TintaTeras

Biografi Thariq Bin Ziyad, Dongeng Panglima Islam Terkenal Penakluk Spanyol

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

TintaTeras.com – Profil dan Biografi Thariq bin Ziyad. Dalam sejarah Spanyol, dia diketahui dengan nama Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata). Namun dunia mengenal dirinya sebagai salah satu panglima islam populer yang berperan besar dalam penaklukan Spanyol dan mengembangkan panji-panji Islam di tanah Spanyol.

Profil dan Biografi Thariq bin Ziyad

Nama lengkap penakluk Spanyol ini ialah Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau.

Ia adalah putra suku Ash-Shadaf yaitu penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Thariq lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Asal-ajakan Thariq tidak dikenali secara niscaya.

Menurut sejarawan Syauqi Abu Khalil dan dikutip oleh Alwi Alatas, ada yang menyebutnya selaku keturunan dari Bani Hamdan dari Persia, atau dari suku Lahm.

Ada juga yang menyebutkan Thariq berasal dari bangsa Vandals. Namun, banyak sejarawan yang menilai beliau keturunan dari bangsa Berber.

Menurut Alwi Alatas, Thariq berasal dari keluarga muslim dan semenjak kecil telah dididik secara Islam oleh ayahnya pada abad kekuasaan Uqbah bin Nafi di Ifriqiya.

Ia ahli menunggang kuda, memakai senjata, dan ilmu bela diri. Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama ialah Asia, Afrika, dan Eropa pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam.

Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.

Kondisi Spanyol Sebelum Kedatangan Thariq bin Ziyad

Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial.

Kelas pertama adalah keluarga raja, ningrat, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa daerah. Kelas kedua diduduki para pendeta.

Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.

Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kalangan masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima yakni para buruh tani, prajurit rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.

Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keselamatan, dan menikmati kesejahteraan.

Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Katolik. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda yang dinodai Roderick ikut mengungsi.

Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus memberikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa secepatnya mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.

Legenda Penaklukan Thariq bin Ziyad

Setidaknya ada dua legenda wacana kedatangan Thariq bin ZIyad ke Al-Andalus. Legenda itu sebagai berikut:

Legenda Wanita Tua. Saat Thariq baru membebaskan Kota Algeciras, ada seorang wanita renta yang meminta untuk bertemu Thariq. Setelah diizinkan oleh Thariq, perempuan renta ini menuturknan kisahnya bahwa ia dahulu memiliki seorang suami.

Suaminya senantiasa menyampaikan bahwa sebuah hari nanti, negeri ini akan ditaklukkan oleh seorang jenderal asing. Jenderal ini memiliki kening yang mencolokdan tahi lalat hitam yang ditumbuhi rambut pada bahu kirinya.

Mendengar itu, Thariq segera membuka bahu bagian kirinya yang ternyata memang memiliki tanda yang sama seperti yang dituturkan perempuan tersebut. Pasukan Thariq pun kagum.

Legenda Istana 27 Gembok. Kerajaan Visigoth memiliki satu istana yang sungguh indah di Toledo dan memiliki 27 gembok. Raja-raja sebelumnya selalu berpesan bahwa apapun yang terjadi, istana itu dihentikan dimasuki satu orang pun.

Setiap raja yang baru bahkan menambahkan satu gembok sehingga ada 27 gembok. Saat Roderick naik tahta, dia sangat penasaran dengan isi istana itu. Pada suatu hari, ia membongkar semua gembok yang ada dan memasuki istana itu.

Ternyata, di dalam istana itu terdapat suatu ruangan lagi yang dikunci. Setelah membongkar kunci ruangan itu, Roderick kembali memasuki ruangan yang lebih dalam lagi.

Ternyata di dalam ruangan itu ada sebuah perkamen yang berisi lukisan orang-orang yang sedang menunggang kuda. Mereka memakai baju yang bergairah, penuh abu, memakai sorban di kepalanya, dan pedang mereka melengkung. Di sana juga terdapat suatu tulisan,

…Kapan pun ruang tunjangan ini dilanggar dan mantra yang terdapat pada guci ini dilanggar, orang-orang yang terlukis pada guci ini akan menyerbu Andalusia, menggulingkan singgasana rajanya, serta menduduki seluruh negeri”

Roderick ketakutan sesudah membaca itu dan meyakini bahwa bencana akan menimpa dirinya.

Ekspedisi Penaklukan Andalusia (Spanyol)

Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara memakai 8 kapal dimana 4 buah adalah perlindungan Gubernur Julian.

Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi target serangan pertama.

Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang bermakna. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang.

Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad menjinjing pasukan untuk penaklukan yang kedua.

Pendaratan Pasukan Islam di Spanyol

Dalam biografi thariq bin ziyad diketahui bahwa pada hari senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di suatu bukit karang yang kini dikenal dengan nama Gibraltar. Dalam bahasa Arab disebut “Jabal Thariq”, Bukit Thariq.

Thariq bin Ziyad lalu berdiri di depan pasukannya. Ia memerintahkan pasukannya aben semua armada kapal yang mereka miliki.

Pasukannya kaget. Mereka mengajukan pertanyaan, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata..

…Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua opsi adalah Menaklukkan negeri ini kemudian tinggal di sini atau kita semua binasa..!!

Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.

Lalu Thariq melanjutkan briefingnya dan lalu berpidato …

“…Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan ketabahan. Hanya itu yang mampu kalian unggulkan.

Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap sudah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian sukses merebut senjata dan peralatan musuh kalian.

Karena itu, secepatnya kalian mesti mampu melumpuhkan mereka. Sebab bila tidak, kalian akan memperoleh kesusahan besar. Itulah sebabnya kalian mesti lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.

Musuh kalian itu sudah bertekad lingkaran akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah satu modal utama usaha kita.

Kita mesti bahu membahu. Sesungguhnya aku tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat selaku pejuang-pejuang agama dan bangsa.

Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga mendapatkan akhir pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu alasannya adalah kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.

Percayalah, bergotong-royong Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama yang mau memenuhi usul ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu.

Praktis-mudahan aku mampu membunuhnya. Namun, kalau ada peluang, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”

Pertempuran Guadalete (Syudzunah)

Mendengar pasukan Thariq sudah mendarat, Raja Roderick menyiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin pribadi pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim derma kepada Thariq cuma dengan 5.000 orang.

Biografi Thariq bin ZiyadSehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang. Pada hari Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan berjumpa dan bertempur di sekeliling Sungai Guadalate. Pertempuran itu diketahui dengan nama Pertempuran Syudzunah atau Pertempuran Guadalete.

Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin tiba bukan untuk menjajah, tetapi cuma untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dilarang.

Usaha Julian sukses. Sebagian pasukan Roderick menawan diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan prajurit Roderick berantakan.

Thariq memanfatkan situasi itu dan sukses membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam kemudian hanyat dibawa arus Sungai Barbate.

Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut bangga Musa bin Nusair. Baginya ini yaitu permulaan yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.

Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak menenteng 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla.

Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol ketika itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.

Pasukan Musa dan pasukan Thariq berjumpa di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis.

Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol sukses dikuasai. Beberapa tahun lalu Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).

Sungguh itu kesuksesan yang hebat. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berniat menjinjing pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka.

Namun, niat itu tidak tereaslisasi alasannya Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik mengundang mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang apalagi dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan gres di Spanyol.

Thariq bin Ziyad Wafat

Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya di Damaskus, Suriah pada tahun 720 M. Tidak diketahui banyak bagaimana akhir-selesai dari kehidupan Thariq bin Ziyad.

Namun Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah selaku putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan Eropa.

Itulah profil dan biografi thariq bin ziyad dan sejarah penaklukan spanyol oleh pasukan islam. Semoga isu ini bisa berguna bagi para pembaca.

Artikel Menarik Lainnya: