TintaTeras

Biografi Johann Wolfgang Von Goethe

Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Feed,  Profil,  Sejarah

TintaTeras.com. Johann Wolfgang von Goethe dilahirkan di Frankfurt pada 28 Agustus 1749. Anak tertua dari pasanagan Johann Kaspar Goethe dan Katharina Elisabeth Textor Goethe. Ayah Goethe, asal Thuringian, belajar Hukum di the University of Leipzig. Meskipun beliau tak berkarir sesuai ilmunya, namun pada 1742 dia mampu meraih posisi selaku kaiserlicher Rat (semacam penasehat pemerintah), yang pada 1748 menikahi putri saudagar Frankfurt. Dari semua anaknya yang lahir, orang bau tanah Goethe cuma mendapati Johann dan saudara perempuannya Cornelia saja yang hidup sampai remaja. Saudara perempuannya Goethe dinikahi oleh teman karib Goethe, J. G. Schlosser pada 1773. Tampaknya, talenta kreativitas dan kepekaan imajinasi Goethe diwarisi dari ibunya, sedangkan pembawaannya yang damai dan teguh diwarisi dari ayahnya.

Biografi Johann Wolfgang von Goethe 

Multi talenta yang dimiliki Johann Wolfgang von Goethe memberikan kebesaran aliran dan kepribadiannya. Napoleon terkesan kepada Goethe, sehabis pertemuan mereka di Erfurt ketika dia berujar: “Voila un homme!” (Ini beliau anak muda!)—alasannya terkesan atas kejeniusan Goethe. Goethe tidak cuma bisa disejajarkan dengan Homer, Dante Alighieri, ataupun William Shakespeare atas kreativitasnya, tapi juga segala hal perihal hidupnya –panjang umur, kaya-raya, serta kepribadiannya yang tenang dan optimistis—- aura kebesarannya mungkin melampaui karyanya, Faust, sebuah karya pujian Jerman.

Goethe menjalani periode kecilnya dalam senang, rumah orang tuanya yang besar terletak di Grosse Hirschgraben di kota Frankfurt, mirip disebut dalam autobiografinya Dichtung und Wahrheit. Ia dan saudara perempuannya Cornelia memperoleh pendidikannya secara private di rumah, dibawah panduan guru yang disewa. Buku-buku, senirupa, dan seni teater yang melimpah di sekitarlingkungannya tampaknya banyak mengasah khayalan dan daya intelektual Goethe kecil dengan cepat.

Semasa Perang Tujuh Tahun Perancis menduduki Frankfurt. Dan serombongan teater Perancis masuk di kota itu, dan Goethe, sebab kakeknya seorang yang berpengaruh, menyebabkannya mempunyai akses gratis untuk mampu menonton pementasan-pementasan teater itu. Ia banyak menimba pengetahuannya tentang Perancis lewat pementasan-pementasan tersebut serta pergaulannya dengan para aktornya. Sementara itu, talenta sastranya mulai terbentuk melalui puisi-puisi relijiusnya, novel, dan cerita-dongeng kepahlawanan yang dibuatnya.

Pada Oktober 1765 Goethe—yang berusia 16 tahun—bertolak ke Frankfurt untuk kuliah di the University of Leipzig. Ia tinggal di Leipzig hingga 1768, melanjutkan kuliah hukumnya. Pada ketika yang serupa beliau juga mengambil mata kuliah seni rupa dari A. F. Oeser, eksekutif jurusan seni rupa the Leipzig Academy. Seni senantiasa menarik minat Goethe sepanjang hidupnya.

Selama tahun-tahunnya di Leipzig, Goethe mulai menulis syair-syair ringan beraliran Anacreontic. Banyak karyanya di tahun-tahun itu diinspirasi oleh rasa cintanya terhadap Anna Katharina Schonkopf, puteri penjual wine di restaurant beliau lazimmakan malam. Dialah yang tampil selaku “Annette” pada setiap karyanya sepanjang tahun 1895 itu.

Pembengkakan pada nadi di salah satu paru-parunya memaksa Goethe mengakhiri pelajarannya di Leipzig. Dari tahun 1768 sampai animo semi 1770 Goethe berbaring di rumah, pelajarannya di Leipzig terpaksa berlanjut di rumah.

Itulah kala dimana beliau banyak melaksanakan intropeksi dengan serius. Penjelajahannya pada syair-syair beraliran acreontic dan rococo yang dimulainya sejak di Leipzig secepatnya berlalu sejalan dengan pesatnya pencapaian puncak karya seninya.

Biografi William Sang Penakluk

Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Feed,  Penjelajah Dunia,  Profil,  Sejarah

William dilahirkan sekitar tahun 1027 di Falaise sebuah kota di Normandia, Perancis. Statusnya anak sundal, namun satu-satunya putera Robert I, Pangeran Normandia. Robert meninggal dunia tahun 1035 tatkala dalam perjalanan pulang berziarah ke Darussalam. Sebelum keberangkatannya beliau telah menunjuk William selaku hebat warisnya. Makara, pada umur delapan tahun, William sudah menjadi Pangeran Normandia. Jauh dari jaminan buatnya peroleh kedudukan yang enak dan mewah, justru pengangkatan membuat kedudukan ruwet buat William. Soalnya ia tak lebih dari anak kecil yang harus mengepalai baron-baron yang jelas telah pada tua bangka. Taklah mengherankan jika ambisi sang baron-baron itu lebih menonjol ketimbang kesetiaannya. Dan balasan-akibat selanjutnya sudahlah bisa ditaksir: terjadilah situasi anarki, tiga pengawal William dibunuh dengan kejam bahkan guru pribadinya pun digorok batang lehernya.

Dengan pertolongan Raja Perancis Henry I (yang bergotong-royong tak lebih berstatus lambang belaka) William mujur mampu terus dapat melihat sinar matahari di tahun-tahun permulaan hidupnya. Nasibnya belum seburuk pengawal eksklusif atau gurunya.

