TintaTeras

Biografi Kong Hu Cu (Konfusius)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Biografi dan Profil Kong Hu Cu (Konfusius). Tak salah lagi, Kong Hu Cu atau Konfusius diketahui sebagai seorang filosof besar Cina. Dan tak salah lagi, dialah orang pertama pengembang sistem memadukan alam anggapan dan iktikad orang Cina yang paling fundamental.

Biodata Kong Hu Cu (Konfusius)

Nama : Kong Hu cu (Konfusius)

Lahir : Qufu, China, 28 September 551 SM

Wafat : ; Qufu, China, ‎479 SM‎

Orang Tua : Kong He (ayah), Yan Zhengzai (ibu)

Saudara : Meng Pi

Istri : Qiguan

Anak : Kong Li, Kong Rao

Biografi Kong Hu Cu (Konfusius)

Filosofinya menyangkut moralitas orang perorang dan konsepsi sebuah pemerintahan wacana cara-cara melayani rakyat dan memerintahnya liwat tingkah laku contoh- telah menyerap jadi darah daging kehidupan dan kebudayaan orang Cina selama lebih dari dua ribu tahun.

Lebih dari itu, juga berpengaruh terhadap sebahagian masyarakatdunia lain.  Kong Hu Cu atau Konfusius lahir sekitar tahun 551 SM di kota kecil Lu, kini masuk kawasan propinsi Shantung di timur bahari daratan Cina.

Masa Muda

Dalam usia muda, ia ditinggal mati ayah, membuatnya hidup sengsara di samping ibunya. Waktu berangkat cukup umur Kong Hu Cu atau Konfusius jadi pegawai negeri kelas teri tapi sehabis selang bertahun-tahun dia memutuskan mengundurkan diri saja.

Sepanjang enam belas tahun berikutnya Kong Hu-Cu jadi guru, bertahap mencari dampak dan pengikut pedoman filosofinya. Menginjak umur lima puluh tahun bintangnya mulai bersinar alasannya ia dapat kedudukan tinggi di pemerintahan kota Lu.

Sang nasib baik rupanya tidak selamanya ramah alasannya orang-orang yang dengki dengan ulah ini dan ulah itu menyeretnya ke pengadilan sehingga bukan saja sukses mencopotnya dari dingklik jabatan tetapi juga membuatnya meninggalkan kota.

Tak kurang dari tiga belas tahun lamanya Kong Hu-Cu berkelana ke mana kaki melangkah, jadi guru keliling, gres pulang kerumah asal lima tahun sebelum wafatnya tahun 479 SM.

Ajaran Kong Hu Cu

Kong Hu Cu atau Konfusius kerap dianggap sebagaipendiri suatu agama, fikiran ini pastinya meleset. Dia jarang sekali mengkaitkan ajarannya dengan keTuhanan, menolak perbincangan alam alam baka, dan menghindartegas setiap omongan yang bekerjasama dengan soal-soal metaflsika.

Dia -tak lebih dan tak kurang- seorang filosof sekuler, cuma berurusan dengan duduk perkara-masalah susila politik dan pribadi serta tingkah laris etika.

Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Hu-Cu, yakni “Yen” dan “Li:” “Yen” sering diterjemahkan dengan kata “Cinta,” tapi bahwasanya lebih kena diartikan “Keramah-tamahan dalam korelasi dengan seseorang.” “Li” dilukiskan sebagai adonan antara tingkah laris, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan moral.

Pemujaan terhadap leluhur, dasar bin dasarnya keyakinan orang Cina bahkan sebelum lahirnya Kong Hu-Cu, lebih diteguhkan lagi dengan titik berat kesetiaan kepada sanak keluarga dan penghormatan terhadap orang renta.

Ajaran Kong Hu-Cu juga menggaris bawahi arti penting kemestian seorang istri meletakkan hormat dan taat terhadap suami serta kemestian serupa dari seorang warga terhadap pemerintahannya.

Ini agak berbeda dengan dongeng-dongeng rakyat Cina yang selalu menentang tiap bentuk tirani. Kong Hu-Cu percaya, adanya negara itu tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan terputar balik.

Tak jemu-jemunya Kong Hu-Cu menekankan bahwa penguasa mesti memerintah pertama-tama berlandaskan beri contoh acuan yang moralis dan bukannya lewat main keras dan kemplang.

Dan salah satu hukum ajarannya sedikit seperti dengan “Golden Rule” nya Katolik yang berbunyi “Apa yang kau membenci orang lain berbuat terhadap dirimu, jangan kerjakan.”

Pandangan Ajaran Kong Hu Cu

Pokok persepsi utama Kong Hu-Cu dasarnya teramat konservatif. Menurut hematnya, jaman keemasan sudah lampau, dan beliau menghimbau baik penguasa maupun rakyat supaya kembali asal, berpegang pada ukuran budbahasa yang genah, tidak ngelantur.

Kenyataan yang ada bukanlah kasus yang gampang dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu supaya cara memerintah bukan main bentak, melainkan lewat tunjukkan suri pola yang baik tidak begitu tanpa kendala pada awal-awal jamannya. Karena itu, Kong Hu-Cu lebih mendekati seorang pembaharu, seorang inovator dibandingkan dengan apa yang bahwasanya jadi idamannya.

Perkembangan Ajaran Kong Hu Cu

Kong Hu-Cu hidup di jaman dinasti Chou, kurun menyuburnya kehidupan intelektual di Cina, sedangkan penguasa ketika itu tidak menggubris sama sekali petuah-petuahnya. Baru sesudah dia wafatlah anutan-ajarannya menyebar luas ke seluruh pojok Cina.

Munculnya dinasti Ch’in tahun 221 SM, para pengikut pemikiran Kong Hu Cu mengalami kurun yang amat suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch’ing bertekat bundar membabat habis penganut Kong Hu-Cu dan memenggal mata rantai yang menghubungi abad lampau.

Dikeluarkannya perintah harian menggencet lumat aliran-pedoman Kong Hu-Cu dan menggerakkan baik spion maupun tukang pukul dan pengacau profesional untuk melakukan penggeledahan besar-besaran, merampas semua buku yang memuat pemikiran Kong Hu-Cu dan dicemplungkan ke dalam api unggun hingga hancur jadi debu.

Kebejatan berencana ini rupanya tidak juga mempan. Tatkala dinasti Ch’ing mendekati dikala ambruknya, penganut-penganut Kong Hu-Cu berdiri kembali bara semangatnya dan mengobarkan lagi akidah Kong Hu-Cu. Di kala dinasti selanjutnya (dinasti Han tahun 206 SM – 220 M). Confucianisme menjadi filsafat resmi negara Cina.

Mulai dari era dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi setingkat mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin jadi pegawai negeri dengan jalan menempuh cobaan agar yang jadi pegawai negeri jangan orang serampangan melainkan punya patokan kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama seleksi makin terarah dan berbobot: mencantumkan mata ujian filosofi dasar Kong Hu-Cu.

Berhubung jadi pegawal negeri itu merupakan jenjang tangga menuju kesejahteraan material dan keterangkatan status sosial, harap dimaklumi bila di antara para peminat terjadi pertandingan sengit berebut kawasan.

Akibat berikutnya, ber generasi-generasi pentolan-pentolan intelektual Cina dalam jumlah banyak-besaran menekuni hingga mata berkunang-kunang khazanah tulisan-tulisan klasik Khong Hu-Cu.

Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri Cina berisikan orang-orang pandangannya berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu. Sistem ini (dengan hanya sedikit selingan) berjalan nyaris selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai 1900 M.

Tapi, Confucianisme bukanlah semata filsafat resmi pemerintahan Cina, tapi juga diterima dan dihayati oleh sebagian terbesar orang Cina, berpengaruh hingga ke dasar-dasar kalbu mereka, menjadi pandu arah berfikir selama rentang waktu lebih dari dua ribu tahun.

Ada beberapa sebab mengapa Confucianisme punya imbas yang begitu dahsyat pada orang Cina. Pertama, kejujuran dan kepolosan Kong Hu-Cu tak perlu disangsikan lagi. Kedua, ia seorang yang moderat dan mudah serta tak minta keliwat banyak hal-hal yang memang tak sanggup dilakukan orang.

Jika Kong Hu-Cu kepingin seseorang jadi terhormat, orang itu tidak usah bekerja keras menjadi orang suci terlebih dulu. Dalam hal ini, seperti dalam hal ajaran-ajarannya lainnya, ia merefleksikan dan sekaligus menterjemahkan budbahasa mudah orang Cina.

Segi inilah kemungkinan yang menjadi faktor terpokok kesuksesan aliran-anutan Kong Hu-Cu. Kong Hu-Cu tidaklah meminta keliwat banyak.

Misalnya ia tidak minta orang Cina menukar dasar-dasar keyakinan lamanya. Malah kebalikannya, Kong Hu-Cu ikut menunjang dengan bahasa yang jelas bersih supaya mereka tidak butuhberingsut.

Tampaknya, tidak ada seorang filosof mana pun di dunia yang begitu bersahabat bersentuhan dalam hal persepsi-pandangan yang mendasar dengan penduduk mirip halnya Kong Hu-Cu.

Confucianisme yang menekankan rangkaian keharusan-kewajiban yang ditujukan terhadap pribadi-langsung dibandingkan dengan menonjolkan hak-haknya -rasanya susah dicerna dan kurang menarik bagi ukuran dunia Barat.

Sebagai filosofi kenegaraan terlihat hebat efektif. Diukur dari sudut kesanggupan memelihara kerukunan dan kemakmuran dalam negeri Cina dalam jangka waktu tak kurang dari dua ribu tahun, jelaslah mampu disejajarkan dengan bentuk-bentuk pemerintahan terbaik di dunia.

Gagasan filosofi Kong Hu-Cu yang berakar dari kultur Cina, tidaklah besar lengan berkuasa banyak di luar daerah Asia Timur. Di Korea dan Jepang memang kentara pengaruhnya dan ini disebabkan kedua negeri itu memang sangat dipengaruhi oleh kultur Cina. Saat ini Confucianisme berada dalam kondisi guram di Cina.

Masalahnya, pemerintah Komunis berupaya sekuat tenaga semoga kaitan alam asumsi masyarakatdengan era lampau terputus samasekali.

Dengan gigih dan sistematik Confucianisme digempur habis sehingga besar kemungkinan suatu dikala yang tidak begitu jauh Confucianisme lenyap dari bumi Cina.

Tapi sebab di kurun lampau, akar tunggang Confilcianisme begitu dalam menghunjam di bumi Cina, bukan tidak mungkin -entah seratus atau seratus lima puluh lahun yang hendak tiba – beberapa filosof Cina sanggup mengawinkan dua gagasan besar: Confucianisme dan pedoman anutan Mao Tse-Tung.

Artikel Menarik Lainnya: