TintaTeras

Biografi Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Besar Indonesia Melawan Penjajahan Dengan Sastra

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Pramoedya Ananta Toer dikenal selaku seorang sastrawan besar Indonesia. Banyak karya-karyanya yang fenomenal sehingga dia dikenal selaku sastrawan yang sangat produktif. Namun sebagian besar hidupnya ia habiskan di penjara alasannya adalah dituduh selaku penunjang partai komunis alasannya menjadi ketua LEKRA. Bagaimana kisahnya?

Biografi Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Indonesia

Biografi Pramoedya Ananta Toer

Beliau lahir pada tanggal 6 februari 1925 di tempat Blora yang terletak di Jawa Tengah. Ayahnya bernama Mastoer Imam Badjoeri yang melakukan pekerjaan selaku seorang guru di sebuah sekolah swasta dan ibunya berjulukan Saidah melakukan pekerjaan selaku seorang penghulu di kawasan Rembang.

Masa Kecil Pramoedya Ananta Toer

Nama orisinil dari Pramoedya yaitu Pramoedya Ananta Mastoer tetapi usang kelamaan orang lebih mengenalnya selaku Pramoedya Ananta Toer atau lazimdipanggil Pram.  Beliau mulai bersekolah di Sekolah Institut Boedi Utomo di Blora di bawah panduan ayahnya yang bekerja selaku guru disana tetapi tercatat bahwa Pramoedya beberapa kali tidak naik kelas. Tamat dari Boedi utomo, ia lalu bersekolah di Sekolah Teknik Radio Surabaya selama 1,5 tahun di 1940 hingga 1941. Pada tahun 1942, Pramoedya lalu berangkat ke Jakarta dan bekerja selaku tukang ketik di Kantor informasi Jepang bernama ‘Domei’ pada dikala masa kependudukan jepang di Indonesia.

Sambil bekerja, Pramoedya juga mengikuti pendidikan di Taman Siswa yang diresmikan oleh Ki Hajar Dewantara antara tahun 1942 higga 1943. Selanjutnya di tahun 1944 hingga 1945, dia mengikuti sebuah kursus Stenografi dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Islam Jakarta pada tahun 1945.

Kemudian memasuki abad pasca kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1946, Pramoedya Ananta Toer mengikuti pembinaan militer Tentara Keamanan Rakyat dan bergabung dengan Resimen 6 dengan pangkat letnan dua dan diperintahkan di Cikampek dan kemudian kembali ke Jakarta pada tahun 1947.

Pramoedya Ananta Toer kemudian ditangkap Belanda pada tanggal 22 juli 1947 dengan tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan melawan Belanda yang kembali ke Indonesia untuk berkuasa. Ia kemudian di jatuhi hukuman penjara dan kemudian dipenjarakan di pulau Edam dan lalu dipindahkan ke penjara di daerah Bukit Duri sampai tahun 1949 dan selama era penahanannya tersebut, dia lebih banyak menulis buku dan cerpen.

Menjadi Pimpinan LEKRA

Keluar dari penjara, Pramoedya Ananta Toer kemudian bekerja selaku seorang redaktur di Balai Pustaka Jakarta antara tahun 1950 sampai 1951, dan di tahun selanjutnya ia kemudian mendirikan Literary and Fitures Agency Duta hingga tahun 1954. Ia bahkan sempat ke Belanda mengikuti acara pertukaran budaya dan tinggal disana beberapa bulan. Tidak usang kemudian beliau pulang ke Indonesia dan menjadi anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang diketahui selaku organisasi kebudayaan berhaluan kiri.

Biografi Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Indonesia

Pada tahun 1956, Pramoedya Ananta Toer sempat ke Beijing untuk menghadiri hari kematian Lu Sung. Kembali ke Indonesia, dia kemudian mulai mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan orang-orang tionghoa di Indonesia. Pramoedya bahkan menjalin relasi yang erat dengan para penulis atau sastrawan dari Tiongkok. Di abad tersebut, Pramoedya banyak menulis karya-karya sastra dan juga tulisan-tulisan yang mengkritik pemerintahan Indonesia mengenai penyiksaan kepada etnis Tionghoa di Indonesia.

Kemudian pada tahun 1958, Pramoedya Ananta Toer didaulat menjadi pimpinan sentra Lekra (Lembaga Kesenian Jakarta) yang bernaung di bawah Partai Komunis Indonesia pimpinan D.N Aidit. Jabatannya sebagai pimpinan pusat Lekra menciptakan banyak seniman menjadi berseberangan usulan dengan Pramoedya Ananta Toer teruta para seniman yang menentang pemikiran komunis di Indonesia.

….Orang boleh berilmu setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, beliau akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis ialah melakukan pekerjaan untuk keabadian.”Pramoedya Ananta Toer

Di tahun 1962, Pramoedya Ananta Toer lalu melakukan pekerjaan selaku seorang dosen sastra di Universitas Res Republica. Ia juga menjadi Dosen Akademi Jurnalistik Dr. Abdul Rivai dan juga berprofesi selaku redaktur majalah Lentera.

Ditangkap dan Dipenjara di Pulau Buru

Memasuki tahun 1960an, PKI kian gencar memperluas pengaruhnya hingga lalu terjadi gejolak politik dimana Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan yang populer dengan nama G30S/PKI dan terjadi perubahan kekuasaan dari Ir. Soekarno ke Soeharto. Dibawah pemerintahan Soeharto, penumpasan PKI dikerjakan. Hal ini lalu membuat organisasi-organisasi yang berada di bawah PKI saat seperti Lekra yang dipimpin oleh Pramoedya menjadi terancam.

Pemerintah lalu menangkap Pramoedya Ananta Toer dengan tuduhan mendukung komunis. Ia alhasil ditahan tanpa pengadilan dari tahun 1965 sampai 1969, sesudah itu ia dititipkan di penjara Nusakambangan di Jawa Tengah dan lalu dia di buang di pulau Buru yang populer selaku pulau buangan para tahanan politik PKI dikala itu dari tahun 1969 sampai 1979. Di pulau tersebut juga Pramoedya dilarang menulis oleh pemerintah tetapi beliau tetap menulis karya-karyanya mirip novel semi fiksi yang berjudul Bumi Manusia.

Bebas dari Penjara

Memasuki tahun 1979 pada bulan desember, Pramoedya Ananta Toer jadinya dibebaskan karena beliau tidak tebukti terlibat dalam gerakan G30S/PKI tetapi beliau tetap menjadi tahanan rumah oleh pemerintahan Soeharto sampai tahun 1992 dan lalu naik menjadi tahanan kota sampai tahanan negara hingga tahun 1999. Hampir separuh hidupnya dia habiskan didalam penjara balasan relevansinya dengan partai PKI namun pada kala itu juga ia aktif dalam menulis tetapi banyak karya-karya atau tulisannya yang tidak boleh terbit oleh pemerintah orde gres sampai tahun 1995.

Biografi Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Indonesia

Ketika perubahan pemerintahan orde gres ke orde reformasi, Pramoedya Ananta Toer banyak menuliskan asumsi-pikirannya baik itu di kolom-kolom majalah mengkritik pemerintahan yang baru. Sebagai penulis dan sastrawan dengan puluhan karya-karya yang populer membuat Pramoedya Ananta Toer banyak mendapatkan penghagaan nasional dan internasional seperti Ramon Magsaysay Award, Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI, Norwegian Authors’ Union Award serta penghargaan dari Universitas Michigan Amerika.

Wafatnya Pramoedya Ananta Toer

Meskipun sudah masuk periode tua, Pramoedya Ananta Toer tetap aktif menulis walaupun dia gemar merokok. Hingga lalu beliau terbaring di rumah sakit pada awal 2006 balasan penyakit diabetes, sesak nafas dan jantungnya yag melemah. Hingga lalu dia keluar lagi. Namun kembali masuk rumah sakit saat kondisinya semakin memburuk akibat panyakit radang paru-paru.

…Berbahagialah mereka yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka alasannya usahanya sendiri, dan maju alasannya pengalaman nya sendiri. – Pramoedya Ananta Toer.

Hingga pada tanggal 30 april 2006, Pramoedya Ananta Toer akibatnya menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggal di usia 81 tahun. Pemakamannya banyak didatangi oleh masyarakat dan juga para tokoh populer seperti wakil presiden saat itu Jusuf Kalla. Pramoedya Ananta Toer lalu dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.

Beliau diketahui memiliki seorang istri bernama Maemunah Thamrin yang lalu memberinya lima orang anak dan lalu Pramoedya juga memiliki sembilan orang cucu. Istrinya meninggal pada bulan januari tahun 2011 dan dimakamkan di daerah yang sama dengan Pramoedya Ananta Toer ialah di TPU Karet Bivak.

Penghargaan

  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
  • Wertheim Award, “for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people”, dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
  • Ramon Magsaysay Award, “for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people”, dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, “in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence” dari UNESCO, Perancis, 1996
  • Doctor of Humane Letters, “in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom” dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
  • Chancellor’s distinguished Honor Award, “for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding”, dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
  • Chevalier de l’Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
  • The Norwegian Authors Union, 2004
  • Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004

Lain-lain

  • Anggota Nederland Center, ketika masih di Pulau Buru, 1978
  • Anggota kehormatan seumur hidup dari International PEN Australia Center, 1982
  • Anggota kehormatan PEN Center, Swedia, 1982
  • Anggota kehormatan PEN American Center, AS, 1987
  • Deutschsweizeriches PEN member, Zentrum, Swiss, 1988
  • International PEN English Center Award, Inggris, 1992
  • International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland, Jerman, 1999.

Artikel Menarik Lainnya:

Cara Transfer Pulsa Indosat Ke Indosat

Cara Transfer Pulsa Indosat Ke Indosat

August 24, 2024
2 min 3 sec read
10 Materi Untuk Masker Wajah Alami Yang Kondusif

10 Materi Untuk Masker Wajah Alami Yang Kondusif

March 13, 2024
8 min 53 sec read
Cara Laptop Agar Tidak Sleep Otomatis

Cara Laptop Agar Tidak Sleep Otomatis

April 23, 2024
2 min 41 sec read
Cara Memiringkan Tulisan Di Wa

Cara Memiringkan Tulisan Di Wa

September 3, 2024
2 min 6 sec read
Biografi Tjokorda Raka Sukawati – Penemu Jalan Layang

Biografi Tjokorda Raka Sukawati – Penemu Jalan Layang

February 8, 2012
1 min 30 sec read