Tahun 1042, dikala Williarn menginjak usia pertengahan belasan tahunnya, dia diangkat jadi perwira militer kehormatan. Sesudah itu dia punya peranan langsung dalam kejadian-kejadian politik. Pecahlah lalu serentetan peperangan melawan baron-baron feodal Normandia yang pada karenanya dapat dimenangkan William yang memantapkan kedudukannya. (Tak terelakkan lagi, status anak tak resmi yang ada pada diri William ialah halangan politis sehingga kerap kali lawan-lawannya menyebutnya “sundelan”). Tahun 1603 dia berhasil menaklukkan Maine, provinsi tetangganya dan di tahun 1064 dia juga berhasil diakui sebagaipenguasa Brittania, juga propinsi tetangga yang yang lain.

Dari tahun 1042 sampai 1066, Raja Inggris yaitu Edward “Sang Penerima Pengakuan.” Karena Edward tak berputera satu pun, banyak rencana gerakan untuk pengganti kedudukan kerajaan Inggris. Dari sudut hubungan darah, permintaan William mengambil alih Edward yakni lemah; ibu Edward ialah adik perempuan kakek William. Tetapi, di tahun 1051, barangkali dipengaruhi oleh cara William memberikan bahwa dia punya kesanggupan, Edward menjanjikan William untuk menjadi penggantinya.

Tahun 1064, Pangeran Harold Goldwin yang paling kuat di Inggris dan sobat karib serta ipar Edward masuk dalam genggaman William. William memperlakukan Harold sebagaimana mestinya namun menahannya hingga dia angkat sumpah sokong permintaan William memperoleh mahkota Kerajaan Inggris. Banyak orang beranggapan sumpah model todongan macam ini tak punya legalitas dan ikatan watak, dan memang Harold sendiri tidak menilai begitu. Tatkala Edward meninggal tahun 1066, Harold Goldwin menuntut mahkota Kerajaan Inggris buat dirinya sendiri dan sebuah tubuh yang namanya “Witan” (badan yang beranggotakan para ningrat yang biasa ambil bagian dalam pengambilan keputusan siapa-siapa yang jadi pemegang mahkota kerajaan) memilihnya jadi raja baru. William, yang ambisinya berkobar-kobar dan murka kepada Harold sebab melanggar sumpah, ambil keputusan menyerbu Inggris untuk merebut tahta dengan kekerasan senjata.

William mengumpulkan armada dan angkatan bersenjata di pantai Perancis, dan di permulaan Agustus 1066 beliau telah siap mengangkat sauh. Tetapi, ekspedisi itu ditunda beberapa minggu menanti meredanya angin buruk dari utara. Sementara itu, Raja Norwegia Harald Hardraade melancarkan serangan terpisah kepada Inggris melintasi laut utara. Harold Goldwin menyiagakan pasukannya di sebelah selatan Inggris, siap menghadapi serangan William. Dengan demikian dia harus mengerahkan pasukannya ke sebelah utara Inggris untuk menghadang serangan orang-orang Norwegia. Tanggal 25 September, dalam pertempuran di Stamford Bridge raja Norwegia tewas dan tentaranya berantakan.

Syahdan, di tahun 1066, Pangeran William dari Normandia hanya dengan beberapa ribu serdadu di belakangnya menyeberangi selat yang memisah daratan Benua Eropa dengan Inggris, menggendong tekad jadi penguasa Inggris. Tekad berani yang gila-gilaan ini ternyata berhasil, upaya penghabisan penyerbuan kekuatan aneh yang dapat berlangsung sebagaimana mestinya, Penaklukan orang Norman ini lebih dari sekedar merebut mahkota Kerajaan Inggris buat William dan keturunannya. Ini membawa dampak yang mendalam pada seluruh sejarah Inggris selanjutnya dalam pelbagai segi dan jenisnya yang tak terbayangkan oleh William sendiri.

Hanya dua hari kemudian angin berganti di Selat Kanal dan William bergegas mengerahkan pasukannya ke Inggris. Mungkin, semestinya Harold membiarkan William bergerak menuju arahnya atau sekurang-kurangnya mengistirahatkan prajuritnya secukupnya sebelum terjun ke medan pertempuran. Tetapi, yang dilakukannya malah kebalikannya. Dia buru-buru menggerakkan pasukannya kembali ke selatan menghadapi William. Kedua angkatan bersenjata berjumpa tanggal 4 Desember 1066 dalam sebuah pertempuran populer di Hastings. Di ujung hari itu juga pasukan berkuda dan pemanah William telah bisa memporak-porandakan kekuatan Anglo-Saxon. Menjelang turunnya malam, Raja Harold sendiri terbunuh. Dua saudaranya telah terbunuh lebih dulu dalam peperangan itu dan tak ada pemimpin Inggris tersisa yang punya bobot dan wibawa membentuk pasukan gres atau melawan permintaan William atas mahkota kerajaan. William dinobatkan di London pada hari Natal.

Lepas lima tahun, pecah beberapa pemberontakan yang terpencar-pencar, namun William sanggup menggebrak mereka semua. William memakai alasan pemberontakan ini selaku alasan menguras semua tanah di Inggris dan memaklumkan bahwa semua tanah itu miliknya langsung. Banyak dari tanah-tanah itu lalu dibagi-bagikan terhadap pengikut-pengikut orang Norwegianya yang menguasai tanah itu dalam kondisi feodal sebagaivassalnya. Akibatnya, seluruh aristokrasi Anglo-Saxon ditanggalkan, diganti oleh orang-orang Norwegia. (Betapa pun kedengarannya dramatis, cuma beberapa ribu orang saja yang secara langsung terlibat dengan perpindahan kekuasaan ini. Buat para petani penggarap masalahnya tak lebih dari pertukaran juragan belaka).

