustakaan yang berisi koleksi benda-benda dan buku-buku mengenai astronomi. Selama kala penjajahan Belanda, Observatorium Bosscha menjadi pusat observasi astronomi dan meteorologi di daerah Indonesia. Para astronom Belanda yang bertugas di observatorium ini melakukan observasi perihal bintang, planet, komet, dan fenomena astronomi lainnya.

Selain itu, mereka juga melaksanakan penelitian tentang cuaca dan iklim di daerah Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Observatorium Bosscha menjadi bab dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang didirikan pada tahun 1963. Observatorium ini tetap menjadi pusat penelitian astronomi dan meteorologi di Indonesia, dan banyak astronom Indonesia yang melakukan penelitian di sini.

Pada tahun 2010, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Indonesia alasannya nilai sejarah dan arsitekturnya. Observatorium ini juga menjadi tempat wisata terkenal di Lembang, Jawa Barat, dan sering dikunjungi oleh masyarakat yang ingin menyaksikan bintang-bintang di malam hari.

Sejak berdirinya sampai kini, Observatorium Bosscha telah menciptakan banyak penelitian dan inovasi penting di bidang astronomi dan meteorologi. Observatorium ini menjadi saksi sejarah kemajuan ilmu wawasan dan teknologi di Indonesia, serta menjadi kawasan penting bagi peneliti dan penggemar astronomi di seluruh dunia.

Mengenal Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha dibangun dengan mengikuti arsitektur bergaya Belanda pada abad itu. Pada tahun 1928, observatorium ini mulai beroperasi dengan teleskop refraktor berskala besar, yang merupakan teleskop paling besar di Asia pada ketika itu.

Teleskop ini berukuran 60 cm dan mempunyai panjang fokus 8 meter. Teleskop ini digunakan untuk melakukan pengamatan bintang, planet, komet, dan fenomena astronomi yang lain. Selain teleskop refraktor, Observatorium Bosscha juga memiliki teleskop reflektor dengan diameter 30 cm. Teleskop ini dipakai untuk mengamati objek langit yang lebih kecil dan sukar dilihat dengan teleskop refraktor.

Selain itu, observatorium ini juga memiliki fasilitas lain mirip laboratorium, perpustakaan, dan ruang bazar. Observatorium Bosscha telah menjadi pusat observasi astronomi di Indonesia selama lebih dari sembilan dekade. Observatorium ini sudah banyak memberikan donasi bagi astronomi Indonesia, mirip penemuan planet satelit Jupiter ke-11 pada tahun 1989 oleh tim astronom dari Observatorium Bosscha dan Institut Teknologi Bandung.

Selain menjadi sentra observasi astronomi, Observatorium Bosscha juga menjadi kawasan rekreasi edukasi bagi masyarakat. Pada tahun 2017, Observatorium Bosscha menerima akreditasi sebagai salah satu cagar budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengakuan ini memberikan bahwa Observatorium Bosscha memiliki nilai sejarah, ilmiah, dan budaya yang penting bagi Indonesia.

Daya Tarik Observatorium Bosscha

Daya tarik Observatorium Bosscha memang mempunyai keunikan tersendiri karena menjadi tempat observasi dan pengembangan astronomi di Indonesia. Nama Observatorium Bosscha bahkan telah terkenal sampai ke seluruh daerah Indonesia, berikut ini beberapa macam teleskop yang tersedia di Observatorium Bosscha, ialah:

1. Teleskop Zeiss

Observatorium bosscha

Teleskop Zeiss adalah jenis teleskop refraktor yang didesain oleh Carl Zeiss pada tahun 1920-an. Teleskop ini mempunyai diameter lensa utama sebesar 60 cm dan panjang fokus sebesar 9,4 meter. Teleskop Zeiss di Observatorium Bosscha dipasang pada tahun 1928 dan pada ketika itu merupakan teleskop paling besar di Asia Tenggara. Meskipun sudah berusia lebih dari 90 tahun, teleskop ini masih mampu dipakai dengan baik dan menjadi salah satu pesona bagi para pengunjung Observatorium Bosscha.

Teleskop Zeiss dapat dipakai untuk memperhatikan objek-objek langit mirip planet, bintang, dan galaksi. Pengamatan dilaksanakan dengan cara memasang kamera atau alat pengamatan lain pada fokus teleskop. Selain itu, teleskop Zeiss juga mampu dipakai untuk melakukan pengukuran posisi bintang dan studi spektroskopi. Teleskop Zeiss juga sudah digunakan untuk memperhatikan insiden astronomi penting seperti gerhana bulan dan gerhana matahari.

2. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss adalah salah satu teleskop yang menjadi pujian bagi Observatorium Bosscha. Teleskop ini memiliki dua lensa objektif yang terbuat dari beling berkualitas tinggi dan dirancang untuk memberikan gambar yang jernih dan tajam. Dengan diameter lensa objektif masing-masing 60 cm, teleskop ini mampu mengumpulkan cahaya dengan efektif sehingga dapat digunakan untuk mengamati objek langit yang sangat jauh.

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss ini dibangun pada tahun 1928 oleh perusahaan Jerman bernama Carl Zeiss. Proses pembangunan teleskop ini menyantap waktu selama dua tahun dan melibatkan banyak hebat optik ternama pada kala itu. Teleskop ini kemudian dibawa ke Indonesia oleh Gubernur Jenderal Belanda pada saat itu, A.C.D. de Graeff.

Teleskop ini awalnya berada di Observatorium Kembang Jepun di Jakarta, tetapi lalu dipindahkan ke Observatorium Bosscha pada tahun 1959. Salah satu keunggulan dari teleskop Refraktor Ganda Zeiss yakni tata cara fokus yang terletak di antara dua lensa objektif. Hal ini membuat teleskop ini tidak terlalu panjang dan lebih mudah untuk dioperasikan.

Selain itu, teleskop ini juga dilengkapi dengan sistem pengendali gerakan yang sungguh akurat sehingga dapat dipakai untuk melacak objek langit dengan sungguh presisi. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss sudah banyak dipakai untuk melakukan observasi astronomi dan observasi langit. Salah satu observasi penting yang dikerjakan dengan menggunakan teleskop ini adalah pengukuran posisi bintang dan gerakan mereka di langit. Selain itu, teleskop ini juga sering digunakan untuk mengamati planet-planet di tata surya dan benda langit lainnya seperti nebula, galaksi, dan bintang ganda.

3. Teleskop Refraktor Bamberg

Teleskop Refraktor Bamberg memiliki lensa objektif berdiameter 60 cm dan panjang fokus 9,36 meter. Lensa ini yang dibuat dari beling optik berkualitas tinggi dan dianggap selaku salah satu lensa terbaik di dunia pada masanya. Teleskop Bamberg juga dilengkapi dengan sistem pencitraan dan pemantauan bintang yang mutakhir untuk membuat lebih mudah pengamatan.

Teleskop Bamberg digunakan untuk banyak sekali macam observasi astronomi, tergolong pengamatan planet, bintang, galaksi, dan objek langit yang lain. Salah satu inovasi penting yang dilakukan dengan teleskop Bamberg ialah inovasi asteroid Ceres pada tahun 1938 oleh Dr. K.A. van Houten dari Observatorium Bosscha.

Penemuan ini sungguh penting karena Ceres yakni objek langit pertama yang didapatkan di antara planet-planet di tata surya. Selain itu, teleskop Bamberg juga digunakan untuk meneliti gerakan bintang dan mempelajari sifat-sifat galaksi. Beberapa observasi yang dilakukan dengan teleskop Bamberg sudah menunjukkan donasi besar bagi pengertian kita ihwal alam semesta.

Meskipun usianya sudah lebih dari 90 tahun, teleskop Bamberg masih dipakai untuk observasi astronomi sampai dikala ini. Observatorium Bosscha terus memperbarui sistem dan teknologi yang digunakan untuk mengoptimalkan kinerja teleskop ini.

4. Teleskop Schmidt Bima Sakti

Teleskop Schmidt Bima Sakti memiliki diameter cermin primer sebesar 60 cm dengan panjang konsentrasi 5 meter. Teleskop ini didesain khusus untuk memotret langit dengan lapangan pandang lebar dan resolusi tinggi, serta kesanggupan pengamatan pada cahaya tampak dan ultraviolet.

Dengan kesanggupan ini, Teleskop Schmidt Bima Sakti mampu dipakai untuk berbagai macam penelitian astronomi, mirip memetakan galaksi, asteroid, bintang dan gugus bintang, serta mempelajari fenomena alam semesta mirip supernova dan bintang neutron. Selain itu, Teleskop Schmidt Bima Sakti juga mampu digunakan untuk memonitor objek langit yang bergerak mirip komet, asteroid, dan satelit.

