TintaTeras

Biografi Thomas Aquinas

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Thomas Aquinas (1225, Aquino, Italia – Fossanova, Italia, 7 Maret 1274), kadangkala juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia: Tommaso d’Aquino) adalah seorang filsuf dan jago teologi terkemuka dari Italia. Ia utamanya menjadi terkenal sebab dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (1273). Ia disebut selaku “Ahli teologi utama orang Katolik.” Bahkan beliau dianggap selaku orang suci oleh Gereja Katholik dan memiliki gelar santo.

Kehidupan Thomas Aquinas

Aquinas ialah teolog skolastik yang terbesar. Ia yakni murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga dia sangat jago dalam filsafat itu. Pandangan-persepsi filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat sukses menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi komponen yang berbahaya bagi keyakinan Katolik. Pada tahun 1879, pedoman-ajarannya dijadikan sebagai pemikiran yang sah dalam Gereja Kristen Roma oleh Paus Leo XIII.

Thomas dilahirkan di Roccasecca, dekat Aquino, Italia, tahun 1225. Ayahnya ialah Pangeran Landulf dari Aquino. Orang tuanya ialah orang Nasrani Katolik yang saleh. Itulah sebabnya anaknya, Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara Benedictus di Monte Cassino untuk dibina supaya kelak menjadi seorang biarawan. Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, beliau dipindahkan ke Naples untuk menyelesaikan pendidikan bahasanya. Selama di sana, ia mulai kesengsem terhadap pekerjaan kerasulan gereja, dan dia berupaya untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu ordo yang sangat berperanan pada periode itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga beliau harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, tekadnya telah bulat sehingga orang tuanya menyerah terhadap impian anaknya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.

Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar pada Universitas Paris, sebuah universitas yang sungguh terkemuka pada kala itu. Ia belajar di sana selama tiga tahun (1245 — 1248). Di sinilah dia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus memperlihatkan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis, pada tahun 1248 – 1252.

Pada tahun 1252, beliau kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-1254) dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St. Jacques, Paris. Kecakapan Thomas sungguh populer sehingga ia ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, mirip di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269, Thomas diundang kembali ke Paris. Ia hanya tiga tahun berada di sana sebab pada tahun 1272 beliau diperintahkan untuk membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples.

Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan meninggal di biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323.

Ajaran Thomas Aquinas

Thomas mengajarkan Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse subsistens). Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang memunyai kondisi yang paling tinggi. Allah ialah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali imbas filsafat Aristoteles dalam pandangannya.

Dunia ini dan hidup insan terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan memanfaatkan akal. Hidup kodrati ini kurang tepat dan dia mampu menjadi tepat jika disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas.

Mengenai manusia, Thomas mengajarkan bahwa pada awalnya manusia memunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah. Ketika insan jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan sopan santun kodrati manusia menjadi kurang tepat. Manusia tidak dapat lagi memenuhi aturan kasih tanpa sumbangan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu disediakan kepada manusia lewat gereja. Dengan tunjangan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk menjalankan keselamatannya dan memungkinkan insan dimenangkan oleh Kristus.

Mengenai sakramen, beliau beropini bahwa terdapat tujuh sakramen yang ditugaskan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting yakni Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan terhadap orang percaya lewat sakramen. Dengan mendapatkan sakramen, orang mulai berjalan menuju terhadap suatu kehidupan yang gres dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang mengakibatkan dia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat penting alasannya manusia tidak mampu berbuat apa-apa yang bagus tanpa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah.

Gereja dipandangnya selaku forum keamanan yang tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya. Paus memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja. Karya teologis Thomas yang sangat terkenal adalah “Summa Contra Gentiles” dan “Summa Theologia”. www.biografiku.com

Artikel Menarik Lainnya: