TintaTeras.com – Biografi Amien Rais. Ia diketahui selaku seorang politikus di Indonesia. Nama Amien Rais sangat dikenal saat abad Reformasi alasannya adalah ia ialah tokoh yang paling kritis kepada kebijakan – kebijakan pemerintah orde baru yang kurun itu dipimpin oleh Soeharto. Berikut profil dan biografi Amien Rais.

Biodata Amien Rais

Biografi Amien RaisNama : Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais

Lahir : Surakarta, 26 April 1944

Orang Tua : Syuhud Rais (ayah), Sudalmiyah (ibu)

Istri : Kusnasriyati Sri Rahayu

Anak : Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia dan Ahmad Baihaqi.

Profesi : Politisi, Dosen.

Biografi Amien Rais

Beliau memiliki nama lengkap Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais. Orang tuanya berjulukan Suhud Rais dan Sudalmiyah Rais. Amien Rais dilahirkan pada tanggal 26 April 1944 di Surakarta, Jawa Tengah.

Dalam biografi Amien Rais diketahui bahwa beliau tumbuh di tengah-tengah keluarga yang aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Orang bau tanah Amien Rais dikenali ialah pelopor dari Muhammadiyah cabang Surakarta. Kedua orang tuanya bahkan berharap anaknya bisa menjadi seorang kiai.

Pendidikan

Pendidikan dasar Amien Rais ia mulai dengan bersekolah di Sekolah Muhammadiyah Surakarta dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Tamat dari sekolah menengah atas, Amien Rais berangkat ke Yogyakarta untuk kuliah di Universitas Gajah Mada pada fakultas ilmu politik. Saat itu juga ia mengambil kuliah lain di UIN Sunan Kalijaga di fakultas Tarbiyah.

Selama menjadi mahasiswa, ia diketahui sungguh aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Ia bahkan pernah menjadi ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Yogyakarta dan ketua dari lembaga dakwah Himpunan Mahasiswa Islam cabang Yogyakarta.

Setelah menamatkan kuliahnya di UGM pada tahun 1968 dan di UIN Sunan Kalijaga beliau tuntaskan pada tahun 1969, Amien Rais kemudian melanjutkan kuliahnya di luar negeri.

Kuliah di Amerika

Pendidikan Masternya ia tempuh di University of Notre Dame, di wilayah Indiana, Amerika Serikat di jurusan Ilmu Politik. Ia menyelesaikan pendidikannya tersebut pada tahun 1974.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1981 Amien Rais melanjutkan pendidikan S3 atau doktoralnya di University of Chicago, Amerika Serikat. Ia selesai pada tahun 1984 dengan judul disertasi The Moslem Brotherhood in Egypt: its Rise, Demise, and resurgence.

Amien Rais juga mengikuti program Post-Doctoral Program di George Washington University di tahun 1986 dan di University of California, Los Angeles pada tahun 1988.

Dosen dan Guru Besar Universitas Gajah Mada

Setelah lama belajar di Amerika Serikat, Amien Rais lalu kembali ke Indonesia. Ia pun bekerja sebagai seorang dosen ilmu politik di almamaternya Universitas Gajah Mada. Ia juga merupakan guru besar di kampus itu.

Di kampus tersebut, Amien Rais mengajar mata kuliah di Teori Politik Internasional, Sejarah dan Diplomasi di Timur Tengah, Teori-teori Sosialisme. Ia juga mengajar mata kuliah Teori Revolusi dan Teori Politik untuk mahasiswa pascasarjana.

Selain aktifitasnya selaku seorang dosen, Amien Rais juga bergabung dalam organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta masuk sebagai anggota Muhammadiyah.

Kritis Terhadap Pemerintahan Orde Baru

Memasuki tahun 1990an, Amien Rais makin bersikap kritis kepada kebijakan-kebijakan orde gres yang saat itu dikuasai oleh Soeharto. Akibatnya beliau lengser ketika menjabat selaku ketua dewan pakar ICMi balasan campur tangan pemerintah orde baru.

Di tahun 1995, Amien Rais terpilih sebagai Ketua Pimpinan Organisasi Muhammadiyah. Ia bahkan kian gencar dalam melakukan kritik kepada pemerintahan Soeharto khususnya dalam hal info praktik KKN (korupsi, kongkalikong, nepotisme) yang banyak terjadi dikala Soeharto berkuasa.

Tokoh Penting Era Reformasi

Tahun 1998 merupakan puncak dari perlawanan Amien Rais kepada pemerintahan Orde Baru. Amien Rais disebut selaku salah satu tokoh periode itu yang berhasil menciptakan Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden yang sudah beliau pegang selama 32 tahun.

Setelah kurun Reformasi dimulai, Amien Rais lalu mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) pada tahun 1998 dan menjabat selaku ketua Umum PAN.

Partainya lalu mengikuti pemilu tetapi tidak sukses menjinjing anggotanya untuk duduk di Senayan. Dalam biografi Amien Rais dikenali ia dikala itu menjadi ketua MPR RI dari tahun 1999 sampai 2004.

Amien Rais ‘The King Maker’

Pada era Era Reformasi, Amien Rais diketahui sungguh berkuasa atau memiliki pengaruh kuat selaku ketua MPR RI. Hal ini dapat dilihat dari langkahnya berhasil mengusung KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur menjadi Presiden Indonesia pada tahun 1999 mengalahkan Megawati Soekarnoputri.

Biografi Amien RaisPadahal periode itu Partai PDI Perjuangan yang dipimpin oleh Megawati ialah partai pemenang Pemilu pada tahun 1999. Dua tahun lalu, Amien Rais yang masih menjabat sebagai ketua MPR RI melaksanakan pemakzulan terhadap Kiai Abdurrahman Wahid sehingga dia lengser dari Presiden abad itu.

Amien Rais kemudian mengusulkan Megawati Soekarnoputri yang periode itun sebagai wakil presiden Indonesia menjadi selaku Presiden mengambil alih Gusdur. Tak heran banyak orang periode itu menyebut Amien Rais selaku seorang ‘King Maker’ di Era Reformasi.

Ikut Pilpres 2004

Pada tahun 2004 sehabis tidak lagi menjabat selaku ketua MPR RI, Amien Rais lalu mencoba peruntungannya menjadi calon Presiden berpasangan dengan Siswonono Yudhohusudo tetapi gagal. Ia dikalahkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono bareng dengan Jusuf Kalla.

Sejak saat itu, Aktifitas politik Amien Rais kian menyusut. Ia kembali ke Yogyakarta untuk mengajar selaku seorang dosen. Meskipun begitu beliau tetap menjadi orang penting di partai PAN contohnya selaku  Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Ketua Dewan Kehormatan Partai.

Keluarga Amien Rais

Amien Rais dimengerti mempunyai istri bernama Kusnasriyati Sri Rahayu. Dari hasil pernikahannya tersebut dengan Kusnasriyati Sri Rahayu, Amien Rais mempunyai lima orang anak bernama Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia dan Ahmad Baihaqi.