Hal ini menjadi penting dalam mengamati objek-objek yang memiliki peluang mengancam Bumi dan mengetahui orbit dan sikap objek-objek tersebut. Teleskop Schmidt Bima Sakti tidak hanya digunakan oleh para astronom di Indonesia, namun juga digunakan oleh astronom dari negara-negara lain. Observatorium Bosscha acap kali menjadi tujuan bagi para peneliti astronomi internasional alasannya keberadaannya yang strategis di wilayah khatulistiwa dan mempunyai keadaan langit yang relatif higienis dari polusi cahaya.

5. Teleskop Cassegrain GOTO

Teleskop Cassegrain GOTO di Observatorium Bosscha yakni salah satu teleskop yang sungguh digunakan dalam pengamatan astronomi terbaru. Teleskop ini mempunyai fitur khusus ialah tata cara GOTO (Go To) yang memungkinkan teleskop untuk secara otomatis mengarahkan dan menemukan objek yang sudah ditentukan di langit.

Teleskop Cassegrain sendiri ialah jenis teleskop reflektor yang memiliki dua cermin, yakni cermin primer yang berupa paraboloid dan cermin sekunder yang berbentuk hiperboloid. Sistem optik ini memungkinkan cahaya yang masuk melalui teleskop dipantulkan oleh cermin primer ke cermin sekunder dan lalu dipantulkan lagi ke arah perbesaran dan fokus pada titik fokus di belakang cermin sekunder.

Teleskop Cassegrain GOTO di Observatorium Bosscha mempunyai spesifikasi teknis yang mencakup diameter lensa 70 cm, panjang konsentrasi 14,2 meter dan rentang gerak atas-bawah 20 derajat dan gerak kiri-kanan 360 derajat. Dengan spesifikasi ini, teleskop mampu dipakai untuk memperhatikan objek langit seperti planet, bintang, dan galaksi dengan sangat akurat.

Sistem GOTO pada teleskop Cassegrain di Observatorium Bosscha memungkinkan pengguna untuk memilih objek langit dari database yang tersedia dan kemudian secara otomatis mengarahkan teleskop ke objek dengan akurasi yang sungguh tinggi.

6. Teleskop Refraktor Unitron

Teleskop Refraktor Unitron yakni salah satu perangkat utama di Observatorium Bosscha. Teleskop ini dibangun oleh Unitron Company di Amerika Serikat pada tahun 1950-an dan didatangkan ke Indonesia pada tahun 1963.

Teleskop Refraktor Unitron memiliki diameter lensa sebesar 20 cm dan panjang konsentrasi 320 cm, serta dapat menambahobjek sampai 260 kali. Teleskop Refraktor Unitron digunakan untuk pengamatan astronomi terutama untuk memperhatikan objek-objek langit seperti planet, bintang, nebula, dan galaksi.

Teleskop ini menggunakan prinsip refraksi cahaya melalui lensa kaca, sehingga menghasilkan gambar yang sangat jernih dan tajam. Refraktor Unitron ialah salah satu teleskop terbaik dan masih dipakai oleh banyak observatorium dan astronom di seluruh dunia sampai kini.

Di Observatorium Bosscha, Teleskop Refraktor Unitron dipakai untuk melaksanakan banyak sekali penelitian astronomi dan pengamatan berkala seperti observasi bintang ganda, pengamatan planet, komet, dan objek-objek langit lainnya. Selain itu, teleskop ini juga dipakai untuk acara pendidikan seperti kunjungan dari sekolah-sekolah atau penduduk umum yang ingin mencar ilmu tentang astronomi.

7. Teleskop Radio 2,3 m

Teleskop radio 2,3 m di Observatorium Bosscha ialah salah satu instrumen paling canggih dalam penelitian astronomi modern. Teleskop ini dibangun pada tahun 1973 oleh Jepang dan dioperasikan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) di Indonesia.

Teleskop ini memiliki diameter 2,3 meter dan mampu mendeteksi gelombang radio dalam rentang frekuensi 1420 MHz sampai 14 GHz. Keunggulan utama dari teleskop radio yakni kemampuannya untuk melihat bintang dan objek langit yang lain yang tidak tampakdengan mata telanjang atau teleskop optik biasa.

Hal ini karena objek langit ini acap kali memancarkan radiasi elektromagnetik dalam rentang frekuensi radio, yang tidak tampakoleh mata insan. Teleskop radio 2,3 m di Observatorium Bosscha sudah dipakai untuk berbagai macam penelitian astronomi, tergolong pengamatan pulsar, fenomena radio alam semesta, dan galaksi jauh.

8. Teleskop Surya

Teleskop Surya Bosscha mempunyai lensa objektif sebesar 15 cm dan panjang konsentrasi 3 meter, sehingga mampu menghasilkan gambar matahari dengan resolusi yang sangat baik. Selain itu, teleskop ini juga dilengkapi dengan aneka macam macam filter, seperti filter H-alpha dan Calcium-K, yang memungkinkan para peneliti untuk memperhatikan aneka macam fenomena yang terjadi di permukaan matahari, seperti bintik matahari, erupsi solar, dan prominensia.

Selama lebih dari 90 tahun observasi matahari di Bosscha, teleskop Surya telah memberikan kontribusi besar bagi penelitian astronomi dan astrofisika di Indonesia. Beberapa observasi yang dilakukan dengan memakai data dari teleskop ini antara lain adalah studi ihwal acara matahari, acuan pergerakan bintik matahari, dan dampak matahari kepada iklim di Indonesia.

Lokasi dan Alamat Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha terletak di kawasan Lembang, Bandung. Dari pusat kota Bandung hanya berjarak sekitar 15 Km ke kawasan utara atau lebih tepatnya di Jalan Teropong Bintang, Cikahuripan Bandung. Daerah Lembang memang terkenal dengan banyaknya tempat wisata yang ada di dalamnya seperti Farmhouse Lembang sampai Floating Market Lembang. Setelah mengunjungi Observatorium Bosscha kamu bisa berkunjung ke tempat wisata lain yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi Observatorium.

Bagaimana Cara Mengunjungi Observatorium Bosscha ?

Pada lazimnya tidak terlalu susah untuk menuju ke Observatorium Bosscha. Ketika kau menggunakan kendaraan pribadi maka cara yang paling gampang ialah dengan melewati Jalan Setiabudi menuju ke arah Lembang. Kamu akan melalui Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat, lalu teruslah berjalan sekitar 0,5 km dan kamu pun akan pribadi hingga ke gerbang Observatorium Bosscha di sebelah kanan jalan.

Namun, bila kau menggunakan kendaraan lazim maka ada tiga cara, cara yang pertama dengan menaiki angkutan umum dari Stasiun Hall menuju Lembang, kamu bisa berhenti di gerbang bawah Observatorium Bosscha.

Cara kedua, dengan menaiki bus Damri di Terminal Bus Leuwi Panjang dengan tujuan Terminal Ledeng. Lalu dari terminal Ledeng kau mesti berganti angkot yang menuju ke Stasiun Hall, naik lagi ke angkutan umum jurusan Lembang dan berhenti di gerbang Observatorium Bosscha.

Cara ketiga, kamu bisa naik bus Damri di Terminal Bus Leuwi Panjang dengan tujuan Terminal Ledeng. Dari terminal Ledeng kamu mampu berganti angkot yang menuju ke Stasiun Hall, kamu harus naik angkot lagi jurusan Lembang dan berhenti di gerbang Observatorium Bosscha.

Jam Buka dan Waktu Kunjungan Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha buka saban hari Selasa sampai Sabtu, pada hari Selasa hingga Jumat dipakai untuk kunjungan rombongan sekolah, universitas, atau instansi yang lain yang berjumlah 25 orang.

Sebelum memutuskan untuk mendatangi Observatorium Bosscha, pastikan kamu telah melakukan registrasi apalagi dulu sebelumnya dan mendapat agenda berkunjung dari pihak pengurus.

Kunjungan Siang Observatorium Bosscha

Pada siang hari, Observatorium Bosscha membuka beberapa sesi kunjungan pengunjung yang memiliki batas-batas kapasitas optimal para hadirin sampai 200 orang. Total ada tiga sesi yang bisa kau ikuti untuk berkunjung siang hari di Observatorium Bosscha, ialah:

Hari Selasa – Kamis :

  • Sesi 1 : 09.00 WIB
  • Sesi 2 : 11.00 WIB
  • Sesi 3 : 13.00 WIB

Hari Jumat :

  • Sesi 1 : 09.00 WIB
  • Sesi 2 : 13.00 WIB

Hari Sabtu dikhususkan untuk kunjungan personal atau bersama keluarga. Sehingga jika kamu tiba sendiri lebih baik datang di hari Sabtu mulai jam 09.00 WIB.