William selalu merasa dan berlagak dialah Raja Inggris yang absah dan selama era hidupnya sebagian besar lembaga-forum Inggris dipertahankan sebagaimana adanya tanpa pergeseran. Karena William berkepentingan peroleh berita menyangkut apa yang jadi miliknya, ia menyuruh dilaksanakannya sensus jelas menyangkut masyarakatdan harta benda. Hasil sensus itu direkam dalam sebuah buku besar disebut “Domesday Book”, yang ialah sumber gosip historis amat berguna. (Naskah aslinya masih terdapat hingga sekarang, disimpan di Kantor Pencatatan Umum di London).

William kawin dan punya empat putera dan lima puteri. Dia meninggal tahun 1087 di kota Rouen, Perancis Utara. Sejak saat itu tiap raja di Inggris ialah keturunannya langsung. Anehnya, kendati William Sang Penakluk ini mungkin merupakan raja paling penting di Inggris, ia sendiri bukanlah orang Inggris, melainkan Perancis. Dia dilahirkan di Perancis dan tutup hayat di Perancis, menghabiskan sebagian besar era hidupnya di sana dan cuma mampu berbahasa Perancis. (Dia kebetulan seorang buta huruf).

Dalam hal mengukur arti penting dampak William atas sejarah satu hal yang paling harus diingat yakni tak akan terjadi penaklukan orang Norman atas Inggris tanpa adanya William. William bukanlah pengganti mahkota Kerajaan Inggris seharusnya. Kalau saja beliau terjauh dari ambisi pribadi dan kemampuan, tak akan ada alasan sejarah perlunya orang Norman melakukan penyerbuan. Inggris tak pernah mampu serbuan dari Perancis semenjak penaklukan Romawi 1000 tahun sebelumnya. Tak pernah terjadi penaklukan yang berhasil dari Perancis (atau dari mana pun) selama sembilan era kecuali oleh William itu.

Pertanyaan yang muncul yakni seberapa jauhkah akibat yang dilontarkan oleh penaklukan Norman itu? Para penakluk Norman bantu-membantu berjumlah relatif kecil namun dia punya efek besar buat sejarah Inggris. Dalam lima atau enam masa sebelum penaklukan itu, Inggris sudah berulang kali diserbu oleh bangsa Anglo-Saxon dan Skandinavia dan dasar budayanya yakni Teutonik. Orang-orang Norman sendiri merupakan keturunan Viking namun bahasa mereka dan kulturnya Perancis. Karena itu, penaklukan oleh orang Norman menyebabkan mendekatnya kebudayaan Inggris dengan Perancis. (Kini tampaknya hal macam itu barang lumrah namun di kurun-masa sebelum jaman William Sang Penakluk, umunmya relasi kultural Inggris bukannya dengan Perancis, melainkan dengan Eropa cuilan utara). Apa yang dialami Inggris ialah pembauran dengan budaya Perancis dan Anglo-Saxon yang tak akan pernah terjadi tanpa adanya penyerbuan itu.

William memperkenalkan Inggris suatu bentuk feodalisme yang lebih maju. Raja-raja Norman, tak mirip Anglo-Saxon pendahulunya, membawahi ribuan jagoan-hero bersenjata, satu angkatan bersenjata yang handal menurut ukuran era tengah. Orang-orang Norman punya ketetampilan pemerintahan dan administrasi sehingga pemerintahan Inggris menjadi salah satu dari pemerintahan yang berpengaruh dan efektif di Eropa.

Akibat menarik berikutnya berkat penaklukan orang Norman ialah berkembangnya bahasa Inggris baru. Berkat itu terjadilah penambahan kata-kata gres ke dalam bahasa Inggris, begitu banyaknya penambahan yang terjadi sehingga kamus Inggris modern berjejalan kata-kata berasal dari Perancis dan Latin, melampaui kata-kata yang berasal-ajakan dari Anglo-Saxon. Lebih jauh lagi dari itu, selama tiga atau empat abad secepatnya sesudah penaklukan Norman gramatika Inggris berubah dengan teramat cepatnya, sebagian besarnya cenderung ke arah penyederhanaan. Kalaulah saja tak terjadi penaklukan itu, jangan-jangan bahasa Inggris kini cuma sedikit berlawanan dengan bahasa Jerman dan Belanda rendahan. Ini satu-satunya teladan betapa bahasa besar tidak akan terjelma sebagaimana bentuknya yang kita kenal kini ini tanpa melalui peranan perjuangan seseorang langsung. (Perlu dicatat, bahasa Inggris sekarang terperinci sekali merupakan bahasa yang ternama di dunia).

Juga mampu ditandaskan akhir yang lain dari penaklukan Norman kepada Perancis sendiri. Sekitar empat era sesudahnya, terjadi serentetan pertempuran antara raja-raja Inggris (yang sebab berasal-seruan dari orang Norman, memiliki tanah-tanah di Perancis) dengan raja-raja Perancis. Pertempuran ini merupakan rentetan nyata dari penaklukan Norman; sebelum tahun 1066 tak ada itu yang namanya peperangan antara Inggris dan Perancis.

Dalam banyak hal, hakekatnya Inggris beda dengan semua negara-negara daratan benua Eropa. Baik atas dorongan gairahnya sebagaikerajaan besar dan berkat forum-lembaga demokratisnya, Inggris sudah memberi imbas mendalam terhadap bab-bab dunia lain, lepas samasekali dari ukuran luas negerinya sendiri. Sampai seberapa jauhkah aspek sejarah politik Inggris ditilik dari akibat tindakan-tindakan William ?

Para sejarawan tidak oke cuma pada problem apa alasannya demokrasi terbaru jabang bayinya lahir di Inggris dan bukannya, katakanlah, di Jerman. Tetapi, budaya dan lembaga-forum Inggris ialah adonan dari Anglo-Saxon dan Norman, dan percampuran ini dihasilkan oleh akibat penaklukan orang Norman. Di lain pihak, rasanya agak sulit buat saya secara masuk akal memperlihatkan terlampau berlebihan atas despotisme William dalam kaitan dengan pertumbuhan demokrasi Inggris di periode-abad selanjutnya. Tentu, ada harganya demokrasi di Inggris pada periode sehabis ditaklukkan William.

William Sang Penakluk tatkala peperangan Hastings.

Ditilik dari ukuran Kerajaan Inggris, imbas William bisa kelihatan lebih terperinci. Sebelum tahun 1066, Inggris berulang kali mengalami rupa-rupa penyerbuan. Sesudah tahun 1066, kedudukan dan peranannya justru terbalik. Berkat pemerintahan terpusat yang mapan dan kuat yang diresmikan William dan yang terus dipertahankan oleh para pengganti sesudahnya, begitu juga berkat sumber dana militer yang dikuasai oleh pemerintahannya, Inggris tak pernah lagi dijamah orang. Malah, lalu gilirannya dia tak henti-hentinya terlibat dalam operasi militer di negeri lain. Karena itu lumrahlah bila kekuatan Eropa meluas ke negeri-negeri lain, dan lumrahlah bilamana Inggris berkemampuan punya lebih banyak tempat jajahan daripada negeri-negeri Eropa lain mana pun.

Keruan saja, orang tidak bisa bilang cuma semata-mata berkat William Sang Penakluk terjadinya semua pertumbuhan maju Inggris dalam sejarah. Tetapi yang telah niscaya dan tak perlu syak lagi penaklukan orang Norman merupakan aspek tak langsung dari segala peristiwa yang muncul sesudahnya. Pengaruh jangka panjang William dengan sendirinya amatlah besar.

Biografi Kaisar Charlemagne

Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Feed,  Profil,  Sejarah

TintaTeras.com.  Kaisar abad tengah Charlemagne (Charles yang Agung) Lahir tahun 742, bersahabat kota Aachen yang risikonya jadi ibukotanya. Ayahnya berjulukan Pepin si Cebol dan kakeknya Charles Martel, seorang pemuka bangsa Frank, yang di tahun 732 sukses memenangkan percobaan kaum Muslimin yang berupaya menaklukkan Perancis, dalam pertempuran di Tours. Tahun 751 Pepin dinyatakan sebagai Raja bangsa Franks sehingga menyelesaikan kelemahan dinasti Merovingian, mendirikan dinasti gres yang kini disebut Carolingian, sehabis Charlemagne. Tahun 768 Pepin meninggal dunia dan kerajaan bangsa Franks dibagi antara Charles dan saudaranya Carloman. Nasib baik buat Charles dan untuk kesatuan Franks, secara tiba-tiba Carloman meninggal tahun 771. Kejadian ini menyebabkan Charles, di umur dua puluh sembilan tahun, jadi Raja tunggal di Kerajaan Franks yang sudah jadi kerajaan terkuat di Eropa.

Biografi Kaisar Charlemagne 

Pada ketika penobatan Charles, Kerajaan Franks terdiri dari Perancis sekarang, Belgia, Swis, tambah sebagian negeri Belanda sekarang dan Jerman. Charles mencampakkan sedikit waktu untuk mulai meluaskan kerajaannya. Janda Carloman dan anak-anaknya mengungsi ke kerajaan Lombard di Italia Utara. Charlemagne bercerai dengan istrinya orang Lombard berjulukan Desidarata dan memimpin prajurit menuju Italia Utara. Menjelang tahun 774 Lombard sepenuhnya ditaklukkan. Italia Utara dibaurkan dengan kerajaannya meskipun empat penyerbuan suplemen masih diperlukan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya. Janda Carloman berikut anak-anaknya jatuh ke tangan Charlemagne dan sejak itu tak tampak lagi batang hidungnya selama-lamanya.

Tetapi, yang lebih penting, dan tentu saja lebih sulit adalah penaklukan Charlemagne atas Saxony, suatu tempat luas di sebelah utara Jerman. Ini diperlukan tidak kurang dari delapan belas kali pertempuran; yang pertama tahun 772 dan yang terakhir tahun 804. Faktor-aspek agama telah barang pasti menjadi penyebab mengapa perang musuh Saxony begitu ketat dan berdarah. Orang-orang Saxon itu pagan –tak beragama– dan Charlemagne memaksa mereka memeluk agama Kristen. Mereka yang menolak dibaptis atau belakangan balik lagi murtad jadi pagan dijatuhi hukuman mati. Menurut taksiran, tak kurang dari seperempat masyarakatSaxon terbunuh dalam proses penaklukan agama secara paksa ini.

Charles juga melakukan serbuan ke bagian selatan Jerman dan barat daya Perancis, untuk mengukuhkan pengawasannya atas daerah-tempat itu. Untuk mengamankan perbatasan timur kerajaannya, Charlemagne melakukan serentetan penyerbuan terhadap bangsa Avar. Orang Avar berdarah Asia, ada relevansinya dengan bangsa Hun, dan mereka menguasai tempat yang luas, yang sekarang populer dengan Honggaria dan Yugoslavia. Sesudah itu Charlemagne membabat habis seluruh kekuatan Angkatan Bersenjata Avar. Kendati tempat-daerah sebelah timur Saxony dan Bavaria tidak diduduki bangsa Franks, negeri-negeri lain yang mengakui kekuasaan Franks membentang luas mulai Jerman sampai Croatia.

Charlemagne juga mencoba mengamankan daerahnya di perbatasan bagian selatan. Tahun 778 dia pimpin penyerbuan ke Spanyol. Penyerbuan ini tidak sukses, tetapi Charlemagne bisa juga mendirikan tempat kekuasaan di Spanyol bab utara, populer dengan istilah “Spanish March” yang mengakui kedaulatan kekuasaan Charlemagne.

Sebagai hasil begitu banyak pertempuran yang membawa kemenangan (bangsa Franks melaksanakan lima puluh empat kali peperangan dalam jangka waktu empat puluh lima tahun selama pemerintahannya), Charlemagne berhasil menyatukan nyaris seluruh Eropa Barat di bawah kekuasaannya. Pada puncak kejayaannya, kerajaannya berisikan sebagian besar Perancis sekarang, Jerman, Swis, Austria, Negeri Belanda, tambah sebagian besar Italia dan banyak lagi daerah-daerah perbatasan. Sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi, tak ada satu negara pun yang punya tempat kekuasaan seluas itu.

Selama pemerintahannya Charlemagne memelihara relasi dekat dengan Paus. Tetapi dalam era hidupnya jelas bukan Paus,yang menguasai Charlemagne, melainkan Charlemagne yang menguasai Paus. Puncak paling tinggi, atau paling tidak peristiwa yang paling termasyhur dari pemerintahan Charlemagne terjadi di Roma pada Hari Natal tahun 800. Pada hari itu Paus Leo III mengenakan mahkota di atas kepala Charlemagne dan mengumumkan bahwa ia adalah Kaisar Romawi. Ini mempunyai arti Kekaisaran Romawi Barat yang sudah hancur tiga era sebelumnya dinyatakan bangun kembali dan Charlemagne ialah pengganti Augustus Caesar yang sah.

Kenyataannya, pastinya, satu kecacatan menilai Kerajaan Charlemagne ialah “pemugaran” Kekaisaran Romawi. Pertama, daerah yang dikuasai kedua kekaisaran sangat jauh berbeda. Kerajaan Charlemagne betapapun luasnya, hanya meliputi separoh dari Kekaisaran Romawi Barat. Sebagian tempat memang sama dikuasai oleh kedua kekaisaran itu, mirip Belgia, Perancis, Swis dan bagian utara Itali. Tetapi Inggris dan Spanyol, daerah selatan Itali dan Afrika bab utara yang ialah tempat kekaisaran Romawi, tidak berada di bawah kekuasaan Charlemagne. Sedangkan Jerman yang ialah kawasan taklukannya yang penting tidak pernah berada di bawah kekuasaan Romawi. Kedua, Charlemagne bukanlah orang Romawi ditilik dari segala sudut; tidak dari sudut kelahiran, persepsi, maupun budaya. Bangsa Franks termasuk suku Teutonik, dan bahasa orisinil Charlemagne ialah dialek Jerman Kuno, walaupun sedikit-sedikit dia ada berguru bahasa Latin. Charlemagne sebagian besar dari umurnya hidup di Eropa Utara, khusus Jerman, dan hanya melakukan empat kali perjalanan ke Itali. Ibukota kekaisarannya bukan Roma melainkan Aachen. Kini berada di Jerman Barat tidak jauh dari perbatasan Belgia dan Negeri Belanda.

Kegesitan pengambilan keputusan politik Charlemagne yang menjadi ciri khasnya ternyata macet begitu dia dihadapkan pada dilema siapa yang mau mengambil alih tahtanya. Kendati ia telah menghabiskan sebagian besar periode hidupnya berpegang menyatukan sebagian besar kawasan Eropa Barat, beliau tidak mampu secara bijak menyusun penyusunan rencana membagi daerah kekaisaran diantara ketiga puteranya ketika dia mati. Hal ini biasanya menandakan ketidakmampuan menetapkan satu garis tegas dan jalan keluar hingga bisa jadi bibit perang kerabat. Tetapi kondisi selanjutnya menawarkan kedua putera tertuanya mati tak lama sebelum Charlemagne sendiri. Akibatnya, putera ketiganya –Louis Sang Taat– bisa mewarisi tahta Charlemagne tanpa hambatan saat Charlemagne meninggal dunia di Aachen tahun 814. Tetapi, Louis memberikan kelemahannya dalam hal pengambilan keputusan ketimbang sang ayah tatkala dikala naik tahta datang; ia juga berhasrat membagi kerajaannya terhadap anak-anaknya. Sesudah lewat peperangan, putera Louis akhirnya menandatangani kesepakatan Verdun (tahun 843) yang menyebabkan kerajaan bangsa Franks terbagi jadi tiga bab. Parohan pertama terdiri dari sebagian besar daerah Perancis kini, parohan kedua tergolong bab besar tempat Jerman; dan parohan ketiga termasuk baik Italia bagian utara maupun daerah memanjang perbatasan Perancis-Jerman.

Kini, ada sebagian orang menerka imbas Charlemagne lebih mahir dari perhitungan aku sendiri. Telah disebutkan di bagian depan, ia membangun kembali Kekaisaran Romawi; ia menyatukan Eropa Barat; ia masukkan Saxony ke dalam daerah Eropa; dia letakkan acuan-pola yang dianut oleh nyaris sepanjang sejarah Eropa Barat; dia menjaga Eropa Barat dari bahaya luar; beliau membuatsecara garang perbatasan Perancis, Jerman dan Itali; beliau berbagi agama Katolik; dan penobatan Paus menyelesaikan kontradiksi berabad panjangnya antara negara dan gereja di Eropa. Menurut pendapat aku, pikiran itu berlebih-lebihan. Pertama, apa yang disebut Kekaisaran Romawi suci bukanlah pendirian kembali yang bantu-membantu dari Kekaisaran Romawi samasekali, namun sekedar kelanjutan dari Kerajaan Franks yang diwariskan oleh Charlemagne.

Penyatuan Eropa Barat akan punya makna penting apabila Charlemagne betul-betul berhasil menyelesaikannya. Tetapi, kerajaan Charlemagne jatuh dalam era antara tiga puluh tahun sehabis matinya, dan tak pernah bersatu kembali sesudah itu.

Perbatasan Perancis sekarang, perbatasan Jerman sekarang, dan juga Italia, tak ada sangkut-pautnya baik dengan Charlemagne maupun Louis Sang Taat. Perbatasan utara Italia sebagian terbesarnya mengikut perbatasan geografis Pegunungan Alpen. Perbatasan Jerman-Perancis secara garis besarnya mengikuti perbatasan bahasa, dan sebaliknya perbatasan utara mengikuti Kekaisaran Romawi.

Memberikan penghargaan yang layak buat Charlemagne dalam hal penyebaran Agama Kristen sepertinya tidak seharusnya buat aku. Agama Kristen sudah tersebar ke arah utara menuju Eropa berabad-kurun sebelum pemerintahan Charlemagne dan dilanjutkan berabad-abad sesudahnya. Lepas dari persoalan Charlemagne memaksa memeluk Agama Kristen bagi orang Saxon secara moral tidak mampu dihargai karena terlampau menyeramkan dan merupakan langkah yang samasekali tidak perlu. Orang Anglo Saxon di Inggris masuk Katolik tanpa pembunuhan dan diabad-kala berikutnya pelbagai rakyat Skandinavia juga dimasukkan Kristen lebih banyak dengan pendekatan daripada dengan kekerasan.

Bagaimana halnya dengan kemenangan militer Charlemagne yang berhasil mempertahankan Eropa Barat dari bahaya serangan dari luar? Duduk soalnya tidaklah begitu. Selama sepanjang periode ke-9, pantai utara dan barat Eropa menjadi sasaran serangan yang mematikan serentetan serbuan dari pihak bangsa Viking atau Norsemen. Pada saat yang berbarengan, pasukan berkuda orang Magyar menyerbu Eropa dari arah timur dan kaum Muslimin menyapu benua itu dari arah selatan. Saat Charlemagne itu sedikitnya ialah dikala yang paling aman di dalam sejarah Eropa.

Wilayah Kekuasaan Charlemagne

Perjuangan untuk kekuasaan antara pejabat sipil dan gereja ialah kemelut dalam sejarah Eropa bahkan di kawasan-daerah yang tidak tergolong dalam Kekaisaran Carolingian. Perjuangan semacam itu-bantu-membantu-sudah merupakan aspirasi gereja masa tengah dan sudah berlangsung (meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda) tanpa Charlemagne. Pemberian mahkota di Roma merupakan insiden yang menarik, namun hampir tidak memecahkan faktor kesulitan secara umum.

Saya pikir, susah meyakinkan orang Cina atau India yang berpendidikan bahwa Charlemagne mesti dipandang mendekati arti penting orang semacam Shih Huang Ti, Jengis Khan atau Asoka. Memang, jika Charlemagne dibandingkan dengan Shih Huang Ti, sepertinya Kaisar Cina itu lebih punya makna lebih penting dibandingkan dengan keduanya. Penyatuan Cina oleh Sui Wen Ti punya pengaruh berjangka langgeng, sedangkan penyatuan Eropa Barat yang dijalankan Charlemagne sekedar berlangsung satu generasi.

Kendati arti penting Charlemagne agak dilebih-lebihkan oleh orang Eropa, efek jangka pendeknya memang benar-benarbesar. Dia melabrak negara Lombard dan Avar dan menaklukkan Saxony. Banyak korban jatuh akibat peperangan ini. Dari sudut positifnya, ada sedikit kebangunan kultural di periode pemerintahannya (yang segera pula berhenti sehabis matinya).

Juga ada balasan-akibat berjangka panjang dari kariernya. Berabad sehabis Charlemagne, raja-raja Jerman terlibat dalam usaha tidak berguna untuk menguasai Italia. Tanpa acuan yang diberikan Charlemagne, sungguh mungkin sedikit sekali mereka meletakkan perhatian terhadap Italia dan menitikberatkan perhatian hanya terhadap perluasan daerah ke barat atau timur. Juga benar, Kekaisaran Romawi suci, yang dimulai oleh Charlemagne, berlangsung usang hingga periode ke-19. (Tetapi, sebagian waktu itu kekuatan sebenarnya kekaisaran suci bergotong-royong kecil, dan kekuatan efektif di Jerman terbagi-bagi dalam jumlah negara-negara kecil yang tak terhitung jumlahnya).

Tetapi, hasil utama Charlemagne mungkin penaklukan Saxony itu, yang menimbulkan kawasan itu masuk ke dalam arus kebudayaan Eropa. Hasil karya ini sama dengan hasil penaklukan Julius Caesar atas tempat Gaul, meskipun tidaklah sepenting itu benar mengingat Saxony wilayahnya lebih kecil.

Biografi Francis Bacon (1561-1626)

Biodata,  Biografi,  Biografi Tokoh Dunia,  Feed,  Ilmuwan Terkenal,  Profil,  Sejarah

TintaTeras.com.  Bacon lahir di London tahun 1561, putera pegawai eselon tinggi kala Ratu Elizabeth. Tatkala menginjak usia dua belas tahun ia masuk belajar di Trinity College di Cambridge, namun baru tiga tahun keluar begitu saja tanpa menggondol gelar apa pun. Mulai umur enam belas beliau kerja sebentar di staf Kedubes Inggris di Paris. Tetapi begitu umurnya masuk delapan belas sang ayah secara tiba-tiba meninggal dengan cuma mewariskannya uang sedikit. Mungkin karena itu, dia berguru aturan dan di umur dua puluh satu beliau jadi pengacara.

Karier politiknya segera mulai setelah itu. Umur dua puluh tiga dia terpilih jadi anggota Majelis Rendah. Tetapi, kendati ia punya sanak famili dan kerabat tingkat atas, dan kendati kecerdasannya yang menonjol, Ratu Elizabeth senantiasa menolak pengangkatannya pada kedudukan yang penting dan menguntungkan. Salah satu alasan yakni karena keberaniannya menentang sebuah rancangan pajak di badan legislatif yang dengan gigih didukung sang Ratu. Karena hidup Bacon boros, slebor, dan seenaknya, beliau selalu dikepung oleh hutang sana hutang sini (satu kali pernah ditahan alasannya masalah hutang tidak bayar) beliau bisa atasi hidup secara bebas begitu.

Bacon jadi teman dan penasihat Pangeran Essex, seorang aristokrat muda yang populer dan punya ambisi politik besar. Sebaliknya, Pangeran Essex punya teman Bacon yang jujur dan sekaligus bertindak sebagai pelindungnya. Tetapi, tatkala Pangeran Essex punya ambisi yang keterlaluan, minta pimpin ia susun rencana sebuah kup menggulingkan Ratu Elizabeth, Bacon menasihatinya supaya tetap setia terhadap Ratu. Biar sudah dinasihati begitu, Pangeran Essex nekad meneruskan niat percobaan kupnya. Ternyata kup itu gagal dan Bacon pegang peranan aktif dalam proses penuntutan sang Pangeran atas tuduhan pengkhianatan. Pangeran Essex dipancung kepalanya, menggelinding bagai kelereng. Keseluruhan peristiwa itu mengakibatkan kesan buruk pada publik terhadap Bacon.

Ratu Elizabeth tutup usia tahun 1603 dan Bacon menjadi penasihat penggantinya, Raja James I. Raja James I tak selalu mengindahkan nasihat Bacon, kendati ia menghormatinya. Dalam abad pemerintahan James I, Bacon maju pesat di kelompok pemerintahan. Tahun 1607 jadi konsultan biasa bidang aturan dan tahun 1613 dia menjadi jaksa agung. Anak tangganya tidak hingga di situ, tahun 1618 dia ditunjuk jadi ketua Majelis Tinggi, satu kedudukan yang kasarnya setarap dengan hakim agung pada Mahkamah Agung di Amerika Serikat. Di tahun itu juga dia dapatkan gelar “baron” dan tahun 1621 dinobatkan lagi jadi “viscount”, satu gelar kebangsawanan di atas “baron” tetapi di bawah “earl.”

Tetapi, datanglah pukulan. Selaku hakim, Bacon terima “kado” dari tertuduh. Meskipun macam begini agak lazim juga terjadi ketika itu, toh tetap merupakan tindakan terlarang. Lawan-musuh politiknya di dewan perwakilan rakyat tak menyia-nyiakan potensi baik ini untuk mendepaknya dari kursinya. Bacon mengaku dan dijebloskan di penjara yang terletak di “Tower of London,” menara kota London. Bukan cuma itu, dia pun harus bayar denda yang besar jumlahnya. Dan bukan cuma itu, beliau tidak boleh kerja di kantor pemerintahan selama-lamanya. Raja secepatnya membebaskan Bacon dari penjara dan membebaskan pula beban dendanya. Tetapi, dengan insiden ini tamatlah riwayat politik Bacon.

Sekarang, orang hanya bisa ingat sedikit sekali pola-pola politikus kelas kakap yang ditangkap karena memeras, atau tingkah laku semacamnya yang merusak akidah biasa . Biasanya, yang sering, bila orang-orang macam begituan tertangkap, mereka melolong-lolong dan pertahankan diri dengan umbar omong bahwa yang lain-lain pun sama brengseknya, sama penipunya, sama bangsatnya. Jika lolongan ini didengarkan dan diterima dengan serius, tak akan ada bajingan politik yang harus dieksekusi kecuali semua bajingan sejenis dieksekusi lebih dahulu. Komentar Bacon dalam pengakuannya berlawanan. Dia bilang, “Saya yakni hakim terjujur di Inggris selama lima puluh tahun, dan saya tukang ngomel dan tukang kritik yang terpolos di badan legislatif Inggris selama 200 tahun.”

Karier politik yang begitu aktif dan begitu kreatif sepertinya hanya punya sedikit waktu tersisa buat kerjaan-kerjaan lain. Kendati begitu, kemasyhuran Bacon yang begitu tahan usang, dan tempatnya dalam daftar buku ini, yaitu alasannya pertimbangan tulisan-tulisan filosofisnya ketimbang keaktifan politiknya. Karya penting pertamanya ialah bukunya yang berjudul Essays, pertama muncul tahun 1597 dan sedikit demi sedikit diperluas. Essays ini yang ditulis dengan padat dan gaya luar biasa elok, mengandung kekayaan mendalam, bukan saja dalam masalah politik melainkan juga menyangkut hal tentang langsung pula. Beberapa teladan yang khas misalnya:

Orang muda lebih cocok mencipta ketimbang mengambil keputusan, lebih cocok bertindak dibandingkan dengan beri pertimbangan, lebih cocok untuk menggarap proyek gres ketimbang buka usaha yang telah mapan … Orang berumur terlalu sering menolak, berunding terlalu lama, berbuat terlalu sedikit … Tentu bagus bila mampu memadukan kedua pekerjaan itu, alasannya adalah nilai yang terkandung pada masing-masing usia mampu melempangkan kekurangan yang melekat pada tubuh keduanya …

Tetapi, goresan pena Bacon paling penting yaitu menyangkut falsafah ilmu wawasan. Dia menyiapkan sebuah kerja besar Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam bagian. Bagian pertama dimaksud untuk meninjau kembali kondisi ilmu pengetahuan kita. Bagian kedua menjabarkan tata cara gres penelaahan ilmu. Bagian ketiga bersisikan kumpulan data empiris. Bagian keempat berisi ilustrasi metode gres ilmiahnya dalam praktek. Bagian kelima menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan bagian keenam suatu sintesa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya. Taklah mengherankan, denah raksasa ini –mungkin pekerjaan yang paling ambisius semenjak Aristoteles–tak pernah dituntaskan. Tetapi, buku The Advancement of Learning (1605) dan Novum Organum (1620) mampu dianggap selaku penyelesaian kedua bagian dari kerja raksasanya.

