Eka Tjipta Widjaja diketahui sebagai pendiri sekaligus pemilik Sinar Mas Group. Tak ada orang sukses yang tidak pernah merasakan kegagalan. Seperti kisah dari salah satu pebisnis besar ini, Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang pengusaha dan konglomerat Indonesia dikenal sebagai pendiri Sinar Mas Grup.

Berkat keuletannya dalam menjalankan bisnis perusahaannya, dia merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia berdasarkan Majalah bisnis Globe Asia pada tahun 2018 dengan kekayaan meraih 13.9 milyar Dolar Amerika Serikat.

Eka Tjipta Widjaja menduduki peringkat ke-2 selaku orang terkaya di Indonesia. Beliau merupakan pendiri sekaligus pemilik dari Sinar Mas Group. Bisnis utamanya yaitu pulp dan kertas, agribisnis, properti dan jasa keuangan.

Biodata Eka Tjipta Widjaja

Nama Eka Tjipta Widjaja (Oei Ek Tjhong)
Lahir China, 3 Oktober 1923
Wafat Jakarta, 26 Januari 2019
Dikenal Pendiri Sinar Mas Grup
Kekayaan 195.7 triliun Rupiah (Globe Asia, 2018)

Biografi Eka Tjipta Widjaja

Nama orisinil Eka Tjipta Widjaja yaitu Oei Ek Tjhong, Ia dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di China, Ia terlahir dari keluarga yang amat miskin. Tekadnya yang ingin mengubah hidup keluarganya, Eka kemudian memutuskan untuk merantau keluar dari kampung halamannya di Quanzhou, China.

[pullquote]Bersama ibu, aku ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami cuma mampu tidur di daerah paling jelek di kapal, di bawah kelas dek. Ada duit lima dollar, namun tak bisa dibelanjakan, sebab untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar – Eka Tjipta Widjaya[/pullquote]

Masa Kecil

Ia pindah ke Indonesia dikala umurnya masih sangat muda adalah umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat itu masih diundang Oei Ek Tjhong kesudahannya pindah ke kota Makassar

Tiba di Makassar, Eka kecil secepatnya menolong ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan memiliki toko kecil. Tujuannya jelas, segera menerima 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju.

Eka Tjipta Widjaja pun minta Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas satu. Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang sarjana, doktor, maupun gelar-gelar lainnya yang disandang para mahasiswa ketika mereka berhasil menamatkan studi.

Hanya Tamatan SD

Dalam Biografi Eka Tjipta Widjaja dikenali beliau cuma lulus dari suatu sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menuntaskan hutangnya ke rentenir.

Tamat SD, beliau tak bisa melanjutkan sekolahnya alasannya problem ekonomi. Ia pun mulai jualan. Ia keliling kota Makassar, dengan mengendarai sepeda.

Ia keliling kota Makasar menjajakan door to door permen, biskuit, serta aneka barang barang jualan toko ayahnya. Dengan ketekunannya, bisnisnya mulai memberikan hasil.

Masa Muda

Saat usianya 15 tahun, Eka mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan mengendarai sepedanya. Ia mesti melalui hutan-hutan lebat, dengan keadaan jalanan yang belum mirip sekarang ini. Kebanyakan penyedia tidak mempercayainya.

Umumnya mereka meminta pembayaran di paras , sebelum barang mampu dibawa pulang oleh Eka. Hanya dua bulan, dia sudah mengail laba Rp. 20, jumlah yang besar kurun itu. Harga beras dikala itu masih 3-4 sen per kilogram.

Jatuh Bangun Usaha

Melihat satu usahanya meningkat , Eka berbelanja becak untuk memuat barangnya. Namun dikala bisnisnya tumbuh subur, tiba Jepang menyerbu Indonesia, tergolong ke Makassar, sehingga bisnisnya hancur total.

Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang mampu dijual. Total keuntungan Rp. 2000 yang ia kumpulkan sukar payah selama bertahun-tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Biografi Eka Tjipta Widjaja Pemilik Sinar Mas

Di tengah cita-cita yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, sekarang salah satu pangkalan perahu paling besar di luar Jawa).

Di situ beliau melihat betapa ratusan serdadu Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam kondisi baik.

Otak bisnis Eka secepatnya berputar. Secepatnya dia kembali ke rumah dan menyelenggarakan antisipasi untuk membuka tenda di bersahabat lokasi itu. Ia menyiapkan memasarkan kuliner dan minuman terhadap prajurit Jepang yang ada di lapangan kerja itu.

Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka telah di Paotere. Ia menjinjing serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, panggangan kecil berisi arang untuk menciptakan air panas, cangkir, sendok dan sebagainya.

Semula alat itu beliau pinjam dari ibunya. Enam ekor ayam ayahnya ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibuat ayam putih gosok garam. Dia juga pinjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu botol anggur dari sahabat-temannya. Jam tujuh pagi dia telah siap jualan.

Benar saja, pukul tujuh, 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai tiba bekerja. Tapi sampai pukul sembilan pagi, tidak ada pengunjung. Eka menetapkan mendekati bos pasukan Jepang. Eka mentraktir si Jepang makan minum di tenda.

Setelah merasakan seperempat ayam komplit dengan kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, si Jepang bilang Joto..!!.

Setelah itu, semua anak buahnya dan tawanan diperbolehkan makan minum di tenda Eka. Tentu saja dia minta izin mengangkat semua barang yang sudah dibuang.

Segera Eka Tjipta Widjaja mengerahkan belum dewasa sekampung mengangkat barang-barang itu dan membayar mereka 5 – 10 sen. Semua barang diangkat ke rumah dengan becak.

Usaha Yang Tak Kenal Menyerah

Rumah berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangga sarat terisi segala macam barang. Ia pun bersusah payah menentukan apa yang dapat dipakai dan dijual.

Terigu misalnya, yang masih baik dipisahkan. Yang sudah keras ditumbuk kembali dan perbaiki sampai dapat dipakai lagi. Ia pun mencar ilmu bagaimana menjahit karung.

Karena waktu itu kondisi perang, maka suplai bahan bangunan dan barang keperluan sungguh kurang. Itu sebabnya semen, terigu, arak Cina dan barang yang lain yang ia peroleh dari puing-puing itu menjadi sungguh berguna.

Ia mulai memasarkan terigu. Semula hanya Rp. 50 per karung, kemudian dia memaksimalkan menjadi Rp. 60, dan balasannya Rp. 150. Untuk semen, beliau mulai jual Rp. 20 per karung, lalu Rp. 40.

Kala itu ada kontraktor hendak berbelanja semennya, untuk menciptakan kuburan orang kaya. Tentu Eka menolak, alasannya berdasarkan beliau ngapain jual semen ke kontraktor? Maka Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya.

Ia bayar tukang Rp. 15 per hari ditambah 20 persen saham kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan enam kuburan glamor.

Ia mulai dengan Rp. 3.500 per kuburan, dan yang terakhir mengeluarkan uang Rp. 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, dia berhenti selaku kontraktor kuburan.

Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, beliau berdagang kopra, dan berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-pusat kopra yang lain untuk menemukan kopra murah.

Eka Tjipta Widjaja mereguk keuntungan besar, tetapi mendadak ia hampir gulung tikar. Hal ini Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6.

Bangkrut dan Bangkit Kembali

Eka rugi besar. Ia mencari kesempatan lain. Berdagang gula, lalu teng-teng (kuliner khas Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula.

Tapi dikala mulai berkibar, harga gula jatuh, beliau rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus menjual kendaraan beroda empat jip, dua sedan serta menjual embel-embel keluarga termasuk cincin kawin untuk menutup utang dagang.

Tapi Eka Tjipta Widjaja berusaha lagi. Dari perjuangan leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya juga masih jatuh berdiri. Misalnya, saat telah berkibar tahun 1950-an terjadi pemberontakan Permesta yang salah satunya dipimpin oleh Alex Kawilarang. Semua barang barang jualan Eka, khususnya kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal ia habis lagi. Namun Eka berdiri lagi, dan berjualan lagi.

Pengusaha Kelapa Sawit

Dalam Biografi Eka Tjipta Widjaja diketahui pada tahun 1980, dia memutuskan untuk melanjutkan bisnisnya yakni menjadi seorang entrepreneur mirip era mudanya dulu.

Ia berbelanja sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, dia juga membeli mesin dan pabrik yang bisa menampung sampai 60 ribu ton kelapa sawit.

Biografi Eka Tjipta Widjaja, Pemilik Sinar Mas Group

Bisnis yang ia bangkit berkembang sungguh pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 ia berbelanja perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas meraih 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh.

Merambah Bisnis Perbankan

Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai merintis bisnis bank. Ia berbelanja Bank Internasional Indonesia (BII) dengan asset mencapai 13 milyar rupiah.

Namun setelah dia kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah.

Bisnis Kertas Hingga Properti

Bisnis yang kian banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi kian sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas.

Hal ini dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun.

Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan pula dia berdiri Ambassador di Kuningan.

[pullquote]…Apa pun kesulitan yang dihadapi, asalkan mempunyai harapan untuk melawan, pasti semua kesulitan dapat teratasi – Eka Tjipta Widjaja[/pullquote]

Sektor Bisnis Sinar Mas

Pengusaha sukses mempunyai pilar bisnis yang bergerak di banyak sekali sektor seperti kertas, agribisnis dan kuliner, jasa keuangan, telekomunikasi serta properti dan infrastruktur dibawah naungan Kelompok Usaha Sinar Mas.

Keluarga Eka Tjipta Widjaja

Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang senantiasa mendukungnya dalam hal bisnis dan kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh Widjaja dan memiliki 7 orang anak.

Anak-anaknya yaitu Nanny Widjaja, Lanny Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay Widjaja.

Konglomerat pemilik Sinar Mas Group ini wafat pada tanggal 26 Januari 2019 di RS Gatot Subroto Jakarta. Ia wafat dengan meninggalkan bisnis yang menggurita di berbagai sektor melalui grup Sina Mas yang ia dirikan.