Kunjungan Malam Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha ternyata juga membuka kunjungan malam bagi para pengunjung, namun kunjungan malam cuma tersedia di musim kemarau adalah bulan April sampai Oktober. Kunjungan malam ini menjadi salah satu waktu terbaik karena kau mampu mendatangi Teleskop Zeiss.

Apabila cuaca sedang mendukung dan langit cerah maka hadirin juga mampu melakukan peneropongan dengan menggunakan Teleskop Portable dan Teleskop Bamberg. Kamu juga bisa mengunjungi ruang multimedia untuk melihat berbagai berita astronomi untuk memperbesar pengetahuan dan ilmu wawasan.

Harga Tiket Masuk Observatorium Bosscha

Harga tiket masuk ke Observatorium Bosscha termasuk masih terjangkau, dengan kunjungan siang sebesar Rp15.000 per orang dan kunjungan malam sebesar Rp20.000 per orang.

Cara Mendaftar Observatorium Bosscha

  • Kunjungan Perorangan atau Keluarga, kau bisa pribadi tiba ke lokasi di hari Sabtu dari jam 09.00 WIB hingga 13.00 WIB, untuk pembayarannya dikerjakan pribadi di daerah. Khusus untuk kunjungan malam diharuskan melaksanakan reservasi apalagi dulu .
  • Kunjungan dari Sekolah atau Instansi, khusus untuk kunjungan dari sekolah atau instansi maka harus mengantarkan surat resmi yang ditunjukan ke Observatorium Bosscha lewat fax atau email.

    • Hari atau tanggal berkunjung
    • Jam kunjungan
    • Jumlah orang yang berkunjung
    • Kelompok usia kunjungan (Taman Kanak-kanak, pelajar SD, SMP, SMA, mahasiswa, guru atau umum)
    • Nomor handphone atau email yang mampu dihubungi untuk melaksanakan konfirmasi registrasi
    • Pembayaran via transfer BNI dengan no rekening : 0901042017 a.n PPM FMIPA ITB
    • Cantumkan “Bosscha dari [nama sekolah/institusi/organisasi] [kota]” kirim via faks ke nomor 022-2786001.

Tips Berkunjung Ke Observatorium Bosscha

Jika kau berencana untuk melakukan kunjungan ke Observatorium Bosscha, ada beberapa tips berkunjung yang bisa menolong kamu, yakni:

  1. Persiapkan diri secara fisik, pastikan kau dalam kondisi fisik yang cukup baik untuk menghadapi perjalanan ke tempat ini. Jangan lupa untuk menenteng jaket atau pakaian hangat karena suhu udara di tempat Lembang memang dingin utamanya di malam hari.
  2. Perhatikan waktu kunjungan Observatorium Bosscha buka setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional. Namun, jam operasionalnya berbeda pada hari biasa dan akhir pekan. Jika kau ingin memperhatikan benda-benda langit di malam hari, pastikan untuk datang pada saat ada acara stargazing atau memperhatikan benda langit di malam hari.
  3. Siapkan kamera untuk mengambil foto bintang dan objek lain di langit malam. Kamu juga mampu memakai tripod untuk menerima foto yang lebih stabil dan terperinci. Namun, penggunaan flash tidak diizinkan di dalam observatorium karena mampu mengganggu proses observasi benda-benda langit.
  4. Ikuti bimbingan dikala berkunjung ke Observatorium Bosscha, tentukan untuk mengikuti tutorial dari pemandu wisata atau pengurus observatorium.
  5. Jangan merokok dan makan di dalam area observatorium tidak diizinkan. Karena udara yang higienis sungguh penting untuk menjaga kualitas pengamatan benda-benda langit, maka peraturan ini mesti diikuti oleh setiap pengunjung.
  6. Jangan menenteng hewan peliharaan.
  7. Menggunakan busana yang sopan alasannya adalah banyak hadirin yang berasal dari institusi lain.
  8. Ubah handphone ke mode senyap untuk menghindari gangguan dikala pelaksanaan tour.

Itulah beberapa informasi perihal Observatorium Bosscha yang bisa kau ketahui, Observatorium Bosscha menjadi salah satu kawasan observasi astronomi terbesar di Indonesia. Bagi kamu yang tertarik di bidang astronomi atau observasi antariksa, kamu mampu mendatangi Observatorium Bosscha untuk memperhatikan banyak sekali benda langit dikala cuaca sedang cerah.

Artikel Menarik Lainnya: