TintaTeras

Biografi Dan Profil Asma Nadia – Penulis Novel Dan Cerpen Indonesia

Feed,  Novelis,  Penulis,  Profil,  Profil dan Biografi Tokoh Nasional Indonesia,  Tokoh Wanita
Biografi dan Profil Asma Nadia - Penulis Novel dan Cerpen Indonesia

TintaTeras.com – Sosok wanita satu ini bisa dibilang menjadi wangsit bagi banyak anak muda di Indonesia lewat novel-novelnya. Dialah Asma Nadia. Siapa ia? Asma Nadia merupakan salah satu penulis novel dan cerpen kenamaan asal Indonesia.

Ia ialah salah satu penulis wanita yang bisa mempesona perhatian penduduk dengan karya-karya yang fenomenal. Beberapa dari novelnya bahkan diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film.

Tulisan-tulisannya sudah banyak yang dipublikasikan ke dalam buku yang mendapat sambutan hangat dari penduduk . Biografi dan profil Asma Nadia diisi dengan prestasi dan perjalanan hidup meraih keberhasilan yang telah dirintisnya sejak masih kanak-kanak. Bakatnya dalam bidang menulis sudah berkembang sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.

Kepiawaiannya merangkai kata menjadi untaian kalimat yang mempunyai arti mirip suatu anugrah yang sudah didapatnya semenjak lahir. Keuletannya untuk terus mengasah kemampuan menulis menyebabkan dia berhasil menjadi salah satu penulis populer dengan deretan karya yang berkualitas.

Riwayat Pendidikan Asma Nadia

Asma Nadia mempunyai nama asli Asmarani Rosalba. Perempuan elok berkulit putih ini lahir di Jakarta 26 Maret 1972 dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susanti yang ialah seorang mualaf berdarah Tionghoa. Asma nadia memiliki seorang abang perempuan berjulukan Helvy Tiana Rosa, ia juga memiliki adik pria bernama Aeron Tomino

Ia berkembang dalam keluarga yang mengasihi seni menulis. Kedua saudaranya menggeluti bidang yang serupa dengan Asma. Suaminya bahkan juga seorang penulis dan dua anak Asma juga mempunyai keinginan yang besar untuk meneruskan jejak sang ibu dengan terjun ke dunia tulis-menulis. Mengenai pendidikan Asma Nadia diketahui dari kurun remajanya yang dihabiskan dengan bersekolah di SMA Budi Utomo.

Biografi dan Profil Asma Nadia - Penulis Novel dan Cerpen Indonesia

Ia lalu melanjutkan pendidikan tinggi ke Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Namun, keadaan yang kurang menguntungkan harus membuat langkah Asma berhenti untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi tinggi. Sakit yang abad itu diderita tidak memungkinkan baginya untuk melanjutkan kuliah.

Langkah yang terhenti di bangku kuliah tidak menciptakan Asma putus asa. Ia terus menggeluti hobi menulisnya. Dukungan dari keluarga dengan cinta kasih yang tak pernah surut dan dorongan semangat yang tak pernah padam menjadikannya kuat menjalani hari-hari yang berat. Ia terus menulis meski dalam keadaan yang tidak sehat.

Asma bersungguh-sungguh mengirimkan tulisannya ke banyak sekali redaksi majalah. Karya yang dihasikan Asma bukan hanya dalam bentuk cerpen saja, beliau juga menulis puisi dan lirik lagu. Karya-karya awal Asma yang sangat populer adalah album Besatari yang terdiri dari 3 seri, cerpen berjudul Koran Gondrong dan Imut yang mampu mengantarkannya menjuarai Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) pada tahun 1994 dan 1995 yang diselenggarakan oleh majalah Anninda.

Keluarga Asma Nadia

Asma Nadia menikah dengan pria berjulukan Isa Alamsyah pada tahun 1995. Dari pernikahannya tersebut, Asma Nadia dikaruniai dua orang anak berjulukan Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus.

Deretan Prestasi yang Diperoleh Asma Nadia

Dari aneka macam acuan tentang yang mengulas perihal biografi dan profil Asma Nadia, dikenali bahwa prestasi Asma Nadia memang telah tidak disangsikan lagi. Prestasi yang dihimpun Asma Nadia dari berbagai karyanya telah sungguh banyak. Ia sudah sering memenangkan aneka macam lomba di ajang nasional maupun internasional.

Salah satu bukunya ialah Rembulan di Mata Ibu menjadi pemenang dalam kategori Buku Remaja Terbaik tahun 2001. Selain itu, Asma juga sukses meraih penghargaan dari Mizan Award karena kesuksesan dua buah karyanya yang masuk dalam antologi cerpen terbaik di Majalah Annida.

Asma Nadia juga aktif melaksanakan perjalanan baik di dalam maupun luar negeri untuk menjadi pembicara di banyak sekali program. Kemampuannya yang telah sangat diakui membuatnya menjadi salah satu tokoh yang bisa menularkan pandangan baru dan ilmu khususnya di bidang sastra. Tahun 2009 Asma bahkan melakukan perjalanan keliling Eropa untuk mengisi pelatihan di beberapa kota seperti Jenewa, Berlin, Roma, Manchester dan Newcastle.

Karyanya yang bertemaislami juga ada beberapa yang sudah diangkat ke layar lebar. Film-film dari buku Asma yang sudah menghiasi dunia seni peran di Indonesia dintaranya yaitu Assalamualaikum Beijing, Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Surga yang tak dirindukan.

Dikutip dari beberapa sumber, Bagi Asma Nadia, menulis baginya merupakan suatu ibadah. Dengan menulis beliau mampu memberi ilham bagi banyak orang. Selain itu ia juga dapat memperlihatkan edukasi serta pencerahan dari tulisan-tulisannya. Ia bahkan aktif menulis setiap hari.

Biografi dan Profil Asma Nadia - Penulis Novel dan Cerpen Indonesia

Selain itu, ia juga sungguh gemar membaca sehingga menunjukkan beliau wangsit bagi tulisan-tulisannya sekaligus memperbesar pengetahuannya.

Hobi lain dari Asma Nadia ialah fotografi tetapi salah satu kegemaran yang paling favorit oleh Asma Nadia yakni Traveling. Hobinya ini membuat beliau lalu dikenal selaku ‘Jilbab Traveler’. Asma Nadia bahkan telah mengunjungi 59 negara dan lebih dari 200 kota di Dunia.

Disamping itu Asma Nadia juga sungguh konsisten dalam bederma. Ia kemudian mendirikan Yayasan bernama Yayasan Asma Nadia. Dari yayasan tersebut, dia lalu mendirikan Rumah Baca Asma Nadia yang banyak tersebar di seluruh Indonesia yang ditujukan untuk para anak yatim piatu serta belum dewasa yang kurang mampu.

Itulah biografi Asma Nadia yang sangat inspiratif dan menampung banyak pelajaran hidup yang nyata. Semoga berfaedah bagi para pembaca sekalian.

Biografi Lafran Pane, Sejarah Dari Pendiri Hmi (Himpunan Mahasiswa Islam)

Biografi Tokoh Indonesia,  Feed,  Sejarah

Organisiasi HMI atau Himpunan Mahasiswa Islam ialah organisasi mahasiswa paling besar di Indonesia. Pendiri HMI berjulukan Lafran Pane. HMI menjadi salah satu organisasi yang kadernya banyak berkiprah dan terkenal dalam roda pemerintahan Indonesia.

Biografi Lafran Pane

Biografi Lafran Pane

Lafran Pane lahir di kampung Pagurabaan, Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan. Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padang sidempuan tanggal 5 Februari 1922.

Untuk menyingkir dari aneka macam macam tafsiran, sebab bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923.

Sebelum tamat dari STI Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada bulan April 1948. Setelah Universitas Gajah Mada (UGM) dinegerikan tanggal 19 desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam fakultas Hukum, ekonomi, sosial politik (HESP).

Dalam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran termasuk dalam mahasiswa-mahasiswa yang pertama meraih gelar sarjana, yakni tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran pane menjadi Sarjana Ilmu Politik yang pertama di Indonesia.

Mengenai Lafran Pane Sujoko Prasodjo dalam suatu artikelnya di majalah Media nomor : 7 Thn. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, menuliskan :

….Sesungguhnya, tahun-tahun awal riwayat HMI ialah hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula kelahiran HMI, bila dilarang kita katakan sebagai tokoh pendiri terutama”.

Sejarah Pendiri HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Semasa di STI inilah Lafran Pane mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (hari rabu pon, 14 Rabiul Awal 1366 H /5 Februari 1947 pukul 16.00). HMI ialah organisasi mahasiswa yang berlabelkan “islam” pertama di Indonesia dengan dua tujuan dasar.

Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan pemikiran agama Islam. Dua tujuan inilah yang kelak menjadi pondasi dasar gerakan HMI selaku organisasi maupun individu-individu yang pernah dikader di HMI.

Biografi Lafran Pane

Jika dinilai dari perspektif hari ini, pandangan nasionalistik rumusan tujuan tersebut barangkali tidak tampak hebat. Namun kalau dinilai dari persyaratan tujuan organisasi-organisasi Islam pada kurun itu, tujuan nasionalistik HMI itu menunjukkan sebuah pengesahan bahwa Islam dan Keindonesiaan tidaklah bertentangan, tetapi berjalin berkelindan.

Dengan kata lain Islam mesti mampu menyesuaikan diri dengan Indonesia, bukan sebaliknya. Dalam rangka mensosialisasikan ide keislaman-keindonesiaanya. Pada Kongres Muslimin Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Jogjakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia.

Pemikiran Lafran Pane

Lafran Pane menulis sebuah postingan dalam pemikiran lengkap kongres KMI (Yogyakarta, Panitia Pusat KMI Bagian Penerangan, 1949, hal 56). Artikel tersebut berjudul “Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia”.

Dalam goresan pena tersebut Lafran membagi penduduk islam menjadi 4 golongan. Pertama, golongan awam , yaitu mereka yang mengamalkan fatwa islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan mirip upacara kawin, mati dan selamatan. Kedua, kelompok alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang ingin agama islam dipraktekan sesuai dengan yang dijalankan oleh Nabi Muhammad S.A.W.

Biografi Lafran Pane

Ketiga, kalangan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh gaib. Pengaruh gaib ini menjadikan mereka berpandangan bahwa hidup hanyalah untuk akhirat saja. Mereka tidak begitu menimbang-nimbang lagi kehidupan dunia (ekonomi, politik, pendidikan).

Sedangkan golongan keempat yakni kalangan kecil yang mecoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, agar agama itu sungguh-sungguh mampu dipraktekan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.

Lafran sendiri meyakini bahwa agama islam mampu menyanggupi kebutuhan-keperluan manusia pada segala waktu dan tempat, artinya dapat menselaraskan diri dengan kondisi dan kebutuhan penduduk dimanapun juga. Adanya beragam bangsa yang berlawanan-beda masyarakatnya, yang terganting pada faktor alam, kebiasaan, dan lain-lain. Maka kebudayaan islam mampu diselaraskan dengan penduduk masing-masing.

Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta

Sebagai muslim dan warga Negara Republik Indonesia, Lafran juga membuktikan semangat nasionalismenya. Dalam peluang lain, pada pidato pengakuan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta (kini UNY), kamis 16 Juli 1970.

Lafran menyebutkan bahwa Pancasila ialah hal yang tidak bisa berubah. Pancasila harus dipertahankan selaku dasar Negara Republik Indonesia. Namun ia juga tidak menolak bermacam-macam pandangan ihwal pancasila, Lafran menyampaikan dalam pidatonya:

….Saya termasuk orang yang tidak baiklah jika Pemerintah atau MPR menyelenggarakan interprestasi yang tegar tentang pancasila ini, karena dengan demikian terikatlah pancasila dengan waktu. Biarkan saja setiap kelompok mempunyai interpretasi sendiri-sendiri tentang pancasila ini. Dan interpretasi kelompok tersebut mungkin akan berlawanan-beda sesuai dengan kemajuan zaman. Adanya interpretasi yang berbeda-beda mengambarkan kemampuan pancasila ini untuk selam-lamanya sebagai dasar (filsafat) Negara “. (hal.6)

Dari tulisan diatas nampak Lafran sangat terbuka terhadap beragam interpretasi terhadap pancasila, termasuk pada Islam. Islam bertumpu pada ajarannya memiliki semangat dan wawasan modern, baik dalam politik, ekonomi, aturan, demokrasi, budbahasa, budpekerti, sosial maupun egalitarianisme.

Egalitarianisme ini adalah aspek yang paling fundamental dalam Islam, semua manusia sama tanpa membedakan warna kulit, ras, status sosial-ekonomi. Wajah islam yang mirip ini selazimnya mampu dibingkai dalam wadah keindonesiaan. Wawasan keislaman dalam wadah keindonesiaan akan sesuai dengan perkembangan waktu dan daerah. Untuk kepentingan insan kekinian diseluruh jagat raya ini selaku rahmatan lil alamin.

Setiap 25 Januari, sebuah organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan mengenang satu orang: Prof. Drs. H. Lafran Pane. Dia pemrakarsa berdirinya HMI, organisasi yang banyak melahirkan sumber daya manusia (SDM) terbaik di negeri ini, juga punya andil besar terhadap lahirnya proklamasi. Pada 25 Januari 1991, beliau meninggal dunia. Singkat kata, Lafran Pane Layak dijadikan tokoh nasional bahkan satria nasional.

Perkembangan HMI Pasca Wafatnya Lafran Pane

Karena HMI sebagai suatu organisasi mahasiswa paling besar yang yang bisa melahirkan tokoh-tokoh terbaik bangsa di negeri ini seperti Dahlan Ranuwiharjo, Deliar Noer, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafi Maarif, Kuntowijoyo, Endang Syaifuddin Anshori, Chumaidy Syarif Romas, Agussalim Sitompul, Dawam Rahardjo, Immaduddin Abdurrahim, Ahmad Wahib, Djohan Effendi, Ichlasul Amal, Azyumardi Azra, Fachry Ali, Bahtiar Effendy, dll,

Terdapat juga tokoh-tokoh sosial-ekonomi-politik seperti HMS Mintaredja, M,Sanusi, Bintoro Cokro Aminoto, Ahmad Tirtosudiro, Amir Radjab Batubara, Mar’ie Muhammad, Sulastomo, Ismail Hasan Metareum, Hamzah Haz, Bachtiar Hamzah, Ridwan Saidi, Jusuf Kalla, Amien Rais, Akbar Tanjung, Fahmi Idris, Mahadi Sinambela, Ferry Mursyidan Baldan, Hidayat Nur Wahid, Marwah Daud Ibrahim, Munir SH, Adyaksa Dault, Abdullah Hemahua, Yusril Ihza Mahendra, Syaifullah Yusuf, Bursah Jarnubi, Hamid Awwaluddin, Jimlie Asshiddiqi, Anas Urbaningrum, dan masih banyak lagi. www.biografiku.com