Novum Organum atau New Instrument mungkin buku Bacon paling penting. Buku ini dasarnya ialah pernyataan pengesahan untuk penerimaan tata cara empiris tentang penyelidikan. Praktek bertumpu sepenuhnya pada akal deduktifnya Aristoteles ialah tak ada guna, merosot, absurd. Karena itu diperlukan tata cara gres penelaahan, sebuah sistem induktif. Ilmu wawasan bukanlah sesuatu titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan darinya; tetapi ilmu pengetahuan yaitu sesuatu kawasan hingga ke tujuan. Untuk mengerti dunia ini, pertama orang harus “mengamati”nya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian, kata Bacon, ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara alasan induktif yang logis. Meskipun para ilmuwan tidak mengikuti metode induktif Bacon dalam semua segi, namun pandangan baru lazimnya yang diutarakannya penelitian dan percobaan penting yang ruwet jadi gerak dorong dari tata cara yang dipakai oleh mereka sejak itu.

Buku terakhir Bacon ialah The New Atlantis, suatu penjelasan ihwal negeri utopis terletak di pulau khayalan di Pasifik. Meskipun pokok cerita diilhami oleh Utopia Sir Thomas More, keseluruhan pokok problem yang terdapat dalam buku Bacon sepenuhnya berbeda. Dalam buku Bacon, kemakmuran dan keadilan dalam negara idealnya tergantung pada dan hasil langsung dari hasil pemusatan penyelidikan ilmiah. Dengan tersirat, pastinya, Bacon memberi tahu. pada pembacanya bahwa penggunaan intelegensia dalam pengusutan ilmiah dapat membuat Eropa sejahtera dan senang seperti halnya penduduk yang hidup di pulau khayalan itu.

Orang selayaknya boleh bilang bahwa Francis Bacon merupakan filosof terbaru pertama. Pandangan keseluruhannya adalah sekuler dan bukannya religius (kendati dia yakin terhadap Tuhan dengan iktikad teguh). Dia seorang rasionalis dan bukan orang yang percaya terhadap takhayul; seorang empiris dan bukannya seorang dogmatis yang logikanya mencla-mencle. Di bidang politik beliau seorang realis dan bukan seorang teoritikus. Dengan pengetahuannya yang mendalam dalam pengetahuan klasik serta keterampilan sastranya yang mantap, ia meletakkan simpati kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Meskipun beliau seorang Inggris yang setia, Bacon punya pandangan berjangka jauh melebihi batas negerinya. Dia membedakan 3 jenis ambisi: Pertama, mereka yang berselera meluaskan kekuasaannya di negerinya sendiri, suatu selera yang vulgar dan tak bermutu. Kedua, adalah mereka yang melakukan pekerjaan meluaskan kekuasaan atas negerinya sendiri dan penguasaannya atas penduduk. Ini tentu lebih berkualitas walaupun kurang baik. Tetapi, jika orang mencoba mendirikan dan meluaskan kekuasaan dan dominasi terhadap umat insan di seluruh jagad, ambisinya ini tak salah lagi lebih bijak dari kedua ambisi yang disebut duluan.

Biarpun Bacon seorang pengkhotbah ilmu wawasan, dia sendiri bukan seorang ilmuwan, ataupun setara dengan perkembangan-pertumbuhan yang diperbuat orang sejamannya. Bacon anggap sepi samasekali Napier (yang baru saja menemukan logaritma) dan Kepler, bahkan sobat sejawat Inggrisnya William Harvey. Bacon dengan sempurna mengganggap bahwa “panas merupakan bentuk dari gerak,” sebuah ide ilmiah yang penting. Tetapi, di bidang astronomi dia menolak asumsi-pikiran Copernicus. Haruslah diingat, Bacon tidak menjajal menyuguhkan aturan-aturan ilmiah secara komplit dan sempurna. Dia sekadar cuma mencoba menyajikan hasil pengamatan apa-apa yang perlu dipelajari. Perkiraan-asumsi ilmiahnya cuma berencana mendorong adanya diskusi lebih lanjut, dan bukannya sebuah tanggapan simpulan.

Francis Bacon bukanlah orang pertama yang mendapatkan arti kegunaan penyimpulan akliah secara induktif, dan juga bukan dia orang pertama yang mengerti laba-keuntungan yang mungkin dicapai oleh penduduk pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi, tak ada orang sebelum Bacon yang pernah mempublikasikan dan berbagi gagasan seluas itu dan sesemangat itu. Lebih dari itu, sebagian alasannya Bacon seorang penulis yang begitu anggun, dan sebagian karena kemasyhurannya sebagaipolitikus terkemuka, perilaku Bacon kepada ilmu pengetahuan sungguh-sungguhpunya makna penting yang besar. Tatkala “Royal Society of London” (kelompok elit orang opsi) didirikan tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu pengetahuan, para pendirinya menyebut Bacon sebagai sumber inspirasinya. Dan saat Encyclopedie yang besar itu ditulis jaman “Pembaharuan Perancis,” para penyumbang tulisan utama mirip Diderot dan d’Alembert, juga memberikan pujiannya terhadap Bacon yang menawarkan ide kepada kerjanya. Andaikata Novum Organum dan The New Atlantis agak kurang dibaca orang daripada dulu, ini disebabkan pesan-pesan yang disampaikan oleh buku itu telah begitu luas diterima orang.

Bacon patut dibandingkan setara dengan filosof Perancis Rene Descartes, tokoh pendorong lain bagi kurun depan ilmu pengetahuan mendatang. Bacon hidup lebih dahulu segenerasi dari Descartes dan beliau lebih gigih dari Descartes dalam hal mengumandangkan pentingnya penelitian dan percobaan-percobaan. Tetapi, arti penting orang Perancis ini dalam hal inovasi matematika membuat ia sedikit lebih tinggi dalam perbandingannya dengan Bacon.