Profil dan biografi singkat Alex Kawilarang. Ia merupakan salah satu tokoh populer pada abad revolusi kemerdekaan. Bersama dengan Idjon Djanbi, Nama Kolonel Alex Kawilarang dikenal sebagai pendiri Kopassus yang lalu dikenal sebagai satuan pasukan khusus paling populer dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.
Namun sayangnya, alasannya adalah perbedaan prinsip dengan pemerintah era itu, Kawilarang menentukan bergabung dengan Permesta dan melaksanakan pemberontakan. Bagaimana kisahnya? Berikut profil dan biografi Alex Kawilarang secara singkat sang pendiri Kopassus.
Biografi Alex Kawilarang
Tokoh populer dari Tentara Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama lengkap Alexander Evert Kawilarang. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1920. Ayahnya bernama Alexander Herman Hermanus Kawilarang diketahui selaku perwira KNIL atau Tentara Kerajaan Belanda. Sementara ibu Kawilarang bernama Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya ini berasal dari Sulawesi Utara (Ramadhan Karta Hadimadja, 1988).
Terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang militer, Kawilarang mengenyam pendidikan yang cantik untuk anak seusianya. Ia mengenyam pendidikan permulaan di Europeesche Lagere School (ELS) di Semarang dan pindah ke Cimahi, jawa Barat.
Setelah menyelesaikan sekolahnya disana, Kawilarang lalu melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burgerschool (HBS) di Bandung selama 5 tahun. Di tahun 1940, setelah menyelesaikan sekolahnya beliau memilih mengikuti jejak ayahnya yang berkarir di bidang militer.
Pendidikan militer pertamanya dia peroleh dengan bergabung dengan Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL. Setelah itu dia bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Belanda di Garut, Jawa Barat sampai tahun 1942. Disini Kawilarang berjumpa dengan AH Nasution dan TB Simatupang (Anderson, Benedict R. O’G, 1972).
Setelah lulus dari sana, dia eksklusif ditempatkan sebagai komandan peleton di Bandung. Tak beberapa usang beliau dikirim ke Jakarta untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando AD (SSKAD). Dimasa pendudukan Jepang, Kawilarang ditangkap dan disiksa sampai tahun 1944 oleh Polisi Militer Jepang (Kempeitai). Pasukan KNIL juga kurun itu dibubarkan.
Lebih menyedihkan lagi, ayahnya tewas saat menjadi tawanan Jepang diatas kapal bareng dengan para Romusha. Kapal mereka ditenggelamkan oleh kapal selam Inggris, HMS Tradewind (Simatupang, 1972). Kawilarang sendiri berhasil selamat namun menderita cacat seumur hidup sebab perlakuan Jepang.
Bebas dari Jepang, Kawilarang memilih bekerja sebagai kepala pabrik karet di Sumatera Selatan. Pasca kemerderkaan Indonesia, Kawilarang mmemilih bergabung dengan TNI dengan pangkat mayor. Tugasnya selaku perwira penghubung pasukan Inggris.
Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi
Sempat memimpin pasukan infanteri di Bogor dengan pangkat Letkol, Kawilarang lalu diserahi peran menjadi Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi ketika agresi militer Belanda I berjalan.
Saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, Kawilarang diandalkan menjadi panglima Tentara dan Teritorium I/Bukit Barisan di Medan. Namun pasca akreditasi kedaulatan Indonesia di Meja Bundar, Kawilarang ditarik ke Makassar menjadi panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur di tahun 1950.
Hanya setahun di Makassar, Kawilarang lalu ditarik kembali menjadi panglima Tentara dan Territorium III/Siliwangi yang berkedudukan di Jawa Barat (Indonesian Army Territorial Commanders, 1983).
Menikah
Pada tanggal 16 Oktober 1952, Alex Kawilarang dimengerti menikahi perempuan yang bernama Petronell Isabella van Emden. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua orang anak berjulukan Aisabella Nelly Kawilarang dan Alexander Edwin Kawilarang.
Namun pernikahan tersebut cuma berjalan bertahun-tahun saja dan bercerai di tahun 1958. Ia kemudian menikah lagi dengan wanita bernama Henny Olga Pondaag yang memberinya seorang anak bernama Pearl Hazel Kawilarang.
Menumpas Pemberontakan Andi Azis
Kawilarang menjadi seorang panglima di usia sangat muda yakni 30 tahun. Karena pengalamannya, dia ditugaskan selaku panglima operasi ke Makassar didampingi oleh Soeharto dalam menumpas pemberontakan Andi Azis.
Sukses memadamkan pemberontakan Andi Azis, Kawilarang kemudian memobilisasi pasukannya untuk menghadapi pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Menumpas Pemberontakan RMS
Selain itu, Kawilarang juga ditugaskan memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan melawan mantan pasukan KNIL yang tergabung dalam Green Caps (Conboy, 2003). Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dapat dipadamkan oleh Alex Kawilarang, namun bawahannya ialah kolonel Slamet Riyadi tewas dalam peperangan.
David Jenkis dalam bukunya yang berjudul Suharto and His Generals: Indonesia’s Military Politics (1984) mengisahkan Alex Kawilarang ketika menjabat selaku Panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia timur pernah menampar Soeharto yang era itu sebagai bawahannya.
Hal ini terjadi sebab Kawilarang marah besar sebab dikala itu Soeharto yang memimpin brigade Mataram tidak mampu menjaga Makassar yang pada kesannya diduduki oleh pasukan KNIL. Soeharto dan pasukannya bahkan melarikan diri ke lapangan udara Mandai.
Pendiri Kopassus
Alex Kawilarang dikenal selaku pendiri pasukan khusus Kopassus. Pengalamannya dalam peperangan di Maluku membuat dia berpikir perlunya Indonesia memiliki satuan pasukan khusus. Dari situ, beliau lalu mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) di Batujajar, Jawa Barat.
Dalam buku biografi Alex Kawilarang yang berjudul A.E. Kawilarang: untuk Sang Merah Putih (1988) disebutkan bahw ia meminta Moh. Idjon Djanbi, mantan pasukan Belanda yang mempunyai pengalaman pasukan khusus untuk melatih satuan tersebut.
Idjon Djanbi lalu diketahui selaku komandan pertama dari Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT). Kesatuan ini kemudian berganti nama menjadi RPKAD. Dan kelak dikenal sebagai komando pasukan khusus atau Kopassus.
Atase Militer di Amerika Serikat
Tahun 1956, Alex Kawilarang ditunjuk selaku Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat oleh Panglima Angkatan Darat abad itu adalah AH Nasution. Namun berdasarkan Ruth Vey (1971) dalam bukunya yang berjudul The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army menyebutkan bahwa penunjukan ini bertujuan untuk melenyapkan pengaruh Alex Kawilarang di Angkatan Darat dan orang-orang di tubuh angkata darat yang kontra kepada Nasution.
Namun dalam Biografi Alex Kawilarang yang ditulis oleh Ramadhan Karta Hadimadja (1988) menyebutkan bahwa Kawilarang mendapatkan posisi Atase Militer di Amerika karena ingin memperbesar pengalamannya dalam bidang militer di mancanegara.
Pemberontakan Permesta
Pemberontakan Permesta pecah pada tanggal 2 Maret 1957. Ini bermula ketika Ventje Sumual yang merupakan panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta yang kemudian dikenal dengan Permesta di Manado dan Minahasa.
Gerakan ini kemudian disertai dengan gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera. Pemberontakan ini timbul sebab kekecewaan kepada pemerintah sentra di Jawa dan menghendaki Indonesia Timur mampu mendapatkan hak otonomi daerah untuk memperbaiki nasib mereka.
Alex Kawilarang yang berada di Amerika terus mengikuti kemajuan Permesta dan kemudian menetapkan kembali ke Indonesia dan meninggalkan jabatannya. Setibanya di Sulawesi utara, Alex Kawilarang kemudian bergabung dengan PRRI/Permesta dan diangkat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI di tahun 1958.
Pemberontakan PRRI/Permesta merupakan pemberontakan yang besar dan berjalan dari tahun 1958 sampai 1961. Dalam beberapa kali pertempuran Alex Kawilarang sebagaipimpinan militer Permesta berjumpa dan melawan bekas anak buahnya baik dari militer Siliwangi dan satuan RPKAD (Kopassus) yang ia bentuk.
Pada tahun 1961, Pemberontakan Permesta berhasil dipadamkan. Alex Kawilarang sendiri bareng dengan pasukan permesta yang lain kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Ini ditandai dengan upacara tanggal upacara pada tanggal 14 April di Tomohon, Sulawesi Utara.
Pensiun dari TNI
Pada tahun 1961 juga, Alex Kawilarang mendapatkan amnesti (pengampunan) dan pembatalan dari Presiden Soekarno. Namun sesudah itu, Kawilarang tidak pernah menerima penghargaan militer alasannya adalah keterlibatannya dalam Permesta.
Walaupun begitu, Alex Kawilarang bisa pensiun dari TNI meski pangkaktnya diturunkan menjadi Letnan Kolonel. Pasca pensiun, Kawilarang bekerja sempat bekerja selaku wakil manajer lazim Jakarta Racing Management tahun 1972.
Di tahun 1999, Alex Kawilarang gres memperoleh penghargaan atas jasa-jasanya dalam sebagai pendiri Kopassus. Ia mendapatkan gelar Warga Kehormatan Kopassus dalam upacara di markas Kopassus di Cijantung, Jakarta.
Alex Kawilarang Wafat
Pendiri Kopassus Alex Kawilarang meninggal dunia karena penyakit komplikasi pada tanggal 6 Juni 2000 di rumah sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Markas Kodam III/Siliwangi dan dimakamkan di taman makam hero Cikutra, Bandung.